You are on page 1of 9

ARSITEKTUR MODERN

- Adalah; hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih manusiawi yang ditrapkan pada bangunan. - Adalah totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu menyisipkan hal-hal baru, progresip, hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan segala bentuk pranatanya. - Adalah arsitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur yang artistik & estetik yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah. PENDORONG PERTUMBUHAN ARSITEKTUR MODERN - Pendidikan formal mengajarkan & mendorong pemikiran modern - Adanya fungsi-fungsi kebutuhan baru yang mendesak (istana/puri keagamaan > pabrik, kantor, stasiun, dsb) - Penggunaan bahan dan penanganannya sangat mudah, karena segala sesuatunya dibuat, direncanakan di dalam Pabrik. - Adanya promosi tentang keberadaan ARSITEKTUR MODERN melalui pameran-pameran, publikasi dan perdebatan. - Perencanaan suatu bangunan dimulai dari kebutuhan dan kegiatan, tidak dari bentuk luar. Shg manusia dapat menuntut apa yg dibutuhkan secara mutlak. PERKEMBANGAN ARS. MODERN PERIODE I (1900 1929) - Mulai menonjol setelah PD I (1917) bersamaan dg hancurnya sarana, prasarana dan ekonomi. - Konsep ruang arsitektur sebelumnya dititik beratkan hanya pada kegiatan, emosi & kemulyaan, maka pada masa ini faktor terbentuknya ruang juga ditunjang faktor komposisi, rasio, dimensi manusia. - Mulai berkembang konsep free plan, atau universal plan, yaitu ruang yg ada dpt dipergunakan unt berbagai macam aktifitas, ruang dapat diatur fleksibel dan dapat digunakan fungsi apa saja. - Typical Concept mulai berkembang yaitu ruang-ruang dibuat standar dan berlaku universal. Penggunaan konsep ekonomis mulai ditrapkan. - Efisiensi dalam penggunaan bahan mulai nampak yaitu terlihat dengan munculnya bentuk-2 kubus, terutama pada bangunan bertingkat tinggi (arsitektur kotak korek dg menggunakan struktur beton dan baja) - Konsep Open Space nampak dengan menggunakan jendela kaca yg lebar dan menerus. - Pemakaian bahan terutama baja, beton dan kaca dengan bentuk polos. Ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan. - Arsitektur modern berarti putusnya hubungan dengan sejarah dan daerah. Selalu ingin universal (karena industri, ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga bersifat universal) dan juga manusianya. (gaya universal sebagai international style) - CIAM (Congres Internationaux dArchitecture Moderne)-1928 yg hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yg ditimbulkan zaman mesin. Yaitu dg dengan menjari keharmonisan dari elemen-elemen modern serta mengembalikan arsitektur pada bidangnya

(ekonomi, sosiologi, dan kemasyarakatan) yg secara keseluruhan siap melayani umat manusia. - Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur modern antara lain adalah FORM FOLLOWS FUNCTION yg dikembangkan oleh Louis Sullivan (Chicago), dengan beberapa ciri sebagai berikut: - Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya. - Struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa lampau (tanpa ornamen). - Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki. - Fungsi sejalan/menyertai dengan wujud. Tokoh pada periode I ini antara lain adalah: - Louis Sullivan - Frank Lloyd Wright - Le Corbusier - Walter Gropius - Ludwig Mies van de Rohe PERIODE II (1930-1939) - Perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh Eropa, Amerika dan Jepang, yg mana masing-masing daerah mempunyai perbedaan iklim, keadaan tanah, corak tradisi, yang bisa mempengaruhi apresiasi bentuknya. - Perkembangan metode hubungan ruang, bentuk, bahan dan struktur tidak lagi bersifat universal, akan tetapi mempunyai hubungan yg sangat erat dg tempat dimana bangunan itu didirikan, mempunyai hubungan erat dg spesivikasi kedaerahan dan keregionalan. - Karakteristik bentuk dan tampilan dg gaya International Style atau Universal Style dari arsitektur modern pada peride ini diwarnai oleh tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dg memperhatikan penggunaan bahan-bahan lokal / setempat. - Pada prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian, perkembangan teknologi, industri serta seni dengan faham kedaerahan (manusia dan lingkungan) dengan tidak mengurangi rasa kesatuan yang disebut kemanusian, akal dan seni dari arsitektur modern. - Hal ini adalah merupakan keberanian untuk menyalahi zamannya. Hanya dengan perencanaan yg obyektif dan ketelitian dalam penampilan bahan-bahan asli, maka bahaya gagalnya perancangan dapat dihindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak dikritik dan disalah artikan. Tokoh yang menonjol pada Periode II ini adalah: - Alvar Aalto - Arne Jacobsen - Oscar Niemeyer - Tokoh-tokoh pada Periode I juga berkarya dengan tetap atau terpengaruh oleh pemikiran Periode II, demikian juga pada periode selanjutnya. PERIODE III (1945 1958) - PD II (1941 1945) menimbulkan kerusakan pada gedung-2 dan rumah tinggal, menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan rumah tinggal dan gedung-2 menjadi latar belakang pada periode ini.

- Pada masa ini timbul aliran yg disebut Eklektisisme, aliran yg berpedoman mengambil yg paling baik diantara yang sudah ada, untuk digunakan sebagai bagian dari sesuatu yang baru. - Prinsip-prinsip perancangannya didasari pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta keindahan mesin, menginginkan satu kesatuan antara manusia dengan lingkungannya. - Ekspresi bentuk massa bangunan serta materi yg dominan pada periode ini dapat dibagi atas: - Bentuk curvelinier geometris yg plastis dengan penggunaan bahan dan struktur utama pada umumnya beton serta strutur atap baja. - Bentuk geometri (kubus, prisma), umumnya menggunakan baja sebagai struktur utama dengan dinding kaca sebagai penutup. - Arsitektur Landscape mulai dikembangkan, dengan menggunakan bahan, fungsi, sistem pencahayaan, bentuk masa, dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat kenasionalan. PERIODE III fase I (1949 1958) - Penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perancangan tidak hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja, tetapi juga hubungannya dengan keadaan lingkungan di mana bangunan tersebut akan berdiri (mis: iklim). - Bangunan yg tercipta mencerminkan suatu dialog dengan teknologi, hal ini terlihat dari penggunaan produk baru, seperti; baja, alumunium, metal, beton pracetak. Yang penggunaannya dapat dibagi menjadi dua prinsip dasar yg berbeda yaitu: - Dilihat dari segi keindahan eksterior dan interior (estetika). - Dilihat dari metode produksi (efisiensi). - Ciri-ciri lain pada bangunan masa ini adalah: - Penggunaan bidang kaca yg lebar. - Penggunaan dinding penyekat yg diprodusi secara industrial. - Permukaan bangunan mulai agak kasar. (menjurus ke brutalisme). - Sistem cantilever dengan tujuan untuk mendapatkan lantai lebih luas. - Ada 5 aliran yg berkembang pada masa ini (1950an): - Aliran penyederhanaan bentuk (minimalism), di dalam kesederhanaan berusaha mencapai efek yg kaya. Bentuknya lurus-lurus hampir sama untuk berbagai jenis bangunan. ( tokohnya : Mies-van de Rohe). - Aliran bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan, bila ada bagian yg perlu ditonjolkan akan dibuat menonjol, sehingga ada variasi pada bentuk masanya. Aliran ini bentuknya lebih plastis dibandingkan aliran di atas. (tokohnya: Alvar Aalto) - Aliran pernyataan bentuk melalui struktur (experimental structure), bentuk terlahir dari permainan gaya-gaya struktural, sehingga tercipta bangunan yg istimewa bentuknya dan berskala besar. (tokohnya: Eero Saarinen) - Aliran organik (organic architecture), berusaha menghubungkan alam dan lingkungan ke dalam pemecahan masalah arsitektural (tokohnya: Frank Lloyd Wright) - Aliran perubahan sikap terhadap zaman yang lampau, menggunakan kembali langgamlanggam dari masa lalu yang sudah dipermodern dan disederhanakan. (tokohnya : Minoru Yamasaki) PERIODE III fase II (1958 1966) Setelah mengalami beberapa variasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan pandangan-2 pada fase I dan periode sebelumnya. Pada fase ini timbul dua aliran yg menonjol di Eropa dan

Amerika yaitu: - Aliran Brutalisme, berasal dari beton brut (beton telanjang), yg dipakai oleh Le Corbusier pada bangunan Unite dHabitation di Marseilles. Bangunan yg dibuat dengan gaya seperti ini, yaitu menggunakan bahan bangunan yg kasar, seperti beton expose, batu bata kasar dan bahan lain yg sejenis termasuk di dalam aliran ini. Brutalisme mengalami dua fase, yaitu: - Brutalisme dalam artian sempit dalam lingkungan Smitthsons (Inggris), lebih mementingkan etika dari pada estetika. - Internasional Brutalisme, disini lebih bertujuan pada estetika. Brutalisme memulai suatu perancangnan dari kumpulan ruang yg kecil dan terpisah serta dihubungkan dg elemen-2 fungsional yg bebas dan dengan indah dikembangkan ketika bergabung bersama. Bentuk keseluruhan dari bangunan merupakan faktor yg menentukan, tetapi bagian-2 individual dinyatakan dengan tegas dan teliti. (tokohnya: Le Corbusier, Paul Rudolph, Michael Kallmenn, Eero Sarine, Kenzo Tange, Stubbin): - Aliran Formalisme, perancangan bangunan berdasarkan segi estetika, lebih menonjolkan bentuk bangunan. Penampilan dipengaruhi oleh faktor emosi dan perasaan dari arsitek, fungsi dinomer duakan, bentuk luar tidak sesuai dengan fungsinya. Slogan Form follows function dirubah menjadi Form evokes function (bentuk menciptakan fungsi), bentuk adalah merupakan titik tolak perancangan. Formalisme dipengaruhi aliran lainnya: - Formalisme vs Brutalisme; bertitik tolak pemikiran yg sama yaitu technical excellence, kekuatan teknik sebagai suatu cara untuk mencapai keindahan ideal. (Paul Rudolph) - Formalisme vs Neo-Historisme; ditrapkan bentuk-bentuk masa lampau yg tujuannya untuk mencapai estetika, perletakan masa simetris, ada plaza di tengah dan penyusunan ruangnya sama dengan masa abad XIX - Faham dan aliran yg berkembang pada arsitektur modern memang banyak, namun perbedaannya sangat tipis. Dan sering perbedaan ini lebih banyak disebabkan oleh penekanan permasalahan yg berbeda, sedangkan inti permasalahannya sama, yaitu ingin menciptakan arsitektur yang efisien. Setelah berjalan beberapa lama, maka arsitektur modern dapat disimpulkan mempunyai ciri sbb: - Terlihat mempunyai keseragaman dalam penggunaan skala manusia. - Bangunan bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai tujuan semaksimal mungkin, bila sesuai dengan fungsinya. - Bentuk bangunan sederhana dan bersih yg berasal dari seni kubisme dan abstrak yg terdiri dari bentuk-bentuk aneh, tetapi intinya adalah bentuk segi empat. - Konstruksi diperlihatkan. - Pemakaian bahan pabrik yg diperlihatkan secara jujur, tidak diberi ornamen atau ditempeltempel. - Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horisontal. - Konsep open plan, yaitu membagi dalam elemen-elemen struktur primer dan sekunder, dg tujuan untuk mendapatkan fleksibelitas dan variasi di dalam bangunan. Karakter arsitektur modern, menurut Bruno Taut: - Bangunan mencapai kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama dari bangunan. - Material dan sistem bangunan yg digunakan ditempatkan sesudah syarat di atas. - Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan kegunaannya, ketepatan

penggunaan material dan keindahan sistem konstruksi. - Esteika dari arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan dg belakang, facde dengan rencana lantai, jalan dg halaman dalam; tidak ada detail yg berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yg diperlukan bagi keseluruhan. - Pengulangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindarkan, tetapi merupakan alat yg penting dalam ekspresi artistik. Apakah rumah moderen itu? Sebuah pertanyaan yang yang selalu mengusik saya selama beberapa bulan. Saya tidak bisa menjawab begitu saja, terlebih setelah saya renungkan lagi, saya merasa bahwa rumah hanyalah sebuah produk, sebuah akumulasi pergulatan tidak saja bagi arsiteknya tetapi juga bagi pemilik rumah. Saya ingin mengembalikan relasi antara manusia dan alam. Relasi ini ternyata penting terlebih lagi karena kita tinggal di negara tropis, dimana kita tidak pernah memiliki perbedaan iklim yang ekstrem seperti di negara Sub-tropis yang memiliki 4 musim. Disana relasi antara manusia dan alam memiliki satu garis yang sangat tipis untuk memisahkannya, sehingga antara bangunan (built environment) dan alam mempunyai dinding batas yang keras atau kuat; bisa berupa dinding kayu, beton, batu, ataupun kaca yang transparan. Hal ini untuk mempertahankan suhu di dalam ruang 25C karena suhu diluar yang mungkin diatas +40C atau bahkan dibawah nol, dimana tingkat kenyamanan manusia untuk tinggal menjadi sulit. Di negara tropis seperti Indonesia yang tepat berada di khatulistiwa memiliki suhu rata-rata yang hampir sama dan itu berlangsung selama 360 hari dalam satu tahun kalender. Hal inilah yang menyebabkan relasi manusia dan alam begitu dekat, kedekatan itu bahkan tidak perlu lagi dipisahkan oleh dinding yang massif, atau kaca yang transparan. Jika kita perhatikan lagi bangunan-bangunan vernakuler dari Sabang sampai Merauke semuanya memiliki ciri-ciri yang hampir mirip, yaitu keterbukaan dengan alam. Pada tradisi rumah Jawa mereka memiliki pelataran (courtyard) umumnya berupa tanah lapang di depan rumah utama, kadang bercampur pasir dan ditumbuhi tanaman sawo kecik atau kepel. Relasi antara pemilik rumah dan pelataran ruang merupakan relasi yang unik yang saling membutuhkan dan relasi ini penuh bukaan tanpa satu batas yang rigid. Pohon sawo kecik akan memberikan buah yang berguna bagi pemilik rumah, begitu juga buah kepel yang bisa menghangatkan badan. Di siang hari pohon ini menerangi pelataran hingga tidak terlalu panas. Terlebih lagi di Bali, rumah-rumah tradisionalnya serba terbuka, dibatasi

dinding yang mengelilingi beberapa paviliun yang mengitari natah / pelataran (courtyard) di tengah, kita bahkan harus kepanasan atau kehujanan untuk berpindah dari satu ruang ke ruang lain. Keterbukaan ini juga merepresentasikan relasi yang unik antara manusia penghuninya dan alam. Pada komplek-komplek perumahan di Indonesia karena kebutuhan perumahan di Kota (urban) sangat tinggi dan belum ada kebijakan rumah susun, yang terjadi adalah pertumbuhan model mesin rumah-rumah mungil dengan bentuk dan program ruang yang hampir sama seperti copy & paste. Inilah bentuk- bentuk kapitalisme yang merusakan relasi manusia dengan alam. Lahan yang sudah sangat sempit selalu dibagi dalam 2 bagian bangunan dan nonbangunan (alam) tanpa perlu mempertanyakan kembali relasi antar ruang luar dan dalam itu, kemudian fasade depannya dipercantik dengan berbagai warna dan asesories. Inilah relasi yang terputus antara alam dan manusia atas nama moderenisme. Lalu apakah hal ini dapat dikategorisasikan sebagai rumah moderen? prasyarat apakah yang harus dipenuhi bagi rumah moderen ? apakah harus beratap datar ? haruskah memiliki roof garden di atasnya ? Jika kita merujuk pada tulisan arsitek Le Corbusier tentang rumah moderen. Maka sebenarnya roof garden bukan Sesuatu yang baru. Bahkan pernah diusulkan oleh Le Corbusier dimana dia selalu menciptakan roof garden di atas atap. Jadi kalau kita menciptakan rumah datar dengan atap diatas beton, lalu diberi rumput diatasnya dibuat roof garden, ini sudah lama dibuat oleh Le Corbusier sejak 1930. Kalau ide roof garden sudah usang lalu apa yang menjadikan sebuah rumah dapat dikategorikan moderen? Menurut saya mereinterpretasikan modernitas pada rumah tropis adalah dengan mempertanyakan kembali batas-batas yang rigid antara bangunan dan alam. Mempertanyakan kembali materialnya serta tingkat phorositas bangunan tersebut yang kuantitasnya beragam, karena hal itulah yang menghadirkan ruang yang ambigu, terutama ketika alam dengan bebas menerobos masuk seperti sinar matahari yang melewati celah-celah kecil dari atap. Le Corbusier & Ludwig Mies Der Rohe keduanya mendapatkan pendidikan Beaux-Arts adalah Institusi dengan pendidikan Arsitektur bergaya orthodox pada waktu itu. Sehingga mereka kurang mendapatkan legalitas dari pemerintah. Tetapi mereka memiliki amunisi baru dengan menciptakan rumah di daerah sub-urban. Disanalah Corbusier berhasil memamerkan Villa Savoye yang menghilangkan semua Ornamen dan sekaligus membebaskan bangunan ini dari bentuk struktur beton yang rigid menjadi lebih fluid (spatial Fluidity). Pada tahun itu ketika

berakhirnya perang dunia pertama yang menjadi isu utama adalah kekurangan perumahan & rumah susun untuk rakyat. Karena banyaknya kehancuran akibat perang dan juga kembalinya para pejuang dari medan pertempuran dan mereka membutuhkan perumahan untuk anakanaknya. Krisis perumahan pada saat setelah Perang Dunia I (PD I ) tumbuh juga para middle class yang membutuhkan rumah-rumah individual sebagai rumah kedua / weekend house. Le Corbusier & Ludwig Mies Der Rohe menjadi pionir dalam arsitektur moderen. Ini ditegaskan dengan pameran mereka di Museum of Modern Art, New York berjudul International Style menjadi model perumahan sub-urban. Pameran tentang International Style yang membuat debut Corbusier dengan iconic Independent House itulah awal dari Modernisme. Buku utama Le Corbusier : (Towards a New Architecture 1924) diakhiri dengan kalimat Architecture or Revolution? Revolution can be avoided. Corbu dan Mies telah melakukan pembacaan sekaligus perlawanan yang kritis pada kontemporaritas jamannya, sehingga rumah karya mereka disebut pioneer arsitektur moderen. Jika kita kembali melakukan refleksi soal rumah moderen saat ini di Indonesia. Tantangan kekiniannya adalah bagaimana mengembalikan rumah tropis pada hubungannya dengan alam. Jadi rumah moderen Indonesia tidak harus selalu kotak atau tidak harus menggunakan kaca. Label moderen disematkan jika rumah itu menjawab kebutuhan kekinian masyarakat baru Indonesia. Juga harus dapat menjawab tantangan baru berupa penghematan energy dan adanya usaha merespon alam yang mengalami degrasi kualitas dan hantaman kerusakan lingkungan yang parah. Masyarakat kelas menengah di Eropa & Amerika tahun 30-an dan Indonesia saat ini memiliki kesamaan motif untuk memiliki rumah kedua yang lokasinya jauh dari pusat kota. Model rumah bagi kelas menengah di Indonesia umumnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari gated community karena alasan keamanan. Boom rumah-rumah tinggal di Amerika pada tahun 30-an menjadi penggerak ekonomi karena didukung oleh sistem kepemilikan yang mudah dari bank. tapi hal itu telah berubah ketika beberapa waktu lalu tahun 2009 Amerika mengalami kemunduran ekonomi karena kegagalan model perumahan mortgage system. Ketika Era bangunan kolonial telah berakhir, era regionalisme tahun 80-an juga berakhir digantikan dengan pengaruh keterbukaan informasi dan globalisasi tahun 90-an, generasi arsitek saat ini sangat dimanjakan oleh pengaruh moderenisme visual berdasarkan image / foto dari

internet sehingga copy paste dan peniruan tampaknya mewabah tidak saja di Indonesia, tapi diseluruh Negara-negara Asia yang sedang menggeliat. Rumah moderen akhirnya menjadi symbol sukses pada masyarakat kelas menengah baru. Saya membacanya banyak arsitek yang menjadi terjebak pada pragmatisme dimana rumah moderen sebagai kritik atau sebagai alat untuk menghadirkan konsep baru sangat minim. Sehingga yang banyak tercipta adalah kotak sabun raksasa tanpa konsep yang kritis, panas, higienis dan sangat bergantung pada teknologi AC. Hal ini diperparah lagi dengan rendahnya apresiasi masyarakat pada arsitek, ini bisa dimaklumi jika rasio jumlah orang Indonesia yang melanjutkan study ke jenjang Universitas tidak sebanding dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Dalam abad 21 ini saya ingin kembali mereposisi arsitek sebagai salah satu ujung tombak bagi konsep-konsep yang kritis pada lingkungan baik secara urban maupun spasial, dalam mengajukan proposal rumah modern tunggal untuk para middle class. Akhirnya rumah modern harus dapat menjawab kekinian masyarakat yang gandrung akan gadget & teknologi tapi bahwa rumah ini menjadi sangat personal & boutique. Memberikan satu kritik membangun bagi masyarakat kita. Saya ingin mengutip catatan penting dari Corbu; You employ stone, wood and concrete and with these materials you building houses and places. That is construction. Ingenuity is at work. But suddenly you touch my heart, you do me good. I am happy and I say : this is beautiful, that is architecture. Art enters in. My house is practical. I thank you. As I might thank railway engineers or the telephone service. You not touched my heart. But support that walls rise towards heaven in such away that I am moved. I perceived your infusions. Your mood has been gentle, brutal, charming or noble. The stones you have erected tell me so you fix me to the place and my eyes regard it. They be hold something which express a thought. A thought which reveals itself without word or sound, but solely by means at shapes. Which stand in a certain relationship to one another. These shapes are such that they are clearly revealed in light. The relationship between them have not necessarily any reference to what is practical or descriptive. They are mathematical creation of your mind they are the language at architecture, by the used of inner materials and starting from conditions more or less utilitarian, you have aroused my emotions. This is architecture. Le Corbusier, Vers Une Architecture 1923

Kutipan Tulisan Corbusier diatas yang ditulis pada tahun 1923, hingga kini masih tetap relevan ketika batu, kayu maupun beton memiliki content seni di dalamnya material tersebut menyentuh hati kita itulah definisi arsitektur. Dengan perkembangan jaman definisi arsitektur juga semakin kaya dan panjang termasuk penambahan teknologi otomatisasi yang mempermudah manusia mengendalikan system / aparatur di dalamnya. Hal itu juga pasti harus ditambah penghematan energy dan relasinya dengan alam sekitarnya. Tugas arsitek seperti kita adalah meredefinisi ulang konsep bertinggal yang menyerap kemajuan gadget dan kehidupan kekinian. Tentunya seberapapun biaya atau anggaran suatu arsitektur untuk penyusunan dan penggunaan material dituntut untuk memberikan citra dan roh seni keindahan yang disesuaikan dengan lokalitasnya, kebudayaan dan lingkungannya. Sehingga arsitektur kembali akan menyentuh hati. Lalu ukuran modernitasnya apa? Di setiap jaman memiliki karakteristik sendiri seberapa kritis kita sebagai arsitek untuk menyatakan kebaharuan program ruang, lifestyle bahkan kebiasaan-kebiasaan baru di suatu tempat, sekaligus struktur yang digunakan serta konsep sustainabilitas-nya. Hasil akhir suatu bangunan rumah moderen adalah artefak bagi sikap kritis arsitek-nya, karena kemudian ketika menjadi berbeda, akhirnya menjadi tolok ukur moderenitas pada jamannya. (Budi Pradono 2011)

You might also like