You are on page 1of 7

TUGAS 2 PERTEMUAN 3 Pemberdayaan Masyarakat

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Pemberdayaan

Disusun oleh : Kelompok 9 Wendi Irawan Deria Hadianisa Januar Irfansyah Karnati Agribisnis D 150310080137 150310080147 150310080168 150310080174

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2010

PENDAHULUAN Pemberdayaan diartikan sebagai suatu upaya untuk membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Menurut Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998:46) mengemukakan bahwa yang dimaksuk dengan pemberdayaan adalah membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan member orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan tidakanya. Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter Back (1995:12) mendefinisikan pemberdayaan merupakan upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu benang merah bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat. Atau proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan jangka panjang. diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam

PEMBAHASAN A. Peran Pemberdayaan Dari definisi yang ada, terdapat tiga hal utama yang dapat dicapai dari proses pemberdayaan masyarakat, yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisasikan diri masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan selama ini kerapkali dilakukan dengan cara top-down. Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi masukan, masyarakat ditempatkan pada posisi yang membutuhkan bantuan dari luar. Bantuan yang diberikan menciptakan ketergantungan yang pada gilirannya akan lebih menyusahkan daripada menolongnya. Selain itu sampai saat ini masih dijumpai adanya ego sektoral masing-masing institusi (lembaga pemerintah, swasta, LSM, Perguruan Tinggi, dan lain-lain) yang mensuport pemberdayaan masyarakat, akibatnya timbul kesan bahwa masing-masing institusi tersebut berjalan sendiri-sendiri (tanpa koordinasi yang mantap). Akhirnya mudah ditebak bahwa peran dari masing-masing Institusi menjadi kurang gregetnya. Padahal pada haketanya Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Pada dasarnya, untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam rangka pemberdayaan, kita sudah mempunyai beberapa hal yang menunjang, antara lain adalah: a. Modal sosial (social capital) yang diantaranya adalah sifat gotong royong yang masih tumbuh subur di masyarakat kita, apalagi di pedesaan. b. Institusi terkecil masyarakat terkecil yaitu keluarga. c. Lembaga-lembaga sosial yang ada di masyarakat. Apabila kita dapat menggerakkan ketiga hal di atas, maka partisipasi masyarakat sebagai ruh dari pemberdayaan bisa terwujud dengan baik

B. Prinsip Pemberdayaan Prinsip Kerakyatan, pembangunan diutamakan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat bukan orang-perorang, Prinsip Keswadayaan, bimbingan dan dukungan kemudahan yang diberikan mampu menumbuhkan keswadayaan, kemandirian, bukan ketergantungan, Prinsip Kemitraan, pelaku agribisnis merupakan mitra kerja pembangunan yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan dari seluruh proses kegiatan pembangunan, Prinsip Bertahap dan Berkelanjutan, pembangunan dilaksanakan sesuai potensi dan kemampuan masyarakat serta memperhatikan kelestarian lingkungan. C. Subjek dan Objek Pemberdayaan Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut (Sumodiningrat, Gunawan, 2002) ; pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang

dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendirisendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. D. Analisis Proses Pemberdayaan Studi Kasus PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI POSDAYA UNTUK MENGATASI KRISIS SOSIAL Oleh : Dr. Ir. H. Yusuf Subagyo, MP. Dalam mengatasi permasalahan krisis sosial, perlu dilakukan terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat yang terstruktur dan komprehensif di tingkat paling bawah. Salah satu strategi pemberdayaan yang layak dikedepankan adalah melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA). Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluargasecara terpadu. Dalam hal-hal tertentu bisa juga menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan, dalam berbagai bidang, utamanya kesehatan,

pendidikan dan wirausaha, agar keluarga bisa tumbuh mandiri di desanya. Posdaya bisa dibentuk atau dikembangkan dari berbagai macam organisasi yang sudah ada, misalnya Posyandu, Remaja Masjid, Koperasi atau yang lain-lainnya. Berdasarkan lesson learned dari LPM UNSOED Purwokerto, sebagai entry point (pintu masuk) yang paling mudah dan efektif dalam pembentukan Posdaya adalah dari Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Hal ini dikarenakan Posyandu adalah salah satu organisasi yang sampai saat ini masih establish dan eksis di hampir seluruh desa/kelurahan di seluruh Indonesia, namun demikian kegiatannya lebih berpusat pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Berdasarkan pemikiran bahwa kebutuhan keluarga bukan hanya di bidang kesehatan saja, maka alangkah baiknya kalau Posyandu ini ditambah kegiatannya atau ditambah kapasitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan minimal keluarga, yang meliputi sehingga bidang: Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi/Kewirausahaan. Tiga hal tersebut juga merupakan indikator utama Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Potensi Posdaya sebagai salah lembaga pemberdayaan masyarakat sangat prospektif, hal ini dapat dilihat dari respon positif beberapa kabupaten yang bekerjasama dengan LPM UNSOED, antara lain adalah Purbalingga, Pemalang, dan Banyumas. Sebagai gambaran, sampai saat ini sudah terbentuk sekitar 140 buah Posdaya di ketiga kabupaten tersebut. Saat ini di semua kecamatan yang ada di kabupaten Purbalingga sudah terbentuk Posdaya, bahkan Pemkab Purbalingga manargetkan pada tahun ini semua Posyandu (sekitar 1200 1300 Posyandu) yang ada di di daerahnya akan dikembangkan menjadi Posdaya, dan yang lebih hebat lagi ada rencana dari Pemkab untuk menganggarkan pembiayaan Posdaya melalui APBD. Berdasarkan hal di atas, POSDAYA sangat berpeluang memberikan kontribusi dalam pemberdayaan masyarakat yang komprehensif, dan untuk keberlanjutannya tentunya membutuhkan kepedulian semua pihak. Pembentukan dan pengembangan Posdaya harus menggunakan paradigma bottom up, yang menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan. Diharapkan, melalui paradigma ini inisitaif dan dorongan kepentingan-kepentingan masyarakat tersalurkan, selain itu masyarakat diberi kesempatan untuk terlibat di dalam

keseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaannya. Komitmen berbagai institusi tetap dibutuhkan sebagai pendorong laju lembaga ini , khususnya pemerintah baik pusat maupun daerah dalam bentuk dukungan dana dan sumberdaya pendukung lainnya dalam proses fasilitasi untuk pemberdayaan masyarakat bagaimanapun tetap penting. Berdasarkan hal di atas, POSDAYA sangat berpeluang memberikan kontribusi dalam pemberdayaan masyarakat yang komprehensif, dan untuk keberlanjutannya tentunya membutuhkan kepedulian semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Konsep Pemberdayaan Partisipasi Kelembagaan. http://suniscome.50webs.com/(diakses pada tanggal 9 Oktober 2010 pukul 20.00) ______ . Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan. http://www.pemberdayaan.com/(diakses pada tanggal 9 Oktober 2010 pukul 20.00) Subagyo, Yusuf. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Posdaya Untuk Mengatasi Krisis Sosial. (diakses pada tangggal 11 Oktober 2010 pada pukul 17.00) Budi Rahayu, Ana. Pembangunan Perekonomian Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa. http://www.binaswadaya.org/ (diakses pada tanggal 11 Oktober 17.00)

You might also like