You are on page 1of 18

Pengolahan Air Asin Atau Payau Dengan Sistem Osmosis Balik

ABSTRAK Proses mengolah air asin/payau menjadi air tawar atau sering dikenal dengan istilah desalinasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu 1. Proses destilasi (suling). 2. Proses penukar ion dan 3. Proses filtrasi. Proses destilasi memanfaatkan energi panas untuk menguapkan air asin. Uap air tersebut selanjutnya didinginkan menjadi titik-titik air dan hasil ditampung sebagai air bersih yang tawar. Proses desalinasi menggunakan teknik penukar ion memanfaatkan proses kimiawi untuk memisahkan garam dalam air. Pada proses ini ion garam (Na Cl) ditukar dengan ion seperti Ca+2 dan SO4-2 . Materi penukar ion berasal dari bahan alam atau sintetis. Materi penukar ion alam misalnya zeolit sedangkan yang sintetis resin (resin kation dan resin anion). Proses desalinasi yang ke tiga menggunakan filter semipermeabel untuk memisahkan molekul garam dalam air. Proses ketiga ini lebih dikenal dengan sistem osmose balik (Reverse Osmosis). Keistimewaan dari proses ini adalah mampu nyaring molekul yang lebih besar dari molekul air. Model pengolahan air asin/payau yang diuraikan pada tulisan ini adalah hasil rancangan tim Kelompok Air Bersih dengan kapasitas 7,5 - 10 m3/hari. Unit ini sudah dipasang di Kepulauan Seribu Jakarta Utara (Pulau Tidung, Pramuka dan Kelapa), di Palembang (Unit RO bergerak) dan di Cilacap Jawa Tengah.

KATA KUNCI : Reverse Osmosis, Destilasi, Filtrasi, Mobile RO JENIS TEKNOLOGI : Teknologi Pengolahan Air Bersih TARGET PENGGUNAAN : Rumah Tangga, Komunal (kelompok)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air air sungai, danau dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan air. Air baik yang berada di darat maupun laut akan menguap oleh panas matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh kebumi sebagian meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian lagi kembali ke laut. Manusia sering dihadapkan pada situasi yang sulit dimana sumber air tawar sangat terbatas dan di lain pihak terjadi peningkatan kebutuhan. Bagi masyarakat yang tinggal didaerah pantai, pulau kecil seperti kepulauan seribu air tawar merupakan sumber air yang sangat penting. Sering terdengar ketika musim kemarau mulai datang maka masyarakat yang tinggal di daerah pantai atau pulau kecil-kecil mulai kekurangan air. Air hujan yang merupakan sumber air yang telah disiapkan di bak penampung air hujan (PAH) sering tidak dapat mencukupi kebutuhan pada musim kemarau. Padahal kita mengetahui bahwa sebenarnya sumber air asin itu begitu melimpah, kenyataan menunjukkan bahwa ada banyak daerah pemukiman yang justru berkembang pada daerah pantai. Melihat kenyataan semacam itu manusia telah berupaya untuk mengolah air asin/payau menjadi air tawar mulai dari yang menggunakan teknologi sederhana seperti menyuling, filtrasi dan ionisasi (pertukaran ion). Sumber air asin/payau yang sifatnya sangat melimpah telah membuat manusia berfikir untuk mengolahnya menjadi air tawar.

Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar manusia telah mengembangkan sistem pengolahan air asin/payau dengan teknologi membran semipermeabel. Membran (selaput) semipermeabel adalah suatu selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Teknologi pengolahan air asin/payau yang akan dibahas pada tulisan ini terutama yang menggunakan teknologi filtrasi membran semipermeabel. Teknologi pengolahan air asin/payau ini lebih dikenal dengan sistem osmosa balik (Reverse Osmosis disingkat RO). Teknologi ini menerapkan sistem osmosis yang dibalik yaitu dengan memberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosis air asin/payau. Air asin/payau tersebut ditekan supaya melewati membran yang bersifat semi permeabel, molekul yang mempunyai diameter lebih besar dari air akan tersaring. 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan penerapan teknologi RO adalah : Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan air bersih. Maksudnya adalah untuk mencukupi kebutuhan akan air bersih sebagai bagian dari kebutuhan dasar setiap manusia. Pengenalan teknologi pengolahan air asin/payau. Teknologi pengolahan air asin/payau ada tiga macam yaitu : 1. Penyulingan. 2. Penyaringan dan 3. Pertukaran ion. Pengenalan yang dilakukan disini adalah yang menggunakan teknik penyaringan tingkat molekul.

Sasaran dari penerapan teknologi ini adalah: Pemenuhan air minum yang sehat, sebab air hasil olahan dengan teknologi ini berupa air bersih yang sehat, tidak berbau, jernih, tidak berasa, bebas bakteri, dan tidak asin. Pemanfaatan sumberdaya yang ada, maksudnya adalah memanfaatkan sumberdaya air yang berasal dari air payau, atau asin. Padahal kita mengetahui bahwa sumber air asin merupakan sumberdaya yang sangat melimpah.

1.3. Manfaat Alat pengolah air sistem RO mempunyai fungsi untuk mengolah air asin/payau menjadi air tawar dengan cara filtrasi tingkat molekul, dengan demikian alat ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi manusia. Pemanfaatan teknologi ini akan memberi kemudahan bagi manusia untuk mendapatkan air bersih yang diperoleh dari pengolahan air asin/payau. Manfaat lainnya yang dapat dinikmati oleh manusia dengan diterapkannya pengolah air sistem RO berupa peningkatan mutu kualitas air hasil olahan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pandual Kualitas Air Hasil Pengolahan Sistem RO

Tabel 2. Paduan Kualitas Air Hasil Uji Coba di Kelapa Gading Jakarta Utara Tekanan Membran :300 Psi, Parameter Satuan Fisik 1. Warna 3. Bau 4. Rasa 5. D.H.L Kimia 6. pH 7. Zat Padat 8. Zat Organik 9. CO2 bebas 10. P. Alkalinity M. Alkalinity Carbonat Bicarbonat 11. Tot Hardness Calsium Magnesium 12. Besi 13. Mangan 14. Sulphate ppm ppm KmnO4 ppm CO2 ppm CaCO3 ppm CaCO3 ppm CaCO3 ppm CaCO3 OD ppm Ca++ ppm Mg++ ppm Fe++ ppm Mn++ ppm SO4 7,5 3,79 13,2 0 390 0 390 19,4 49,98 53,35 4,4 Negatif 950 6,3 1,58 17,6 0 60 0 60 0 0 0 Negatif Negatif Negatif 7,6 5340 4,74 30 0 275 0 275 29 74,97 79,55 1,4 Negatif 1250 6 138 1,58 22 0 25 0 25 0,8 2,856 1,72 Negatif Negatif Negatif mm Ppm Pt-Co 15 Tdk Asin 7500 5 Tdk Tdk 350 10 7,7 Tdk Asin 7520 5 0 Tdk Tdk 350 2. Turbidity Ppm SiO2 Temperatur Air : 20-28 oC, Air Baku I Air Olahan I Laboratorium : PAM Jaya Air Olahan II

Air Baku II

15. Phospate

ppm PO4

Negatif 0,25 0 2215,2

Negatif Negatif 0 110,76

Negatif 0,25 0 25 2680

Negatif Negatif 0 1 116,44

16. ppm NH4 Ammonium 17. Nitrite 18. D.O 19. Silika 20. Chlorida 1.4. Potensi ppm NH4 ppm O2 ppm SiO2 ppm Cl

Potensi yang dapat diambil dari penerapan teknologi ini berupa nilai tambah sebagai hasil dari pengembangan dan rekayasa komponen utama unit RO. Adapun macam-macam komponen yang mungkin masih dapat dikembangkan di Indonesia adalah: Studi membran semipermeable yang mengarah pada produksi lokal. Jantung filter dari sistem RO adalah terletak pada teknologi membran. Saat ini teknologi membran belum dapat diproduksi di Indonesia, hal ini disebabkan karena kita belum menguasai teknologi tersebut terutama untuk skala produksi. Untuk itu perlu segera dilakukan transfer teknologi pembuatan membran semipermeabel dari negara lain. Fabrikasi pretreatmen dan filter. Pretreatment atau pengolahan awal mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengolahan air ini. Air asin sebelum masuk pada unit RO harus diolah terlebih dahulu. Syarat air baku sebelum masuk ke unit utama harus tidak boleh keruh, tidak boleh berwarna, tidak berbau, kandungan zat besi/mangan kurang dari 0.01 ppm. Berdasarkan kriteria tersebut maka pengolahan tingkat awal menjadi hal yang begitu penting, sehingga peranan fabrikasi oleh perusahaan lokan akan menunjang penerapan teknologi ini. Untuk fabrikasi pembuatan pretreatmen dan filter dapat dibuat dengan bahan dari "stainless stell", paralon maupun "fiber glass". Fabrikasi media. Media filter sangat diperlukan sebagai media filter. Media filter biasanya terdiri dari pasir silika, mangan aktif dan karbon aktif. Teknologi untuk mengolah media tersebut sudah dikuasai oleh bangsa Indonesia. Sumber bahan yang dapat diolah menjadi media filter juga banyak terdapat di Indonesia. Industri perakitan. Untuk menghasilkan 1 unit RO maka diperlukan beberapa komponen dasar yang terdiri dari : 1. Casis., 2. Pompa Tekanan tinggi., 3. Modul Membran Tabung., 4. Pipa fleksibel., 5. Panel Listrik., 6. Flow Meter., 7. Valve., 8. Komponen pendukung lain., dirakit dalam suatu industri perakitan. Pada industri semacam itu paling tidak diperlukan beberapa orang ahli yang mengetahui dasar teknik, mesin dan listrik.

1.5. Pohon Komoditi

Gambar 1. Pohon Komoditi Sistem Pengolahan Air Berdasarkan Kadar Salinitas Gambar 1 menunjukkan pohon komoditi sistem pengolahan air berdasarkan kadar salinitas (kegaraman terlarut) dalam air baku. Batas kelarutan garam dalam air baku untuk standart air minum adalah untuk DHL = 400 - 1250 mmhos dan Cl - =600 ppm. Pembagian kualitas air berdasarkan kadar salinitas air adalah : 1. Air Tawar (DHL < 1250 mmhos). 2. Air Payau (DHL 1250 - 12.000 mhos). dan Air Asin > 12.000 mmhos), sehingga untuk menentukan jenis teknologi yang akan digunakan salah satunya ditentukan oleh kadar salinitas tersebut. 1.6. Kontak Personil Ir. Arie Herlambang, M.S. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi JL. M.H. Thamrin No.8. Jakarta Tel. 021-3169769, 3169770 Fax. 021-3169760 Email : air@server.enviro.bppt.go.id Home Page : http://www.enviro.bppt.go.id/~Kel-1/ II. BAHAN 2.1. Bahan Utama Komponen Utama Unit RO dibagi menjadi 4 macam yaitu: A. Pengolahan Tingkat Awal

No 1

Nama Barang

Spesifikasi

Keterangan

Pompa Air Baku Kapasitas 25 Stainless steel l/menit, 380 V, Tiga Fase 50 Hz, Tekanan 6 Bars (max) Reaktor Tank Model RT6312, Kapasitas 0,51M3/Jam Model FS1212, Kapasitas 1,41,8M3/Jam Mild Steel with Reinforce Fiber Plastic Fiber glass

Rapid Sand Filter

Iron Manganese Model FM1012, Filter Kapasitas 1,41,8M3/Jam Colour Polishing Model FC1012, (Filter Carbon) Kapasitas 1,41,8M3/Jam Dosing Pump

Fiber glass

Fiber glass

Single Acting, Hypallon , Sebanyak Chemtech 100/030, 5 buah Pressure = 7 Bar, Kapasitas = 4,7 l/jam Model BT 502510, Volume 30 lt Titik Jumper, Kelistrikan, Pipa PVC, Pipa Fleksibel Polyethylene Plastik, PVC, Logam

7 8

Tangki kimia Perlengkapan

B. Komponen RO No 1 Nama Barang Membran RO Spesifikasi Keterangan

Thin Film Composit, Jumlah elemen 3 Tekanan Operasi 1- buah 24 Bars, Temp 40 o C, Air payau/Payau, Toleransi besi, mangan, klorida 0,01 ppm

Panel Listrik dan Kelistrikan, Semi otomatis Kontrol operasi indikator meter dan lampu. Pompa Tekanan 2,2 KVA, 3 Phase Tinggi 380 V, 50 Hz Sainless Steel

C. Komponen Desinfeksi dan Tangki Penampung Air Minum No 1 2 Nama Barang Ultra Violet Perlengkapan Spesifikasi 20 Watt Pipa PVC, Lem, Tape, Jet, Valve, Panel automatis, Kabel dan Kelistrikan PVC, Stainlees Steel Keterangan

Bak Penampung Bahan Stainless Air Olahan steel

Stainless steel

D. Pembangkit Listrik No 1 Nama Barang Generator Spesifikasi Keterangan

Kapasitas Min 7,5 Bahan bakar Solar KVA, 15-19 PK, 3 Phase, 380 V/220 V, Hopper Manual

2 3

Panel Kelistrikan Phase 3 380 V dan 220 V Pendingin Bahan besi

2.1. Bahan Tambahan Bahan tambahan yang diperlukan dalam operasional unit pengolah air sistem RO antara lain Kalium Permanganat (KMnO4), Anti scalant, Anti Fouling dan Anti bakteri. Kalium permanganat digunakan sebagai bahan oksidator terhadap zat besi, mangan dan bahan organik dalam air baku. III. TAHAPAN Untuk membuat suatu alat pengolah air sistem RO persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Analisis kualitas air baku: hasil analisa kualitas air sangat menentukan jenis teknologi yang akan dipakai serta biaya yang akan dikeluarkan untuk mendesain alat. Jika air baku yang akan digunakan mempunyai kualitas yang jelek sudah dapat dipastikan bahwa biaya yang akan dikeluarkan banyak. Sebagai contoh jika kualitas air baku mempunyai TDS diatas 35.000 ppm maka jenis membra yang dipakai harus membran untuk air asin, pompa tekanan tinggi yang digunakan tentu saja harus besar sehingga biaya yang diperlukan menjadi besar. Desain dan Rencana: Desain dan Rencana dibuat berdasarkan data kualitas air dan permintaan dari user. Rancangan unit pengolah air di tuangkan ke dalam gambar desain untuk memudahkan pengerjaan di bengkel dan lapangan. Besar kecilnya desain rancangan unit pengolahan air dibuat berdasarkan pesanan. Kapasitas yang pernah dibuat adalah 2 m3/hari, 7,5 M3/hari dan 10 M3/hari. Meskipun kapasitas yang pernah dibuat masih tergolong kecil akan tetapi pernah merancang sampai kapasitas 3 Lt/dt. Perakitan dan Instalasi : Pada tahap perakitan ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu 1. Perakitan Pretreatmen. 2. Perakitan Unit RO 3. Perakitan sistem elektrik dan pendingin. Pemasangan di Lapangan: Unit RO dipasang pada bangunan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Bangunan tersebut berupa rumah RO dan Genset, Jaringan distribusi dan bangunan bak penampung.

Gambar 2. Tahap Pelaksanaan Instalasi

IV. METODOLOGI Jika air murni dan larutan garam dipisahkan oleh selaput semipermeabel maka akan terjadi aliran yang mengalir dari zat cair dengan konsentrasi rendah menuju ke air garam (larutan air yang mengandung kadar garam tinggi) yang mempunyai konsentrasi tinggi. Aliran air melalui selaput semipermeabel tersebut dapat berlangsung karena adanya tekanan osmosis. Jika tekanan dilakukan sebaliknya yaitu air garam diberikan suatu tekanan buatan yang besarnya sama dengan tekanan osmosis, maka yang terjadi adalah tidak ada aliran dari air ke air garam atau sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan osmosis adalah konsentrasi garam dan suhu air. Air laut umumnya mengandung TDS minimal sebesar 30.000 ppm. Sebagai contoh, untuk air laut dengan TDS 35.000 ppm pada suhu air 25o C, mempunyai tekanan osmose 26,7 kg/cm2, sedangkan yang mengandung 42.000 ppm TDS pada suhu 30o C mempunyai tekanan osmosis 32,7 kg/cm2. Jika tekanan pada sisi air garam (air asin) diberikan tekanan sehingga melampaui tekanan osmosisnya, maka yang terjadi adalah air dipaksa keluar dari larutan garam melalui selaput semipermeabel. Proses memberikan tekanan balik tersebut disebut dengan osmosis balik. Prinsip osmosis balik tersebut diterapkan untuk pengolahan air payau atau air laut menjadi air tawar. Sistem tersebut disebut Reverse Osmosis atau RO. Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air produksi masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan kadar garam yang kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira 300 sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal. Jika air olahan yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang dibutuhkan akan menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut harus lebih besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhkan jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2. RO mempunyai ciri-ciri yang sangat khusus sebagai model pengolah air asin yaitu: Energi Yang Relatif Hemat yaitu dalam hal pemakaian energinya. Konsumsi energi alat ini relatif rendah untuk instalasi kemasan kecil adalah antara 8-9 kWh/T (TDS 35.000) dan 9-11 kWh untuk TDS 42.000. Hemat Ruangan. Untuk memasang alat RO dibutuhkan ruangan yang cukup hemat.

Mudah dalam pengoperasian karena dikendalikan dengan sistem panel dan instrumen dalam sistem pengontrol dan dapat dioperasikan pada suhu kamar. Kemudahan dalam menambah kapasitas.

Meskipun alat pengolah air sistem RO tersebut mempunyai banyak keuntungan akan tetapi dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk operasi. Hal ini dimaksudkan agar alat tersebut dapat digunakan secara baik dan awet. Untuk menunjang operasional sistem RO diperlukan biaya perawatan. Biaya tersebut diperlukan antara lain untuk bahan kimia, bahan bakar, penggantian media penyaring, servis dan biaya operator. Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem pengolahan yang lebih rumit. Apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah penghilangan warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup dengan penjernihan melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi. Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar garam khlorida dan TDS yang tinggi. Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Reverse Osmosis (RO). Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro (molekul), yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membrane. Dengan sistem RO ini, khlorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membrane harus bebas dari besi, manganese dan zat organik (warna organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkapi dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, manganese dan zat warna organik. Sistem pretreatment yang mendukung sistem RO umumnya terdiri dari tangki pencampur (mixing tank), saringan pasir cepat (rapid sand filter), saringan untuk besi dan mangan (Iron & manganese filter) dan yang terakhir adalah sistem penghilang warna (colour removal). Gambar skema unit pengolah air sistem RO dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Skema Pengolahan Air Sistem Reverse Osmosis

V. PERALATAN Untuk merakit suatu unit RO diperlukan beberapa alat pendukung seperti : Mesin Las, Bor listrik, Alat potong/gergaji, Obeng, Palu, Lem, Kunci, Gurinda dan alat pertukangan.

Pompa Jet Pump

Pompa Semi Jet Gambar 4. Pompa Air Baku dan Pompa Celup

Pompa Celup

Tangki Reaktor

Tangki Kimia dan Pompa Dosing

Gambar 5. Tangki Reaktor, Tangki Kimia dan Pompa Dosing

Gambar 6. Filter Pasir, Mangan dan Carbon

Gambar 7. Cartridge Filter

Gambar 8. Membran Tabung

Gambar 9. Unit RO

Gambar 10. Generator Listrik 10 KVA 380 V dan Panel Listrik

VI. ORGANISASI / PERSONIL PELAKSANA

Gambar 11. Struktur Organisasi Struktur organisasi devisi pengolahan air payau/asin sistem RO terdiri dari 3 devisi dan 1 unit bengkel dan perakitan. Ketiga devisi dan perbengkelan dikomando oleh tim konsultasi. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing devisi dapat dijelaskan sebagai berikut: Koordinator : Merupakan badan konsultasi tugasnya mengkoordinir pekerjaan, mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan, merumuskan langkah taktis dan memberikan jasa dan servis kepada user.

Devisi Pemasaran dan Purna Jual: Mempunyai tugas utama sebagai ujung tombak perusahaan dalam memasarkan hasil, memberikan pelayanan purna jual, meningkatkan kegiatan promosi dalam rangka menjaring user, memberikan servis kepada user dan calon user, memberikan solusi terbaik terhadap user, melakukan kontak kepada user dan calon user, mendata base user dan calon user. Devisi Teknik dan Rekayasa: Mempunyai tugas menterjemahkan keinginan user kedalam teknis, menciptakan kreasi baru kedalam rancangan teknis, selalu melakukan kontak dengan bengkel dan suplayer barang, mendata base katalok teknis, menyiapkan operator dan pelatihan, melakukan kontak dengan industri lokal dan industri import dalam rangka mendapatkan barang yang bermutu dan menginformasikan hasil koordinasinya dengan bagian administrasi dan pengadaan. Devisi administrasi dan Pengadaan: Melaksanakan kegiatan administrasi kedalam dan keluar, penyiapan tender, menyiapkan dokumen, melakukan pengadaan peralatan dan barang, melakukan perhitungan biaya, melakukan koordinasi dengan bagian teknik dan rekayasa.

VII. CARA PEMBUATAN Cara pembuatan unit pengolah air sistem RO dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu 1. Unit Pengolah Awal(Pre Treatmen). 2.Unit Sistem RO. 3. Unit Sumberdaya. Dan 4. Bangunan Pelindung. Cara pembuatan masing-masing komponen dapat diuraikan sebagai berikut: No 1 Nama Unit Saringan Air baku Cara Pembuatan Saringan ini dibuat dari paralon yang diberi lubang kecil-kecil atau bisa juga dengan menggunakan kawat kasa tahan asin.

Tangki Reaktor Bahan tangki terbuat dari besi yang dikoting dengan fiber atau dibuat dari fiber glas. Cara pembuatan tangki reaktor dilakukan dengan cara pengepresan, roling, koting dan pengelasan, sedangkan untuk bahan fiber dilakukan dengan pencetakan dengan mol cetak dan finising. Tangki Kimia Tangki kimia dibuat dari bahan fiberglas. Cara pembuatan tangki dilakukan dengan pencetakan melalui mol cetak dan finising/pengecatan. Tabung filter dalam satu unit standar terdiri dari 3 buah yaitu tabung saringan pasir, tabung saringan mangan dan saringan carbon. Cara pembuatan dengan pencetakan melalui mol cetak, roling dan finising/pengecatan. Cara pembuatan unit ini dengan instalasi pada casis. Komponen utama unit Ro terdiri dari Pompa tekanan tinggi, membran RO, Panel Tekanan, Panel debit, Test kit LED, Cartridge Filter, Panel listrik, Valve pengatur. Tangki kimia digunakan sebagai penampung bahan kimia yang terdiri dari bahan oksidasi, anti fouling, anti bakteri, anti scalan. Larutan bahan kimia dipompakan ke dua titik malalui pompa dosing. Kedua titik input tersebut adalah satu titik input sebelum tangki reaktor dan tiga titik input setelah saringan awal. Unit sumber daya merupakan sumber listrik bisa terdiri dari generator atau PLN. Sumber listrik yang berasal dari generator diatur melalui panel listrik. Didalam panel tersebut terdapat saklar utama, saklar air baku dan saklar pompa kimia.

Tabung Filter

Unit RO

Unit pompa dosing Dan tangki kimia

Unit sumberdaya

Bangunan Pelindung

Fungsi dari bangunan pelindung adalah untuk melindungi RO, Generator, Panel listrik, bahan kimia dan operator. Bangunan ini dapat dibuat dari bahan bangunan beton atau kayu atau kombinasi dari kedua bahan tersebut.

VIII. HASIL YANG PERNAH DICAPAI Unit RO yang pernal dibuat adalah yang berkapasitas 7,5 m3/hari dan 10 m3/hari, terdiri dari unit bergerak (mobiling) dan stasioner.

IX. LOKASI Lokasi tempat dimana unit RO pernah diaplikasikan adalah di Pulau Tidung Kepulauan Seribu Jakarta Utara pada tahun 1995, Pulau Kelapa dan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta Utara pada tahun 1996 dan di Palembang 1997 dan di Cilacap pada Tahun 1997

Gambar 12. Unit Pengolah Air Sistem RO di P, Kelapa

Gambar 13. Unit Pengolah Air Sistem RO di P, Pramuka

Gambar 14. Unit Pengolah Air Sistem RO Bergerak di Palembang

Gambar 15. Unit Pengolah Air Sistem RO di Cilacap

X. PERMASALAHAN Kendala yang dihadapi selama penerapan teknologi pengolah air sistem RO dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: Faktor Teknologi: Faktor kendala terletak dari bahan baku atau komponen pendukung yang masih sebagian tergantung dari import misalnya pompa tekanan tinggi dan membran. Faktor ini menyebabkan harga RO menjadi mahal. Jika ditinjau dari segi teknik perakitan hampir dikatakan tanpa masalah sebab sudah dikuasai. Faktor Budaya: Unit pengolah air sistem RO merupakan kombinasi antara pengolahan yang bersifat mekanis dan kimiawi. Seorang operator agar dapat menjalankan RO harus mengetahui dasar teknik. Ini sangat penting karena unit RO ini harus di jalankan dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Standart prosedur yang harus dikuasai oleh operator seperti : 1. Penambah bahan kimia, 2. Pencucian filter, 3. Penggantian media, 4. Pencucian membran dan 5. Servis Generator harus dilakukan dengan cukup teliti. Pada waktu alat sedang beroperasi maka harus dilakukan pencatatan terhadap tekanan air baku, tekanan air reject dan tekanan air Product, juga yang tidak boleh dilupakan yaitu pengamatan terhadap voltage listrik. Jika standart operasi tersebut tidak dilakukan secara benar maka dikawatirkan alat akan rusak.

INFORMASI SELENGKAPNYA HUBUNGI : Nusa Idaman Said, Haryoto Indriatmoko, Nugro Raharjo, Arie Herlambang Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat Telp. 3169769, 3169770 Fax. 3169760 Email : air@server.enviro.bppt.go.id

You might also like