You are on page 1of 16

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, tanpa kecuali bidang pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai bagian dari sistem kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan metode

pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Sudjatmiko,2003). Untuk menghadapi perubahan tersebut dibutuhkan pendidikan yang meberikan kecakapan hidup (life skill), yaitu memberikan keterampilan dan keahlian dengan kompetensi tinggi. Dengan dimilikinya life skill diharapkan nantinya peserta didik dapat betahan dalam suasana yang selalu akan berubah dan berkembang. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas.

Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Berdasarkan hasil observasi dapat ditengarai bahwa aspek proses dan hasil pembelajaran merupakan salah satu penyebab perlunya ditingkatkan mutu pendidikan. Kualitas proses dan hasil belajar mengajar yang rendah menunjukkan bahwa interaksi antara siswa dengan sumber belajar seperti dengan guru dan lingkungan, tidak berjalan efektif sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal (Purwanti, 2004). Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diupayakan agar lingkungan belajar dapat mendukung berlangsungnya pembelajaran efektif dan berpusat pada siswa. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada tempat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan dalam artian bahwa potensi dan karakteristik wilayah/daerah akan digali dan dimanfaatkan oleh siswa sebagai darana pembelajaran, dan selanjutnya akan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik untuk berkreasi berfikir. Model dan metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru agar materi pelajaran dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Metode mengajar yang digunakan hendaknya metode yang dapat memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk tujuan agar siswa mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam menghadapi masalah. Pemberdayaan kemampuan berpikir kritis, kemampuan dan keterampilan metakognitif dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik student centered. Salah satu aspek perkembangan yang selalu menjadi fokus perhatian adalah perkembangan kognitif anak dengan tidak mengabaikan aspek perkembangan lainnya. Perkembangan kognitif dianggap penting karena sering dikaitkan dengan kecerdasan anak. Perkembangan kognitif yang normal mengindikasikan berkembangnya kecerdasan anak. Sementara perkembangan kognitif berlaku sejak awal kelahiran atau bahkan semenjak prenatal, aspek lain seperti emosi dan spiritual mengalami perkembangan yang pesat sesudahnya walaupun dasar-dasarnya telah mulai dididikkan sejak dini. Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), aitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2006 : 103).

Kesadaran metakognitif, mampu mengenali dirinya baik kebiasaan baik maupun tidak baik, mampu menyadari ketidaktahuannya sehingga terefleksi dalam proses belajar, merupakan bagian penting yang harus dilatihkan kepada siswa agar mendapatkan pemahaman bermakna. Metakognitif, satu kata ini yang menarik perhatian sekaligus menggerakkan penulis untuk mengkaji mengenai apa itu metakognitif, mengapa metakognitif penting, dan bagaimana cara menerapkan metakognitif dalam situasi

pembelajaran.

PEMBAHASAN
Metakognitif sebagai strategi pembelajaran Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi saja. Namun demikian, pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Strategi metakognitif menyampaikan satu pesan khusus bagi siapa pun yang ingin menjalani hidup secara efektif, bahwasanya kenyataan hidup yang terjadi pada saat ini adalah akibat dari pilihan-pilihan hidup kita di masa lampau. Hari ini kita jadi orang sukses, hari ini kita jadi orang gagal, bahkan hari ini sekalipun kita jadi orang bingung dengan kelebihan dan kekurangan diri kita, maka hal itu diakibatkan oleh lemahnya diri kita dalam merancang kehidupan kita, memantau kualitas perkembangan kehidupan kita, menilai kesuksesan hidup kita, serta mengubah sikap hidup kita jika perlu untuk mencapai level kualitas hidup yang lebih baik. Inspirasi utama ini sebenarnya yang perlu ditanamkan kepada siswa kita agar menjadi seorang pembelajar mandiri dan pemecah masalah kehidupan yang handal.

Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metacognition is a form of cognition, a second or higher order thinking process which involves active control over cognitive processes. It can be simply defined as thinking about thinking or as a persons cognition about cognition Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri. Selain itu, metakognisi

melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang aktivitas kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas kognitifnya (Livingston, 1997; Schoenfeld, 1992; dan Sukarnan, 2005). Dengan demikian, aktivitas kognitif seseorang seperti perencanaan, monitoring, dan mengevaluasi penyelesaian suatu tugas tertentu merupakan metakognisi secara alami (Livingston, 1997). Flavell & Brown (Veenman, 2006) menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Sedangkan Moore (2004) menyatakan bahwa: Metacognition refers to the understanding of knowledge, an understanding that can be reflected in either effective use or overt description of the knowledge in question. It is clear in the research data that any definition should describe two distinct yet compensatory competencies: 1) awareness about what it is that is known (knowledge of cognition) and 2) how to regulate the system effectively (regulation of cognition). The research literature reflects on overall acceptance of knowledge of cognition. It includes declarative, procedural, and conditional knowledge, and regulation of cognition includes planning, prediction, monitoring, testing, revising, checking, and evaluating activities.

Metakognisi

mengacu

pada

pemahaman

seseorang

tentang

pengetahuannya, sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian yang jelas tentang pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuankognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya dan regulasi-kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya secara efektif. Karena itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan perencanaan, prediksi, monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi), pengecekan (pemeriksaan), dan evaluasi. Baker & Brown, Gagne (Mohamad Nur, 2000) mengemukakan bahwa metakognisi memiliki dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang kognisi, dan

(b) mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif. Sedang Flavell (Livington, 1997) mengemukakan bahwa metakognisi meliputi dua komponen, yaitu (a) pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge), dan (b) pengalaman atau regulasi metakognisi (metacognitive experiences or reguloation). Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh. Huitt (1997) bahwa terdapat dua komponen yang termasuk dalam metakognisi, yaitu (a) apa yang kita ketahui atau tidak ketahui, dan (b) regulasi bagaimana kita belajar. Desoete (2001) menyatakan bahwa metakognisi memiliki tiga komponen pada penyelesaian masalah matematika dalam pembelajaran, yaitu: (a) pengetahuan metakognitif, (b) keterampilan metakognitif, dan (c) kepercayaan metakognitif. Namun belakangan ini, perbedaan paling umum dalam metakognisi adalah memisahkan pengetahuan metakonitif dari keterampilan metakognitif. Pengetahuan metakognitif mengacu kepada pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional seseorang pada penyelesaian masalah (Brown & DeLoache, 1978; Veenman, 2006). Sedangkan keterampilan metakognitif mengacu kepada keterampilan prediksi (prediction skills),

keterampilan perencanaan (planning skills), keterampilan monitroring(monitoring skills), dan keterampilan evaluasi (evaluation skills). Pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas sangat beragam, namun pada hakekatnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan kesadaran berpikir seseorang adalah kesadaran seseorang tentang apa yang diketahui dan apa yang akan dilakukan. Karena itu, metakognisi dalam tulisan ini dibagi menjadi dua komponen, yaitu: pengetahuan metakognitif dan keterampilan metakognitif. Pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Keterampilan metakognitif berkaitan dengan keterampilan perencanaan, keterampilan prediksi, keterampilan monitoring, dan keterampilan evaluasi. Metacognitionis an important concept in cognitive theory. It consists of two basic processes occurring simultaneously, monitoring your progress as you learn, and making changes and adapting your strategies if you perceive you are

not doing so well. (Winn, W. &Snyder, D., 1998) Its about self-reflection, selfresponsibility and initiative, as well as goal setting and time management. Metacognitive skills include taking conscious control of learning, planning and selecting strategies, monitoring the progress of learning, correcting errors, analyzing the effectiveness of learning strategies, and changing learning behaviors and strategies when necessary. (Ridley, D.S.,Schutz, P.A., Glanz, R.S. & Weinstein, C.E., 1992) Intinya, metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif Strategi Metakognitif untuk Kesuksesan Belajar Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Ada 3 strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:

Tahap proses sadar belajar meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.

Tahap merencanakan belajar, Meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan

menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya).

Tahap monitoring dan refleksi belajar meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.

Dalam praktik mengajar di kelas, guru direkomendasikan untuk memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk saling berdiskusi dan bertukar ide-pengalaman dalam belajar. Harapannya, setiap individu siswa dapat menilai kemampuan diri mereka masing-masing dalam belajar, setiap siswa dapat menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka sendiri, dan yang paling penting, setiap siswa dapat belajar efektif dengan

memberdayakan modalitas belajar dirinya sendiri terbandingkan.

yang unik dan tak

Satu lagi yang tidak boleh dilupakan, catat setiap pengalaman belajar yang siswa kerjakan. Siswa perlu dibiasakan membuat jurnal harian dari setiap pengalaman belajar yang dialaminya. Jurnal ini akan sangat membantu siswa dalam menterjemahkan setiap pikiran dan sikap mereka dalam berbagai bentuk (simbol, grafik, gambar, cerita), melihat kembali persepsi awal mereka tentang sesuatu dan membandingkannya dengan keputusan baru yang mereka buat, menjelaskan proses pemikiran mereka tentang strategi dan cara membuat keputusan dalam kegiatan pembelajaran, mereka akan mengenal pasti kelemahan dalam pilihan sikap yang diambil dan mengingat kembali kesulitan dan keberhasilan mereka dalam belajar.

Mengapa Strategi Metakognitif itu Penting? Ketika siswa mampu merancang, memantau, dan merefleksikan proses belajar mereka secara sadar, pada hakikatnya, mereka akan menjadi lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam belajar. Kemandirian belajar merupakan sebuah kepemilikan pribadi bagi siswa untuk meneruskan perjalanan panjang mereka dalam memenuhi kebutuhan intelektual dan menemukan dunia informasi tak terbatas. Tugas pendidik adalah menumbuhkembangkan kemampuan metakognitif seluruh siswa sebagai seorang pembelajar, tanpa kecuali.

Keterkaitan

antara

strategi

pembelajaran

kooperatif

jigsaw

dan

pembelajaran metakognitif Strategi pembelajaran jigsaw diketahui telah berhasil memberdayakan kemampuan berpikir dan meningkatkan hasil belajar siswa yang diketahui dari hasil beberapa penelitian terdahulu. Strategi pembelajaran jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempelajari suatu konsep melalui kerja kelompok. Dalam jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan metakognitif terbukti dapat pula dibelajarkan melalui strategi pembelajaran kooperatif, sekalipun diperhatikan interaksi faktor-faktor tertentu. Pembelajaran kooperatif mendorong atau memberdayakan perkembangan pembelajaran metakognitif. Alasannya adalah karena strategi-strategi

pembelajaran itu terpusat atau bersangkut paut langsung dengan proses pembelajaran, yang meliputi evaluasi kerja kelompok oleh tiap anggota kelompok. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran jigsaw yang merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif mampu untuk

memberdayakan keterampilan metakognitif siswa. Sebagai salah satu strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran jigsaw juga memiliki potensi untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Sebagai salah satu pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran kooperatif termasuk jigsaw juga mempunyai andil yang besar dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan hasil belajar siswa selama

pembelajaran. mengemukakan bahwa secara umum pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan divergen atau berpikir kreatif siswa. Menurut Susilo (2005), strategi pembelajaran jigsaw sebagai salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif memiliki potensi yang kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi ahli sehingga dalam diri siswa terdapat ciri dan proses berpikir. Berkaitan dengan hasil belajar, penerapan teknik pembelajaran kooperatif termasuk jigsaw dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menguasai materi pelajaran. Selain dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan metakognitif, pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (dalam hal ini pemahaman konsep). Siswa perlu sering menggunakan strategi pembelajaran kooperatif karena selain dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, strategi ini juga mampu meningkatkan perolehan belajar siswa. Melalui pembelajaran kelompok, siswa yang pandai (dalam hal ini adalah siswa yang berkemampuan akademik tinggi) akan dapat menjadi tutor bagi siswa yang kurang pandai (dalam hal ini adalah siswa yang berkemampuan akademik rendah). Pemahaman konsep merupakan salah satu proses berpikir seseorang yang dapat dinyatakan dengan kemampuan kognitif (hasil belajar kognitif). Pemahaman konsep merupakan sekumpulan proses mental yang tidak lepas dari keterampilan berpikir anak .

Kelebihan dan Kekurangan Metakognitif


Kelebihan Dapat merubah siswa pasif menjadi siswa aktif dalam proses pembelajaran Siswa lebih mudah memahami materi dan bebas mengeluarkan pendapat Menambah wawasan guru dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran

Adanya praktik langsung membuat siswa mudah memahami materi Merangsang siswa untuk berpikir kritis (tingkat tinggi) terhadap suatu permasalahan

Kekurangan Guru butuh kesiapan dalam menyiapkan pembelajaran Manajemen waktu Kondisi dan situasi tempat pelaksanaan harus kondusif Tidakdapat berjalan dengan baik tanpa adanya motivasi siswa

(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e5051_0607817_chapter5.pdf) Sintaks langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw (Aronson, 1978): a. Peserta didik dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang b. Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan materi yang sama, dan membaca semua materi c. Tiap peserta didik dalam tim berbagi tugas untuk membagi materi (sub bab mereka) d. Anggota dari tim yang mendapatkan bagian materi yang berbeda, bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi g. Guru memberi evaluasi h. Penutup Selain itu, kita dapat modifikasi dari pelaksanaan langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

a. Guru menulis topik pembelajaran b. Guru menulis tujuan pembelajaran c. Peserta didik dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang d. Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan materi yang sama tentang macam-macam klasifikasi e. Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan masalah/pertanyaan yang berbeda yang berkaitan dengan macam-macam klasifikasi f. Anggota dari tim yang mendapatkan masalah yang berbeda, bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan tugas mereka g. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggoata kembali ke kelompok asal dan bergantian menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang telah didiskusikan di kelompok ahli. Tiap anggota lainnya mendengarkan dan memberikan tanggapan h. Guru meminta kepada tiap kelompok tim ahli untuk mempresentasikan hasil diskusi i. Peserta didik melaksanakan diskusi kelas j. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi k. Guru membimbing peserta didik mengambil kesimpulan

Sumber: http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/01/12/sintaks-tahapanmodel-model-pembelajaran/

KESIMPULAN

1. Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif 2. Strategi metakognitif menyampaikan satu pesan khusus bagi siapa pun yang ingin menjalani hidup secara efektif, bahwasanya kenyataan hidup yang terjadi pada saat ini adalah akibat dari pilihan-pilihan hidup kita di masa lampau.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2006.Psikologi Perkembangan.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya No Name.2011. MetaKognitif sebagai strategi pembelajaran.http://maunakeamizt.wordpress.com/2011/05/09/metakognitifsebagai-strategi-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 9 November 2011 No Name.2011.Metakognitif.http://muhfida.com/metakognitif/.Diakses pada tanggal 9 November 2011 No Name.2011.Sintaks tahapan model-model pembelajaran.http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/01/12/sintakstahapan-model-model-pembelajaran/.Diakses pada tanggal 9 November 2011 No Name.http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e5051_0607817_chapter5.pdf.D i akses pada tanggal 9 November 2011 No Name.Keterkaitan antara strategi.http://biologyeducationresearch.blogspot.com/2009/12/keterkaitan-antarastrategi.html.Di akses pada tanggal 9 November 2011 No Name.Pembelajaran Jigsaw Berbasis Metakognitif.http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:dNOb4YaXTywJ:isjd. pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/17210146152_02159643.pdf+pembelajaran+jigsaw+4+berbasis+metakognitif&hl=id&gl=id&pid=bl &srcid=ADGEEShTOTOtkxv4DbXciimFyWnIcun4cV2hlYgEMOYnpq7nrTEx4 8YE2mjnWUVxQh6yD3qIOXy_ICY72BYuioVaPC0czk0v88X7EY06tiVoq1Hc xhojNvRdzBCz0P2xx52xevFfUHBZ&sig=AHIEtbTG6oAAUbXfCvV5KyeiObHIwtUig.Diakses pada tanggal 9 November 2011

Purwanti. 2004. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar dan Metodologi Pengajaran. Bandung :Tarsito Sudjatmiko,2003. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta

You might also like