You are on page 1of 61

Memahami Konsep Luas Bangun Datar untuk Anak Sekolah Dasar Read more: Memahami Konsep Luas Bangun

Datar untuk Anak Sekolah Dasar|EDUCATION FOR OUR COUNTRY - PENDIDIKAN UNTUK NEGERI KITA Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives Nah, kita ini kan guru, guru harus cerdas duluan sebelum mencerdaskan anak buahnya, Yuk, kita belajar bersama-sama tentang materi materi ajar kita. Pertamax , kita aka pelajari tentang luas Bangun Datar, sebelum kita mengarak ke hitung-menghitung Luas Bangun Darat, kita harus kenalkan dulu konsep pengenalannya. Sungguh ironis sekali jika kita menyuguhkan semua rumus yang dikemas kedalam tabel, kemudian memerintahkan kepada mereka untuk , menghapal semua rumus dalam satu waktu. Jika demikaian mereka bukan akan menjadi sesorang yang "memahami" namun lebih tepatnya adalah sebagai "mesin penghapal"

Menurut teori yang di kemukakan oleh Bruner, Tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa tetapi harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap. Sebelum membahas mengenai kegiatan yang kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa, ada baiknya kita tau bagaimana sih penerapan yang dikemukakan oleh Bruner dalam pembelajaran matematika usia Sekolah Dasar ? Berikut ini penjelasannya : Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: 1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. 2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan? 3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut? Sebagai pengantar dalam memahami konsep luas, dapat dimulai dengan kegiatan berikut. a. Menutup benda yang memiliki permukaan datar (misalnya meja) dengan berbagai bangun datar yang lebih kecil sebagai satuan luas, Misalnya lihat gambar dibawah ini :

Kemudian hitunglah banyaknya satuan luas penutupnya. Hasil hitungan tersebut merupakan luas daerah yang diukur dengan satuan yang tidak baku. Setelah itu lanjutkan dengan benda yang memiliki permukaan datar lainnya, misalnya papan tulis dan sebagainya. Catatan: Meskipun hasil ini belum menunjukkan luas secara tepat tetapi cukup untuk mengantarkan siswa menuju pengertian luas yang sebenarnya. b. Menggambar bangun datar kemudian ditutup dengan gambar bangun datar yang lain yang lebih kecil sebagai satuan luas, misal seperti pada Gambar berikut.

Kemudian hitunglah banyaknya satuan luas penutupnya. Hasil hitungan tersebut merupakan luas daerah yang diukur dengan satuan yang tidak baku. Setelah itu lanjutkan dengan bangun datar lainnya, misalnya jajargenjang, segitiga dan sebagainya. c. Setelah itu buatlah tabel seperti di bawah ini untuk mempermudah pemahaman mengenai pemahaman mengenai luas.

Dari Tabel 2.1 di atas, maka akan terlihat bahwa persegi merupakan satuan yang paling mudah dibayangkan dan menutup secara rapat. Dalam pembicaraan selanjutnya, kita tidak mesti mencantumkan satuan luas yang sudah baku seperti cm^2, m^2 dan sebagainya, tetapi satu persegi satuan secara umum. Dengan kegiatan ini diharapkan siswa dapat menyimpulkan bahwa luas bangun datar adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk menutup (secara rapat) daerah tersebut.

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHITUNG VOLUME KUBUS DAN BALOK MELALUI REPRESENTASI ENAKTIF, IKONIK DAN SIMBOLIK PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 MAND

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Konsep-konsep matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan diberikan secara bertahap sesuai dengan perkembangan mental dan intelektual siswa. Konsep-konsep tersebut tersusun secara hierarkis, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Keberhasilan peserta didik tidak terlepas dari peranan guru dalam proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Keberhasilan itu tidak hanya dilihat dalam upaya memilih alat, pendekatan dan teknik pembelajaran, akan tetapi guru harus membuat strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan guna menghindari kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, tugas utama bagi guru adalah menciptakan suasana belajar yang baik yang dapat memotivasi siswa sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Salah satu upaya untuk membuat siswa memahami konsep abstrak dalam matematika dilakukan dengan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam aspek-aspek kehidupan yang terkait dengan kehidupan siswa. Penerapan konsep matematis pada aspek yang dikenali akan sangat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran matematika. Pembelajaran yang mengakomodasi lingkungan siswa, akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Berdasarkan teori Piaget (dalam http:// www.aji.0fees.net) yang menyatakan bahwa siswa sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun sudah berada pada tahap operasional konkret, di mana pada

tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya bahwa siswa mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berpikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual. Namun kenyataannya penjelasan materi yang diberikan oleh guru seringkali dirasakan sulit bagi siswa di dalam memahaminya. Hal ini disebabkan oleh proses penyajian materi yang tidak sesuai dengan karakteristrik siswa sekolah dasar, apalagi salah satu ciri dari matematika adalah obyeknya bersifat abstrak dan hirarkis yang menyebabkan tingkat kesulitan yang relatif tinggi bagi siswa sekolah dasar. Akibatnya adalah rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika merupakan sebuah fenomena yang terjadi hampir di semua sekolah. Hal ini juga terjadi di SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas V SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari sekaligus observasi awal pada tanggal 2 Maret 2009, guru menjelaskan bahwa masih banyak materi matematika yang belum dikuasai oleh siswa. Banyaknya materi matematika yang tidak dikuasai oleh siswa yang disebabkan oleh pemahaman konsep dasar yang masih rendah sehingga menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Salah satunya adalah permasalahan tentang menghitung volume kubus dan balok. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pemahaman konsep tentang volume kubus maupun balok, bahkan masih ada siswa yang belum bisa membedakan antara kubus dengan balok, maupun volume atau isi dari kubus dan balok tersebut. Bahkan, dari tahun ke tahun prestasi belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini, dapat dilihat dari hasil ujian siswa Tahun Ajaran 2007/2008 semester pertama yang hanya memperoleh rata-rata 5,75. Pada Tahun Ajaran 2008/2009 hasil ujian siswa semester pertama hanya mencapai 5,65. Permasalahan siswa tersebut harus dicarikan solusinya agar tidak mempengaruhi penguasaan konsep matematika pada jenjang kelas berikutnya. Oleh karena itu penulis merasa tertarik dengan penerapan konsep pembelajaran melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik dengan alasan bahwa penerapan konsep melalui representasi enaktif, siswa diberikan contoh konkret sesuai dengan materi yang akan disajikan, kemudian pada representasi ikonik, siswa diberikan penjelasan materi dengan menggunakan gambar atau diagram kemudian pada representasi simbolik, siswa diberikan penjelasan materi dengan menggunakan simbol-simbol abstrak. Proses penyajian tahapan pembelajaran seperti ini sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang merupakan dasar bagi penerapan konsep karena siswa dapat melihat langsung bagaimana cara menemukan volume kubus dan balok, sehingga dengan demikian siswa akan lebih mudah memecahkan masalah matematika khususnya yang berkaitan dengan volume kubus maupun balok pada tingkatan yang lebih kompleks. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut di atas, maka peneliti bersama dengan guru kelas V SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari menyepakati untuk meningkatkan pemahaman konsep dasar matematika dengan melakukan penelitian tindakan kelas dan merumuskan dalam sebuah judul Meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok dapat ditingkatkan melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok yang pada akhirnya siswa dapat meningkatkan prestasi belajar matematikanya. 2. Bagi Guru Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan proses pembelajaran di kelasnya apalagi pada siswa yang berada pada tahap operasi konkret. 3. Bagi Sekolah Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 8 Mandonga, dapat meningkatkan pemberdayaan representasi enaktif, ikonik dan simbolik dalam pembelajaran matematika agar prestasi belajar siswa meningkat. 4. Bagi Peneliti Dapat mengetahui secara langsung permasalahan dalam pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan cara mengajarkan konsep matematika yang tepat pada siswa sekolah dasar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Proses Belajar-Mengajar Matematika

Belajar adalah penambahan pengetahuan. Belajar sebagai perubahan sikap akibat pengalaman dan latihan. Hilgard menyatakan bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) (Nasution, 1986: 38-39). Menurut Hamalik (2007: 27-28) bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar adalah memperoleh pengetahuan. Belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan yang dieroleh melalui latihan dan pengalaman sehingga terjadi perubahan tingkah laku individu. Skinner (1958) (dalam Walgito, 2004: 166-167) mendefinisikan belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresivitas. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adannya sifat progresivitas, adannya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari dalam keadaan sebelumnya. Mc Geoch menjelaskan bahwa belajar membawa perubahan dalam performance dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice). Morgan, dkk. (1984) menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku atau performance itu relative permanent. Di samping itu juga dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice) atau karena pengalaman. James O. Whittaker (dalam Ahmadi, 2004: 127), mendefinisikan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach mendefinisikan belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Howard L. Kingsley mendefinisikan belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Belajar adalah proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitas individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diubah melalaui praktek dan latihan dan perubahan itu relatif permanen. Para ahli beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Menurut Soemantoro (1998: 103), yang secara lebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan.

Lestes D. Crow dan Alice Crow (dalam Roestiyah, 1994: 8) mendefinisikan belajar sebagai perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar merupakan suatu proses di mana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu sehingga terjadi perubahan individu dalam kebiasaan dan bertindak. Menurut Simanjuntak (1993: 8) bahwa prinsip cara belajar peserta didik aktif dalam pengajaran matematika adalah bahwa setiap konsep baru selalu diperkenalkan melalui kerja praktek yang cukup, maksudnya adalah: a. Menyampaikan materi dimulai dari hal-hal yang konkrit dan mengarahkan ke hal-hal yang abstrak. b. Pengalaman peserta didik melalui kerja praktek merupakan hal yang diutamakan. c. Pengalaman langsung yang dialami peserta didik akan membawanya pada tingkat memahami. Bertolak dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cara belajar siswa aktif akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika dalam proses belajarnya dengan memperlihatkan hal-hal yang konkret dan melalui kerja praktek. Kata teach atau mengajar berasal dari bahasa Inggris Kuno, yaitu taecan. Istilah mengajar juga berhubungan dengan token yang berarti tanda atau simbol. Belajar dilihat dari asal-usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol. Penggunaan tanda atau simbol dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian seseorang. Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu (Sanjaya, 2006: 73). Menurut Simanjuntak (1993: 80-81), apabila kita ingin mengajarkan sesuatu kepada anak/peserta didik dengan baik dan berhasil pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau cara pendekatan yang akan dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik, karena metode atau cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, jika pengetahuan tentang metode dapat mengaplikasikannya dengan tepat maka sasaran untuk mencapai tujuan akan semakin efektif dan efisien. Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai. Metode atau pendekatan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik, jika materi yang diajarkan dirancang terlebih dahulu. Dengan kata lain bahwa untuk menerapkan suatu metode atau pendekatan dalam pengajaran matematika sebelumnya menyusun strategi belajar-mengajar, dengan strategi belajarmengajar yang sudah tersusun dapat ditentukan metode mengajar atau teknik mengajar dan akhirnya dapat dipilih alat peraga atau media belajar sebagai pendukung materi pelajaran yang diajarkan. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Guru-guru yang telah berpengalaman umumnya sependapat, bahwa masalah ini sangat penting bagi para calon guru karena menyangkut kelancaran tugasnya. Metode mengajar yang dipergunakan akan menentukan suksesnya pekerjaan selaku guru kelas (Hadi, 2005: 141). Menurut Nasution (1986: 8), mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar.

Selanjutnya Hamalik (2007: 44-48) menjelaskan bahwa mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Mengajar adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah upaya yang dilakukan dalam bentuk menanamkan pengetahuan dan kebudayaan termasuk mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. 2. Konsep dalam Matematika Matematika memiliki karakteristik tertentu dan salah satu karakteristiknya adalah objeknya bersifat abstrak. Konsep merupakan salah satu dari objek matematika. Farrel dan Farme (dalam Henisrawati, 2008: 10) mendefinisikan konsep sebagai suatu klasifikasi dari objek-objek, sifat-sifat objek atau kejadian-kejadian yang ditentukan dengan mengabstrasikannya. Selanjutnya Gagne (dalam Henisrawati, 2008: 10) mengemukakan bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang meyakinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau kejadiankejadian ke dalam contoh dan bukan contoh dari suatu objek tertentu. Misalnya, seorang siswa telah memahami konsep luas trapesium maka siswa tersebut akan dapat membedakan rumus luas trapesium dengan rumus luas bangun datar yang lain. Dienes (dalam Simanjuntak, 1993: 73-74) menyatakan bahwa pemahaman akan konsep matematika dapat dipahami oleh siswa lebih mendasar, maka harus diadakan pendekatan belajar dalam mengajarkan konsep antara lain: a. Siswa yang belajar matematika harus menggunakan benda-benda konkret dan membuat abstraksi dari konsep-konsepnya. b. Materi pelajaran yang harus diajarkan harus ada hubungannya atau pengaitan dengan yang sudah dipelajari. c. Supaya siswa memperoleh sesuatu dari belajar matematika maka suasana abstrak harus diubah dengan menggunakan simbol-simbol. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep adalah salah satu dari objek matematika yang sifatnya abstrak yang dapat mengklasifikasikan/menggolongkan objek-objek atau kejadian-kejadian ke dalam contoh atau bukan contoh dari suatu objek tertentu. 3. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Manusia Teori Jean Piaget (dalam Ali, 2008: 37) mengenai pertumbuhan kognitif sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa aktifitas adalah sebagai unsur pokok dalam pertumbuhan kognitif, sedangakan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai kosekuensi yang minimal terhadap pertumbuhan kognitif termasuk perkembangan intelektual. Penting bagi pendidik

untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan tindak edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan peserta didik yang memahami pengalaman belajar yang diterimanya. Menyesuaikan sistem pengajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan jalan untuk meningkatkan prinsip lama yaitu guru tinggal menunggu sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang tidak demikian keadaannya. Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri, tetapi sekolahlah yang mengajar lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peseta didik untuk maju ketaraf atau tahap berikutnya. Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktifitas gradual dari fungsi intelektual dari kongkrit menuju abstrak. Piaget mendefinisikan empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu: a. Kematangan. b. Pengalaman fisik/lingkungan. c. Transmisi sosial. d. Equilibrium atau self regulation. Selanjutnya, Piaget membagi tingkat-tingkat perkembangan, yaitu: a. Tingkat sensorik motoris : 0-2 tahun b. Tingkat praoperasional : 2-7 tahun c. Tingkat operasi konkret : 7-11 tahun d. Tingkat operasi formal : 11 tahun ke atas Pada tingkat operasi konkret anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Anak mulai kurang egosentrismenya dan lebih sosiosentris (anak mulai membentuk per group) (Soemantoro, 1998: 132-133). Apabila kita menginginkan perkembangan mental anak lebih cepat memasuki tahap lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman-pengalaman anak terutama pengalaman konkret, sebab dasar perkembangan mental (kognitif) adalah melalui pengalaman-pengalaman berbuat aktif dengan berbuat terhadap benda-benda sekeliling dan perkembangan bahasa merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan kognitif anak. Hal ini dipertegas oleh Soepartinah Pakasi (dalam Simanjuntak, 1993: 69) bahwa dalam perkembangan anak, perkembangan kognitif harus sejalan dengan perkembangan bahasa sebab perkembangan bahasa dan perkembangan berpikir saling mempengaruhi . Cara berpikir anak yang operasional konkret kurang egosentris. Ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya anak sekarang sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk meghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain (Haditono, 2001: 222) 4. Tahapan Enaktif, Ikonik dan Simbolik Bruner mengatakan bahwa tiap-tiap pelajaran dapat diajarkan secara baik dalam bentuk ilmiah pada tiap anak didik dan setiap tingkatan pertumbuhannya. Dengan teori dan konsep belajar Bruner bahwa kemampuan belajar anak didik sekolah dasar dengan matematika tidak ada perbedaan selama dipenuhi syaratnya Bruner (dalam Simanjuntak, 1993: 70) langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan

melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda konkret secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Bruner (dalam Henisrawati, 2008: 13) mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya siswa melewati tiga tahap, yaitu: a. Tahap Enaktif Tahap enaktif adalah suatu tahapan dalam pembelajaran di mana konsep matematika dipelajari secara aktif yang direpresentasikan melalui benda-benda konkret atau situasi nyata. b. Tahap Ikonik Tahap ikonik adalah suatu tahapan dalam pembelajaran di mana konsep matematika direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif. c. Tahap Simbolik Tahap simbolik adalah suatu tahapan dalam pembelajaran di mana konsep matematika direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (simbol yang lazim digunakan berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol yang verbal maupun lambang-lambang matematika atau lambang-lambang abstrak yang lain. Secara umum dari ketiga tahapan di atas dapat dicontohkan sebagai berikut: 1. Tahapan enaktif Perhatikan gambar di bawah, ini merupakan contoh sebuah bangun ruang yaitu gambar sebuah kubus. 2. Tahapan ikonik 3. Tahapan simbolik Hitunglah volume sebuah kubus jika diketahui panjang salah satu rusuknya 2 satuan! B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Arsat (2007: 40) menyimpulkan bahwa melalui representasi enaktif, representasi ikonik dan representasi simbolik dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 8 Baruga Kota kendari. Penelitian yang dilakukan Henisrawati (2008: 45) menyimpulkan bahwa pemahaman konsep luas bangun datar melalui tahapan pembelajaran dalam teori Bruner pada siswa kelas V SD Negeri 1 Palarahi dapat ditingkatkan.

C. Kerangka Pemikiran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Karena sifat metematika itu abstrak dan hirarkis maka diperlukan pemahaman yang tinggi bagi yang mempelajarinya. Karena itu, pelajaran matematika harus diberikan secara terstruktur agar konsep

yang diperoleh juga melalui langkah yang terstruktur. Usia sekolah dasar yang masih berada pada taraf operasional konkret sangat penting dalam penanaman konsep. Pada tahap ini, siswa sudah berpikir logis, termasuk hal-hal yang abstrak. Namun, untuk sampai ke hal-hal yang abstrak tersebut, terlebih dahulu harus disajikan dalam bentuk konkret atau bentuk nyata, selanjutnya dalam bentuk bayangan visual atau semi konkret, kemudian dalam bentuk simbol-simbol abstrak. Dengan penanaman konsep dasar pada siswa sekolah dasar diharapkan menjadi acuan bagi siswa untuk belajar konsep pada tingkat yang lebih kompleks. Penanaman konsep yang memenuhi karakteristik seperti ini harus disajikan dalam tahapan enaktif, ikonik dan simbolik. Diharapkan dari ketiga tahapan ini prestasi belajar siswa meningkat. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Pemahaman siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari pada konsep menghitung volume kubus dan balok dapat ditingkatkan melalui tahapan representasi enaktif, ikonik dan simbolik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Ciri utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya tindakan-tindakan (aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VA yang berjumlah 31 orang, yaitu terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2009 sampai dengan 5 Desember 2009. C. Faktor yang Diselidiki Faktor-faktor yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai: 1. Faktor siswa yaitu untuk melihat bagaimana persiapan siswa dalam mempelajari konsep menghitung volume kubus dan balok melalui tahapan representasi enaktif, ikonik dan simbolik. 2. Faktor guru yaitu untuk melihat bagaimana persiapan guru dalam pelaksanaan, penyediaan alat peraga maupun evaluasi dalam menyiapkan materi menghitung volume kubus dan balok melalui tahapan representasi enaktif, ikonik dan simbolik. 3. Faktor sumber belajar yaitu untuk melihat apakah sumber belajar yang tersedia mendukung pembelajaran matematika pada materi volume kubus dan balok. D. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan pada pelaksanaannya diadakan sebanyak 4 (empat) siklus yang didasarkan pada silabus pengajaran guru matematika kelas V SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan evaluasi; dan (4) refleksi. Secara rinci setiap tahapan kegiatan dijelaskan berikut ini. a. Perencanaan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah: - Membuat skenario pembelajaran. - Membuat lembar observasi. - Membuat alat bantu pembelajaran. - Membuat alat evaluasi. - Menyiapkan jurnal untuk refleksi diri. b. Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran, yaitu 1 (satu) kali pertemuan untuk tiap siklus. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan sebagai acuan penyusunan skenario pembelajaran

adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pendahuluan - Menyampaikan materi yang akan dipelajari. - Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. - Memotivasi siswa. - Membahas pekerjaan rumah (PR). - Memberikan apersepsi. 2. Kegiatan inti - Guru menjelaskan materi tentang volume kubus dan balok dengan memperlihatkan contoh konkret di depan kelas sebagai wakil dari representasi enaktif. - Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencari volume kubus dan balok dengan menggunakan kubus-kubus satuan. - Guru memberikan penjelasan dengan gambar tentang menghitung volume kubus dan balok dengan menggunakan kubus satuan di papan tulis sebagai wakil dari representasi ikonik. - Guru memberikan penjelasan tentang menghitung volume kubus dan balok dengan menggunakan lambang-lambang abstrak sebagai wakil dari representasi simbolik. - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti. - Guru memberikan contoh soal tentang materi yang telah dipelajari. - Guru memberikan soal latihan kepada siswa - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untguk menjawab soal yang telah diberikan. - Guru menyuruh siswa mengerjakannya soal yang telah diberikan di depan kelas. - Guru membimbing siswa menyelesaikan soal latihan yang telah diberikan di depan kelas. - Guru melakukan tanya jawab dengan siswa. 3. Kegiatan penutup - Guru bersama siswa merangkum materi yang telah dipelajari. - Guru dan siswa melakukan refleksi. - Guru memberi evaluasi atau tugas lain untuk dikerjakan dirumah. c. Observasi dan evaluasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah observasi dilakukan, peneliti bersama dengan guru mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi peneliti bersama dengan guru mengadakan refleksi yaitu melihat kelemahan-kelemahan pada saat pelaksanaan tindakan siklus sebelumnya untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. E. Data dan Teknik Pengambilan Data Sumber data adalah siswa dan guru. Data dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diambil dengan menggunakan tes hasil belajar, sedangkan data kualitatif diambil dengan menggunakan lembar observasi dan jurnal refleksi diri. F. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Adapun tahapan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah G. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu indikator tentang keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang termuat dalam lembar observasi dan indikator pemahaman konsep matematika siswa dalam penelitian ini. a. Kegiatan pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik apabila minimal 85% kegiatan pembelajaran terlaksana dengan baik. b. Siswa-siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini dikatakan memahami konsep matematika

yang diajarkan apabila minimal 80% jumlah siswa telah memperoleh nilai 6,0 (ketentuan dari sekolah bersangkutan).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kegiatan Pendahuluan Penelitian ini diawali dengan observasi sekaligus wawancara antara peneliti dengan guru kelas V SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari pada tanggal 2 Maret 2009. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut diperoleh ada beberapa masalah yang dihadapi guru dalam mengajarkan matematika. Di mana masih banyak siswa yang tidak paham tentang materi matematika di antaranya tentang materi menghitung volume kubus dan balok. Bahkan masih banyak siswa yang tidak bisa membedakan antara kubus dan balok maupun menghitung volume bangun tersebut. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pemahaman konsep tentang kubus dan balok sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah tersebut guru besama peneliti menyepakati meningkatkan pemahaman konsep dasar matematika dengan melakukan penelitian tindakan kelas dan merumuskan dalam sebuah judul Meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. 2. Tindakan Siklus I a. Perencanaan Dengan diterapkannya representasi enaktif, ikonik dan simbolik dalam mengajarkan materi menghitung volume kubus dan balok maka ada beberapa hal yang disiapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan. Hal-hal tersebut sebagai berikut: 1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tindakan siklus I. 2. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa selama pelaksanaan proses belajarmengajar. 3. Menyiapkan alat bantu yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar 4. Menyiapkan jurnal refleksi diri. 5. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I, dilaksanakan dalam satu kali pertemuan untuk tiap siklus di mana dalam proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus I sekaligus yang menyajikan materi adalah peneliti sendiri dibantu dengan salah seorang teman sebagai pengamat. Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 19 November 2009 dengan pokok bahasan mencari volume kubus dan balok dengan sub pokok bahasan mencari volume kubus.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian memberikan motivasi tentang manfaat bangun ruang dalam kehidupan sehari hari dan guru juga memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan tentang mencari luas bangun datar serta kaitannya dengan bangun ruang. Kegiatan selanjutnya dengan menjelaskan pengertian kubus sekaligus memberikan contoh alat peraga bentuk kubus. Setelah itu, guru menjelaskan cara mencari volume kubus dengan menggunakan kubus satuan, kemudian siswa diminta menghitung jumlah kubus satuan yang terbentuk. Ini sebagai tahapan enaktif. Kemudian guru mengecek pemahaman siswa dengan meminta siswa untuk bertanya. Akan tetapi, siswa masih ragu bertanya. Selanjutnya guru menggambarkan di papan tulis bentuk kubus yang di dalamnya terdapat kubus satuan. Kemudian guru mengecek kambali pemahaman siswa dengan cara meminta siswa menghitung jumlah kubus satuan yang terbentuk, tetapi nampaknya siswa masih ragu juga untuk menyampaikannya. Ini merupakan tahapan ikonik. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan contoh soal sebagai tahapan simbolik dan meminta siswa menghitung volume kubus dari soal tersebut. Selama siswa mencari volume kubus yang diberikan, guru mengamati kegiatan siswa dengan berkeliling di dalam kelas dan melihat pekerjaan siswa. Selama proses pembelajaran masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka saling mengganggu dengan teman sebangkunya, bahkan pada saat siswa diminta mencari volume kubus hanya sebagian siswa saja yang mengerjakannya. Setelah ketiga tahapan tersebut dilaksanakan, guru meminta siswa untuk bertanya, akan tetapi siswa masih takut untuk bertanya. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan soal latihan dan siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal tersebut. Pada saat siswa menyelesaikan soal tersebut, guru mengamati kegiatan siswa dengan berkeliling dan memperhatikan pekerjaan siswa. Kemudian guru meminta salah seorang siswa untuk menyelesaikannya di depan kelas dengan bimbingan guru. Selanjutnya jawaban siswa tersebut disimpulkan oleh guru dengan cara mengulang kembali jawaban siswa. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas. Guru membimbing siswa dengan mengingatkan kembali volume kubus. Pada siklus I ini, guru tidak memberikan tugas rumah dan untuk refleksi, siswa diminta memperhatikan penjelasan guru selama proses belajar-mengajar berlangsung. c. Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi terhadap guru menunjukan bahwa guru tidak memberikan tugas latihan (PR) kepada siswa. Sedangkan hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut: Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa masih ragu dan takut bertanya kepada guru. Sebagian siswa belum menyelesaikan soal latihan yang telah diberikan. Evaluasi untuk siklus I berupa tes tertulis yang dilaksanakan pada hari Kamis, 19 November 2009 dengan menyisahkan 1 jam pembelajaran. Tes ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana konsep volume kubus yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil tes siklus I, siswa yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 89,66% dari 31 orang siswa dengan nilai rata-rata 7,10. Hasil tes tindakan siklus I, menunjukan bahwa siswa telah memahami konsep kubus karena telah melampaui apa yang telah ditargetkan yaitu sebesar 80% dengan ratarata minimal 6,0. Indikator kinerja untuk pelaksanaan skenario pembelajaran juga berhasil. Skenario pembelajaran yang telah terlaksana adalah sebesar 86,95% yang melampaui target yang telah dirancang yaitu sebesar 85%. d. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I selesai, guru kemudian berdiskusi dengan pengamat mengenai hal-hal yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Di mana selama pelaksanaan tindakan guru tidak memberikan tugas rumah sebagai latihan bagi siswa. Sedangkan pada siswa yaitu masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa masih ragu dan takut

bertanya pada guru serta sebagian siswa belum menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru. Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka kekurangankekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus II.

3. Tindakan Siklus II a. Perencanaan Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran untuk tindakan siklus II. 2. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa selama pelaksanaan proses belajarmengajar. 3. Menyiapkan alat bantu yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar 4. Menyiapkan jurnal refleksi diri. 5. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus II. Selain itu juga, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki yaitu guru harus memberikan tugas rumah sebagai latihan bagi siswa. Selain itu juga, siswa diminta memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, mengerjakan soal latihan dan bertanya apabila benar-benar tidak dipahami materi yang telah disajikan. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II, dilaksanakan dalam satu kali pertemuan di mana dalam proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus II sekaligus yang menyajikan materi adalah peneliti sendiri dibantu dengan salah seorang teman sebagai pengamat. Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 November 2009 dengan pokok bahasan mencari volume kubus dan balok dengan sub pokok bahasan mencari volume balok dan mencari rusuk pada kubus jika volumenya diketahui. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan tentang mencari luas bangun datar serta kaitannya dengan bangun ruang. Kegiatan selanjutnya dengan menjelaskan pengertian balok sekaligus memberikan contoh alat peraga bentuk balok. Setelah itu, guru menjelaskan cara mencari volume balok dengan menggunakan kubus satuan, kemudian siswa diminta menghitung jumlah kubus satuan yang terbentuk. Ini sebagai tahapan enaktif. Kemudian guru mengecek pemahaman siswa dengan meminta siswa untuk bertanya. Akan tetapi, siswa masih ragu dan takut bertanya. Selanjutnya guru menggambarkan di papan tulis bentuk balok yang di dalamnya terdapat kubus satuan. Kemudian guru mengecek kambali pemahaman siswa dengan cara meminta siswa menghitung jumlah kubus satuan yang terbentuk, tetapi nampaknya siswa masih ragu juga untuk menyebutkannya. Ini merupakan tahapan ikonik. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan contoh soal sebagai tahapan simbolik dan meminta siswa menghitung volume balok dari soal tersebut. Selama siswa mencari volume balok yang diberikan, guru mengamati kegiatan siswa dengan berkeliling di dalam kelas dan melihat pekerjaan siswa. Untuk mencari rusuk pada kubus, guru menggunakan alat peraga berupa kubus di mana didalamnya terdapat kubus satuan dan meminta siswa menghitung panjang rusuknya. Kemudian siswa memberikan contoh soal sebagai tahapan simbolik. Siswa mengerjakannya dengan bimbingan guru. Selama proses pembelajaran masih ada beberapa siswa yang ribut dan tidak memperhatikan penjelasan guru bahkan pada saat siswa diminta mencari volume balok maupun rusuk pada kubus hanya sebagian siswa saja yang mengerjakannya.

Setelah ketiga tahapan tersebut dilaksanakan, guru meminta siswa untuk bertanya, akan tetapi siswa masih takut untuk bertanya. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan soal latihan dan siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal tersebut. Pada saat siswa menyelesaikan soal tersebut, guru mengamati kegiatan siswa dengan berkeliling dan memperhatikan pekerjaan siswa. Kemudian guru meminta salah seorang siswa untuk menyelesaikannya di depan kelas tanpa bimbingan guru. Selanjutnya jawaban siswa tersebut disimpulkan oleh guru dengan cara mengulang kembali jawaban siswa. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas. Guru membimbing siswa dengan mengingatkan kembali volume balok dan mencari rusuk pada kubus jika volumenya diketahui. Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan tugas rumah sebagai latihan bagi siswa dan untuk refleksi diri dengan mengingatkan siswa agar memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung. c. Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi terhadap guru menunjukan bahwa guru tidak memberikan motivasi kepada siswa serta membimbing siswa selama mengerjakan soal latihan di depan kelas. Sedangkan hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut: Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa masih ragu dan takut bertanya kepada guru. Sebagian siswa belum menyelesaikan soal latihan yang telah diberikan. Evaluasi untuk siklus II berupa tes tertulis yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 November 2009 dengan menyisahkan waktu 45 menit. Tes ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana konsep volume balok dan mencari rusuk pada kubus yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil tes siklus II, siswa yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 80,64% dari 31 orang siswa dengan nilai rata-rata 6,90. Hasil tes tindakan siklus II, menunjukan bahwa siswa telah memahami konsep balok dan mencari rusuk pada kubus jika volumenya diketahui karena telah melampaui apa yang telah ditargetkan yaitu sebesar 80% dengan rata-rata minimal 6,0. Indikator kinerja untuk pelaksanaan skenario pembelajaran juga berhasil. Skenario pembelajaran yang telah terlaksana adalah sebesar 86,96% yang telah melampaui target yang telah dirancang yaitu sebesar 85%. d. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II selesai, guru kemudian berdiskusi dengan pengamat mengenai hal-hal yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Di mana selama pelaksanaan tindakan guru tidak memberikan motivasi serta tidak membimbing siswa selama menyelesaikan soal di depan kelas. Sedangkan pada siswa yaitu masih ada siswa ribut dan yang tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa masih ragu dan takut bertanya pada guru serta sebagian siswa belum menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru. Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II, maka kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus III. 4. Tindakan siklus III a. Perencanaan Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran untuk tindakan siklus III. 2. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa selama pelaksanaan proses belajarmengajar. 3. Menyiapkan alat bantu yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar 4. Menyiapkan jurnal refleksi diri. 5. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus III. Selain itu juga, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II akan diperbaiki pada siklus III. Kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki yaitu guru harus memberikan motivasi serta

membimbing siswa dalam menyelesaikan soal latihan. Selain itu juga, guru harus sering mengontol siswa dan pandai menciptakan sesuatu yang dapat mendorong siswa untuk memberikan respon balik selama proses pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus III, dilakukan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus III sekaligus yang menyajikan materi adalah peneliti sendiri dibantu dengan salah seorang teman sebagai pengamat. Tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Desember 2009 dengan pokok bahasan mencari volume kubus dan balok dengan sub pokok bahasan mencari rusuk pada salah satu balok jika dua rusuk serta volumenya diketahui. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian memberikan motivasi tentang manfaat bangun ruang dalam kehidupan sehari hari. Selanjutnya guru menanyakan tugas yang belum dipahami dan guru juga memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan tentang volume balok. Kegiatan selanjutnya dengan menjelaskan cara mencari rusuk-rusuk pada balok jika dua rusuk serta volumenya diketahui dengan menggunakan alat peraga bentuk kubus satuan. Kemudian siswa diminta menghitung salah satu rusuknya. Ini sebagai tahapan enaktif. Selanjutnya guru menggambarkan di papan tulis bentuk balok yang di dalamnya terdapat kubus satuan. Kemudian guru mengecek kambali pemahaman siswa dengan cara meminta siswa mencari salah satu rusuk yang belum diketahui dengan bimbingan guru. Ini merupakan tahapan ikonik. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan contoh soal sebagai tahapan simbolik dan meminta siswa mencari salah satu rusuknya jika volume dari balok tersebut diketahui. Selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru, bahkan pada saat siswa diminta mengerjakan soal latihan sebagian besar sudah melaksanakannya. Setelah ketiga tahapan tersebut dilaksanakan, guru meminta siswa untuk bertanya. Siswa sudah bisa merespon apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari ada beberapa orang siswa yang bertanya. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan soal latihan dan siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal tersebut. Kemudian guru meminta salah seorang siswa untuk menyelesaikannya di depan kelas dengan bimbingan guru. Selanjutnya jawaban siswa tersebut disimpulkan oleh guru dengan cara mengulang kembali jawaban siswa. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas. Guru membimbing siswa dengan mengingatkan kembali volume balok dan mencari rusuk pada balok. Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan tugas rumah dan untuk refleksi, siswa diminta agar rajin belajar di rumah serta memperhatikan penjelasan guru selama proses belajar-mengajar berlangsung. c. Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi terhadap guru menunjukan bahwa guru tidak mengamati kegiatan siswa selama menyelesaikan soal latihan yang diberikan. Sedangkan hasil observasi terhadap siswa menunjukan bahwa siswa sudah merespon apa yang disampaikan oleh guru. Evaluasi untuk siklus III berupa tes tertulis yang dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Desember 2009 dengan menyisahkan waktu 35 menit (1 jam pembelajaran). Tes ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana konsep yang telah dipelajari siswa tentang mencari rusuk pada balok jika dua rusuk serta volumenya diketahui. Berdasarkan hasil tes siklus III, siswa yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 83,87% dari 31 orang siswa dengan nilai rata-rata 7,19. Hasil tes tindakan siklus III, menunjukan bahwa siswa telah memahami konsep mencari salah satu rusuk pada balok jika dua rusuk serta volumenya diketahui karena telah melampaui apa yang telah ditargetkan yaitu sebesar 80% dengan rata-rata minimal 6,0. Indikator kinerja untuk pelaksanaan skenario pembelajaran juga berhasil. Skenario pembelajaran yang telah terlaksana adalah sebesar 95,8% yang telah melampaui target yang telah

dirancang yaitu sebesar 85%. d. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus III selesai, guru kemudian berdiskusi dengan pengamat mengenai hal-hal yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Di mana selama pelaksanaan tindakan guru tidak mengamati kegiatan siswa dalam menyelesaikan soal latihan. Sedangkan pada siswa yaitu sudah menunjukan respon yang baik selama proses belajar-mengajar. Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus III, maka kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus IV. 5. Tindakan Siklus IV a. Perencanaan Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran untuk tindakan siklus IV. 2. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa selama pelaksanaan proses belajarmengajar. 3. Menyiapkan alat bantu yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar 4. Menyiapkan jurnal refleksi diri. 5. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus IV. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus IV, dilakukan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus IV sekaligus yang menyajikan materi adalah peneliti sendiri dibantu dengan salah seorang teman sebagai pengamat. Tindakan siklus IV dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Desember 2009 dengan pokok bahasan mencari volume kubus dan balok dengan sub pokok bahasan hubungan volume kubus dan balok. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian memberikan motivasi tentang manfaat bangun ruang dalam kehidupan sehari hari. Selanjutnya guru menanyakan tugas yang belum dipahami dan guru juga memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan tentang volume kubus dan balok. Kegiatan selanjutnya dengan menjelaskan cara mencari volume gabungan antara kubus dan balok dengan alat peraga bentuk kubus dan balok. Ini sebagai tahapan enaktif. Selanjutnya guru menggambarkan di papan tulis gabungan antara kubus dan balok yang di dalamnya terdapat kubus satuan. Kemudian siswa diminta menghitung jumlah kubus satuan yang terbentuk. Ini merupakan tahapan ikonik. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan contoh soal sebagai tahapan simbolik dan meminta siswa mencari volume gabungan kubus dan balok tersebut dengan bimbingan guru. Selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru, walaupun ada beberapa orang siswa yang masih ribut akan tetapi secara umum sudah merespon apa yang disampaikan oleh guru. Setelah ketiga tahapan tersebut dilaksanakan, guru meminta siswa untuk bertanya. Siswa sudah bisa merespon apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat ada beberapa orang siswa yang bertanya. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan soal latihan dan siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal tersebut. Selama menyelesaikan soal latihan, guru mengamati kegiatan siswa dengan berkeliling dan memperhatikan jawaban siswa. Kemudian guru meminta salah seorang siswa untuk menyelesaikannya di depan kelas dengan bimbingan guru. Selanjutnya jawaban siswa tersebut disimpulkan oleh guru dengan cara mengulang kembali jawaban siswa. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas. Guru membimbing siswa dengan mengingatkan kembali volume kubus dan balok Pada siklus IV guru tidak memberikan tugas rumah dan untuk refleksi, siswa diminta agar rajin belajar di rumah. c. Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

Hasil observasi terhadap guru menunjukan bahwa guru tidak mengkonstruksikan cara mencari volume gabungan antara kubus dan balok. Sedangkan hasil observasi terhadap siswa menunjukan bahwa secara umum siswa sudah merespon apa yang disampaikan oleh guru. Evaluasi untuk siklus III berupa tes tertulis yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Desember 2009 dengan menyisahkan waktu 45 menit. Tes ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana konsep yang telah dipelajari siswa tentang gabungan antara dua bangun ruang (kubus dan balok). Berdasarkan hasil tes siklus IV, siswa yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 87,10% dari 31 orang siswa dengan nilai rata-rata 7,06. Hasil tes tindakan siklus III, menunjukan bahwa siswa telah memahami konsep menghitung volume gabungan antara kubus dan balok karena telah melampaui apa yang telah ditargetkan yaitu sebesar 80% dengan rata-rata minimal 6,0. Indikator kinerja untuk pelaksanaan skenario pembelajaran juga berhasil. Skenario pembelajaran yang telah terlaksana adalah sebesar 91,66% yang telah melampaui target yang telah dirancang yaitu sebesar 85%. d. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus IV selesai, guru kemudian berdiskusi dengan pengamat mengenai hal-hal yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Di mana selama pelaksanaan tindakan guru tidak mengkonstruksikan menghitung volume gabungan kubus dan balok dengan kubus satuan. Sedangkan pada siswa yaitu sudah menunjukan respon yang baik selama proses belajar-mengajar. Dengan demikian, penelitian ini dihentikan pada tindakan siklus IV. B. Pembahasan Penelitian ini terdiri dari 4 siklus, yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan maupun perbaikan pembelajaran. Selain itu juga, selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung semua aktifitas guru maupun siswa diobservasi oleh seorang observer yang disiapkan dalam lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran maupun hasil tes akhir, pemahaman siswa terhadap konsep menghitung volume kubus dan balok mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang ada baik dari lembar observasi maupun nilai hasil ujian yang melampaui target yang telah dirancang sebelumnya. Dalam proses pembelajaran, untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok dilakukan melaui 3 tahapan yaitu melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Pada tahapan enaktif, pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok dilakukan dengan menggunakan alat peraga bentuk kubus dan balok serta kubus satuan yang mempermudah siswa dalam mencari rumus volume kubus dan balok. Pada tahapan ikonik, pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok dilakukan dengan menggunakan gambar sesuai dengan benda-benda kongkret yang telah ditampilkan pada tahapan enaktif. Sedangkan pada tahapan simbolik, pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok ditampilkan dalam bentuk simbol-simbol abstrak dengan berpatokan pada tahapan enaktif dan ikonik. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Simanjuntak (1993: 80-81) bahwa untuk menerapkan suatu metode atau pendekatan dalam pengajaran matematika sebelumnya menyusun strategi belajarmengajar, dengan strategi belajar-mengajar yang sudah tersusun dapat ditentukan metode mengajar atau teknik mengajar dan akhirnya dapat dipilih alat peraga atau media belajar sebagai pendukung materi pelajaran yang diajarkan. Selama proses pembelajaran, siswa terlihat antusias dan bersemangat karena siswa dapat langsung melihat bagaimana cara menemukan rumus volume kubus dan balok secara langsung dengan menggunakan kubus satuan walaupun ada sebagian siswa yang masih ribut. Tetapi secara umum siswa sudah menunjukan respon yang baik kepada guru selama proses pembelajaran berlangsung. Ini berarti bahwa siswa mempunyai pengalaman yang tidak mudah dilupakan dan siswa dapat menghubungkan secara nyata antara konsep yang dipelajari dengan benda nyata. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bruner bahwa dalam belajar, siswa akan lebih mudah memahami konsep jika penyajiannya dimulai dari hal yang konkret hingga ke hal-hal yang abstrak.

Dengan diterapkannya representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada menghitung volume kubus dan balok siswa telah memahami konsep tentang menghitung volume kubus dan balok. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes siklus I yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 89,66% dengan rata-rata 7,10. Pada tes siklus II yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 80,64% dengan rata-rata 6,90. Pada tes siklus III yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 83,87% dengan rata-rata 7,19. Pada tes siklus IV yang memperoleh nilai 6,0 sebesar 87,10% dengan rata-rata 7,06. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II nilai rata-rata keberhasilan siswa mengalami penurunan bila dibandingkan derngan siklus I, hal ini disebabkan oleh materi pada siklus II yaitu sub pokok bahasan menghitung volume balok dan mencari sebuah rusuk pada kubus jika volumenya diketahui, di mana masih banyak siswa yang belum bisa menentukan rusuk dari sebuah kubus terutama tentang penggunaaan akar-akar maupun penggunaan pangkat sebagai syarat untuk menentukan rusuk kubus. Bila dibandingkan dengan siklus I yang mempelajari volume kubus siswa sudah bisa menggunakan operasi perkalian sehingga siswa bisa menyelesaikan soal yang diberikan. Walaupun antara siklus I dengan siklus II persentase keberhasilan siswa mengalami penurunan tetapi secara umum indikator keberhasilan siswa dalam penelitian ini telah tercapai yaitu minimal 80% jumlah siswa telah mencapai nilai minimal 6,0 dan minimal 85% pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran. Penurunan rata-rata keberhasilan siswa juga dapat dilihat pasa siklus IV bila dibandingkan dengan siklus III akan tetapi pada siklus IV presentase keberhasilan siswa mengalami peningkatan artinya yang memperoleh nilai 6 lebih banyak sehingga persentase keberhasilan siswa lebih tinggi. Dari hasil evaluasi yang diperoleh pada beberapa tindakan yang dilaksanakan dalam 4 siklus dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari, sehingga masalah yang dihadapi oleh guru kelas V SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari dapat terpecahkan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dari empat (4) siklus dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep menghitung volume kubus dana balok melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes tiap siklus yaitu siklus I sebesar 89,66% dengan rata-rata 7,10, siklus II sebesar 80,64% dengan rata-rata 6,90, siklus III sebesar 83,87% dengan rata-rata 7,19, siklus IV sebesar 87,10% dengan rata-rata 7,06. Walaupun secara rata-rata keberhasilan siswa mengalami penurunan antara siklus III dan siklus IV tetapi pada siklus IV yang memperoleh nilai 6 lebih banyak sehingga persentase keberhasilan siswa lebih tinggi. Hal ini telah mencapai target yang telah dirancang yaitu minimal 80% jumlah siswa telah memperoleh nilai 6,0 maka siswa dikatakan telah memahami konsep tentang menghitung volume kubus dan balok. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume bangun ruang (kubus dan balok) sebaiknya materi disajikan dengan menggunakan representasi enaktif, ikonik dan simbolik. 2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan rujukan untuk melakukan penelitian yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Ali, Mohammad, dkk. 2008. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Bumi Aksara. Arsat. 2007. Meningkatakan Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar Melalaui Representasi Enaktif, Ikonik dan Simbolik Pada Siswa Kelas V SD Negeri 8 Baruga. Kendari. Skripsi, FKIP Unhalu. Hadi, Amirul, dkk. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta. Rineka Cipta. Haditono, Siti Rahayu. 2001. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara. Henisrawati. 2008. Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Palarahi Melalui Tahapan Pembelajaran dalam Teori Bruner. Kendari. Skripsi, FKIP Unhalu. http:// www.aji.0fees.net. (Diakses pada Tanggal 15 Mei 2009).

Nasution, S. 1986. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung. Jemmars. Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta. Depdiknas. Roestiyah, N.K. 1994. Didaktik Metodik. Jakarta. Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Kencana Prenanda Media Grup. Simanjuntak, Lisnawati, dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta. Rineka Cipta. Soemantoro, Wasti. 1998. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi.

lampiran Lampiran Jadwal Kelas Pelaksanaan VA SD Uraian Penelitian Negeri Tindakan Kelas 8 Mandonga Waktu 2 19 35 pada Kota 1 Siswa Kendari

No 1 (observasi 2 a. b. Tes 2 3 a. b. Sabtu, 3 4 a. b. Kamis, 2 5 a. b. Sabtu, 3

Kegiatan Kegiatan dan wawancara) Senin, Pelaksanaan tindakan Pertemuan siklus I Kamis, Pelaksanaan Tes 21 Pelaksanaan Tes 3 Pelaksanaan Tes 5 tindakan Pertemuan tindakan Pertemuan tindakan Pertemuan

Keterangan Pendahulualuan Maret 2009 siklus I pertama November 2009 menit siklus II pertama II 2009 menit siklus III pertama III 2009 menit siklus IV pertama IV 2009 menit

siklus November 35

siklus Desember 35

siklus Desember 35

Lampiran

Siklus RENCANA (RPP)

PELAKSANAAN

1 PEMBELAJARAN

Sekolah : SD Negeri 8 Mandonga Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : V / 1 Standar Kompetensi : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : Menghitung volume kubus dan balok. Indikator : 1. Menemukan rumus volume kubus. 2. Menggunakan rumus untuk menentukan volume kubus. Alokasi waktu : 2 35 menit A. Setelah 1. 2. B. Volume C. Metode Tujuan kegiatan pembelajaran Menemukan rumus Menggunakan rumus untuk Materi Kubus Metode pembelajaran: Ceramah, siswa diharapkan volume menentukan volume Dan tanya jawab, Pembelajaran dapat: kubus. kubus. Ajar Balok Pembelajaran penugasan.

D. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi pelajaran yang akan dibahas. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada akhir pembelajaran. c. Guru memberikan apersepsi kepada siswa. d. Guru memberikan motivasi pada siswa. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi tentang volume kubus dengan memperlihatkan contoh konkret di depan kelas sebagai wakil dari tahapan enaktif. b. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencari volume kubus dengan menggunakan kubuskubus satuan. c. Guru memberikan penjelasan dengan gambar tentang menghitung volume kubus dengan menggunakan kubus satuan di papan tulis sebagai wakil dari tahapan ikonik. d. Guru memberikan penjelasan tentang menghitung volume kubus dengan menggunakan lambanglambang abstrak. e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti f. Guru memberikan contoh soal tentang materi yang telah dipelajari. g. Guru memberikan soal latihan kepada siswa. h. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal yang telah diberikan. i. Guru menyuruh siswa mengerjakannya soal yang telah diberikan di depan kelas. j. Guru membimbing siswa menyelesaikan soal latihan yang telah diberikan di depan kelas. k. Guru menyimpulkan jawaban siswa. l. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa 3. Kegiatan Akhir a. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

Rumus volume kubus adalah . b. Guru dan siswa melakukan refleksi. c. Guru memberikan tugas rumah (PR). E. Alat/Bahan/ Sumber Belajar Alat/Bahan : Kubus satuan, alat peraga (kubus). Sumber Belajar : Buku paket matematika untuk kelas V yaitu Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung oleh M. Khafid dan Suyadi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

F. 1.

Hitunglah

volume

Bentuk kubus

satuan

di

bawah

Instrumen ini!

2. . Hitunglah 3. Sisi kubus satuan yang kubus dibutuhkan adalah agar 5 volume satuan. kubus di atas maksimun! volumenya!

sebuah

Hitunglah

Kendari, Guru Wa NIP. Ode 19810918 SD

19 Mata Rusni, 200604 A.Ma 006 Negeri St.

November 1Pelajaran La NIM 8 Nurhayati 2 Ode A1C1

2009 Peneliti Arifin 063 Mandonga L 004

05

Mengetahui: Kepala Dra. NIP.

Hj. 19510424

197501

Siklus II RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SD Negeri 8 Mandonga Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : V / 1 Standar Kompetensi : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : Menghitung volume kubus dan balok. Indikator : 1. Menemukan rumus volume balok 2. Menggunakan rumus untuk menentukan volume balok. 3. Menemukan rumus rusuk pada kubus jika ada yang sudah diketahui. Alokasi waktu : 3 35 menit A. Tujuan Pembelajaran Setelah kegiatan pembelajaran siswa diharapkan dapat: 1. Menemukan rumus volume balok. 2. Menggunakan rumus untuk menentukan volume balok. 3. Menemukan rumus rusuk kubus jika volume diketahui. B. Tujuan Perbaikan Pembelajaran 1. Guru memberikan tugas (PR) sebagai latihan di rumah bagi siswa. 2. Siswa dapat memperhatikan penjelasan apa yang disampaikan oleh guru. 3. Siswa dapat menanyakan materi apabila ada yang tidak dimengerti. C. Materi Ajar Volume Kubus Dan Balok D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran: Ceramah, tanya jawab, penugasan. E. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi pelajaran yang akan dibahas. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada akhir pembelajaran. c. Guru memberikan motivasi pada siswa. d. Guru memberikan apersepsi kepada siswa. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi tentang volume balok dengan memperlihatkan contoh konkret di depan kelas sebagai wakil dari tahapan enaktif. b. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencari volume balok dengan menggunakan kubuskubus satuan. c. Guru memberikan penjelasan dengan gambar tentang menghitung volume balok dengan menggunakan kubus satuan di papan tulis sebagai wakil dari tahapan ikonik. d. Guru memberikan penjelasan tentang menghitung volume balok dengan menggunakan lambanglambang abstrak. e. Guru memperlihatkan cara memperoleh rusuk sebuah kubus jika volumenya diketahui. f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti. g. Guru memberikan contoh soal tentang materi yang telah dipelajari. h. Guru memberikan soal latihan kepada siswa. i. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal yang telah diberikan. j. Guru menyuruh siswa mengerjakannya soal yang telah diberikan di depan kelas. k. Guru membimbing siswa menyelesaikan soal latihan yang telah diberikan di depan kelas. l. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa 3. Kegiatan Akhir a. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan. Rumus volume kubus adalah p l t Rusuk kubus (s) adalah s =

b. Guru dan siswa melakukan refleksi. c. Guru memberikan tugas rumah. F. Alat/Bahan/ Sumber Belajar Alat/Bahan : Kubus satuan, alat peraga (balok). Sumber Belajar : Buku paket matematika untuk kelas V yaitu Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung oleh M. Khafid dan Suyadi, Penerbit Erlangga, Jakarta. H. Bentuk Instrumen 1. Hitunglah volume balok di bawah ini! 2. Hitunglah volume balok yang dibutuhkan agar volume balok di atas maksimun! 3. a. Panjang rusuk sebuah balok 3 cm, lebarnya 2 cm sedangkan tingginya 2 cm. Hitunglah volumenya! b. Rusuk sebuah kubus adalah 8 satuan. Hitunglah volumenya!

Siklus III RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri 8 Mandonga Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : V / 1 Standar Kompetensi : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : Menghitung volume kubus dan balok. Indikator : Menemukan rumus untuk mencari panjang, lebar dan tinggi pada balok jika ada yang sudah diketahui. Alokasi waktu : 2 35 menit A. Tujuan Pembelajaran Setelah kegiatan pembelajaran siswa diharapkan dapat: Menemukan rumus untuk mencari panjang, lebar dan tinggi pada balok jika ada yang sudah diketahui. B. Tujuan Perbaikan Pembelajaran 1. Guru memberikan motivasi kepada siswa secara maksimal. 2. Guru membimbing siswa mengerjakan soal latihan. 3. Siswa diminta memperhatikan penjelasan guru. C. Materi Ajar Volume Kubus Dan Balok

D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran: Ceramah, tanya jawab, penugasan. E. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi pelajaran yang akan dibahas. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada akhir pembelajaran. c. Guru memberikan motivasi pada siswa. d. Guru menanyakan tugas (PR) yang belum dipahami oleh siswa. e. Guru memberikan apersepsi kepada siswa. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi tentang mencari panjang, lebar dan tinggi pada balok jika volume diketahui dengan menggunakan kubus satuan sebagai wakil dari tahapan enaktif. b. Guru memberikan penjelasan dengan gambar tentang mencari panjang, lebar dan tinggi pada balok jika volume diketahui dengan menggunakan kubus satuan di papan tulis sebagai wakil dari tahapan ikonik. c. Guru memberikan penjelasan tentang mencari panjang, lebar dan tinggi pada balok jika volume diketahui dengan menggunakan lambang-lambang abstrak. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti e. Guru memberikan contoh soal tentang materi yang telah dipelajari. f. Guru memberikan soal latihan kepada siswa. g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal yang telah diberikan. h. Guru menyuruh siswa mengerjakannya soal yang telah diberikan di depan kelas. i. Guru membimbing siswa menyelesaikan soal latihan yang telah diberikan di depan kelas. j. Guru menyimpulkan jawaban siswa. k. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa 3. Kegiatan Akhir a. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan. p=,l=,t= b. Guru dan siswa melakukan refleksi c. Guru memberikan tugas rumah.

F. Alat/Bahan/ Sumber Belajar Alat/Bahan : Kubus satuan dan alat peraga (balok) Sumber Belajar : Buku paket matematika untuk kelas V yaitu Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung oleh M. Khafid dan Suyadi, Penerbit Erlangga, Jakarta. G. Bentuk Instrumen 1. Hitunglah panjang balok di bawah ini jika volumenya 12 satuan!

2. Hitunglah lebar dari balok di atas jika panjangnya 3 satuan dan tingginya 2 satuan serta volumenya 12 satuan! 3. Volume sebuah balok adalah 12 cm3. Jika panjang rusuk balok tersebut adalah 3 cm serta dan lebarnya 2 cm. Hitunglah tingginya!

Siklus 4 RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Siklus IV RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri 8 Mandonga Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : V / 1 Standar Kompetensi : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : Menghitung volume kubus dan balok. Indikator : Menemukan hubungan volume kubus dan balok. Alokasi waktu : 3 35 menit A. Tujuan Pembelajaran Setelah kegiatan pembelajaran siswa diharapkan dapat: Menghitung gabungan antara dua bangun ruang (kubus dan balok). B. Tujuan Perbaikan Pembelajaran Guru mengamati kegiatan siswa pada saat mengerjakan soal latihan. .C. Materi Ajar Volume Kubus Dan Balok D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran: Ceramah, tanya jawab, penugasan.

E. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi pelajaran yang akan dibahas. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada akhir pembelajaran. c. Guru memberikan motivasi pada siswa. d. Guru menanyakan tugas (PR) yang belum dipahami oleh siswa. e. Guru memberikan apersepsi kepada siswa. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi tentang menghitung volume gabungan antara dua bangun ruang (kubus dan balok) dengan menggunakan alat peraga kubus dan balok sebagai wakil dari tahapan enaktif. b. Guru memberikan penjelasan dengan gambar tentang menghitung volume gabungan antara dua bangun ruang (kubus dan balok) di papan tulis sebagai wakil dari tahapan ikonik. c. Guru memberikan penjelasan tentang mencari volume gabungan antara dua bangun ruang (kubus dan balok) dengan menggunakan lambang-lambang abstrak. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti e. Guru memberikan contoh soal tentang materi yang telah dipelajari. f. Guru memberikan soal latihan kepada siswa. g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal yang telah diberikan. h. Guru menyuruh siswa mengerjakannya soal yang telah diberikan di depan kelas. i. Guru membimbing siswa menyelesaikan soal latihan yang telah diberikan di depan kelas. j. Guru menyimpulkan jawaban siswa. k. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa 3. Kegiatan Akhir a. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan. Volume gabungan kubus dan balok = volume kubus + volume balok b. Guru dan siswa melakukan refleksi F. Alat/Bahan/ Sumber Belajar Alat/Bahan : Kubus dari gardus, karton. Sumber Belajar : Buku paket matematika untuk kelas V yaitu Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung oleh M. Khafid dan Suyadi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

G. Bentuk Instrumen 1. Hitunglah volum bangun di bawah ini! 2. Hitunglah volume bangun di atas! 3. Sebuah balok dengan panjang 3 cm, lebar 2 cm serta tinggi 2 cm. Kemudian di atas balok itu ditempatkan sebuah kubus yang memiliki panjang rusuk 2 cm. Hitunglah volumen bangun tersebut!

Lampiran 3 Indikator Lembar Observasi 1. Menginformasikan materi yang dipelajari. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 3. Pemberikan motivasi. 4. Pemberikan apersepsi. 5. Penjelasan materi. 6. Penggunaan alat peraga sebagai representasi enaktif. 7. Penggunaan media dengan gambar sebagai representasi ikonik. 8. Penjelasan dengan simbol-simbol abstrak. 9. Pengecekan pemahaman siswa. 10. Pemberian soal latihan. 11. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 12. Pengamatan kegiatan siswa. 13. Pengarahan dalam menyelesaikan jawaban siswa. 14. Penyimpulan jawaban siswa. 15. Merangkum materi. 16. Refleksi guru dan siswa. 17. Pemberian tugas rumah.

Lampiran 4 Siklus I Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang Diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 7 9 10 11 12 13 Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang diajarkan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan motivasi. Guru memberikan apersepsi. Guru memperlihatkan cara memperoleh volume kubus dengan menggunakan kubus satuan. Guru memperlihatkan benda konkrit sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan gambar sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menyatakan konsep yang diajarkan dalam bentuk simbolik. Guru mengecek pemahaman siswa pada setiap tahapan pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru memberikan soal latihan kepada siswa. Guru mengamati kegiatan siswa. Guru menyuruh siswa mengerjakan di depan kelas. Ya

Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Menuliskan di papan tulis. Menuliskan di papan tulis. Manfaat bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari. Mengingatkan tentang luas bangun datar. Mengkonstruksi dengan menggunakan alat peraga berupa kubus-kubus kecil. Menggunakan alat peraga bentuk kubus. Menggambarkan bangun kubus di papan tulis. Memisalkan volume (V) panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t). Mengajukan pertanyaan lisan. Meminta siswa untuk bertanya. Menuliskan contoh soal di papan tulis. Dengan berkeliling kelas. Meminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis. 14 15 16

17 Guru mengarahkan siswa mengerjakan soal yang telah diberikan di depan kelas. Guru menyimpulkan jawaban siswa. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. Guru memberikan pekerjaan rumah. Ya Ya Ya Tidak Membantu siswa menyelesaikan langkah penyelesaian yang tidak dimengerti. Mengulang kembali jawaban siswa. Mengarahkan siswa tentang volume kubus. -

Kendari, 19 November 2009 Observer

Hasman, S.Pd.

Siklus II

Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang Diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12 13 Guru Guru Guru Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang diajarkan. menyampaikan tujuan pembelajaran. memberikan motivasi. memberikan apersepsi.

Guru memperlihatkan cara memperoleh volume balok dengan menggunakan kubus satuan serta mencari rusuk dari sebuah kubus jika volumenya diketahui. Guru memperlihatkan benda konkrit sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan gambar sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menyatakan konsep yang diajarkan dalam bentuk simbolik. Guru Guru Guru Guru mengecek pemahaman siswa pada setiap tahapan pembelajaran. memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. memberikan soal latihan kepada siswa. mengamati kegiatan siswa.

Guru menyuruh siswa mengerjakan di depan kelas. Ya Ya Tidak Ya Ya

Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Menuliskan di papan tulis. Menuliskan di papan tulis. Mengingatkan tentang luas bangun datar. Mengkonstruksi dengan menggunakan alat peraga berupa kubus-kubus kecil. Menggunakan alat peraga bentuk kubus dan balok. Menggambarkan bangun kubus dan balok di papan tulis. Memisalkan volume (V) panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t). Mengajukan pertanyaan lisan. Meminta siswa untuk bertanya. Menuliskan contoh soal di papan tulis. Dengan berkeliling di dalam kelas. Meminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis.

14 15 16 17 Guru mengarahkan siswa mengerjakan soal yang telah diberikan di depan kelas. Guru menyimpulkan jawaban dari siswa. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. Guru memberikan pekerjaan rumah. Tidak Ya Ya Ya Mengulang kambali jawaban siswa. Mengarahkan siswa tentang volume kubus dan balok. Memberikan 1 nomor soal tugas. Kendari, 21 November 2009 Observer

Hasman, S.Pd. Siklus III Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang Diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11 12 13 Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang diajarkan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan motivasi. Guru memberikan apersepsi. Guru memperlihatkan cara memperoleh rusuk sebuah balok dengan menggunakan kubus satuan jika volumenya diketahui. Guru memperlihatkan benda konkrit sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan gambar sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menyatakan konsep yang diajarkan dalam bentuk simbolik. Guru mengecek pemahaman siswa pada setiap tahapan pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru memberikan soal latihan kepada siswa. Guru mengamati kegiatan siswa. Guru menyuruh siswa mengerjakan di depan kelas. Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

Ya Ya Tidak Ya Menuliskan di papan tulis. Menuliskan di papan tulis. Pentingnya bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari. Mengingatkan tentang volume balok. Meminta siswa menghitung rusuk-rusuk kubus satuan. Menggunakan alat peraga bentuk balok. Menggambarkan bangun balok di papan tulis. Memisalkan volume (V) panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t). Mengajukan pertanyaan lisan. Meminta siswa untuk bertanya. Menuliskan contoh soal di papan tulis. Meminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis. 14 15 16 17 soal yang telah diberikan di depan kelas. Guru menyimpulkan jawaban dari siswa. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. Guru memberikan pekerjaan rumah. Ya Ya Ya Ya Membantu siswa menyelesaikan langkah penyelesaian yang tidak dimengerti. Mengulangi kembali jawaban siswa

Mengarahkan siswa tentang mencari rusuk kubus dan balok jika volume diketahui. Memberikan 1 nomor soal. Kendari, 3 Desember 2009 Observer

Hasman, S.Pd Siklus IV Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang Diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang diajarkan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan motivasi. Guru memberikan apersepsi.

Guru memperlihatkan volume gabungan antara dua bangun (kubus dan balok) dengan kubus satuan. Guru memperlihatkan benda konkrit sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan gambar sebagai wakil dari konsep yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Guru menyatakan konsep yang diajarkan dalam bentuk simbolik. Guru mengecek pemahaman siswa pada setiap tahapan pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru memberikan soal latihan kepada siswa. Guru mengamati kegiatan siswa. Guru menyuruh siswa mengerjakan di depan kelas. Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Menuliskan di papan tulis. Menuliskan di papan tulis. Pentingnya bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari. Mengingatkan tentang volume kubus dan balok. Menggunakan alat peraga bentuk kubus dan balok. Menggambarkan gabungan antara bangun kubus dan balok di papan tulis.

Memisalkan volume (V) panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t). Mengajukan pertanyaan lisan. Meminta siswa untuk bertanya. Menuliskan contoh soal di papan tulis. Dengan berkeliling di dalam kelas. Meminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis. 14 15 16 17 Guru mengarahkan siswa mengerjakan soal latihan yang telah diberikan. Guru menyimpulkan jawaban siswa. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. Guru memberikan pekerjaan rumah. Ya Ya Ya Tidak Membantu siswa menylesaikan langkah yang tidak dimengerti. Mengulang kembali jawaban siswa. Mengarahkan siswa tentang volume kubus dan balok. Kendari, 5 Desember 2009 Observer

Hasman, S.Pd.

Lampiran 5 Siklus I Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5 6 Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Ya Tidak Ya Ya Ya Sebagian siswa masih bermain dengan teman sebangkunya. Setelah disuruh oleh guru. memperhatikan penjelasan guru dengan baik. mencatat materi yang diajarkan oleh guru. menanyakan materi yang belum dimengerti. menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru. menjawab soal latihan di depan kelas. merangkum materi yang telah diberikan. Tidak

Siswa masih ragu dan takut bertanya. Hanya sebagian siswa. Menyelesaikan dengan bimbingan guru. Bagi yang sudah paham dengan bimbingan guru.

Kendari, 19 November 2009 Observer

Hasman, S.Pd.

Siklus II Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Siswa mencatat materi yang diajarkan oleh guru. Siswa menanyakan materi yang belum dimengerti.

Siswa Siswa Siswa Siswa Ya Tidak Ya Ya Ya

menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru. menjawab soal latihan di depan kelas. merangkum materi yang telah diberikan. mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Ya

Tidak Sebagian siswa masih banyak yang ribut. Setelah disuruh oleh guru. Siswa masih ragu dan takut bertanya. Hanya sebagian siswa. Menyelesaikan dengan bimbingan guru. Dengan bimbingan guru. Tidak ada tugas yang diberikan.

Kendari, 21 November 2009 Observer

Hasman, S.Pd.

Siklus III Lembar Observasi Aktivitas Siswa

dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Ya Ya Ya Ya Ya Ya Kadang-kadang masing saling menggagu dengan temannya Setelah disuruh oleh guru. Ada beberapa orang siswa. Hampir semua siswa menyelesaikannya. Menyelesaikan dengan bimbingan guru. Dengan bimbingan guru. Semua siswa mengerjakannya. memperhatikan penjelasan guru dengan baik. mencatat materi yang diajarkan oleh guru. menanyakan materi yang belum dimengerti. menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru. menjawab soal latihan di depan kelas. merangkum materi yang telah diberikan. mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Ya

Kendari, 3 Desember 2009

Observer

Hasman, S.Pd.

Siklus IV Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar No. Aspek-aspek yang diobservasi Ya/Tidak Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Ya Ya Ya Ya memperhatikan penjelasan guru dengan baik. mencatat materi yang diajarkan oleh guru. menanyakan materi yang belum dimengerti. menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru. menjawab soal latihan di depan kelas. merangkum materi yang telah diberikan. mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Ya

Ya Ya Kadang-kadang masih ribut Setelah disuruh oleh guru. Ada beberapa orang saja Hanya sebagian siswa. Menyelesaikan dengan bimbingan guru. Dengan bimbingan guru. Semua siswa mengerjakannya.

Kendari, 5 Desember 2009 Observer

Hasman, S.Pd.

Lampiran 6 Jurnal Refleksi Diri A. Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil observasi, evaluasi dan refleksi maka kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah: 1. Guru tidak memberikan tugas latihan (PR) kepada siswa. 2. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru 3. Siswa masih merasa ragu dan takut bertanya kepada guru. 4. Sebagian siswa belum menyelesaikan soal latihan yang diberikan. B. Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil observasi, evaluasi serta refleksi maka kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II adalah:

1. Guru tidak memberikan motivasi kepada siswa. 2. Guru tidak mengarahkan siswa mengerjakan soal di depan kelas. 3. Sebagian siswa masih ribut dan masih takut bertanya kepada guru tentang materi yang tidak dimengerti. 4. Hanya sebagian siswa yang menyelesaikan soal latihan yang diberikan. C. Tindakan Siklus III Berdasarkan hasil observasi, evaluasi serta refleksi maka kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus III adalah guru tidak mengamati kegiatan siswa. D. Tindakan Siklus IV Berdasarkan hasil observasi, evaluasi serta refleksi maka kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus III adalah: 1. Guru tidak mengkonstruksikan menghitung volumen gabungan antara kubus dan balok melalaui kubus satuan. 2. Masih ada beberapa orang siswa yang ribut, tetapi secara umum siswa sudah merespon apa yang disampaikan oleh guru.

Lampiran 7 Soal Tes Petunjuk: 1. Tulis nama dengan lengkap pada lembar jawaban anda! 2. Jawablah soal di bawah dengan baik dan lengkap! 3. Dahulukan soal yang dianggap mudah! 4. Kerjakan soal di bawah ini secara mandiri! 5. Periksa kembali lembar jawaban sebelum dikumpul! Siklus I

1. Hitunglah volume dari kubus satuan di bawah ini!

2. Hitunglah volume kubus satuan di bawah ini agar volumenya maksimum!

3. Jika rusuk sebuah kubus adalah 6 cm. Berapakah volumenya!

Kunci Jawaban Siklus I 1. Dik: panjang rusuk (s) = 5 satuan panjang Dit: Volume Kubus (V) ? Penyelesaian: V=sss =555 = 125 Jadi volume kubus tersebut adalah 125 satuan volume 2. Dik: rusuk kubus (s) = 4 satuan Dit: volume kubus (V) ? Penyelesaian: V=sss =444 = 64 Jadi volume kubus tersebut adalah 64 satuan volume

3. Dik: rusuk kubus (s) = 6 cm Dit: Volume Kubus (V) ? Penyelesaian: V=sss =666 = 216 Jadi volume kubus tersebut adalah 216 cm3

Soal Tes Petunjuk: 1. Tulis nama dengan lengkap pada lembar jawaban anda! 2. Jawablah soal di bawah dengan baik dan lengkap! 3. Dahulukan soal yang dianggap mudah! 4. Kerjakan soal di bawah ini secara mandiri! 5. Periksa kembali lembar jawaban sebelum dikumpul! Siklus II 1. Hitunglah volume balok di bawah ini!

2. Hitunglah bangun kubus yang dibutuhkan agar volume balok di bawah ini maksimum!

3. a. Jika panjang rusuk dari sebuah balok adalah 7 cm, lebar 4 cm dan tinggi 3 cm. Berapakah volumenya! b. Hitunglah rusuk dari sebuah kubus jika volumenya 125 cm3! Kunci Jawaban

Siklus II 1. Dik: panjang (p) = 5 satuan panjang Lebar (l) = 4 satuan panjang Tinggi (t) = 3 satuan tinggi Dit: volume balok (V) ? Penyelesaian: V=plt =543 = 60 Jadi volume balok tersebut adalah 60 satuan volume 2. Dik: panjang (p) = 6 satuan panjang Lebar (l) = 5 satuan lebar Tinggi (t) = 3 satuan tinggi Dit: volume balok (V) ? Penyelesaian: V=plt =653 = 90 Jadi volume balok tersebut adalah 90 satuan volume 3. Dik: panjang (p) = 7 cm Lebar (l) = 4 cm Tinggi (t) = 3 cm Volume kubus 125 cm3 Dit: a. volume balok (V) ? b. rusuk kubus (s) ? Penyelesaian: a. V = p l t =743 = 84 Jadi volume balok adalah 84 cm3 b. s = = = =5 Jadi rusuk kubus adalah 5 cm

Soal Tes

Petunjuk: 1. Tulis nama dengan lengkap pada lembar jawaban anda! 2. Jawablah soal di bawah dengan baik dan lengkap! 3. Dahulukan soal yang dianggap mudah! 4. Kerjakan soal di bawah ini secara mandiri! 5. Periksa kembali lembar jawaban sebelum dikumpul! Siklus III 1. Hitunglah tinggi dari bangun balok di bawah ini jika volumenya 24 satuan!

2. Hitunglah lebar dari balok di bawah ini jika volumenya 126 satuan!

3. Hitunglah panjang dari sebuah balok jika lebarnya 8 cm, tinggi 3 cm serta volumenya 120 cm3!

Kunci Jawaban Siklus III 1. Dik: panjang (p) = 4 satuan panjang Lebar (l) = 3 satuan lebar Volume balok (V) = 24 satuan volume Dit: tinggi balok (t) ? Penyelesaian:

=2 Jadi tinggi balok adalah 2 satuan tinggi 2. Dik: panjang (p) = 7 satuan panjang tinggi (t) = 6 satuan tinggi Volume balok (V) = 126 satuan volume Dit: lebar balok (l) ? Penyelesaian:

=3 Jadi lebar balok adalah 3 satuan lebar 3. Dik: tinggi balok (t) = 3 cm Lebar balok (l) = 8 cm Volume balok (V) = 120 cm

Dit: panjang balok (p) ? Penyelesaian:

=5 Jadi panjang balok adalah 5 cm

Soal Tes Petunjuk: 1. Tulis nama dengan lengkap pada lembar jawaban anda! 2. Jawablah soal di bawah dengan baik dan lengkap! 3. Dahulukan soal yang dianggap mudah! 4. Kerjakan soal di bawah ini secara mandiri! 5. Periksa kembali lembar jawaban sebelum dikumpul! Siklus IV 1. Hitunglah volume bangun di bawah ini!

2. Hitunglah volume bangun di bawah ini! 3. Sebuah balok dengan panjang 6 cm, lebar 4 cm serta tinggi 5 cm. Kemudian di atas balok itu ditempatkan sebuah kubus yang memiliki panjang rusuk 8 cm. Hitunglah volumen bangun tersebut! Kunci Jawaban Siklus IV 1. Dik: rusuk kubus (s) = 3 satuan panjang balok (p) = 5 satuan panjang Lebar balok (l) = 3 satuan lebar Tinggi balok (t) = 3 satuan tinggi Dit: volume bangun tersebut ? Penyelesaian: V kubus = s s s =333 = 27 Jadi volume kubus adalah 27 satuan volume V balok = p l t =533 = 45 Jadi volume balok adalah 45 satuan volume

Jadi volume bangun tersebut adalah Volume kubus + volume balok = 27 + 45 = 72 satuan volume 2. Dik: rusuk kubus (s) = 4 satuan panjang balok (p) = 8 satuan panjang Lebar balok (l) = 6 satuan lebar Tinggi balok (t) = 4 satuan tinggi Dit: volume bangun tersebut ? Penyelesaian: V kubus = s s s =444 = 64 Jadi volume kubus adalah 64 satuan volume V balok = p l t =864 = 192 Jadi volume balok adalah 192 satuan volume Jadi volume bangun tersebut adalah Volume kubus + volume balok = 64 + 192 = 256 satuan volume 3. Dik: rusuk kubus (s) = 8 cm3 panjang balok (p) = 6 cm3 Lebar balok (l) = 4 cm3 Tinggi balok (t) = 5 cm3 Dit: volume bangun tersebut ? Penyelesaian: V kubus = s s s =888 = 512 Jadi volume kubus adalah 512 cm3 V balok = p l t =645 = 120 Jadi volume balok adalah 120 cm3 Jadi volume bangun tersebut adalah Volume kubus + volume balok = 512 + 120 = 632 cm3

Lampiran 8 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Sesudah Diterapkan Pembelajaran Melalui Representasi Enaktif, Ikonik Dan Simbolik No Nama Siswa Nilai Hasil Belajar Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV 1 Junaidin 8 7 9 8 2 Yahya 6.5 7.5 8 8 3 Akmal Ali Hasdi 7 6.5 5 7 4 Ardiansyah 6.5 5 6.5 8 5 Ari Anggara 7 8 8 9 6 Dimas 7 6.5 8 7.5 7 Vikram 8 9 8 7 8 Hendriawan 8 7.5 9 7.5 9 Nur Holis Majid 7 8 9.5 8 10 Nur Ramadhan A 9 7 7 9 11 Saliman 7 6.5 7 6.5 12 Tandri Aji 8 9 8 7 13 Jonatan Edo 4.5 4 5 3 14 Melina 6 7 6.5 5.5 15 Arni 5 4 5 5.5 16 Novi Aliyanti 8 - 6.5 7 17 Sumardi 9 8 7 8 18 Astrid Diva 8 8 7 6.5 19 Andriana 6 7.5 8 6 20 Intan Saputri 6.5 7 5 5 21 Intan Narisma - 6 8 7 22 Inayah 8.5 9 8 9 23 Miranda Ayu 5 4 4 6 24 Murni - 7 6 7.5 25 Ratna 6 5.5 7 6 26 Siti Chaenur 6.5 8 8 6.5 27 Winda Putri P 7 8 6.5 8 28 Dian Yunita Syarni 8.5 6 9 8 29 Erni Silvia 8 6.5 8 9 30 Nur Dijah 6 7 7 6 31 Iliwua 8.5 7 8.5 7

Rata-rata 7.10 6.90 7.19 7.06 Persentase keberhasilan individu 89,66% 80,64% 83.87% 87,10% Lampiran 9 Tabel Presentase Pencapaian Keterlaksanaan Skenario Pembelajaran Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Tindakan Keterlaksanaan skenario Pembelajaran Hasil Belajar Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV 86,95% 86,96% 95,8% 91,66% 89,66% 80,64%
83,87% 87,10%

Lampiran 10 Dokumentasi

Gambar 1. Guru menuliskan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang dipelajari. Gambar 2. Guru menjelaskan pengertian kubus sebagai wakil dari tahapan enaktif.

Gambar 3. Guru memperkenalkan kubus satuan kepada siswa.

Gambar 4. Kubus satuan

Gambar 5. Guru menjelaskan cara mencari volume kubus dengan menggunakan kubus satuan. Gambar 6. Guru meminta salah seorang siswa menghitung jumlah kubus satuan sebagai wakil dari tahapan ikonik.

Gambar 7. guru menjelaskan volume kubus dengan menggambarkan di papan tulis Gambar 8. Guru membimbing siswa menyelesaikan soal latihan dengan simbol-simbol abstrak.

Gambar 9. Guru memantau siswa menyelesaikan soal latihan. Gambar 10. Guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.

ABSTRAK ABSTRAK LA ODE ARIFIN (A1C1 05 063). Meningkatkan Pemahaman Konsep Menghitung Volume Kubus dan Balok Melalui Representasi Enaktif, Ikonik dan Simbolik Pada Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok dapat ditingkatkan melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok melalui representasi enaktif, ikonik dan simbolik pada siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. Manfaat dari penelitian ini adalah: (1) bagi siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok yang pada akhirnya siswa dapat meningkatkan prestasi belajar matematikanya; (2) bagi guru sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan proses pembelajaran di kelasnya apalagi pada siswa yang berada pada tahap operasi konkret; (3) bagi sekolah dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 8 Mandonga, dapat meningkatkan pemberdayaan tahapan enaktif, ikonik dan simbolik agar prestasi belajar siswa lebih baik; (4) bagi peneliti dapat mengetahui secara langsung permasalahan dalam pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan cara mengajarkan konsep matematika yang tepat pada siswa sekolah dasar Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2009 di kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 31 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat siklus. Adapun tahapan penelitian ini adalah: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan evaluasi; (4) refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Sumber data penelitian yaitu terdiri dari siswa dan guru. Jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari data tes hasil belajar, lembar observasi dan jurnal refleksi diri. Teknik pengambilan data: (1) data tentang kondisi pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi; (2) data tentang hasil belajar siswa diambil dengan menggunakan alat evaluasi hasil belajar. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu (a) kegiatan pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik apabila minimal 85% kegiatan pembelajaran terlaksana dengan baik (b) siswa-siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini dikatakan memahami konsep matematika yang diajarkan apabila minimal 80% jumlah siswa telah memperoleh nilai 6,0 (ketentuan dari sekolah bersangkutan). Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Pemahaman siswa kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari pada konsep menghitung volume kubus dan balok dapat ditingkatkan melalui tahapan representasi enaktif, ikonik dan simbolik. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes tiap siklus yaitu siklus I sebesar 89,66% dengan rata-rata 7,10, siklus II sebesar 80,64% dengan rata-rata 6,90, siklus III sebesar 83,87% dengan ratarata 7,19, siklus IV sebesar 87,10% dengan rata-rata 7,06. Hal ini telah mencapai target yang telah dirancang yaitu minimal 80% jumlah siswa telah memperoleh nilai 6,0 maka siswa dikatakan memahami konsep tentang menghitung volume kubus dan balok. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi dengan judul Meningkatkan Pemahaman Konsep menghitung Volume Kubus Dan balok Melalui Representasi Enaktif, Ikonik dan Simbolik pada Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari ini dapat terselesaikan. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa seluruh rangkaian kegiatan penelitian mulai dari tahap penyusunan proposal hingga penyelesaian penyusunan skripsi ini penulis senantiasa mendapat bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Hafiludin Samparadja, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing I dan Bapak La Ili, S.Pd., M.Pd, selaku Pembimbing II atas segala waktu yang diluangkan untuk membimbing dan memberikan arahan-arahan kepada peneliti hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada berbagai pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu penulis terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Haluoleo Kendari. 2. Bapak Drs. H. Barlian, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Haluoleo. 3. Bapak Drs. Aceng Haetami, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA dan Drs. La Misu, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan MIPA.

4. Bapak Drs. Utu Rahim, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika serta seluruh staf administrasi dalam lingkungan FKIP Universitas Haluoleo. 6. Ibu Dra. Hj. St. Nurhayati L, selaku Kepala SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. 7. Ibu Wa Ode Rusni, A.Ma. selaku guru Kelas V SD Negeri 8 Mandonga yang turut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 8. Keluarga besar mahasiswa pendidikan matematika khususnya angkatan 2005 Hasman, S.Pd, La Ode Arbiki, S.Pd, Putu, Iwan, Hadi, Hadi Siharis, Saherman, Dedi, Delwi, Rosmadewi, Jiji dan kawan-kawan yang tidak bisa kusebut satu persatu. 9. Siswa-siswi SD Negeri 8 Mandonga yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku (La Golu san Wa Ode Undu) serta kakak (Hadaria) dan adik (Sariati) yang selalu mendoakan agar penulisan skipsi ini tidak mengalami hambatan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT membalas segala budi baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini. Amin. Kendari, Januari 2010 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR LAMPIRAN viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 4 D. Manfaat Penelitian 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 6 1. Proses Belajar-Mengajar Matematika 6 2. Konsep dalam Matematika 10 3. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Manusia 12 4. Tahapan Enaktif, Ikonik dan Simbolik 14 B. Penelitian yang Relevan 17 C. Kerangka Pemikiran 17 D. Hipotesis Penelitian 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 19 B. Setting Penelitian 19 C. Faktor yang Diselidiki 19 D. Pelaksanaan Tindakan 20 E. Data dan Teknik Pengambilan Data 23 F. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas 23 G. Indikator Kinerja 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 25 1. Kegiatan Pendahuluan 25 2. Tindakan Siklus I 26 3. Tindakan Siklus II 30 Halaman 4. Siklus III 34 5. Tindakan Siklus IV 38 B. Pembahasan 41 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 45 B. Saran 45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari 48 2. Rencana pelaksanaan Pembelajaran 49 3. Indikator Lembar Observasi 69 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Belajar-Mengajar 60 5. Lembar Observasi aktivitas Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar 78 6. Jurnal Refleksi Diri 82 7. Insrumen tes dan Kunci Jawaban 84 8. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Sesudah Diterapkan Pembelajaran Melalui Representasi Enaktif, Ikonik dan Simbolik 97 9. Tabel Persentase Pencapaian Keterlaksanaan Skenario Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Mandonga 98 10. Dokumentasi 99

You might also like