You are on page 1of 22

Psikologi Forensik Ingatan Sebagai Barang Bukti : Kesaksian Saksi Mata dan Penganiayaan

Anggota : Oyami iwansarama Satria Aritoa Iwan Syukurdi Istiqamah Diany Mismar Ressi Winanda Sari Fitriani

PANDANGAN SISTEM HUKUM TERHADAP KESAKSIAN SAKSI MATA


Pengadilan menekankan 5 faktor yang perlu diperhatikan saat mengevaluasi keakuratan indetifikasi oleh saksi mata : 1. Kesempatan yang dimiliki saksi mata untuk mengamati pelaku 2. Level perhatian saksi 3. Keakuratan deskripsi mengenai penyerangan yang sebelumnya pernah diberikan oleh saksi 4. Tingkat kepastian yang diperlihatkan oleh saksi 5. Jarak waktu antara saat menyaksikan kejadian dan saat melakukan identifikasi

KONSTRUKSI DAN REKONSTRUKSI INGATAN SAKSI MATA


Untuk memahami proses identifikasi oleh saksi mata, penting bagi kita untuk memahami dasar-dasar cara kerja ingatan. Para psikolog yang mempelajari ingatan menemukan bahwa ada gunanya untuk membedakan 3 proses yang merupakan komponennya, yaitu : a. Encoding, mengacu pada proses mendapatkan informasi dan mengubahnya dalam bentuk yang dapat disimpan diingatan. b. Torage, mengacu pada proses dalam penyimpanan informasi yang telah dikodekan didalam otak. c. Retrieval, mengacu pada proses pengaksesan dan mengeluarkan informasi yang tersimpan diwaktu mendatang.

1.

2.

3.

Identifikasi Lintas Ras Keakuratan lintas ras lebih buruk daripada keakuratan dalam ras. Artinya lebih sulit untuk menengarai wajah orang-orang dari kelompok ras yang berbeda dibanding menengarai wajah orang-orang dari kelompok rasnya sendiri. Weapon Fokus Efek Menyaksikan sebuah tindak kejahatan saat kejadian itu sedang berlangsung pasti membangkitkan reaksi. Tetapi efek arrousal pada encoding informasi tidak pasti. Ini sebagian disebabkan karena arrousal sering kali melibnatkan perasaan takut akan keselamatan fisiknya sendiri. Transferensi diluar kesadaran Saksi mata mengidentifikasikan orang yang salah, biasanya itu merupakan kesalahan identifikasi yang bermakna. Kadang-kadang orang salah mengidentifikasi orang lain yang menunjukkan ciri-ciri yang mirip dengan pelaku sebenarnya.

4. Komentar yang mengarahkan atau sugestif Ingatan saksi mata dapat diubah oleh perubahanperubahan kecil dalam pemilihan kata yang digunakan dalam pertanyaannya. Ingatan mengenai TKP juga bisa diubah tergantung bagaimana cara menyaksikan saksi matanya pada kesempatan tanya jawab yang pertama. Usaha mengingat secara seleksif aspek-aspek tertentu di TKP menghambat ingatan mengenai aspek-aspek lain. Fenomena ini disebut retrieval inhibition (hambatan ingatan).

5. Ekspetasi yang sudah ada sebelumnya Apa yang diharapkan untuk dilihat mempengaruhi apa yang dilihat dan bagaimana orang mengingat apa yang dilihatnya. Salah satu bentuk ekspetasi itu adalah apa yang disebut oleh para ilmuan sosial sebagai script. Skrip adalah keyakinan mengenai urutan-urutan tindakan yang biasanya terjadi didalam situasi tertentu. Bahwa ingatan akan sesuatu tidak dimulai seperti pita pertekam kosong. Pengetahuan dan keyakinan yang sebelumnya sudah ada didalamnya ikut terlibat dan tercampur dengan kejadian yang dilihat.

6. Keyakinan Saksi Keyakinan saksi dapat menjadi indikator yang lumayan baik untuk keakuratan bila situasinya menguntungkan, tetapi menjadi tidak ada artinya atau bahkan menyesatkan bila situasinya kurang menguntungkan (Sporer, Penrot, Read dan Cutler, 1995). Salah satu mengapa keyakinan bukan indikator yang baik untuk keakuratan adalah karena keyakinan cenderung mengingat dari waktu ke waktu.

7. Bila saksi mata adalah anak-anak Dibanding orang dewasa, anak-anak memberikan lebijh sedikit informasi dan informasi yang agak kurang akurat ketika menjawab pertanyaanpertanyaan tentang apa yang mereka saksikan (Wells, Wright, dan Breadfield, 1999). Anak-anak kira-kira sama akuratnya dengan orang dewasa ketika melihat lineup atau hamparan fotofoto, tetapi hanya bila pelaku yang sebenarnya ada didalam barisan itu. Bila pelaku yang sebenarnya tidak ada didalam lineup, anak-anak lebih buruk dibandingkan orang dewasa dalam hal ini.

MEMANFAATKAN TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKURATAN SAKSI MATA

Gary Wells berpendapat bahwa para ilmuwan sosial yang tertarik dengan identifikasi oleh saksi mata mestinya memfokuskan diri pada variabel-variabel sistemik- faktor-faktor yang ada di bawah kontrol sistem peradilan. Sebagai contoh, sistem peradilan tidak dapat mengontrol siapa yang menjadi saksi dalam tindak kejahatan.

TEKNIK-TEKNIK YANG DIGUNAKAN UNTUK MENYEGARKAN INGATAN SAKSI


Hipnosis. Di dalam sistem hukum, penerapan utamanya adalah sebagai alat untuk mempertinggi ingatan korban kejahatan dan saksi kejahatan. Wawancara kognitif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan perolehan kembali informasi dan sekaligus menghindari meningkatnya sugestibilitas akibat hipnosis.

INGATAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK YANG PULIH KEMBALI Pada awal yahun 1990-an, mulai klaim-klaim seksual di taman kanak-kanak menurun tajam, tetapi klaim mengenai tipe pelecehan seksual dalam bentuk lain meningkat tajam. Tipe klaim ini melibatkan orang dewasa yang mulai ingat bahwa mereka pernah dilecehkan secara seksual bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang lalu. Kontroversi mengenai keotentikan ingatan yang dikenal dengan recovered memories atau (ingatan yang pulih kembali) Ini menyoroti aspek-aspek penting dalam psikologi da hukum

Usaha-usaha yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mengevaluasi keakuratan recovered memories berlangsung ditengah atmosfer yang syarat politik. Mereka yang menentang klaim recovered memories sering kali dituduh berpihak pada pelaku penganiyaan anak dan mendukung penyangkalan pelecehan seksual.

Apakah ingatan-ingatan itu diciptakan atau dipulihkan? Bagi banyak psikolog menunjukkan bahwa sebagian ingatan
mengenai penganiyaan seksual bukan pulih tetapi ditanamkan (Loftus dan Ketcham, 1994) beberapa terapis mendorong kliennya untuk membaca buku-buku atau video-video menunjukkan bahwa korban pelecehan seksual menunjukkan gejala-gejala yang dialaminya sendiri (misalnya, depresi) selama periode beberapa minggu atau bulan terapis mungkin mencoba hipnosis, guided imagery (khayalan yang diarahkan) atau interpretasi mimpi untuk membantu klien ingatan-ingatan yang diduga direpresnya.

Konsep represi yang dipopulerkan oleh Sigmund Freud menyebutkan bahwa ingatan-ingatan yang menyapat utuh tetapi akitkan, mengancam, atau traumatik dapat ditekan sehingga keluar dari kesadaran (Holmes, 1990) Menurut hipotesis represi, ingatan yang traumatik dapat utuh, tetapi terkunci jauh di alam bawah sadar selama bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun. Untuk itu, mungkin perlu digunakan teknik-teknik relaksasi atau visualisasi.

PENELITIAN TENTANG IMPLANTASI INGATAN PALSU Selama perdebatan tentang recovered memories memuncak, para psikolog yang mempercayai terjadinya depresi menyatakan bahwa tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa ingatan palsu dpat diimplementasi atau ditanamkan dan dianggap keliru sebagai ingatan real mengenai kegiatan nyata

Beberapa kesimpulan dapat ditarik dari penelitian-penelitian yang ditanam ini,


1. 2. Ingatan palsu tidak dapat ditanamkan dengan sukses pada semua orang Beberapa teknik yang secara rutin digunakan dalam terapis yang dimaksudkan untuk mengungkapkan ingatan masa kanak-kanak seperti hipnosis, interpretasi mimpi, khayalan yang dirahkan. Ekspektansi tampaknya memainkan peran penting muncul kembalinya ingatan traumatik ini terjadi tanpa psikoterapi. Hal itu juga terjadi pada tahun 1986, sebelum adanya kesadaran publik yang luas mengenai perdebatan soal recovered memories. Penjelasan paling sederhana adalah kefanaan ingatan, yang cenderung melupakan apa yang terjadi seiring berjalannya waktu (Schacter, 2001)

3.

Brdasarkan temuan bahwa orang-orang yang mengatakan pernah mengalami pelecehan seksual pada masa anakanaknya cenderung melupakan pelecehan untuk sementara, bila pelakunya adalah anggota keluarga atau pengasuh yang dipercaya oleh keluarga. Michael anderson mengemukakan bahwa ini di sebabkan karena anak-anak secara fisik dan emosional tergantung kepada anggota keluarganya itu ( anderson, 2001). Ingatan tentang penganiayaan itu akan merusak hubungan esensial antara pengasuh dan anak dengan terciptanya ketakutan dan ketidakpercayaan. Untuk mencegah kerusakan ini, dan untuk mempertahankan hubungan adaptif dengan pengasuhnya, seorang anak mungkin secara selektif mengingat hal-hal yang positif.

Lyann myers dan Chris brewin (1998) telah mengedentifikasi orang-orang yang tampaknya sangat pandai menyangkal respon emosionalnya. Ketika pengukuran fisiologis (seperti tekanan darah darah dan tekanan jantung) menunjukkan bahwa mereka sedang mengalami stres dan kecemasan tinggi, mereka mengatakan mengatakan bahwa mereka sedang merasa santai dan bebas stres. Stephen lindsay dan Don Road (1994) menyimpulkan bahwa mempertimbangkan lima kriteria ketika mengevaluasi pernyataan tentang ingatan pelecehan seksual yang pulih kembali.

Secara spesifik, kita harus bersikap skeptis terhadap ingatan yang dikatakan telah pulih itu bila ingatan itu:
1. Dipulihkan dengan mengunakan tehnik-tehnik yang sugestif atau koersip 2. Mulai dengan gambran-gambaran atau perasaanperasaan kabur dan bukan langsung muncul sebagai ingatan yang jelas dan teperinci. 3. Melibatkan penganiayaan berulang yang meluas hingga masa remaja (dimana penganiayaan semacam itu tidak akan mungkin dilupakan).

4. Melibatkan penganiayaan yang terjadi sebelum usia 3 tahun atau dimasa kanak-kanan awal (sebelum ingatan yang bertahan lama dapat dibentuk) 5. Melibatkan bentuk penganiayaan ekstrim yang jarang terjadi (misalnya penganiayaan seksual sebagai bagian ritual setan) Pada tahun 2000, klaim-klaim recovered memories telah menghilang. Ada alasan yang kuat untuk penurunan tajam itu. Banyak orang-orang yang pada awalnya mengatakan bahwa mereka mendapatkan recovered memories penganiayaan seksual kemudian membatalkan klaimnya.

You might also like