You are on page 1of 16

Latar Belakang

Landasan hukum dan pelaksanaan bela negara sejalan dengan situasi dan kondisi serta ancaman terhadap negara. Di sisi lain, situasi yang dihadapi oleh penyelenggara kekuasaan di Indonesia terbagi dalam beberapa periode, sehingga bentuk ancaman dari masing-masing periode akan mencerminkan landasan hukum dan pelaksanaan bela negara. Pada periode orde lama ancaman yang dihadapi berupa ancaman fisik, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Ancaman dari dalam berupa pemberontakanpemberontakan, sedangkan ancaman dari dalam berupa serangan tentara sekutu dan Belanda serta Dainipon. Sehubungan dengan ancaman tersebut maka pada tahun 1954 lahir undang-undang tentang pokok-pokok perlawanan rakyat (PPPR) no. 29 tahun 1954. Sebagai realisasi, maka diselenggarakan pendidikan pendahuluan perlawanan rakyat, yang menghasilkan organisasi perlawanan rakyat (OPR) pada tingkat desa, yang kemudian berkembang menjadi organisasi keamanan desa (OKD). Di sekolah-sekolah terbentuk organisasi keamanan sekolah (OKS). Pada periode orde lama dan reformasi bentuk ancamannya berupa tantangan nonfisik dan gejolak sosial. Permasalahan bela negara menyangkut berbagai aspek kehidupan nasional yang tidak terlepas dari lingkungan strategi baik dalam maupun luar, langsung maupun tidak langsung. Rumusan tentang bela negara : menumbuhkan rasa cinta tanah air, bangsa, dan negara. Sesuai dengan berkembangnya periode, maka UU no. 29 tahun 1954 diganti dengan UU no. 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan negara Republik Indonesia. Sebagai realisasi telah diselenggarakan pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN), mendahului obyek sasaran di lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan.

Pengertian bela negara


Menurut UU no. 20 tahun 1982 Bab I pasal 1 ayat 2, bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar negeri maupun

dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan, serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bela negara secara fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaanterhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara". Bela negara secara fisik keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik Indonesia. Tapi, seperti diatur dalam UU no 3 tahun 2002dan sesuai dengan doktrin sistem pertahanan semesta, maka pelaksanaannya dilakukan oleh rakyat terlatih (ratih) yang terdiri dari berbagai unsur misalnya resimen mahasiswa, perlawanan rakyat, pertahanan sipil, mitra babinsa, okp yang telah mengikuti pendidikan dasar militer dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi yaitu ketertiban umum, perlindungan masyarakat, keamanan rakyat dan perlawanan rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur rakyat terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani keamanan dan ketertiban masyarakat, sementara fungsi perlawanan rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana rakyat terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang.apabila keadaan ekonomi nasional telah pulih dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan wajib militer bagi warga negara yangmemenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan cadangan tentara nasional Indonesia selama waktu tertentu,dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus penyegaran.Ddalam keadaan darurat perang, mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas teritorial. rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur dan berkesinambungan. penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnya dokter ditempatkan di rumah sakit tentara, pengacara di dinas hukum, akuntan di bagian keuangan, penerbang di skwadron angkutan, dan sebagainya.Gagasan ini bukanlah dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi memperkenalkan "dwi-fungsisipil". maksudnya sebagai upaya sosialisasi "konsep bela negara" di mana tugas pertahanan keamanan negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia. Bela negara secara non-fisik di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai

tuntutan reformasi saat ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi ancaman, gangguan,hambatan dan tantangan baik dari luar maupun dari dalam seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti

demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak


Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada

masyarakat
Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata

(bukan retorika)
Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan

menjunjung tinggi hak azasi manusia. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing.

Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan bela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang pada gilirannya merupakan ancaman, gangguan,hambatan dan tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Kegiatan bela negara secara non-fisik sebagai upaya peningkatan ketahanan nasional juga sangat penting untuk menangkal pengaruh budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi (atau disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakin canggihnya teknologi komunikasi.

DASAR HUKUM BELA NEGARA


Amandemen pasal 27 dan pasal 30 UUD 1945 dan UU no. 39 tahun 1999 tentang HAM.

UU no. 39/1999 tentang HAM

BAB IV (Kewajiban dasar) pasal 68 berbunyi : Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. BAB X dijelaskan warga negara dan penduduk menurut pasal 27 ayat 3 berbunyi Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. BAB XII pasal 30 pertahanan dann keamanan negara berbunyi : Dengan Undang-undang, tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, masyarakat serta menegakkan hukum. Susunan kedudukan TNI, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan TNI dan Kepolisian Republik Indonesia di dalam menjalankan tugas syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan negara diatur dengan UU.

MOTIVASI BELA NEGARA


Berdasarkan pengertian yang terkandung dalam Bab XII pasal 30 UUD 1945 maka dasar pokok penyelenggaraan pertahanan keamanan negara Republik Indonesia bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan kewajibannya . Kesadaranya demikian perlu ditumbuh kembangkan melului situasi yang kondusif serta proses motivasi agar tercipta pertubahan tingkah laku dalam bentuk rasa cinta tanah airnya yang berlanjut pada kemauan bela negara. Proses motivasi ditumbuhkan melalui beberapa startegi yakni penyadaran akan jatidiri bangsa, kondisi negara. Melalui analisa SWOT [Strenght, Weakness, Opportunities dan Threat]. Secara tidak langsung setiap orang akan memahami kondisi bangsanya secara utuh dan menyeluruh. Sadar bahwa bangsa kita disamping memiliki keunggulan juga menyimpan sejuta kelemahan. Disamping itu Indonesia sebagai negara yang didiami oleh berbagai varian

B P

mulai dari berbagai suku bangsa, ras dan agama, memiliki ancaman, namun juga memiliki peluang. Dalam hubungan ini, terdapat beberapa motivasi keikutsertaan warga negara dalam pembelaan negara yang dapat divisualisasikan berikut : PENGALAMAN SEJARAH. Rangkaian sejarah uapaya penyelenggaraan pertahanan keamanan negara sejak tahun 1945, telah membuktikan kebenaran rumusan Bab XIII pasal 30 UUD 1945 bahwa :
1. Pembelaan negara atau pertahan keamanan negara merupakan faktor hakiki dalam

menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap ancaman dalam negeri, tidak mungkin negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dapat tetap tegak berdiri sampai saat ini 2. Bangsa Indonesia dalam membela dan mempertahankan kemerdekaannya senantiasa mendasarkan diri pada perjuangan dan keikutsertaan seluruh rakyat secara spontan, yang didorong oleh rasa senasib serta sistem penyelenggaraan pertahanan keamanan negara Republik Indonesia. GEOGRAFIS YANG STRATEGIS Kududukan geografis dan geosterategis negara kesatuan Republik Indonesia dengan wawasan Nusantaranya :
1. Indonesia adalah negara Kepulauuan terbesar di dunia, yang memiliki ribuan

pulau yang diantaranya dapat dijadikan kompertimen strategis yang terdiri atas pulau-pulau perlawanan. Letak geografis Indonesia berada di Khatulistiwa, disamping membawa dampak positif pada musim dan cuaca, flora dan fauna, juga kaya akan sinar matahari sebagai sumber energi yang potensial, namun memiliki kerawanan akibat pantai-pantai terbuka kesemua jurusan. 2. Keadaannya yang berada pada posisi silang dua, yakni diantara dua benua dan dua samudra, memiliki niali-nilai yang sangat strategis dalam hubungannya antar bangsa, khususnya dalam arti transportasi lintas laut. Komunikasi, ideologi, politik, social budaya, ekonomi dan militer. Posisi ini menempatkan Indonesia pada suatu kedudukan dan peranan yang sangat penting sekali, tidak saja dalam persoalan dalam negeri, tetapi juga dalam hubungan regional maupun internasional. 3. Kedudukan ini menuntut adanya kemampuan bangsa Indonesia untuk melaksanakan peranannya guna meningkatkan tanggung jawab atas kedudukan

geografisnya. Kemampuan ini terwujud dari keikutsertaan seluruh rakyat serta pengerahan segenap potensi nasional. KONDISI DEMOGRAFIS Jumlah penduduk yang menempati urutan keempat terbesar dunia dan terdiri dari banyak suku maupun agama disamping merupakan faktor dominan yang memberikan potensi sumberdaya manusia, namun juga memiliki titik kerawan social yang besar, inilah bila dicermati lebih dalam diperlukan motivasi yang kuat untuk menjamin tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia. KEKAYAAN ALAM Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa dikaitkan dengan kandungan alamnya yang bernilai ekonomi. Kandungan mineral yang berlimpah ruah, dan sumber alam yang tiada banding, didukung dengan keragaman hasil bumi dan laut, mengkondisikan sikap warga negara untuk mengamankan wilayahnya, mengerti bagaimana menjaga dan memanfaatkan kekayaan alam tersebut dengan baik. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, disamping memberikan Manfaat yang luar bisa, namun juga memberikan dampak yang negatif . Keunggulan kualitas maupun kuantitas persenjataan yang dimiliki negara luar, sewaktuwaktu dapat menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. KEMUNGKINAN TIMBULNYA BENCANA PERANG Tidak seorangpun atau institusi manapun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan termasuk perang. Oleh karena itu, sebagai bangsa harus senantiasa siap sedia jika dibutuhkan dalam usaha membela negara.

PERIODE PEMBELAAN NEGARA


Periode Perang Kemerdekaan (1945-1949)

Bela Negara = Perang dan Diplomasi (Politik)


Periode : Gangguan Kamdagri-Nasional dan Character Building

Bela Negara = Hankam dan Politik


Periode: Orde Baru (Pembangunan Nasional)

KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERTAHANAN NEGARA


Dalam UU RI no. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 dinyatakan :
a) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang

diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.


b) Keikutsertaan warga negara, dalam upaya bela negara dimaksud dalam ayat (1)

diselenggarakan melalui :

Pendidikan kewarganegaraan Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib, dan Pengabdian sesuai dengan profesi.

c) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran

dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang. Penjelasan Pasal 9 ayat (1) : Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Pasal 9 ayat (2) huruf a berbunyi :Dalam pendidikan kewarganegaraan sudah tercakup pemahaman tentang kesadaran bela negara.

WUJUD BELA NEGARA OLEH MAHASISWA DALAM SITUASI YANG DAMAI


Mahasiswa adalah sosok intelektual yang menduduki posisi dan peran khusus dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Posisi dan peran khusus itu selain dimungkinkan oleh kepemilikan pengetahuanyang luas juga oleh kepemilikinan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri intelektualnya. Pengetahuan dan nilai-nilai dasar itu hendaknya menyata dalam setiap teladan hidup dan perjuangan mahasiswa. seorang mahasiswa mestinya memiliki pengetahuan yang luas untuk bisa mengkritisi pelbagai ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. karena itu, minat baca yang tinggi dan kebiasaan untuk melakukan refleksi kritis terhadap pelbagai fenomena yang muncul

amatlah dianjurkan dan mesti menjadi menu harian para mahasiswa. Adalah sebuah ironi besar bahkan sebuah penyangkalan terhadap jati dirinya sendiri apabila mahasiswa asing dari buku-buku yang memuat segudang ilmu pengetahuan dan asing dari realitas masyarakat sekelilingnya. Mahasiswa mestinya memiliki semangat untuk mencari dan memiliki ilmu pengetahuan. Namun, akumulasi pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah itu pada mestinya selalu diaplikasikan dalam setiap konteks persoalan masyarakat. Kiprah seorang mahasiswa tidak hanya terbatas dalam tembok-tembok kampus atau dalam bangku kuliah tetapi senantiasa digemakan keluar terutama dalam menjawabi setiap persoalan yang terjadi dalammasyarakat. Mahasiswa mestinya mampu menangkap pelbagai fenomena timpang yang terjadi disekitarnya, untuk kemudian dikritisi dan dicari alternatif solusi atasnya. Pemanfaatan inteligensi yang tinggi seperti yang telah mendasari perjuangan mahasiswa era pra-kemerdekaan, mestinya juga mendasari perjuangan mahasiswa saat ini. karena itu, kebiasaan-kebiasaan yang tidak menunjukkan pemanfaatan inteligensi atau berada di luar ciri jati diri intelektualitasnya mestinya ditinggalkan. Fenomena absurditas intelektual, keterlibatan dalam praktik kekerasan dan pelanggaran ham, pesta pora dan hedonisme, gaya hidup konsumtif, seks bebas,lemahnya minat membaca dan berdiskusi, kurangnya minat belajar, serta rendahnya minat berorganisasi yang sekarang ini menjadi ciri kehidupan para mahasiswa umumnya, mestinya ditinggalkan jauh-jauh. Selain pemanfaatan pengetahuan yang dimilikinya, mahasiswa juga mestinya selalu berjuang menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan. Mahasiswa pada hakikatnya memiliki kemampuan yang khas dan unik yang sulit ditemukan pada anggota masyarakat kebanyakan. Kekhasan itu justru terletak pada nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri intelektualitasnya, dan nilai-nilai itu amat inheren dalam identitasnya sebagai seorang mahasiswa. Dunia mahasiswa adalah dunia akademik yang di dalamnya terkandung nilai-nilai dasar seperti kebijaksanaan, keadilan, kebenaran, dan objektivitas. Yang diharapkan dari mahasiswa adalah upaya perealisasian nilai-nilai dasar tersebut dalam setiap kiprahnya dalam lembaga pendidikan dan terutama di tengah masyarakat. Perealisasian nilai-nilai dasar itu selain melalui sikap dan teladan hidup hariannya, juga mesti direalisasikan dalam setiap upaya memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Perjuangan mahasiswa, dalam aksi demonstrasi misalnya, hendaknya bukan dilandasi oleh sikap primordial-kedaerahan, atau demi keuntungan eksklusif orang atau kelompok tertentu, melainkan demimenegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan. hanya dengan ini mahasiswa mampu menghidupkan kembali rasa persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. nilai-nilai universal kemanusiaan adalah nilai-nilai yang senantiasa didambakan oleh setiap orang. Nilai-nilai itu dapat mempersatukan dan

membangun solidaritas semua orang. Karena itu, memperjuangkan nilai-nilai seperti itu akan mendorong rasa solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Mahasiswa dipanggil untuk mewujudkan itu di tengah masyarakat.contohnya adalah pemanfaatan inteligensi sebagai modal dasar. Kemerdekaan yang telah diraih bangsa indonesia pertama-tama sebenarnya merupakan hasil pemanfaatan inteligensi, dan bukan kemenangan senjata. Perjuangan merebut kemerdekaan melalui perang fisik/senjata telah terbukti tidak membawa pembebasan bagi rakyat Indonesia. Karena itu, mereka berusaha memikirkan alternatif lain agar bisa keluar dari situasi penindasan pada masa itu. munculnya pelbagai organisasi pemudatermasuk kongres sumpah pemudamerupakan hasil nyata pemanfaatan inteligensi ini yang kemudian membawakan hasil yang memuaskan. Mahasiswa adalah kaum intelektual muda, sebagai kaum intelektual, mahasiswa selain bergulat dengan pelbagai ilmu pengetahuan, juga bergulat dalam memperjuangkan nilainilai universal kemanusiaan seperti kebijaksanaan, kebenaran, keadilan, dan objektivitas. Dalam setiap perjuangannya, mahasiswa mesti selalu berpegang teguh pada nilai-nilai diatas. Melalui kemampuan intelek yang dimilikinya mahasiswa mengakomodasi harapan dan idealis memasyarakat yang kemudian terbentuk dalam ide-ide atau gagasannya. ide dan gagasan itu merupakan kontribusi paling bermakna dalam cita-cita pembaruan dalam konteks kebangsa

WUJUD BELA NEGARA OLEH MAHASISWA DALAM SITUASI PERANG


Perang adalah keadaan konflik antara dua pihak yang besar, seperti negara, organisasi, dan kelompok sosial, yang dikarakterisasikan dengan adanya pemakaian senjata mematikan. Gambaran umum tentang perang adalah kampanye militer antara dua atau lebih pihak yang bertentangan mengenai kedaulatan, daerah kekuasaan, sumber daya alam, agama, dan isu-isu lainnya. Lalu bagaimana wujud bela negara yang dapat dilakukan mahasiswa ketika terjadi perang? Dalam menghadapi ancaman militer , sistem pertahanan negara menempatkan TNI sebagai komponen utama,dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan komponen utama. Di sini resimen mahasiswa adalah sumber yang paling siap untuk dimobilisasi memperkuat komponen utama. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. di komponen pendukung ini semua keluarga besar perguruan tinggi bahkan semua warga

negara dapat mengambil peran. ditinjaudari hukum humaniter, komponen utama adalah kombatan, komponen cadangan adalah kombatan setelah melalui mobilisasi , sedangkan komponen pendukung adalah non kombatan. Sistem pertahanan di manapun senantiasa padat teknologi. Setiap negara senantiasa berusaha mengungguli kemampuan pertahanan negara lain yang dianggap memiliki potensi ancaman. Salah satu aspek yang ingin diungguli adalah teknologi persenjataannya. Cara yang paling mudah untuk melakukannya adalah dengan membeli persenjataan dari dari negara kawan. Hal itu tentu akan menguras devisa yang jumlahnya terbatas. Saat ini pemerintah kita dalam memenuhi kebutuhan pertahanannya sebagian besar masih membeli ini pemerintah kita dalam memenuhi kebutuhan pertahanannya sebagian besar masih membeli, padahal devisa kita sangat terbatas. Bahkan hanya untuk memelihara pun, sebagian masih menggantungkan pada luar negeri. Olehkarena itu berdasarkan tri dharma perguruan tinggi, di bidang penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi harus merasa ditantang pada situasi ini. Perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan badan penelitian dan pengembangan (kabalitbang) departemen pertahanan, maupun pihak industri pertahanan yang senantiasa mensuplai kebutuhan departemen pertahanan misalnya munisi dan beberapa jenis senjata. Kalau saja kita bisa melakukan pemeliharaan sendiri alat sista kita, maka hal itu sudah merupakan hal yang sangat berarti, apalagi kalau kita mampu mengadakan sendiri.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah .swt. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalah Bela Negara ini. Di dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dalam makalah ini tim penulis menyajikan pengertian bela negara, dasar hukum bela negara, motivasi bela negara, serta ketentuan undang-undang pertahanan negara. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan di dalam makalah ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua khususnya teman-teman mahasiswa yang mengambil mata kuliah kewarganegaraan.

Pekanbaru, Oktober 2011

Penulis

TUGAS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB V BELA NEGARA

DISUSUN OLEH :

AISYAH PUTRI FACHRURROZI YUSYAF FAUZAN USMAN ISDIANTO

KELAS : A PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL S1

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU T.A. 2011-2012

You might also like