You are on page 1of 21

DAFTAR ISI Halaman COVER.............................................................................................. DAFTAR ISI....................................................................................... BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1.1 Latar Belakang................................................................... 1.2 Batasan Topik....................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2.1 Batasan Sehat dan Sakit 2.1.1 Batasan Sehat.......................................................... 2.1.2 Batasan Sakit............................................................ 2.2 Dasar-dasar Perilaku Sehat.............................................. 2.3 Paradigma Sehat............................................................... 2.4 Perilaku Kesehatan dan Klasifikasi Perilaku Sehat 2.4.1 Perilaku Kesehatan.................................................. 2.4.2 Klasifikasi Perilaku Sehat......................................... 2.5 Domain Perilaku dan Proses Perubahan Perilaku 2.5.1 Domain Perilaku....................................................... 2.5.2 Proses Perubahan Perilaku...................................... 2.6 Komponen Sikap Kaitannya dengan Perubahan Perilaku.............................................................................. DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 21 22 15 16 8 12 4 5 6 7 1 2 3 3 3 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu anugerah tak ternilai harganya yang diberikan Tuhan YME kepada kita semua. Menjaga kesehatan diri merupakan kewajiban bagi setiap orang. Sedangkan pengertian kesehatan sendiri adalah keadaan sempurna baik fisik,mental, dan social dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan social. . Seseorang dapat dikategorikan sehat apabila telah mencakup sehat fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk dikategorikan menjadi individu yang sehat. Untuk mencapai semua kategori sehat, maka yang harus diperhatikan adalah perilaku sehat, pola hidup sehat, dsb. Oleh karena pentingnya untuk mengetahui lebih lanjut tentang perilaku sehat individu dan masyarakat, maka dalam laporan ini akan dibahas tentang perilaku sehat lebih dalam. Sehingga para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara untuk menjadi individu yang sehat. 1.2 Batasan Topik Karena sangat luasnya topik yang harus dibahas sehubungan dengan perilaku sehat individu dan masyarakat, maka akan dibatasi topik yang akan dibahas dalam laporan ini agar hasil dari pembahasan lebih maksimal. Topik yang akan dibahas dalam laporan ini antara lain: 1) Batasan sehat dan sakit 2) Dasar-dasar perilaku sehat 3) Paradigma sehat 4) Perilaku kesehatan dan klasifikasi perilaku sehat 5) Domain perilaku dan proses perubahan perilaku 6) Komponen sikap kaitannya dengan perubahan perilaku

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Batasan Sehat dan Sakit 2.1.1 Batasan Sehat Menurut Undang-Undang Kesesehatan No. 23 Tahun 1992 , kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik,mental, dan social dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan social. Dari definisi tersebut didapatkan batas kesehatan menurut UU No.23 Tahun 1992 yaitu sehat secara fisik,mental, social dan ekonomi . Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun social dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Dari definisi tersebut didapatkan batas kesehatan menurut WHO adalah sehat secara fisik, mental dan sosial. Penjelasan tentang batasan sehat yaitu sebagai berikut : 1. Sehat fisik, terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara klinis tidak adanya penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh. 2. Sehat mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni

pikiran,emosional dan spiritual a. Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan pikiran. Jalan pikiran yang sehat apabila seseorang mampu berpikir logis (masuk akal), atau berpikir secara runtut. b. Emosional yang sehat tercernin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih, dan sebagainya. c. Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,pujian datau penyembahan,

keagungan dan sebagainya terhadap sesuatu di balik alam ini, yakni Sang Pencipta alam dan isinya. Menurut Tambahan Lembaran Negara RI no.2805 Penjelasan UU no.3 tahun 1960 tentang Kesehatan Jiwa, Kesehatan Jiwa
4

adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektuil, dan emosionil yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang-orang lain. 3. Sehat social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lian, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status social, ekonomi, politik, dan sebagainya, saling menghargai dan toleransi. Menurut Tambahan Lembaran Negara RI no.2068 Penjelasan UU no.9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan pasal 3, Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya. 4. Sehat ekonomi terlihat dari seseorang itu produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesutau yang dapat menyokong secara financial terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya.1 2.1.2 Batasan Sakit Sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara sederhana, sakit atau dapat pula disebut penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan di luar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit/penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan. Keadaan sakit/peyakit sendirri merupakan hal yang sulit untuk didefinisi secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa definisi mengenai sakit/penyakit yang dapat dijadikan acuan. Menurut parson : sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Menurut bauman : ada 3 kriteria keadaan sakit, yaitu adanya gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan dan kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun.
5

Menurut batasan medis : batasan medis mengemukakan dua bukti adanya sakit, yaitu tanda dan gejala.

Menurut

perkins

: yang

sakit

adalah

suatu

keadaan

tidak

menyenangkan

menimoa

seseorang

sehingga

menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani maupun sosial. Penyakit berbeda dengan rasa sakit, penyakit sifatnya objektif karena masing-masing memiliki parameter tertentu, sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif karena merupakan keluhan yang dirasakan seseorang. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang berbeda. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan sakit, sebaliknya sesorang yang mengeluh sakit belum tentu menderita penyakit.2 2.2 Dasar-dasar Perilaku Sehat Perilaku Kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus/objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan factor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, dan pelayanan kesehatan. Jadi dapat disimpulkan, perilaku kesehatan adalah semua semua aktifitas/kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharan dan peningkatan kesehatan. Perilaku kesehatan secara garis besar dikelompokkan jadi 2, yaitu : 1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat Perilaku ini disebut perilaku sehat (Healthy Behavior), yang mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) mencegah/menghindari penyakit/masalah/penyebab penyakit masalah dan kesehatan dalam

penyebab (perilaku

preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). 2) Perilaku orang yang sakit/telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan/pemecahan masalah

kesehatannya Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (Health Seeking Behavior). Perilaku ini mencakup tindakan6

tindakan yang diambil seseorang/anak bila sakit/terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuha/terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya.1 2.3 Paradigma sehat Paradigma sehat merupakan suatu model atau cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, menyeluruh, bahwa masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor dan multidimensional yang upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan yang lebih dikenal dengan preventif dan promotif. Paradigma sehat ini tersirat dalam pencanangan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat 2010 yang direncanakan oleh Presiden RI pada tanggal 1 Maret 1999 pada pembukaan rapat kerja kesehatan nasional. Paradigma kesehatan dapat dipahami secara makro dan mikro. Secara makro, semua sektor pembangunan harus memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan, memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Secara mikro,

pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. 2 Cara pandang atau cara berpikir yang dapat diaktualisasikan ke dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Factor penentu

keberhasilan pelaksanaan paradigm sehat: 1. Wawasan kesehatan sebagai asas pembangunan nasional Dalam kompleks pembangunan nasional, kesehatan seharusnya menjadi landasan dan pertimbangan pokok. 2. Paradigma sehat sebagai komitmen gerakan nasional Salah satu kunci keberhasilan paradigm baru departemen kesehatan adalah menciptakan paradigma sehat sebagai suatu gerakan nasional. 3. Sistem yang mendorong aspek promotif dan preventif dalam pemeliharaan kesehatan komprehensif.

Suatu sistem atau mekanisme baru harus dibangun agar upaya pembangunan kesehatan tidak terperangkap dalam paradigma lama yang lebih focus pada upaya kuratif-rehabilitatif. 4. Dukungan sumber daya yang berkesinambungan Depkes menyadari sepenuhnya bahwa sumber daya adalah penentu keberhasilan implementasi paradigma sehat. Upaya untuk memperoleh dukungan sumber daya baik dari pemerintah, swasta, atau lembaga donator akan selalu dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan 5. Sosialisasi internal dan eksternal Depkes menyadari sepenuhnya bahwa paradigm sehat adalah suatu pola pendekatan baru memerlukan sosialisasi dan

komunikasi yang efektif baiik di jajaran Depkes sendiri maupun seluruh lapisan masyarakat 6. Restrukturisasi dan revitalisasi infrastruktur yang terkait dengan rencana desentralisasi. Stategi paradigma sehat adalah pembangunan berwawasan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak akan terwujud bila tidak didukung oleh organisasi yang sesuai, SDM yang berkualitas dan proses serta sistem yang menunjang.4 2.4 Perilaku Kesehatan dan Klasifikasi Perilaku Sehat 2.4.1 Perilaku Sehat Perilaku sehat adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan.5 Unsur-unsur dalam perilaku kesehatan, antara lain : 1) Perilaku terhadap sakit dan penyakit Respons internal dan eksternal seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan penyakitbaik dalam bentuk respons tertutup

(sikap,pengetahuan) maupun dalam bentuk respons terbuka (tindakan nyata). Perilaku terhadap sakit dan penyakit dapat diklasifikasikan menurut tingkat pencegahan penyakit sebagai berikut.
8

2) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health Promotion Behavior) Perilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan. Sebagai contoh melakukan senam pagi setiap hari jumat bagi pegawai negeri, kebiasaan sarapan pagi, makan-makanan bergizi seimbang dan melakukan meditasi. 3) Perilaku pencegahan penyakit (health preventation Behavior) Segala tindakan yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari penyakit, misalnya imunisasi pada balita, melakukan 3 M, dan pendekatan spiritual untuk mencegah seks bebas pada remaja. 4) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking Behavior) Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan /atau kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari bantuan ahli. Contohnya, individu pergi ke pelayanan kesehatan saat sakit, membeli obat dari warung atau took obat, dan berobat ke pelayanan tradisional. 5) Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation Behavior) Pada proses ini, diusahakan agar sakit atau cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental, dan social. Contohnya penderita DM melakukan diet dengan mengurangi konsumsi makanan manis, dan melakukan control rutin seminggu sekali. 6) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan Perilaku ini merupakan respons individu terhadap system

pelayanan kesehatan modern dan atau tradisional meliputi respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan kesehatan, perilaku terhadap tugas, dan respons terhadap pemberian obat-obatan. Respons ini terwujud dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas, sikap terhadap petugas, dan obatobatan. 7) Perilaku terhadap makanan Perilaku ini meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (gizi,

vitamin), dan pengolahan makanan. Respons seseorang terhadap makanan ini sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. 8) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan Perilaku ini merupakan upaya seseorang merespons lingkungan sebagai determinan agar tidak memengaruhi kesehatannya

(misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, rumah sehat, dan pembersihan sarang-sarang vector ).6 Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih berbatasan pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dsb. 2. Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dsb.6 Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Beberapa teori yang mengungkapkan determinan perilaku: 1. Teori Laurence Green Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

10

a. Faktor-faktor

predisposisi

(predisposing

factors),

yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dsb. b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dsb. c. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lainnya, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2. Teori Snenandu B. Kar Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari: a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan

kesehatan atau perawatan kesehatannya (behaviour intention) b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support) c. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility of information) d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy) e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation) 3. Teori WHO Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan

seseorang berperilaku tertentu. a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain. b. Kepercayaan Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. c. Sikap

11

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain: 1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. 2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. 3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. 4) Nilai (value) Dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam

menyelenggarakan hidup bermsyarakat. d. Orang penting sebagai referensi e. Sumber-sumber daya (resource) Sumber daya mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dsb. f. Perilaku normal, kebiasaan, nilaii-nilai, dan penggunaan sumber-sumber kebudayaan.5 2.4.2 Klasifikasi Perilaku Sehat Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaaan kesehatan (Health maintanance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit, oleh karena itu, perilaku di dalam suatu masyarakat akan

menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu: a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat
12

pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. 2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku

pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan sesorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri. 3. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespons lngkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga

lingkungan tersebut tdak memngaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola

pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini, yaitu : a. Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain : 1) Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memnuhi

13

kebutuhan tubuh. Atau biasa dikenal dengan empat sehat lima sempurna. 2) Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan trgantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan. 3) Tidak merokok, karena merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. 4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. 5) Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan. 6) Mengandalikan stres. Stres tidak dapat dihindari, yang penting menjaga stres agar tidak mengganggu kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau menegelola stres dengan kegiatankegiatan yang positif. 7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak berganti-ganti pasangan dalm hubungan seks, penyesuaian diri kita terhadap lingkungan, dan sebagainya. b. Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, penyebab sebagainya. c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit(pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit. Perilaku ini meliputi : 1) Tindakan memperoleh kesembuhan presepsinya terhadap sakit, dan gejala penyakit, pengetahuan tentang: penyakit dan

pengobatan

14

2) Mengenal/mengetahui

fasilitas

atau

sarana

pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak 3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya). 5 2.5 Domain Perilaku dan Proses Perubahan Perilaku 2.5.1 Domain Perilaku 1. Domain Kognitif/ Pengetahuan/ Knowledge Faktor yang mempengaruhi : a) Faktor Internal Adalah faktor dari dalam diri sendiri. Seperti intelegensia, minat, dan kondisi fisik. b) Faktor Eksternal Adalah faktor dari luar diri. Misalnya keluarga,

masyarakat, dan sarana. c) Faktor Pendekatan Belajar Adalah faktor upaya belajar. Seperti strategi dan metode pembelajaran. Tingkatan Domain Pengetahuan : a) Tahu (Know), mengingat kembali. b) Memahami (Comprehension), menjelasakan dengan

benar dan menginterpretasikan. c) Aplikasi (Application), kemampuan untuk materi yang sebenarnya. d) Analisis (Analysis), menjabarkan materi dalam struktur organisasi dan ada kaitan dengan yang lain. e) Sintesa (Synthesis), Mneghubungkan dalam bentuk yang baru. f) Evaluasi (Evaluation), justifikasi/ penilaian terhadap

materi/ objek.

15

2. Domain Afektif/ Sikap/ Attitude Tingkatan Domain : a) Menerima (Receiving) b) Merespon (Responding) c) Menghargai (Valuing) d) Bertanggungjawab (Responsible) 3. Domain Psikomotor/ Praktek/ Tindakan/ Practice Tingkatan Domain : a) Persepsi (Perception) b) Respon Terpimpin ( Guide Renponse) c) Mekanisme (Mecanism) d) Adopsi (Adoption).7 2.5.2 Proses Perubahan Perilaku Perubahan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori , perubahan perilaku seseorang dalam kehidupannya melalui 3 tahap : 1) Pengetahuan Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya . Indikator indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit - Penyebab penyakit - Gejala penyakit - Bagaimana cara pengobatan - Bagaimana cara penularannya - Bagaimana cara pencegahannya b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat - Jenis jenis makanan yang bergizi - Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya - Pentingnya olahraga bagi kesehatan - Bahaya merokok, minum minuman keras , narkoba
16

- Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan - Manfaat air bersih - Cara cara pembuangan limbah - Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat - Akibat polusi bagi kesehatan 2) Sikap Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus (dalam hal ini adalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus kesehatan tersebut. Indikator indikator yang dapat digunakan adalah : a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Bagaimana penilaian seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Penilaian seseorang terhadap cara cara memelihara dan berperilaku hidup sehat yang mencakup makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) cukup. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Pendapat seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan, misalnya penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi, dsb. 3) Praktik Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya(dinilai baik). Indikator indikator praktik kesehatan ini mencakup : a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan ini mencakup :

17

1. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu seakli. 2. Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, dsb. b. Tindakan kesehatan Tindakan ini mencakup antara lain : 1. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang 2. Melakukan olahraga secara teratur 3. Tidak merokok 4. Tidak minum- minuman keras dan narkoba c. Tindakan ( praktik) kesehatan lingkungan 1. Membuang air besar di WC 2. Membuang sampah di tempat sampah 3. Menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak.5 Proses adopsi perilaku, menurut Notoatmojo S (1997) yang mengutip pendapat Rogers (1994) sebelum seseorang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan AIETA yaitu: 1) Awareness (kesadaran) Individu menyadari adanya stimulus 2) Interest (tertarik) Individu mulai tertarik pada stimulus 3) Evaluation (menimbang-nimbang) Individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial (mencoba) Individu sudah mulai mencoba perilaku baru 5) Adoption Individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus Menurut Rogers, adopsi perilaku tidak selalu melewati tahap AIETA sehingga umumnya perilaku tersebut tidak langgeng. Sebaliknya,
18

(praktik

pemeliharaan

dan

peningkatan

perilaku yang melewati proses AIETA bersifat langgeng. Contoh : ibu-ibu yang secara sadar mengimunisasikan anaknya, tertarik bahwa imunisasi dapat mencegah penyakit tertentu, telah menimbang-nimbang untungruginya, kemudian mencoba, dan ternyata benar, selanjutnya ia akan mengulangi perilaku tersebut.6 Menurut WHO, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1) Perubahan alamiah (natural change) Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu

disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan. 2) Perubahan terencana (planned change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. 3) Kesediaan untuk berubah (readiness to change) Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.5 Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga. 1) Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan seperti yang diharapkan. Cara ini ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. 2) Pemberian informasi Dengan memberi informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari

19

penyakit,

dan

sebagainya

akan

meningkatkan

pengetahuan

masyarakat tentang hal tersebut. 3) Diskusi partisipasi Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Diskusi

partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.5 Tahap-tahap kegiatan perubahan perilaku (Hanlon, 1964) adalah a) Tahap Sensitisasi Tujuan memberikan informasi & kesadaran pada masyarakat berkaitan dengan kesehatan. Tidak memberikan peningkatan/ penjelasan pengetahuan. Tidak mengarah pada perubahan sikap. Belum merubah perilaku tertentu. Bentuk kegiatan radio spot, poster, selebaran, dan lain-lain. b) Tahap Publikasi Kelanjutan tahap Sensitisasi. Penjelasan lebih lanjut jenis/ macam pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Bentuk kegiatan Press Release. c) Tahap Edukasi Tujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan/ program. Bentuk kegiatan Metode Belajar Mengajar. d) Tahap Motivasi Lanjutan tahap Edukasi. Tujuan Perorangan atau Masyarakat yang benar-benar merubah perilaku negatif menjadi perilaku positif berhubungan dengan kesehatan.7 :

20

2.6 Komponen Sikap kaitannya dengan Perubahan Perilaku Menurut Allpport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu : 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Yaitu bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Bagaimana penilainan (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a tresebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusat, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya, sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penykit kusat di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.1

21

DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan dalam Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Rineka Cipta 2. Asmadi, Ns. Konsep Dasar Keperawatan 3. Siswanto,Adi. 2002. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta:EGC 4. Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitor : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: EGC 5. Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta 6. Maulana, Herri. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 7. Syakira, Ghana. 2009. Psikologi

22

You might also like