You are on page 1of 14

contoh proposal PTS Kepala SMK

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH UPAYA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PENYERAPAN DUDI (DUNIA KERJA DAN DUNIA INDUSTRI) TERHADAP LULUSAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA

Oleh: JAMHARI SP NUPTK : 7737 7476 5020 0022 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rakhmatnya penulis dapat mengikuti Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah perioda tanggal 21 s.d 26 September 2010 tahap in service learning1 Kerjasama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) dengan LPMP Kalimantan Timur. Proposal PTS dengan judul Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri Terhadap Lulusan Pada Smk Muhammadiyah 1 Sangatta ini disusun sebagai bagian dan merupakan tugas Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dari Pelatihan tahap pertama (in service learning-1) tersebut, yang selanjutnya untuk ditindaklanjuti/ diimplementasikan dalam Pelatihan tahap kedua (on the job learning) yang diselenggarakan selama 1 (satu) bulan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur Berkat bantuan rekan sejawat dan arahan dari narasumber maka proposal ini dapat terwujud, semoga ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai

Timur Kalimantan Timur Samarinda, 26 September 2010. Penulis, JAMHARI SP DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 A. Latar Belakang 4 B. Identifikasi Masalah 5 C. Pembatasan Masalah 5 D. Perumusan Masalah 6 E. Pemecahan Masalah 6 F. Tujuan Penelitian 6 G. Manfaat Penelitian 7 H. Kajian Pustaka / Teoritis 7 1. Pengantar 7 2. Pengajaran Orientasi Link And Match I. Metode Penelitian 16 Daftar Pustaka 21 Lampiran - lampiran

10

A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan SMK ibarat mengasah pisau bermata dua; Mata kanan dipersiapkan pada penyiapan tenaga terampil sehingga mampu mengisi peluang kerja. Sementara Mata kiri lulusan SMK juga harus mampu bersaing di Perguruan Tinggi. Kenyataan bahwa lulusan SMK tidak sedikit melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun demikian tidak semua lulusan SMK mampu bersaing di dunia kerja. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat persaingan kerja; penguasaan teknologi tertinggal; attitude yang belum siap, serta jiwa kemandirian yang belum terbangun dengan matang. Pada persaingan ke Perguruan Tinggi SMK masih dianak tirikan, prestasi siswa SMK belum bisa dipergunakan masuk di Perguruan Tinggi tanpa seleksi. Berbeda dengan siswa SMA yang berprestasi (Mendiknas, kaltim post, jumat 14 Mei 2010), pada jalur regulerpun rata-rata kalah bersaing dengan lulusan SMA, karena materi test di Perguruan Tinggi lebih banyak materi umum yang dominan di ajarkan pada SMA. Berfokus pada SMK sebagai lembaga pendidikan untuk penyiapan tenaga terampil / skill. Maka kompetensi lulusan harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Perkembangan penerapan teknologi yang cukup pesat pada dunia industri belum sepadan dengan penguasaan teknologi bagi guru dan siswa serta kemampuan sekolah mengadakan

peralatan teknologi terbaru. Sehingga kenyataan yang ada selama ini tingkat daya saing lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta dalam mengisi peluang kerja di Wilayah Kutai Timur khususnya masih rendah dan masih kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar Kutai Timur. Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui dan temukan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas lulusan siswa SMK Muhammadiyah 1 Sangatta. Sehingga mampu bersaing dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri di Kutai Timur khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya. B. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Kompetensi lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta belum sesuai yang diharapkan oleh pasar kerja; 2. Kompetensi guru rendah dan tertinggal khususnya pada penguasaan perkembangan teknologi; 3. Beban ngajar guru khususnya produktif banyak ; rata rata diatas 32 jam per minggu; 4. Sarana alat praktik siswa tertinggal dan kurang; 5. Motivasi belajar siswa rendah; C. PEMBATASAN MASALAH Dalam penelitian ini, dari masalah masalah yang telah teridentifikasi sebagaimana tersebut diatas, maka penelitian ini dibatasi pada rendah penyerapan lulusan oleh Dunia Usaha dan Industri. D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarlan latar belakangdan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut; Bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kualitas kompetensi lulusan agar dapat terserap di Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dudi) ? E. PEMECAHAN MASALAH Sebagaimana rumusan masalah tersebut diatas, maka dalam pemecahan masalah pada penelitian ini akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut ; 1. Melakukan IHT ( In House Trining) sekolah, guru dan perwakilan Industri 2. Workshop penyusunan KTSP dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari hasil IHT. 3. Melakukan penelitian kualitatif yang menganalisis ; 1. Standar Kompetensi Lulusan, 2. Standar kompetensi penerimaan tenaga kerja oleh DUDI 3. Penguasaan dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan pemanfaat media alat pembelajaran. F. TUJUAN PENELITIAN Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk ; 1. Meningkatkan penyerapan Dudi terhadap lulusan; 2. Mengetahui langkah langkah yang tepat dalam upaya keterserapan lulusan di Dudi. G. MANFAAT PENELITIAN Penelitian Tindakan Sekolah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Kepala Sekolah dalam memecahkan masalah kualitas lulusan, meningkatnya kepedulian Dudi untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, pada akhirnya meningkatnya keterserapan lulusan pada Dudi. H. KAJIAN PUSTAKA / TEORITIS

1. Pengantar Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Evans & Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan. Harris seperti yang dikutip oleh Slamet (1990:2), menyatakan pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL) pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Malik, 1990:94). National Council for Research into Vocational Education Amereka Serikat (NCRVE, 1981:15), Pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja. bahwa salah satu ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. bahwa pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu, berarti pula mempersiapkan mereka agar dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku. Ciri pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja dapat dimengerti karena secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship) (Evans & Edwin, 1978:36). Pada pola latihan dalam pekerjaan peserta didik belajar sambil langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Walaupun demikian pola latihan dalam pekerjaan memiliki keunggulan karena peserta didik dapat langsung belajar pada keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri (Elliot, 1983:15). Ditinjau dari tujuannya, menurut Thorogood (1982:328) di sebagian besar negara Organization for Economic cooperation and Development (OECD) pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan yang laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara regional maupun nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang perkembangan ekonomi dan industri, (5) mendorong dan meningkatkan kualitas masyarakat. Sedangkan Thorogood, Evans seperti yang dikutip oleh Wenrich & Wenrich (1974:63) menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh masyarakat, (2) meningkatkan pilihan pekerjaan yang dapat diperoleh oleh setiap peserta didik, dan (3) memberikan motivasi kerja kepada peserta didik untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang diperolehnya. Pendidikan tingkat SMK di samping mengemban tugas pendidikan secara umum, pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu memberikan bekal pengetahuan dan

keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia kerja ( Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah kejuruan menjadi lima kategori, yaitu 1. program pengarahan kerja (pre vocational guidance education), 2. program persiapan kerja (employability preparation education), 3. program persiapan bidang pekerjaan secara umum (occupational area preparation education), 4. program persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific education), dan 5. program pendidikan kejuruan khusus (job specific education). Pada program pengarahan kerja, sekolah memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang berbagai jenis pekerjaan di masyarakat sekaligus menumbuhkan apresiasi terhadap berbagai pekerjaan tersebut, sedangkan pada program persiapan kerja, sekolah memberikan dasar-dasar sikap dan keterampilan kerja, meskipun masih bersifat umum. Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan, meskipun tentunya masih harus melalui latihan di dalam pekerjaan. Untuk program persiapan bidang pekerjaan secara umum, sekolah memberikan bekal guna meningkatkan kemampuan bekerja untuk bidang pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, peralatan yang sejenis. Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai pilihan lapangan pekerjaan yang lebih jelas dan lebih cepat mengikuti latihan di dalam pekerjaan. Program persiapan kerja yang spesifik memberikan bekal yang sudah mengarah kepada jenis pekerjaan tertentu, meskipun belum pada suatu perusahaan tertentu. Lebih khusus lagi adalah program pendidikan kejuruan khusus yang sudah terarah pada pekerjaan khusus, yaitu mendidik siswa untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh suatu perusahaan tertentu. Kesiapan mental untuk mengembangkan dirinya serta keterampilan dasar untuk setiap kali dapat menyesuaikan diri kembali pada perubahan tertentu (retrainability). Dengan bekal tersebut diharapkan lulusan sekolah kejuruan tidak hanya terpancang pada jenis pekerjaan yang ada, tetapi juga terdorong untuk mewujudkan lapangan kerja baru dengan mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya secara optimal. 2. Pengajaran Orientasi Link And Match Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah yang mempunyai misi khusus. SMK bertujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional (Peraturan Pemerintan No.29/1990) sebagai tenaga kerja tingkat menengah pada DUDI. Implementasi dari SMK yang berorientasi pada dunia kerja, didasarkan pada kebijakan link and match (keterkaitan dan kesepadanan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995) merumuskan bahwa secara filosofis link and match merupakan cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang harmonis dan selaras dengan aspirasi dan kebutuhan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga hasilnya akan benar-benar sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Kebutuhan masyarakat dalam pembangunan adalah sangat luas, bersifat

multidimensional dan multisektoral mulai dari kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk pembinaan warga negara yang baik, dan kebutuhan dunia kerja (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993). Secara harfiah link berarti ada pertautan, keterkaitan, atau hubungan interaktif, dan match berarti cocok, sesuai, serasi, atau sepadan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). Dalam kaitan ini link and match diartikan sebagai proses pendidikan yang seharusnya sesuai dan terkait langsung dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasilnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan tersebut, baik jumlah, mutu, jenis, maupun waktunya. Tujuan link and match adalah untuk mendekatkan antara supply dan demand mutu SDM, terutama yang berhubungan dengan kualitas ketenagakerjaan, dimana dunia pendidikan sebagai penyedia SDM dan dunia kerja serta masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan. Link and match pada dasarnya menyangkut upaya peningkatan sistem pendidikan agar benar-benar berfungsi sebagai wahana atau instrumen bagi pembangunan dan perubahan sosial, sekaligus bermanfaat sebagai investasi untuk pembangunan masa depan. Secara konseptual dimensi link and match dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal menyangkut tiga aspek: 1. secara vertikal, dimana program pembangunan pendidikan dan pengembangan kebudayaan harus benar-benar terpadu dan terkait dengan implementasinya di lapangan,; 2. secara horizontal yaitu upaya meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras dengan program pembangunan pendidikan dan pembangunan kebudayaan pada berbagai unit kerja di lingkungan Lembaga Pendidikan, dan; 3. secara spesial, yaitu upaya untuk meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras antara program dengan pelaksanaan pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dimensi eksternal terkait dengan peran dan fungsi pendidikan sebagai instrumen pembangunan nasional khususnya perubahan sosial dalam konteks global. Dimensi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan agar lebih sesuai dengan tuntutan seluruh bidang pembangunan nasional. Implementasi pendidikan berorientasi link and match adalah ; 1. Praktik Kerja Industri (Prakerin)/Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Prakerin atau PSG merupakan perkembangan dari magang yaitu belajar sambil bekerja atau bekerja sambil belajar langsung dari sumber belajar dengan aspek meniru sebagai unsur utamanya dan hasil belajar/bekerja itu merupakan ukuran keberhasilannya. Sistem ganda (dual sistem) dalam hal ini merupakan model penyelenggaraan pendidikan kejuruan dimana perencanaan dan pelaksanaan pendidikan diwujudkan melalui kemitraan antara dunia kerja dengan sekolah, dan penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian di sekolah dan sebagian lagi di dunia usaha atau industri. Pendidikan dilaksanakan pada dua tempat yaitu pembelajaran dilaksanakan berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja (work based learning). Siswa berstatus sebagai pemagang di industri dan sebagai siswa di SMK. Sebagai sistem pendidikan kejuruan yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan industri, yang mana pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan. Tujuan dari Prakerin/PSG adalah:

a. menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, b. memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja, c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas, dan d. memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). 2. Magang Guru di Dudi Teknologi adalah akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia dalam mengolah dan menghasilkan karya. Guru sebagai produk pendidikan secara berkelanjutan harus di update pengetahuan dan kompetensinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru, yang belum diperoleh di Perguruan Tinggi. Magang guru bisa dilakukan di dua tempat ; 1. Dunia Usaha dan Industri; sebagai pengguna produk pendidikan; hal ini akan memungkinkan sharing pengetahuan sebagai bahan evaluasi materi kompetensi yang diajarkan pada siswa serta kurikulum implementasi sebagai bagian yang dari kurikulum sekolah. 2. Workstation / Lembaga-Lembaga Diklat; Secara kelembagaan memiliki kualitas dan jaminan mutu. 3. Bursa Kerja Bagi Dudi Salah satu indikator keberhasilan pendidikan SMK adalah tingkat keterserapan siswa/alumni di Dunia Kerja. Semakin banyak dan cepat alumni SMK diserap di dunia kerja maka masyarakat semakin banyak memilih SMK tersebut. Untuk itu hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan SMK adalah membangun kemitraan dengan Dudi sebanyak-banyaknya, serta memiliki program kompetensi keahlian yang diperlukan oleh Dudi. 4. Kurikulum Implementasi Yang dimaksud dengan kurikulum implementasi adalah penerapan kurikulum sesuai dengan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum ini sebagai tambahan terhadap kurikulum yang sudah ada. Kurikulum implementasi memberikan bekal tambahan bagi siswa sejalan dengan bidang kompetensi keahlian yang ada di sekolah. Pengajar kurikulum implementasi bisa dari karyawan Dudi atau guru yang telah dimagangkan pada Dudi. 5. Asessor Ujian Praktik Kejuruan Ujian Praktik Kejuruan dilaksanakan sebagai bagian dari Ujian Nasional SMK. Sebagai penguji / asesor adalah salah satunya dari Dunia Usaha dan Industri pasangan; pola penilaian didasarkan pada attitude dan unjuk kerja secara indivual (BSNP ;nomor ; 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009; POS UN 2009/2010). Ujian Praktik Kejuruan untuk memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa pada bidang keahlian yang dipelajari selama di sekolah. Akhirnya bahwa kurikulum SMK khusus kompetensi kejuruan akan menjadi tanggungjawab sekolah dan Dudi. Pelaksanaan pembelajaran komponen pendidikan adaptif, dan teori kejuruan menjadi tanggung jawab sekolah. Komponen pendidikan praktik dasar profesi dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara sekolah dengan dunia usaha/industri pasangannya, sedangkan komponen pendidikan praktik keahlian profesi menjadi tanggung jawab institusi pasangan masing-masing sekolah. Kebijakan kemitraan muncul karena disadari bahwa penguasaan keahlian profesional

yang sebenarnya hanya dapat dicapai melalui kerja nyata di tempat kerja yang sebenarnya dan bukan di sekolah. Sekolah mampu memberikan kemampuan dasar kejuruan yang kuat, sehingga dengan bekal kemampuan dasar kejuruan yang kuat dapat membantu siswa dalam mendalami pelatihan-pelatihan kerja yang lebih kompleks dan spesifik di dunia kerja. Dengan demikian, kemitraan SMK dengan dunia usaha dan industri bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan keharusan. Suatu hal yang perlu dicermati oleh sekolah dan dunia usaha yaitu adanya perbedaan sistem nilai yang berlaku pada kedua lembaga tersebut. Di sekolah umumnya hasil kerja dinilai dengan angka 0-10 atau 10-100, resiko gagal masih ditolerir, toleransi penggunaan waktu agak longgar, kegagalan dan keterlambatan tidak selalu diartikan sebagai kerugian, semangat dan motivasi siswa tergantung kecakapan guru, sulit membentuk etos kerja karena lingkungan sekolah santai, lamban mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan teori, dan praktik yang dilakukan masih merupakan simulasi. Di lingkungan dunia usaha/industri hasil pekerjaan diukur dengan diterima atau ditolak, resiko kegagalan bisa fatal berarti rugi uang dan reputasi rusak, penggunaan waktu yang ketat, kegagalan dan keterlambatan dianggap/sebagai kerugian, lingkungan kerja memberi kesempatan setiap orang untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerjanya, kondisi mendorong membentuk etos kerja, lebih cepat mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan kerja dan praktik yang dilakukan berorientasi pasar. Mengingat adanya perbedaan yang mendasar antara sistem nilai yang berlaku di sekolah dan dunia kerja, maka sekolah benar-benar mempersiapkan siswanya sebelum masuk dunia kerja. Persiapan tersebut meliputi pengetahun kerja, keterampilan kerja, sikap/budaya kerja, dan harus mencari informasi tentang kebutuhan akan industri pasangannya tentang kemampuan dasar kerja yang harus dikuasai siswa sebelum diterjunkan dalam praktik di dunia kerja. Program kemitraan atau Kerjsama sekolah dan Dunia Usaha/Industri apabila terbangun secara baik akan memberikan nilai tambah bagi Dudi, sekolah maupun siswa. a. Nilai tambah bagi dunia usaha adalah, (1) dapat mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaan, (2) pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan peserta didik adalah tenaga kerja yang dapat memberi keuntungan, (3) selama proses pendidikan melalui bekerja di industri, peserta didik lebih mudah diatur dalam disiplin, seperti kepatuhan terhadap aturan perusahaan, (4) dunia usaha dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan, dan (5) memberi kepuasan bagi dunia usaha karena ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui pendidikan sistem ganda. b. Nilai tambah bagi sekolah adalah lebih terjaminnya pencapaian: (1) tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik, (2) tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan, (3) terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja, dan (4) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan. c. Nilai tambah bagi peserta didik adalah: (1) hasil belajar akan lebih bermakna, karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan, (2) waktu untuk mencapai keahlian profesional menjadi singkat, (3) keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga dan percaya diri tamatan, yang selanjutnya dapat mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994). I. METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, mulai tanggal 1 Oktober sampai dengan 1 November 2010. 2. Personalia Penelitian dilaksanakan oleh peneliti sendiri, Jamhari SP. sebagai kepala SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, bersama-sama dengan kolaborator yaitu, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Tita Indriani S.Pd dan Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Ambang Dwi Sapto dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Ahmad Natsir, ST. 3. Disain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Sekolah. Langkah-langkah penelitian direncanakan 2 siklus seperti terlihat pada Gambar 1:

Gambar: Rencana Siklus 1 sampai Siklus 2 Langkah-langkah penelitian dalam gambar di atas dapat dijelaskan dalam Tabel 6:

Tabel 1: Rencana langkah-langkah PTS SIKLUS LANGKAH RENCANA KEGIATAN HASIL Siklus 1 Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan tindakan Perumusan skenario tindakan Persiapan tindakan: instrumen, kolaborator, jadwal, dsb. Penentuan macam-macam data yang diperlukan dan bagaimana cara memperolehnya. Identifikasi kompetensi-kompetensi yang menjadi standar penerimaan karyawan di

Dudi. Dan indentifikasi kompetensi-kompetensi lulusan yang tertuang dalam KTSP dengan indikator Masalah: Keterserapan Lulusan ke Dudi Tindakan: Promosi lulusan. Standar Skill penerimaan tenaga kerja oleh Dudi. Kesesuaian Kompetensi lulusan dengan Skill yang diinginkan oleh Dudi. Apakah kesesuaian kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja/Dudi dapat meningkatnya keterserapan lulusan ke pasar kerja ? Rencana tindakan: Promosi lulusan kepada Dudi yang relevan. Membangunan kerjasama dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kepala sekolah menjalin kerjasama dengan Dudi sebanyak-banyaknya. Kepala sekolah dan Dudi melakukan sosialisasi kepada siswa tentang standar, ketentuan dan kriteria Dudi dalam penerimaan tenaga kerja.. Tindakan dilakukan sampai semua guru, siswa mendapatkan tindakan. Instrumen dan panduan pengisiannya terlampir. Pelaksanaan Tindakan dilakukan sesuai rencana selama dua minggu. Tindakan dilakukan bersama-sama dengan kolaborator, minimal salah satu harus selalu bersama-sama selama tindakan dilakukan. Tindakan dapat dilaksanakan sesuai skenario. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan instrumen Data diperoleh sesuai prosedur Seluruh kejadian dalam proses tindakan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan Data kuantitatif Data kualitatif Catatan peristiwa selama proses tindakan Refleksi Evaluasi tindakan dan data-data yang diperoleh Pertemuan membahas hasil evaluasi Merencanakan langkah-langkah siklus 2 Masalah atau kesulitan yang dialami Peristiwa yang terjadi di luar skenario Rencana langkah-langkah siklus 2. Siklus 2 Perencanaan Pemasaran lulusan secara tertulis. Ke Dudi Rencana langkah sesuai hasil refleksi siklus 1. Pelaksanaan Pelaksanaan sesuai skenario siklus 2 Pengamatan Pengamatan sesuai rencana siklus 2 Refleksi Evaluasi siklus 2 Kesimpulan, saran, rekomendasi 4. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan PTS ini disusun berdasarkan pada indikasi permasalahan yang telah diuraikan di depan, yaitu: No Indikator Pencapaian 1. Kompetensi Lulusan sesuai dengan harapan DUdi 100% 2. Siswa kelas 12 sudah diterima di Dudi oleh Dudi untuk tahun pelajaran yang berjalan menunggu pengumuman UN. 70%

3.

Ratio ketersdiaan media pembelajaran praktik dengan siswa 90%

5. Jadwal Penelitian No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 Keterangan 1. Penyusunan Proposal 26 September 10 2. Koordinasi dan Peren-canaan awal Dilakukan bersama guru 3. Pemberian Informasi kepada guru dan Siswa Penjelasan instrumen 4. Refleksi & Perencanaan 5. Pelaksanaan Siklus - 1 6. Observasi Siklus - 1 7. Penyebaran angket -1 8. Pengolahan Data - 1 9. Refleksi & Perencanaan 10. Pelaksanaan Siklus - 2 11. Observasi Siklus - 2 12. Penyebaran angket -2 13. Pengolahan Data - 2 14. Refleksi dan Pembahasan 15. Kesimpulan 16. Penyusunan Laporan 6. Rencana Anggaran Honorarium Ketua Peneliti : Rp. 500.000,Anggota Peneliti/Observer @ 200 rb : Rp. 400.000.Pembimbing : Rp. 500.000,Tenaga Administrasi : Rp. 100.000.- + Jumlah : Rp.1.500.000.Bahan Habis dan Peralatan Penelitian Perlengkapan peneliti : Rp. 100.000 Buku-buku literatur : Rp. 1.000.000.Pembelian ATK: kertas A4 HVS, tinta, dll. : Rp. 1.000.000.-+ Jumlah : Rp. 2.100.000.Transportasi/Perjalanan Transport 4 orang/hari @ Rp 150rb : Rp. 1.000.000.Persiapan dan Pelaporan Penyusunan proposal : Rp. 100.000.Pengolahan dan analisis data : Rp. 100.000.Penulisan draft laporan penelitian : Rp. 100.000.Penulisan naskah akhir : Rp. 100.000.Penjilidan dan pengiriman laporan : Rp. 100.000.-+ Jumlah : Rp. 500.000.Rapat, Diskusi dan Seminar Rapat dan diskusi tim ahli 3x Rp.500rb : Rp. 2.500.000.-

Seminar hasil penelitian : Rp. 500.000.Jumlah : Rp. 3.000.000.Jumlah Seluruh Anggaran Honorarium : Rp. 2.500.000.Bahan habis dan peralatan penelitian : Rp. 1.500.000.Transportasi : Rp. 1.000.000.Persiapan dan laporan pembelajaran : Rp. 500.000.Rapat, diskusi dan seminar : Rp. 3.000.000.-+ Jumlah Total Anggaran : Rp. 8.500.000.DAFTAR PUSTAKA BSNP, nomor 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009, Tentang POS UN 2009/2010 Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. . (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Elliot, Janet. (1983). The organization of productive work in secondary technical and vocational education the united Kingdom. London: Unesco. Evans, R. N. & Edwin, L. H. (1978). Foundation of vocational education. Columbus, OH: Charles E. Merril Publishing Company. Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti. Miner, Jacob. (1974). Family Insvesment in Human Capital: Earning of Woman. Journal of Political Economy 82 (2). Pp.48-56. National Council for Research into Vocational Education (NCRVE). (1981). Towards a theory of vocational educational. Columbus, Ohio: NCRVE Publication. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta. Thorogood, Ray. (1982). Current themes in voational education and training policies, Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-331. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Wenrich, Ralph C. & Wenrich, William J. (1974). Leadership in administration of vocational education. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.

LAMPIRAN I JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Peneliti Kolega : Jamhari SP : ......................................................

No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 Keterangan 1. Penyusunan Proposal 26 Agustus 10 2. Koordinasi dan Peren-canaan awal Dilakukan bersama ......... kolega 3. Pemberian Informasi kepada peserta diklat Penjelasan instrumen 4. Refleksi & Perencanaan 5. Pelaksanaan Siklus - 1 6. Observasi Siklus - 1 7. Penyebaran angket -1 8. Pengolahan Data - 1 9. Refleksi & Perencanaan 10. Pelaksanaan Siklus - 2 11. Observasi Siklus - 2 12. Penyebaran angket -2 13. Pengolahan Data - 2 14. ........dst.nya......... 15. Kesimpulan 16. Penyusunan Laporan

LAMPIRAN II RENCANA ANGGARAN PENELITIAN Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Peneliti Kolega : Jamhari SP : ......................................................

No. Uraian Biaya (Rp.) Keterangan 1. Penyusunan Proposal 2. Kertas HVS A-4/80 gram 3. Tinta HP-Laserjet 4. Tinta HP-Deskjet 5. Buku Referensi 6. Penggandaan 7. Penjilidan 8. Pelaksanaan penelitian 9. ..... dst.nya 10. 11. JUMLAH Terbilang : ........................................... Samarinda, 26 Setember 2010

Jamhari SP NUPTK : 7737 7476 5020 0022

You might also like