You are on page 1of 2

Pleura Rongga potensal di antara pleura parietalis dan viseralis berperan sebagai system yang berpasangan antara paru

dan dinding dada, dan dalam keadaan normal mengandung sedikit cairan. Tekanan pleura yang negative dipertahankan oleh tegangan dinamik antara dinding dan paru. Kedua pleura memiliki aliran darah sistemik dan limfatik,meskipun drainase limfatik rongga pleura terutama melalui pleura parietalis. Aliran cairan melalui rongga pleura ditentukan oleh rumus Starling yang melibatkan tekanan mikrovaskuler, tekanan onkotik, permeabilitas, dan area permukaan. Pada keadaan normal, terjadi filtrasi netto cairan transudatif ( kurang protein ) ke dalam rongga pleura yang diimbangi dengan resobsi melalui limfatik parietal. Pneumotoraks merupakan keadaan peenting yang terjadi apabila udara masuk rongga pleura dan tekanan dalam pleura meningkat sampai tekanan atmosferik . Kilotoraks ( Chilotorax ) disebabkan oleh akumuase limfe kaya trigliserida dalam rongga pleura, biasanya sebagai akibat kerusakan duktus torasikus sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam rongga pleura, misalnya akibat trauma atau karsinoma. Empiema adalah akumulasi pus. Pleuritis adalah istilah yang sering digunakan untuk menerangkan nyeri tajam terlokalisir yang disebabkan oleh penyakit apapun dalam pleura. Rasa nyeri memburuk pada inspirasi dalam dan batuk.

Patofisiologi Sebagian besar penyakit pleura disertai efusi pleura yang dapat dideteksi dengan foto toraks ( CXR )bila ada > 300 mL cairan. Efusi disebabkan oleh pembentukan cairan berlebih atau bersihan cairan yang tidak adekuat . Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru terganggu. Oleh karena itu, gejala-gejala efusi pleura yang paling sering adalah nyeri dada pleuretik, nyeri tumpul, rasa penuh dalam dada, atau disepnia. Pemeriksaan fisik menunjukan penurunan bunyi nafas , pekak pada perkusi, penuruna fremitus vocal atau taktil. Jika terjadi inflamasi , maka dapat terjadi friction rub. Atelektasis kompresif ( kolaps paru parsial ) dapat menyebabkan bunyi nafas bronkus. Penting untuk menggolongkan efusi pleura sebagai transudatif atau eksudatif. Efusi transudatif biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan gaya starling pada membrane pleura normal memiliki cairan yang kurang protein, bersifat bilateral, dan tiidak disertai demam, nyeri pleuritik atau nyeri tekanan jika dipalpasi. Penyebab efusi transudatif yang paling sering adalah gagal jantung kongesif. Penyebab lain meliputi sirosis dengan asites, sindrom nefrotik, penyakit pericardial, atau dialisis peritoneal. Efusi eksudatif menunjukan secara langsung penyakit pleura atau paru yang berdekatan yang ditandai dengan peningkatan protein, laktat dehydrogenase ( LDH ), kolesterol, atau jumlah sel darah putih ( SDP

). Diagnosis banding efusi eksudatif sangat luas termasuk infeksi, keganasan, penyakit autoimun, perforasi esophagus, dan pankreatitis. Evaluasi diagnosik efusi pleura harus meliputi pengukuran jumlah sel aspirat pleura dengan hitung diferensial, pH, protein, LDH, kolesterol, dan glukosa. Pemeriksaan pemeriksaan tersebut biasanya membedakan eksudat dengan transudate dan akan sering menunjukan suatu diagnosis yang spesifik. Misalnya glukosa yang sangat rendah bersifat khas untuk empyema, keganasan, tuberculosis, artitis rheumatoid, lupus eritimatosus sistemik ( SLE ), atau perforasi esophagus. Jika secara klinis diindikasikan, suatu diagnosis spesifik diperoleh dari pewarnaan mikrobiologis dan kultur, sitopatologi, amylase, trigliserida dan pengukuran titer antibodi antinuklear ( ANA ). Meskipun semua pasien dengan SLE memiliki titer ANA positif dalam cairan pleura . ANA juga terdapat pada proposi signifikan ( ~ 15 % untuk efusi lain, hal itu terkait dengan keganasan. Pengobatan ditunjukan untuk kondisi yang mendasari tetapi efusi yang persiten atau mengalami reakumulasi dapat didrainase sampai kering ( secara lambat sehinggaa menghindari nyeri yang hebat).

You might also like