You are on page 1of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

PENTINGNYA IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA

DISUSUN OLEH :

HADI WIJAYA DANU SAPUTRA

A21108300

FAKULTAS EKONOMI / JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS HASANUDDIN -2011-

Page 1 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

PEMBAHASAN
Konsep Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) memiliki defenisi yang beragam, namun pada dasarnya defenisi defenisi tersebut memiliki makna yang hampir sama. Menurut Soekrisno (2006) Good Corporate Governance merupakan suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan, pencapaian, dan penilaian kinerja yang transparan. Tata kelola perusahaan tersebut mencakup hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Good Corporate Governance memiliki prinsip prinsip yang dapat dijadikan acuan untuk mengatur mekanisme hubungan manajemen perusahaan. Dalam hubungannya dengan tata kelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri Negara BUMN jmengeluarkan Keputusan Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan GCG (Tjager dkk.,2003). Terdapat lima prinsip, yaitu : 1. Kewajaran (Fairness) Merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat, dan yang lainnya). Hal inilah yang memunculkan konsep stakeholders (seluruh pemangku kepentingan), bukan hanya kepentingan stockholders (pemegang saham). 2. Transparansi (Transparency) Merupakan kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar, dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada hal hal yang dirahasiakan, disembunyikan, ditutup tutupi, atau ditunda tunda pengungkapannya.

Page 2 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

3. Akuntabilitas (Accountability) Prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (financial statements) yang dapat dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif. 4. Pertanggung jawaban (Responsibility) Prinsip dimana para pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang diberikan oleh pemangku kepentingan kepada pengelola perusahaan. Tanggung jawab ini mempunyai lima dimensi, yaitu : ekonomi, hukum, moral, sosial, dan spiritual. 5. Kemandirian (Independency) Suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat profesional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari tekanan atau pengaruh dari manapun yang bertentangan dengan perundang undangan yang berlaku dan prinsip prinsip pengelolaan yang sehat.

Tahap Tahap Penerapan Good Corporate Governance


Dalam menerapkan prinsip - prinsip Good Corporate Governance pada perusahaan, secara garis besar terdiri atas tiga tahap. Tahap yang pertama adalah tahap persiapan, tahap kedua adalah tahap implementasi, dan tahap ketiga adalah tahap evaluasi. Berikut akan dijelaskan mengenai tahap tahap tersebut.

Tahap Persiapan Di dalam tahapan ini, terdapat 3 langkah utama yaitu, 1) Awareness building, 2) GCG assessment, dan 3) GCG manual building.
Page 3 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok. GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain, GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek aspek apa yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya. GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek seperti: Kebijakan GCG perusahaan Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan Pedoman perilaku Audit commitee charter Kebijakan disclosure dan transparansi Kebijakan dan kerangka manajemen resiko Roadmap implementasi

Tahap Implementasi Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni: 1. Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG.
Page 4 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan. 2. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG. 3. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upayaupaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.

Tahap Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat mengupayakan perbaikanperbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.

Implementasi Good Corporate Governance


Konsep Good Corporate Governance sebagai suatu model tata kelola perusahaan yang ideal sudah merupakan tren bagi perusahaan tak hanya di negara negara maju tapi juga di negara negara berkembang, seperti Indonesia. Tren tersebut meningkat karena prinsip Good Corporate
Page 5 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

Governance telah dianggap sebagai suatu sistem yang mampu mencegah perusahaan mengalami hal hal yang tidak diinginkan, misalnya krisis dan kebangkrutan. Namun, tidak semua perusahaan dapat mengadopsi prinsip prinsip GCG secara menyeluruh. Hal itu disebabkan setiap perusahaan memiliki kemampuan yang terbatas dan terkadang budaya perusahaan justru menjadi faktor penghambat penerapan prinsip prinsip GCG itu sendiri. Indonesia sebenarnya sudah sudah lama mencoba penerapan GCG lewat himbauan dan aturan pemerintah, misalnya Keputusan Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan GCG. Selain itu, perusahaan perusahaan di Indonesia juga sudah lama mencoba mensinergikan prinsip GCG dengan budaya perusahaannya, misalnya terbentuknya Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.
Kajian Pricewaterhouse Coopers yang dimuat di dalam Report on Institutional investor Survey (2002)

menempatkan Indonesia di urutan paling bawah bersama China dan India dengan nilai 1,96 untuk transparansi dan keterbukaan. Jika dilihat dari ketersediaan investor untuk memberi premium terhadap harga saham perusahaan publik di Indonesia, hasil survey tahun 2002 menunjukkan kemajuan dibandingkan hasil survey tahun 2000. Pada tahun 2000 investor bersedia membayar premium 27%, sedang di tahun 2002 hanya bersedia membayar 25% saja. Hal ini menunjukkan persepsi investor terhadap resiko tidak dijalankannya GCG, menjadi lebih baik. Secara keseluruhan urutan teratas masih ditempati oleh Singapura dengan skor 3,62, Malaysia dan Thailand mendapat skor 2,62 dan 2,19. Laporan tentang GCG oleh CLSA (2003), menempatkan Indonesia di urutan terbawah dengan skor 1,5 untuk masalah penegakan hukum, 2,5 untuk mekanisme institusional dan budaya corporate governance, dan dengan total 3,2. Meskipun skor Indonesia di tahun 2004 lebih baik dibandingkan dengan 2003, kenyataannya, Indonesia masih tetap berada di urutan terbawah di antara Negara-negara Asia. Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah penegakan hukum dan budaya corporate governance yang masih berada di titik paling rendah di antara Negara-negara lain yang sedang tumbuh di Asia. Penilaian yang dilakukan oleh CLSA didasarkan pada faktor eksternal dengan bobot 60% dibandingkan faktor internal yang hanya diberi bobot 40% saja. Fakta ini menunjukkan bahwa implementasi GCG di Indonesia membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan penegakan yang lebih nyata lagi.
Page 6 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

Good Corporate Governance di Lingkungan Perbankan


Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara umum telah diatur ketentuan yang terkait dengan GCG baik yang termasuk governance structure, governance process, maupun governance outcome. Governance structure terdiri atas (LAN dan BPKP,2000) Pertama, uji kelayakan dan kepatutan, (fit and proper test), yang mengatur perlunya peningkatan kompetensi dan integritas manajemen perbankan melalui uji kelayakan dan kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham pengendali, dewan komisaris, direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas pengelolaan bank. Kedua, independensi manajemen bank, di mana para anggota dewan komisaris dan direksi tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan atau memiliki hubungan financial dengan dewan komisaris dan direksi atau menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain. Ketiga, ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank publik. Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik, bank diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung jawab atas kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada. Strategi dan rencana Bank Indonesia mewajibkan bank untuk memikili rencana dan anggaran jangka panjang dan menengah dalam bentuk keputusan dewan direksi bank Indonesia tahun 1995, yang dimaksudkan bagi bank untuk memiliki strategi korporasi dan yang tertuang dengan jelas, termasuk nilai-nilai yang harus dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan di dalam organisasi dan resiko-resiko pengendalian. Mengenai governance outcome, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan beberapa peraturan, antara lain transparansi mengenai kondisi keuangan bank dan peningkatan peran auditor eksternal. Bank diwajibkan untuk mengungkapkan non performing loan (NPL), pemegang saham pengendali dan afiliasinya, praktik manajemen resiko dalam pelaporan keuangan.

Pentingnya Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia


Konsep Good Corporate Governance sangat penting untuk diterapkan di Indonesia. Hal itu disebabkan prinsip prinsip GCG yang menunjukkan prinsip prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, GCG terbukti menjadi solusi yang tepat untuk mewujudkan sustainability perusahaan yang tahan terhadap ancaman krisis dan kebangkrutan. Seperti yang kita ketahui
Page 7 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

bersama, krisis ekonomi yang dialami Indonesi di tahun 1998 terjadi salah satunya diakibatkan oleh sistem tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk. Sehingga melihat hal tersebut, eksistensi GCG merupakan hal yang mutlak dalam ruang lingkup pemerintahan maupun perusahaan bisnis. Kondisi Indonesia yang belum mencerminkan penerapan GCG yang maksimal semakin diperparah dengan semakin banyaknya kasus penyimpangan prinsip prinsip GCG. Contoh bentuk penyimpangan penyimpangan tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. Penggunaan perusahaan sebagai vehicle (sarana) untuk mengumpulkan dana murah. Ketidakterbukaan atas informasi rencana bisnis penting. Penggunaan nama perusahaan untuk mendapatkan pinjaman pribadi. Keputusan Direksi tidak memperhatikan kepentingan pemegang saham secara keseluruhan. Oleh karena itu, GCG sangat dibutuhkan untuk diterapkan di Indonesia sebagai komitmen untuk mewujudkan sistem manajemen perusahaan yang sehat dan memiliki manfaat bagi banyak pihak.

Tantangan Implementasi GCG


Implementasi GCG tentunya menghadapi tantangan ke depannya. Tantangan tantangan tersebut dapat bersumber dari proses globalisasi yang pesat. Berikut beberapa tantangan dalam mengimplementasikan GCG : 1. Budaya internal perusahaan yang semakin berkembang dan tidak sesuai dengan prinsip GCG 2. Adanya konflik kepentingan yang terjadi di dalam internal perusahaan yang dapat menekan prinsip GCG itu sendiri 3. Semakin banyaknya tindakan yang melanggar prinsip GCG serta sulit untuk dicegah dan ditangani. 4. Konsep GCG yang akan semakin tertinggal seiring munculnya konsep baru yang lebih baik mengenai sistem tata kelola perusahaan di masa depan.

Page 8 of 9

Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi Kampus Tamalanrea

Mata Kuliah ETIKA BISNIS


Abdullah Sanusi, SE.MBA.

SUMBER PUSTAKA
Buku : Agoes, Sukrisno dkk.2009.Etika Bisnis dan Profesi.Jakarta : Salemba Empat

Website : http://bpkp.go.id//Peraturan%20%Bank%20Indonesia20%Nomor%20_4_PBI_2006_Tentang_ Pelaksanaan_GCG http://leosukmawijaya.wordpress.com//good-corporate-governance-dan-penerapannya-diIndonesia-thomas-s-kaihatu-staf http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view_file/16505/16497 http://re-searchengines.com/hsulistyanto3.htm/ http://scribd.com/doc/37247929/Good-Coorporate-Governance

Tanggal Akses Waktu Akses

: Sabtu, 19 Maret 2011 : 09.30 am 11.45 am

Page 9 of 9

You might also like