Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
ANASTASIA EVIRA XI IA 3
APRIL 2009 SMAN 2 PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH TUGAS PENJASORKES KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :
ANASTASIA EVIRA
XI IA 3
APRIL 2009 SMAN 2 PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Dampak Seks Bebas ii
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya. Meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Memasuki milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.
Oleh karena itulah dalam karya tulis ini akan diuraikan beberapa hal tentang : pendidikan seks ( yang mencakup pengertian, tujuan serta pembahasan tentang pentingnya pendidikan seks bagi remaja ), bahaya seks bebas, serta menghindari seks bebas ( yang mencakup pencegahan menurut agama serta pencegahan dalam keluarga ), yang dirangkum dalam karya tulis ilmiah: DAMPAK SEKS BEBAS . Dalam menyusun karya tulis ini, penulis sangat berterima kasih kepada pelbagai sumber informasi dan data yang telah penulis gunakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tentunya yang utama adalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat, pengetahuan, serta kemampuan bagi penulis. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada keluarga, guru dan teman-teman yang telah senantiasa memberikan dukungan dan bantuannya yang sangat berarti dalam penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis sederhana ini dapat memenuhi syarat sebagai tugas dalam bidang ilmu pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ( PENJAS-ORKES ) serta dapat berguna, sebagai pengetahuan dan dapat memberikan dukungan terhadap kemajuan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dalam karya tulis ini. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang dapat membangun dan mengembangkan karya tulis ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Penulis
Halaman Sampul Depan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Halaman Sampul Dalam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i ii iii v
BAB I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 BAB II. PENDIDIKAN SEKS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1. Pengertian Pendidikan Seks. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Tujuan Pendidikan Seks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Pendidikan Seks Penting Bagi Remaja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB III. BAHAYA SEKS BEBAS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 4 11 14 19
BAB IV. MENGHIDARI SEKS BEBAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 1. Pencegahan Menurut Agama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 2. Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24 BAB V. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 Sumber-Sumber Data dan Informasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 A. Daftar Kepustakaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 B. Sumber Internet. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 Lampiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
Seks, bagi sebagian orang kata tersebut terdengar menyeramkan, membicarakannya merupakan suatu hal yang tabu, apalagi mengaitkannya dengan anak-anak. Sehingga menyebabkan banyak orang tidak tahu-menahu tentang pendidikan seks. Berbeda dengan di negara-negara Barat, seks sudah diajarkan pada saat anak-anak masih berusia remaja dan mereka tidak malu untuk bertanya pada orang tuanya. Seks adalah sesuatu yang alamiah, merupakan suatu proses biologis yang terjadi pada setiap mahluk hidup. Apakah seks itu buruk pada hakekatnya? Tentu saja tidak. Sebagian masyarakat percaya bahwa pendidikan seks harus diberikan di rumah. Adalah sangat baik jika pengetahuan ini diajarkan oleh orang-tua sebagai pribadi yang terdekat dengan anak-anak, dan jangan menunggu sampai anak sudah menjelang remaja atau ABG. Akhir-akhir ini tayangan berita kriminal di TV-TV Swasta banyak sekali mengungkapkan kasus-kasus kejahatan seksual kepada anak-anak dibawah umur yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Bahkan seringkali para pelaku bukanlah dari kalangan orang berpendidikan, malah sebagian besar kasus-kasus yang dibuat di berita itu adalah dari kalangan masyarakat bawah. Penting sekali bagi para orang-tua untuk memberikan proteksi dan pengawasan kepada anak-anaknya. Nafsu seks timbul dalam diri manusia mulai pada usia puber (balig). Oleh sebab itu, seseorang sejak usia kanak-kanak harus diberi pendidikan seks agar ia tidak merasa bingung dan tersesat ketika menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya, baik perubahan fisik maupun kejiwaan. Tentu saja, pendidikan seks yang diberikan harus sesuai dengan tingkatan umur dan sosialisasi si anak, dan terus ditingkatkan seiring berjalannya waktu menuju kedewasaannya. Seorang anak perlu mengetahui organ-organ tertentu dari tubuhnya yang tidak boleh disentuh sembarangan oleh orang lain. Ancaman pelecehan seksual menjadi alasan mengapa persiapan menghadapi masa remaja menjadi tanggung jawab orang tua dan keluarga. Belakangan ini marak beredarnya VCD dan gambar porno di dalam masyarakat kita. Banyaknya beredar VCD dan gambar porno tersebut dapat membahayakan kehidupan masyarakat, terutama para remaja. Karena semua itu bisa menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual.
dalam kehidupan bermasyarakat kita, pendidikan tentang seks itu sangat minim maka dapat membuat masyarakat kadang kala salah mengartikan.
1.
PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKS Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin, dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Adapun pengertian pendidikan seks yang akan dijelaskan dalam bab ini adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkannya secara baik, benar, dan legal. Pendidikan seks mempunyai ruang pembahasan yang luas dan kompleks. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual ( seseorang yang mempunyai keinginan seks hanya pada lawan jenisnya ), dan bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologi, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex instruction dan education in sexuality. Sex instruction ialah penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut pada ketiak dan sekitar alat kelamin, dan mengenai biologi dari reproduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan kelamin untuk mempertahankan jenisnya. Termasuk di dalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Adapun education ini sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang
dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual seksual, serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity ( pergaulan dengan siapa saja ) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan. Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi. Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut : Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.
Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria. Pendidikan Seksual Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual.
Seorang anak secara naluri dengan segera mengerti dia ada dikelompok gender yang mana, dan ini akan dikuatkan dengan halhal sebagai berikut : Orang tua sering mendidik anaknya untuk berlaku sesuai dengan gender mereka. Seorang ibu sering menggunakan pujian atau hukuman untuk mengajar putrinya menjadi lebih feminim. Misalnya, Rachel, kau akan terlihat lebih manis kalau memakai pita rambutmu dan kepada anak laki-lakinya, Michael, anak lelaki sebesar kamu tidak boleh cengeng.
diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan. Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Pengajaran seks yang lebih detail sebaiknya diberikan pada saat anak menjelang remaja dimana saat itu mulai terjadi proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (17osialisas) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
maupun orang lain. Adapun tujuan akhir pendidikan seks adalah pencegahan kehamilan di luar perkawinan. Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut : a. Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan. b. Membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam kehidupan manusia dan keluarga; hubungan seks dan cinta, perasaan seks dalam perkawinan dan sebagainya. c. Mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks. Jadi pendidikan seks dalam arti sempit ( in context ) adalah pendidikan mengenai seksualitas manusia. d. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian, sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, misalnya memilih jodoh, hidup berkeluarga atau tidak, perceraian, kesusilaan dalam seks, dan lain-lain. Tujuan Pendidikan Seksual Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat.
remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987) Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut : Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya
menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahaptahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
c. Dapat mengatasi gangguan psikis. d. Dapat memberi pengetahuan dalam menghadapi perkembangan anak. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumbersumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.
Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas. Pentingnya SeX Education
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan
remaja. Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo 1994 (The Cairo Consensus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir 24osialisa tersebut ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.
Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal lain ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, lanjut Sofyan, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya. Nah, ketika kita berbicara mengenai sex education, tidak hanya mengenai organ tubuh reproduksi saja, tetapi banyak hal yang harus kita pelajari antara lain ekonomi, sosial budaya, bahkan politik, ujar Sofyan dan mencontohkan banyaknya PSK (Pekerja Seks Komersial) di mana-mana, hal ini disebabkan faktor ekonomi, sehingga mereka tidak lagi bertanggung jawab terhadap organ reproduksinya dan tidak menyadari akan terjadinya penularan virus HIV dan penyakit kelamin lainnya.
merupakan hal yang tabu yang bikin kita malu-malu untuk membahasnya. Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pengetahuan tentang seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita ngomongin tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat. Namanya remaja, masa puber (13 thn ke atas) adalah masa di mana mereka mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masamasa ini pula remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Bisa dibilang karena rasa ingin 26osialis yang besar, semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mereka berani untuk mengambil resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu. So..ada beberapa pendapat yang bilang, sex education memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Sex education sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya, tutur Ahmad (20 thn, mahasiswa). Menurut Ahmad, ketika ia duduk di bangku sekolah, ia merasa pengetahuan tentang seks sangat kurang sekali, hanya sebatas teori tanpa ada pembahasan yang melibatkan tanya jawab langsung dari siswa. Ada indikasi karena lebih terkesan formalitas, maka si siswa pun agak malu-malu untuk melontarkan rasa penasaran dan ingin 26osialis.
Berarti memang terbukti pada masa puber, banyak remaja yang melakukan sesuatu hanya untuk menjawab rasa ingin tahu mereka atau hanya ikut-ikutan trend. Kita ambil contoh, dalam benak mereka mungkin muncul pendapat bahwa, kalo pacaran nggak pernah ciuman nggak sah. Makanya pada usia pacaran atau cinta monyet mereka nggak malu-malu dan nggak canggung lagi buat ciuman, tanpa tahu maksud dari ciuman itu sendiri. Dan begitu tahu enaknya ciuman, mereka malah melangkah melakukan hal-hal yang belum pantas untuk dilakukan. Mereka nggak sadar dari rasa yang enak tadi, akan muncul masalah baru yang dapat merusak masa depan mereka. Kalau sudah kebablasan bukan saja remajanya sendiri yang akan kena batunya, namun orang tua juga nggak kuasa untuk menahan rasa malu. Pembekalan tentang seks ini penting dan perlu sekali. Pengenalan atau pendidikan tentang seks, bisa dimulai dengan ngomongin atau diskusi langsung tentang kesehatan reproduksi. Dengan cara yang lebih akrab atau curhat, mungkin si siswanya pun nggak perlu malu-malu lagi. Bisa juga dengan sering nya membuat sebuah seminar tentang seks dengan mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detil lagi. Misalnya dokter atau psikolog, yang cakap dan paham dalam urusan gaya hidup remaja. Ada beberapa sekolah yang sudah memberikan pelajaran tentang sex education yang disisipkan ke dalam pelajaran Biologi, Agama dan Bimbingan Konseling. Namun hanya dapat bekal dari sekolah tentu nggak cukup. Komunikasi dari orang tua dan anak pun perlu juga. Bisa dibilang nggak banyak remaja yang berani cerita tentang first kiss-nya ke ibu mereka. Kalau kita tanya di mana mereka bisa tahu tentang Love, Sex dan Dating, banyak yang jawab dari teman. Bisa jadi cerita dari teman lebih banyak yang seru-serunya 27osiali, yang membuat kita jadi pengen ngelakuinnya juga. Ada yang bilang kalau cewek masih virgin, nggak gaul. Akhirnya, karena ketidak tahuannya banyak yang merelakan mahkotanya hanya karena empat huruf tadi Gaul, trus juga nggak kepikiran ngelakuin hubungan suami istri di luar nikah bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sepertinya tidak hanya remaja saja yang berhak mendapatkan pengetahuan tenatng seks dan gaya hidup remaja saat ini. Menurut Said, Sebelum si remaja-nya yang dikasih pelajaran, orang tua pun mesti menadapatkan pengetahuan tentang gaya hidup remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang trend di kalangan remaja, jadi akan terjalin komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Karena bukan nggak mungkin mereka yang
tidak dekat atau jauh dari kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal yang negatif.
Hubungan seks pranikah bahkan berganti-ganti pasangan ( seks bebas ) mengakibatkan aib dan mengganggu ketenteraman hidup selanjutnya. Untuk itu, sebaiknya para remaja mengenal bahaya akibat hubungan pranikah dan seks bebas sebelum terlanjur. Perilaku seks pranikah dan seks bebas terutama di kalangan remaja sangat berbahaya bag perkembangan mental ( psikis ), fisik, dan masa depan seseorang. Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas. a. Menciptakan kenangan buruk; Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks pranikah dan seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Bukan hanya pelaku yang merasa malu bahkan keluarga besarnya pun akan merasakannya. Hal ini tentu saja menjadi beban mental yang berat. b. Mengakibatkan kehamilan; Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah dapat menjadi beban mental yang luar biasa hebat. Biasanya kehamilan ini tidak diharapkan orang tuanya , sehingga muncul istilah kehamilan di luar nikah sebagai suatu kecelakaan . Keadaan semakin berat ketika keluarga atau bahkan masyarakat mempertanyakan kehamilan itu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya timbul depresi dan frustasi terutama menyerang wanita yang hamil di luar nikah tersebut. Lebih jauh lagi, apabila bayi itu lahir dan kemudian terungkap perilaku orang tuanya dulu maka tentu akan menjadi beban mental juga. Jelaslah bahwa perilaku seks pranikah dan seks bebas hanya akan
menimbulkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku dan bahkan keturunannya nanti. c. Menggugurkan kandungan ( aborsi ) dan pembunuhan bayi; Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks pranikah merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin orang tuanya menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan ( aborsi ) dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan lainnya.
berganti-ganti pasangan sangat berpotensi pada penyebaran penyakit kelamin. Penyakit kelamin biasanya menular dan sangat mematikan. Penyakit kelamin ini tidak hanya menular kepada pasangannya melainkan akan menular pada keturunannya. Banyak kasus bayi lahir cacat akibat orang tuanya terjangkit penyakit kelamin. e. Timbul rasa ketagihan; Seks pranikah dan seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekli mencoba maka dipastikan akan melakukan terus menerus perbuatan tersebut.
Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks kepada semua anggota keluarga. Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah sebagai berikut. 1. pencegahan Menurut Agama e. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh tahun. f. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin
ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu. g. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk. h. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya. Sementara, perilaku-perilaku tersebut notabene adalah perilaku-perilaku yang sangat tidak dianjurkan oleh ajaran agama atau bertentangan dengan ajaran agama. Persoalannya kemudian adalah bahwa meskipun jumlah mereka diperkirakan hanya lebih kurang 200.000 orang atau kurang dari 1/1000 dari jumlah penduduk Indonesia tetapi hal tersebut menjadi naf, karena terjadi di Negara yang menggunakan dasar falsafah Ketuhanan Yang Maha Esa, atau Negara yang menjadikan agama sebagai pedoman hidup masyarakatnya. Maka, dapat dipastikan bahwa agama melarang perilaku-perilaku tersebut. Dalam Islam jelas sekali melarang prostitusi atau seks bebas yang dikategorikan dalam zina, seperti tersebut dalam Al Quran, surat Al Isra ayat 32 yang artinya: Janganlah kau dekati perbuatan zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
berhala dan mengundi nasib adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Dalam Injil juga dinyatakan bahwa kehidupan dosa seperti pencabulan, seks bebas dan narkoba adalah sesuatu yang dilarang. Hal ini dapat ditafsirkan secara jelas dari Roma 13:13 yang berbunyi: Marilah kita hidup sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Demikian pula dalam Galatia 5:20-21 juga secara jelas menyatakan: .jauhilah perbuatan daging: pencabulan, kecemaran, perselisihan, iri hati, amarah, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Serta masih banyak lagi ayat-ayat yang melarang perbuatan yang sejenis dengan seks bebas, prostitusi dan narkoba dalam Injil terdapat pada Markus 7:21-23, Korintus 6:18, Kolose 3:5-6. Dalam kitab suci agama Hindu, larangan terhadap seks bebas juga dapat ditafsirkan secara jelas dari bunyi Sarasanuccaya 424 yang artinya: Dari sekian banyak yang dirindukan, tidak ada yang menyamai wanita dalam hal membuat kesengsaraan, apalagi memperbolehkannya dengan cara yang tidak halal. Karenanya singkirkan wanita (pelacur) itu, walau hanya di angan-angan saja sekalipun hendaknya segera ditinggalkan. Kemudian dalam reg Veda X 33.3 yang artinya: Kekacauan batin akibat dari dorongan seks, mengerogoti seperti tikus, dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya. Larangan yang berkaitan dengan narkoba, adalah sebagaimana ditulis dalam Bhagawadgita XIV.21 yang artinya: Pintu gerbang 32osial yang menuntun jiwaatma ke lembah kesengsaraan ada tiga, yaitu: nafsu, amarah, loba. Oleh karena itu orang harus selalu menghindari dan mengendalikan hawa nafsu. Ayat-ayat lain juga terdapat pada Nitisastrasargah XIV.3-4 dan para Reg Veda VIII.2.2.
menghindari pembunuhan mahluk hidup. Kedua, Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila.; dan ketiga, Aku bertekad akan 33osiali diri menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. *** Karenanya, agama mempunyai tanggungjawab yang besar untuk menyelamatkan bangsa ini dari serangan masalah seks bebas. Persoalan HIV/AIDS bukan hanya persoalan kesehatan atau kedokteran semata, bahkan yang terbesar adalah persoalan moral dan agama, persoalan 33osialis dan ketakwaan kepada Tuhan. Sebagian orang mungkin akan mengatakan bahwa seks bebas jawab akan membawa azhab bagi mereka yang berani 33osialisa larangan Tuhan sebagaimana halnya pernah terjadi pada umat Nabi Luth. Tetapi menolong mereka yang berada dalam kesulitan dan kesengsaraan, menasehati dan mengajak mereka untuk kembali ke jalan yang lurus adalah kewajiban para pemuka agama. Jika pencegahan dan penanggulangan seks bebas dibagi dalam tiga bagian strategi, yakni prevensi (membentengi), represi (memerangi), dan rehabilitasi (memperbaiki), maka agama terlibat langsung dalam dua hal, yaitu membentengi (prevensi) dan memperbaiki (rehabilitasi). Yang terkait dengan strategi prevensi adalah bagaimana membuat masing-masing umat beragama menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan tabah menghadapi godaan setan yang berbentuk rayuan seksual ataupun kenikmatan narkoba. Hal ini dilakukan melalui peningkatan 33osialis dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Yang kedua adalah bagaimana membuat umat beragama mampu menciptakan daya nalarnya untuk memahami apa dan bagaimana efek dari penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkoba yang dapat menyebabkan tertular HIV/AIDS serta mengetahui tentang apa dan bagaimana kegananasan HIV/AIDS tersebut. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan pembelajaran tentang HIV/AIDS dan perilaku-perilaku yang menyebabkan tertularnya HIV/AIDS. Kemudian yang terkait dengan strategi ketiga, yaitu rehabilitasi (perbaikan). Tugas para tokoh agama adalah bagaimana mengembalikan mereka yang tersesat ke jalan yang benar. Bagaimana mengubah penderitaan yang mereka rasakan
menjadi sarana introspeksi, sehingga mampu untuk menyesali diri dan bertobat serta kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penting bagi kedua orang tua untuk meyakinkan bahwa teman-teman putra-putri mereka adalah anak-anak yang baik. Memberikan perhatian terhadap kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat. Tanamkanlah etika memelihara diri dari perbuatanperbuatan maksiat karena itu merupakan sesuatu yang paling berharga. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dana anak.
memicu anak rasa percaya diri tanpa harus memikirkan seks. Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan melatih diskusi akan mengalihkan perhatiannya dari halhal yang berkaitan dengan seks. Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda. Kalau ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk, saat putrinya remaja ia jadi terluka dan mencari perhatian pada lawan jenisnya. Jangan bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi pembangkang. Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat dicegah dengan memberlakukan peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks dilakukan di rumah saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu orang tua bisa membuat peraturan uang tidak membolehkan teman lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa di rumah. Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar mereka mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan dosa besar.
Keluarga Ujung Tombak Pencegahan PENCEGAHAN SEKS BEBAS dapat dilakukan melalui pendekatan ketahanan keluarga. Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah sering ditinggalkan. Pemahaman semua serba boleh dan hilangnya rasa malu, ikut 36osialisasi36 sehingga nilai-nilai penting yang seharusnya menjadi fungsi sebuah keluarga ditinggalkan. Ada delapan fungsi keluarga yang perlu diterapkan terutama kepada anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama, budaya, cinta kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan pelestarian lingkungan. Selain menerapkan fungsi keluarga tadi, perlu upaya pencegahan lainnya seperti meningkatkan 36osialis dan ketakwaan kepada Tuhan, tidak melakukan hubungan seks di luar nikah, setia pasangan, menggunakan jarum suntik yang steril. Selain itu bila ingin melakukan atau menerima 36osialisa darah harus benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak menggunakan seks dengan kelompok
pengidap, tidak menggunakan pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi dari pengidap HIV/AIDS serta menggunakan kondom. Pola Asuh Sementara pembicara lain, Dra Hj Telly P Siwi Zaidan Psi, mengatakan perlunya menerapkan pola asuh yang tepat untuk menghindarkan remaja dari pergaulan dan seks bebas. Remaja,menurut psikolog ini, sangat rentan terhadap HIV/AIDS karenanya perlu perhatian ekstra tapi tetap dengan pola demokratis. Pila asuh otoriter di mana keinginan orangtua dinomorsatukan atau pola asuh permissive (segala keinginan anak dituruti) bukan pola asuh yang tepat. Pola asuh demokratis yang perlu diterapkan, karena di dalamnya ada proses diskusi antara anak dan orangtua, kata Telly. Untuk menghindarkan remaja dari seks bebas, perlu pengetahuan dan informasi yang benar yang sampai pada remaja bersangkutan. Adalah tugas kita semua terutama orangtua untuk membekali remaja dengan ajaran yang benar tapi tidak menghakimi, demikian Telly. 1. Agama : membina norma dan ajaran agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari 2. Budaya : membina tugas-tugas keluarga, meneruskan norma dan menyaring budaya asing 3. Cinta kasih : tumbuhkembangkan potensi kasih sayang antara anggota keluarga 4. Perlindungan: penuhi sosialisasi rasa aman pada anggota keluarga 5. Reproduksi : bina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan kesehatan reproduksi bagi keluarga 6. Sosial: sadari, rencanakan keluarga sebagai pendidikan dan sosialisasi pertama 7. Ekonomi: lakukan kegiatan ekonomi di lingkungan keluarga untuk menopang kelangsungan kehidupan keluarga 8. Pelestarian lingkungan: bina kesadaran sikap, praktik pelestarian llingkungan dalam keluarga.
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKS Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin, dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Adapun pengertian pendidikan seks yang akan dijelaskan dalam bab ini adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkannya secara baik, benar, dan legal. Pendidikan seks mempunyai ruang pembahasan yang luas dan kompleks. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual ( seseorang yang mempunyai keinginan seks hanya pada lawan jenisnya ), dan bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologi, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex instruction dan education in sexuality. Sex instruction ialah penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut pada ketiak dan sekitar alat kelamin, dan mengenai biologi dari reproduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan kelamin untuk mempertahankan jenisnya. Termasuk di dalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Adapun education ini sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual seksual, serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity ( pergaulan dengan siapa saja ) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang. 2. TUJUAN PENDIDIKAN SEKS Tujuan pendidikan seks secara umum, sesuai dengan kesepakatan internasional Conference of Sex Education and
Family Planning pada 1962, adalah : Untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia, karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain .
Tujuan utamanya adalah untuk melahirkan individu-individu yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun orang lain. Adapun tujuan akhir pendidikan seks adalah pencegahan kehamilan di luar perkawinan. Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut : e. Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan. f. Membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam kehidupan manusia dan keluarga; hubungan seks dan cinta, perasaan seks dalam perkawinan dan sebagainya. g. Mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks. Jadi pendidikan seks dalam arti sempit ( in context ) adalah pendidikan mengenai seksualitas manusia. h. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian, sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, misalnya memilih jodoh, hidup berkeluarga atau tidak, perceraian, kesusilaan dalam seks, dan lain-lain. 3. Pendidikan Seks Penting Bagi Remaja Masih banyak yang belum memahami seks dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan norma dan nilai dalam masyarakat kita menganggap pendidikan seks masih tabu untuk dibicarakan secara terbuka dan hanya merupakan masalah orang dewasa. Pandangan demikian mengandung banyak kebenarannya terutama pada masa lampau, ketika informasi tentang seks masih sangat terbatas. Namun, saat ini informasi tentang seks lebih mudah diperoleh dan sangat banyak. Maka usaha untuk memberikan informasi yang benar perlu diberikan terutama kepada para remaja. Kini, kemajuan di bidang teknologi informasi telah mengubah struktur dan pandangan hidup masyarakat kita. Dampak negatif dari kemajuan tersebut adalah pergeseran nilai dan moral yang
terjadi di masyarakat. Sesuatu yang dahulu dianggap tabu, kini menjadi lazim dan begitu sebaliknya. Salah satu pergeseran moral ialah nilai moral seksual terutama di kalangan remaja. Nilai moral seksual yang dulu dianggap tabu dan bertentangan dengan moral agama, tidak demikian lagi oleh sebagian kaum remaja. Dengan demikian memberikan bimbingan dan penerangan seks kepada para remaja merupakan suatu yang sangat penting dan perlu. Alasan pendidikan seks sangat penting diajarkan kepada para remaja adalah : a. Dapat mencegah penyimpangan dan kelainan seksual. b. Dapat memelihara tegaknya nilai-nilai moral. c. Dapat mengatasi gangguan psikis. d. Dapat memberi pengetahuan dalam menghadapi perkembangan anak.
Hubungan seks pranikah bahkan berganti-ganti pasangan ( seks bebas ) mengakibatkan aib dan mengganggu ketenteraman hidup selanjutnya. Untuk itu, sebaiknya para remaja mengenal bahaya akibat hubungan pranikah dan seks bebas sebelum terlanjur. Perilaku seks pranikah dan seks bebas terutama di kalangan remaja sangat berbahaya bag perkembangan mental ( psikis ), fisik, dan masa depan seseorang. Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas. f. Menciptakan kenangan buruk; Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks pranikah dan seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Bukan hanya pelaku yang merasa malu bahkan keluarga besarnya pun akan merasakannya. Hal ini tentu saja menjadi beban mental yang berat. g. Mengakibatkan kehamilan; Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah dapat menjadi beban mental yang luar biasa hebat. Biasanya kehamilan ini tidak diharapkan orang tuanya , sehingga muncul istilah kehamilan di luar nikah sebagai suatu kecelakaan . Keadaan semakin berat ketika keluarga atau bahkan masyarakat mempertanyakan kehamilan itu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya timbul depresi dan frustasi terutama menyerang wanita yang hamil di luar nikah tersebut. Lebih jauh lagi, apabila bayi itu lahir dan kemudian terungkap perilaku orang tuanya dulu maka
tentu akan menjadi beban mental juga. Jelaslah bahwa perilaku seks pranikah dan seks bebas hanya akan menimbulkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku dan bahkan keturunannya nanti. h. Menggugurkan kandungan ( aborsi ) dan pembunuhan bayi; Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks pranikah merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin orang tuanya menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan ( aborsi ) dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan lainnya. i. Penyebaran penyakit; Perilaku seks bebas dengan berganti-ganti pasangan sangat berpotensi pada penyebaran penyakit kelamin. Penyakit kelamin biasanya menular dan sangat mematikan. Penyakit kelamin ini tidak hanya menular kepada pasangannya melainkan akan menular pada keturunannya. Banyak kasus bayi lahir cacat akibat orang tuanya terjangkit penyakit kelamin. j. Timbul rasa ketagihan; Seks pranikah dan seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekli mencoba maka dipastikan akan melakukan terus menerus perbuatan tersebut.
tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama anakanaknya. 3. Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga perilaku seks bebas dapat dihindari. Pengetahuan yang benar tentang dampak serta bahaya seks bebas harus benar-benar diketahui dengan baik oleh setiap anggota keluarga. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam usaha untuk mencegah perilaku seks bebas. Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskannya kepada anak-anak mereka. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks. Jangan menjelaskan masalah seks pada anak-anak lakilaki dan perempuan pada waktu dan ruang yang sama. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, pilihlah kata-kata yang sopan. Penting bagi kedua orang tua untuk meyakinkan bahwa teman-teman putra-putri mereka adalah anak-anak yang baik. Memberikan perhatian terhadap kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat. Tanamkanlah etika memelihara diri dari perbuatanperbuatan maksiat karena itu merupakan sesuatu yang paling berharga. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dana anak.
A. SUMBER KEPUSTAKAAN
Muhajir.2007.Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA Kelas X jilid 1 KTSP Standar Isi 2006. Jakarta : Penerbit Erlangga. Tim Penyusun. 2004. Ensiklopedia Populer Anak jilid 2. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Tim Penyusun. 2004. Ensiklopedia Populer Anak jilid 3. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Tim Penyusun. 2004. Ensiklopedia Populer Anak jilid 4. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
B. SUMBER INTERNET
e-psikologi.com ( Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi. ) www.bkbn.go.id Oleh: Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.psikologiUMS.net http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM http:/Center for Community Development and Education.com Waspada Online http://www.waspada.co.id Menggunakan Joomla! Generated: 16 May, 2008, 11:10
Majalah Gemari, September 2001 ( media online ) Copyright @2005. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 , Jakarta Pusat, Indonesia ( media online )
Remaja, Pornografi & Pendidikan SEKS Jakarta, Jum'at SALAH satu televisi swasta beberapa waktu lalu menayangkan kasus perkosaan yang dilakukan sekelompok oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai di wilayah Jawa Timur. Dari hasil pemeriksaan aparat, perilaku memalukan ini akibat pengaruh minuman keras dan sering menonton VCD porno. DALAM cerita rubrik Curhat, Kompas, pernah ada sebuah cerita tentang seorang remaja yang menutup pintunya rapat-rapat hanya karena ingin membuka kartu remi full color yang gambarnya aduhai dan syuur. Merebaknya pornografi sungguh amat memprihatinkan, apalagi bacaan-bacaan dan sejenisnya, yang saat ini amat mudah diakses oleh siapa pun (termasuk remaja). Beberapa waktu lalu survei terhadap pornografi menggambarkan, banyak media massa yang masuk kategori pornografi, di dalamnya memuat isi dan gambar secara vulgar dan permisif. Banyak foto perempuan yang berpose seronok dan berpakaian mini, bahkan hanya ditutupi daun pisang, dan masih banyak kasus serupa yang seringkali masih saja menghiasi wajah media massa kita. Situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi terhadap dekadensi moral, kriminalitas, dan kekerasan seks yang dilakukan remaja, sesunguhnya bukan sebuah kasus baru yang mengisi lembaran surat kabar ataupun media elektronik. Kasus-kasus kekerasan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) pada remaja dan sejenisnya, tampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan sehingga "seolah-olah" masalah ini dianggap "kasuistik" yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh. Padahal, timbulnya kasus-kasus seputar KTD remaja, kekerasan seksual, penyakit menular seksual (PMS) pada remaja bahkan sampai aborsi, tidak lepas dari (salah satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
pornografi. Dari remaja sendiri anggapan tentang pendidikan seks sama dengan pornografi tidak terbukti (0 persen).
Pertama, pendidikan seksualitas harus didasarkan penghormatan hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk mempunyai pilihan. Kedua, berdasarkan pada kesetaraan jender. Ketiga, partisipasi remaja secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan seksualitas. Keempat, bukan cuma dilakukan secara formal, tetapi juga nonformal.
Sampai kapankah kita masih terus memperdebatkan persoalan pendidikan seksualitas untuk remaja, sedangkan remaja sebenarnya "diam-diam" sudah mencuri informasi yang menyesatkan tentang seks dari pornografi? Tito, Pusat Studi Seksualitas-PKBI DIY bELAKANGAN ini banyak orangtua yang semakin khawatir dengan perkembangan dan juga pergaulan anak-anaknya. Mereka semakin was-was kalau-kalau putera-puteri mereka yang kelihatannya alim di rumah ternyata bisa bertindak "liar" di luar rumah. Kekawatiran ini diakui semakin menjadi-jadi setelah mencuat kasus pelaporan pemerkosaan yang menimpa bintang sinetron Faisal terhadap seorang remaja berusia 18 tahun bernama Sheara Rendra Mayang Putri. Atau juga yang dilaporkan Puspita Wahyuningsih alias Pipit dengan perut membucit yang diakuinya merupakan buah hubungannya dengan bintang sinetron dan iklan Agung Dumadi.
Anak hamil di luar nikah? Mendengar hal tersebut seperti halnya disambar petir di siang bolong. Terlebih lagi jika hal tersebut terjadi di keluarga sendiri. Rasanya sebagai orang tua tidak kurang memberi pengertian akan bahaya dan dosa jika mereka melakukan hubungan seks di luar nikah.
Di Eropa, kata dia, sekarang banyak mahasiswa memutuskan berhenti berhubungan seks bebas setelah memahami risiko tadi. "Jadi setop berhubungan seks sebelum nikah atau jangan ganti-ganti pasangan," ujar Nafsiah. PRAMONO | DWI RIYANTO AGUSTIAR
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Mungkinkah karena longgarnya control mereka pada mereka? Berikut ini laporan wartawan Majalah Gemari Haris Fadillah dari "Kota Pelajar" Yogyakarta dan Kota Jakarta. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi duapuluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen. "sementara penelitian yang saya lakukan pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang ke Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah," kata pemilik Klinik Pasutri ini. Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara. Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS. Androlog Anita Gunawan mengatakan, kasus GO paling banyak terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal itu justru semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut. Anita menggolongkan penyakit GO tersebut ke dalam subklinis, kronis dan akut. Subklinis dan kronis, kata anita, tidak menimbulkan gejala serta keluhan pada penderita. Sedangkan GO akut akan menampakan gejala, seperti sulit buang air kecil atau sakit pada ujung kemaluan. "Pada pria biasanya menampakan gejala. Berbeda dengan wanita, seringkali tidak menampakan gejala yang jelas. Paling-paling hanya timbul keputihan atau anyang-anyang," ujarnya.
penghuni kos, selain perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan intensif dari pemilik kos secara proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk memilihkan tempat kos bagi anak-anaknya yang layak dan aman. "Selain itu, tentu membekali putra-putrinya dengan benteng ajaran agama yang kokoh," ujar Trias saat ditemui di Yogyakarta, belum lama ini. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Maraknya seks bebas di kalangan remaja membuat banyak pihak sangat prihatin. Salah satunya adalah Ketua Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta Ny Hj Ciptaningsih Utaryo. Pasalnya, kata dia, hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu sendiri, tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan. Terlebih anak yang lahir tersebut merupakan anak yang dikehendaki, sehingga ada kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. "Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas," imbau Ciptaningsih.