You are on page 1of 10

TUGAS KEWARGANEGARAAN TENTANG HAM

Disusun oleh : 1. Andry Kusuma 2. Muhammad Arief F 3. Rijal P Pamungkas 4. Sympathi Dimas 5. Eko Suryawinata 6. Iqbal Prihastowo F1D009049 F1D009007 F1D009042 F1D009046 F1D009063 F1D009004

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 tentang Agama.

Berbunyi : 1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa. 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tipa penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu. UUD 1945 pasal 28 E ayat 1 tentang HAM Berbunyi : 1. Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan meninggalkanya,serta berhak kembali.

Kebebasan dalam memeluk agama. Kebebasan dalam memeluk agama yang terdapat di Indonesia sampai hari ini berjalan sesuai dengan tatanan hukum yang telah ditetapkan dan berlaku di pancasila maupun undangundang. Tatanan perundang-undangan yang mengatur tentang kebebasan memeluk agama atau kepercayaan dan beribadat sesuai dengan ajaran agamanya dan kepercayaanya sudah berjalan sedemikian mestinya. Tiap-tiap warga Negara Indonesia berhak memilih dan menentukan pilihan terhadap agama yang diinginkan yang sudah di sahkan di Indonesia dan mengacu pada pancasila tanpa adanya tekanan dari pemerintah atau pihak lain (dalam hal ini yang terdapat pada unsure Negara.

Di Indonesia agama yang sah adalah budha,hindu,islam,protestan,katholik,kong hu cu, maka dari itu Negara selalu mencoba untuk melindungi agama-agama tersebut dari tangantangan jahil yang terkadang ingin merusak kemurniannya, seperti banyak kasus munculnya aliran atau ajaran baru yang merusak kemurnian agama yang telah ada, bahkan ada ajaran yang mencoba memadukan beberapa ajaran agama yang ada. Sebagai bentuk dari tanggung njawab Negara, kasus-kasus yang seperti itu sangat mendapat respon dari kalangan pmerintah maupun masyarakat. Jadi kebebasan memilih dan memeluk agama itu yang di atur oleh UUD tepatnya pasal 29 ayat 1 dan 2, serta pasal 28 E sudah berjalan dengan baik atau sesuai dengan HAM.

UUD 1945 Pasal 28H ayat 1 dan Pasal 34 ayat 3 tentang Kesehatan

Pasal 28H ayat 1 berbunyi

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin., bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 3 berbunyi :

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Kualitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia Kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia mungkin pantas untuk memperoleh nilai 6,5. Kenapa? Kita bisa lihat dari aspek pelayanan kesehatan terhadap masyarakat golongan bawah. Dimana untuk mendapatkan badan sehat jasmani itu mahal. Mungkin memang sebenarnya biayanya mahal, tetapi bukankah di undang-undang dituliskan yang menerangkan bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin., bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan? tetapi kenapa pelayanan tersebut hanya diajukan untuk kalangan atas saja. Selain itu akses menuju pelayanan kesehatan sulit dijangkau untuk masyarakat kalangan bawah. Butuh jarak berkilo-kilometer untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualits, jika itu dapat di tempuh para masyarakat kalangan bawah juga masih terhambat dengan segala persoalan seperti menyelsaikan biaya administrsi terlebih dahulu sebelum mendapat perawatan atau ditangani oleh pihak dari lembaga kesehatan, yang sudah tentu biaya tersebut cukup memberatkan bagi kalangan masyarakat yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah. Bagaimana akan tercapainya cita-cita negara untuk mensejahterakan rakyatnya jika untuk mengakses kesehatan saja rakyat masih di hadapkan oleh segala tetek bengek yang cenderung menyulitkan.

Akan lebih baik jika pemerintah dan segenap jajarannya dan juga masyarakat pada umumnya memberi perhatian lebih untuk masalah kesehatan ini, agar mereka yang ingin mengakses kesehatan tidak lagi mendapatkan atau dihadapkan oleh masalah terlebih masalah administrasi, dan juga alangkah baiknya agar lebih memperhatikan fasilitas lembaga kesehatan yang ada sehingga dapat memberi kenyamanan dan layanan yang memuaskan bagi masyarakat indonesia, sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan sehat jasmani maupun rohaninya.

PENERAPAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) YANG TIDAK SESUAI DENGAN UUD 1945 YANG SUDAH DI AMANDEMEN

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak dilahirkan, yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat, sebagai warga negara yang baik kita wajib menjunjung tinggi nilai HAM , tanpa membedakan status golongan, jabatan, pendidikan , kelas ekonomi . melanggar HAM sama saja melanggar hukum, Di indonesia masih banyak yang masih melanggar nilai-nilai yang ada pada HAM , bisa kita ambil contohnya yaitu adanya tindakan aborsi dan pengekploitasikan anak . Aborsi adalah sebuah tindakan pembunuhan janin didalam kandungan. Tindakan ini merupakan tindakan criminal yg melanggar hokum dan undang undang dasar 1945. Aborsi sangat tidak manusiawi ,seperti yang kita ketahui seorang bayi dilahirkan memiliki hak dasar yang melekat seumur hidup pada dirinya dan dilindungi oleh hukum. Dalam uud 1945 pasal 28 yang berisi tentang hak asasi manusia dapat kita lihat bahwa: 1. Setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya (psl 28a) 2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh,berkembang,serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (psl 28b ayat 2) Banyak sekali remaja Indonesia melakukan tindakan aborsi yang tidak sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku. Eksploitasi anak Di indonesia banyak sekali anak-anak dibawah umur yang disuruh bekerja oleh orang tuanya baik menjadi pengamen, pengemis, tukang parkir, bahkan menjadi Pekerja Seks Komersil(PSK). Eksploitasi anak merupakan suatu tindakan pelanggaran HAM karena dalam uu no 23 tahun2002 tentang pengekploitasian anak , akan dihukum 10 tahun penjara dan denda sebesar Rp 200 jt.

PERNIKAHAN BEDA AGAMA YANG SUDAH SESUAI DENGAN HAM

UUD 1945 bab X a tentang HAM pasal 28 B ayat 1

berbunyi : 1.Setiap orang wajib membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan yang sah. UU tentang HAM pasai 16 ayat 1 dan 2

Berbunyi : 1. Pria dan wanita yang sudah dewasa, dengan tidak di batasi kebangsaan, kewarganegaraan or agama, berhak untuk nikah dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam soal perkawinan, di dalam masa perkawinan dan saat perceraian. 2. Perkawinan hanya dapat di laksanakan berdasarkan pilihan bebas dan persetujuan penuh oleh kedua mempelai.

Merujuk pada peraturan hukum yang ada di UUD maupun UU dapat ditarik kesimpulan bahwa pernikahan beda agama yang sering terjadi di Indonesia tedaklah menyalahi aturan hukum yang ada karena memang setiap warga Negara Indonesia berhak membentuk keluarga tanpa dibatasi oleh kebangsaan, kewarganegaraan dan juga tanpa di batasi oleh agama. Pernikahan beda agama yang ada di Indonesia dapat dikatakan sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang telah ada.

Persoalan yang sering terjadi di Indonesia bukanlah tentang pernikahan yang beda agama tetapi adalah larangan dari para orang tua jika anaknya ingin menikah namun dengan pasangan yang berbeda agama, jika merujuk dari undang-undang tidaklah ada larangan.

Perlakuan Lembaga Hukum terhadap Narapidana di Indonesia

Apakah lembaga hukum di Indonesia telah memperlakukan warga Indonesia secara adil di depan hukum? Kita lihat di Indonesia masih terdapat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh lembaga hukum. Kita bisa lihat dari beberapa kasus akhir-akhir ini di Indonesia, seperti Artalita Suryani yang dijadikan sebagai narapidana karena kasusnya yaitu penyogokan terhadap jaksa. Dia diperlakukan secara istimewa oleh lembaga hukum dalam dia menjalani hukumannya di sel. Kita tahu bahwa sel tempat Arthalita dihukum, didalamnya hampir segala fasilitas terpenuhi. Mulai dari ruangan ber AC, tempat tidur yang nyaman, perlengkapan elektronik mewah, bahkan ada ruangan khusus untuk dia merawat anaknya. Sedangkan jika kita lihat pada narapidana lain, misalnya narapidana maling ayam, lembaga hukum hanya memasukkannya ke dalam sel yang benar-benar seadanya. Bahkan tempat tidurpun tidak tersedia, dan kebersihan dari tempat itu pun belum terjamin. Kita dapat simpulkan bahwa kasus-kasus tersebut belum sesuai dengan UUD 1945 bab XA tentang HAM pasal 28D ayat 1, yang berbunyi : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Maka dari itu, kami harap lembaga hukum yang ada di Indonesia dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai atau mengacu kepada UUD, UU, dan peraturan pemerintah yang lain yang mengatur tentang lembaga hukum.

Perda No 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum dan Strategi Pengembangan Ketertiban Umum

Peraturan daerah nomor 8 tahun 2007 sangat tidak manusiawi, karena pemerintah bukan memberantas kemiskinan, meleinkan memberantas orang miskin. terkait dengan Perda ini yaitu persoalan Pedagang Kaki Lima dan persoalan pengemis. Persoalan ini penting mengingat adanya pemidanaan tidak hanya terhadap pedagang kaki lima namun juga terhadap konsumen dari pedagang kaki lima tersebut (Vide Pasal 27 jo Pasal 61 ayat (1) Perda No 8 Tahun 2007) serta adanya pemidanaan tidak hanya terhadap pengemis namun juga terhadap orang yang memberikan sedekah kepada pengemis tersebut (Vide Pasal 40 jo Pasal 61 ayat (1) Perda No 8 Tahun 2007). Hal ini sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam pancasila, terutama sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, yang berarti wajib bagi bangsa Indonesia siapapun dia yang sehat akalnya untuk ber Kemanusiaan yang Adil dan berAdab, dimana tentang Kemanusiaan itu sendiri diatur oleh hukum yang harus berdasarkan agama. Pemerintah terlalu mengarahkan kebijakan ke segi ekonomi, dimana lebih

mempertujukan untuk mendapat keuntungan, bukan kemakmuran rakyat. Seharusnya pemerintah melindungi dan menjamin orang miskin. Pedagang kaki lima juga seharusnya diberikan fasilitas untuk mereka berdagang, bukan hanya ruang lingkup mereka terusir akibat pedagang yang elit atau dengan kata lain yaitu pengembangan ruang perkotaan bagi pedagang mikro. Dan pengembangan balai latihan kerja atau balai wirausaha bagi para pengemis agar mereka mempunyai keahlian dan tidak selalu tergantung meminta-minta ke masyarakat. Memperluas pelayanan dan rehabilitasi social sampai mereka mampu tidak bergantung pada bantuan pemerintah. Perda tersebut tidak sesuai dengan Undang-undang dasar Pasal 34 ayat 1 yang berbunyi : Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.

You might also like