You are on page 1of 4

D. Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Reformasi 1. Masa Kepemimpinan B.J.

Habibi Turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998 menjadi awal berlakunya era reformasi di Indonesia. Dengan warisan kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang carut-marut, Habibie duhadapkan pada tuntutan untuk menciptakan Indonesia baru yang bebas dari KKN dan meealisasikan semangat reformasi. Untuk menjawab tantangan reformasi tersebut, Habibie membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi. Enam bulan setelah pengangkatan B.J. Habibie sebagai presiden RI, diadakan sidang istimewa pada tanggal 10-13 November 1998 guna mempersiapakan jalan bagi liberalisasi politik, termasuk pemilu demokratis yang akan diadakan pada 7 Juni 1999. Sidang Istimewa MPR berakhir dengan menghasilkan 12 ketetapan (Tap), di antaranya sebagai berikut. a. Tap No. VII/MPR/1998. Perubahan dan tambahan atas Tap I/MPR/1983 tentang perubahan tata tertib MPR b. Tap No. VIII/MPR/1998. Pencabutan Tap IV/MPR/1983 tentang referendum. Tap No. Pencabutan Tap II/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) c. Tap No. X/MPR/1998. Pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara. d. Tap No. XI/MPR/1998. Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi , kousi, dan Nepotisme. e. Tap No. XII/MPR/1998. PencV/MPR/1998 tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada presiden mandataris MPR dalam rangka penyuksesan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila. f. Tap No. XIII/MPR/1998. Pembatasan masa jabatan Prsiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. g. Tap No. XIV/MPR/1998. Perubahan dan penambahan atas Tap III/MPR1998 tentang emilu. h. Tap No. XV/MPR/1998. Penyelenggaraanotonomi daerah. i. Tap No. XVI /MPR/1998. Politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi j. Tap No. XVII /MPR/1998. Hak asasi manusia. k. Tap No. XVIII/MPR/1998. Pencabutan Tap II/MPR/1978, pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (Ekaprasetya Panca Kresna) dan penetapan pancasila sebagai dasar negara. Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Panca Karsa) dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Dari ke 12 Tap tersebut, terdapat 4 Tap yang memperlihatkan adanya upaya untuk mengakomodasikan tuntutan antara lain pada huruf b,k,f, dan g yang dicetak tebal. Tuntutan gerakan mahasiswa terhadap lembaga SI MPRmencapai puncaknya pada tanggal 13 November 1998. Terjadi bentrok fisik yang mungkin dipicu oleh provokasi oknum kelompok tertentu. Peristiwa ini nmengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari pihak mahasiswa dan masyarakat. Kejadian berlangsung di sekitar jembatan Semanggi, sehingga peristiwa itu kemudian dikenal dengan nama Tragedi Semanggi. Pada era Presiden Habibie, Timor Timur yang menjadi provinsi ke-27 lepas dari NKRI )negara Kesatuan Republik Indonesia). Timor Timur menjadi sebuah negara setelah

rakyatnya menolak menjadi bagian dari NKRI melalui jajak pendapat di bawah pengawasan PBB. Pada 7 Juni 1999, diadakan pemilu yang pertama kali setelah reformasi bergulir. Pemilu kali ini dianggap paling demokratis jika dibandingkan dengan pemili-pemilu sebelumnya. Pemilu ini diselenggarakan dengan prinsip luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia) dan jurdil (jujur dan adil) yang diikui oleh 48 partai. Seluruh partai tersebut telah lolos verifikasi dan memenuhi syarat menjadi OPP (Organisasi Peserta Pemilu) dari 141 partai politik yang mendeklarasikan pendiriannya dan mendaftarkan di Departemen Dalam Negeri. Pemenang pertama Pemilu 1999 adalah PDI-P pimpinan Megawati Soekarnoputri. PDI-P mendapat suara 33,74%, Golkar menduduki posisi dua dengan perolehan suara 22,44%. Posisi ketiga diduduki PKB yang didirikan oleh Abdurrahman Wahid dengan perolehan 12,61% suara. Urutan keempat adalah PPP dengan perolehan 10,71% suara. Sedangkan urutan kelima adalah PAN pimpinan Amin Rais dengan perolehan 7,12% suara. Sisa suara yang cukup kecil tersebar ke-43 partai lainnya. Hasil pemilu ini menunjukkan tidak satu partai pun yang memperoeh mayoritas mutlak. MPR yang terbentuk melalui hasil pemilu 1999 antara lain berhasil menetapkan GBHN, melakukan amandemen pertama terhadap UUD45, serta memilih presiden dan wakil presiden. Pada tanggal 20 Oktober 1999, MPR berhasil memilih K.H. Aburrahman Wahid sebagai presiden keempat dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia. Sehari kemudian, Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai wakil presiden. 2. Masa Kepemimpinan Abdurrahman Wahid Terpilihn ya pasangan presiden dan wakil presiden Abdurrahman Wahid- Megawati Soekarnoputri, secara legalitasformal telah lahir periode baru dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Era orde baru telah dinyatakan berakhir dan digantikan orde Reformasi. Pasangan Abdurrahman Wahid Megawati sebenarnya dinilai ideal dilihat dari aspek wawsan. Abdurrahman Wahid adalah seorang santri tradisional yang memiliki wawasan kebangsaan yang tidak diragukan, sementara Megawati adalah seorang nasionalis yang juga memiliki wawasan islam modern. Duet Abdurrahman Wahid Megawati lalu membentuk Kabinet Persatua Nasional yang dilantik tanggal 28 Oktober 1999. Dalam menjalankan perintah, Abdurrahman Wahid mengalami banyak persoalan dan yang paling menonjol adalah masalah KKN. Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dihadapkan pada persoalan-persoalan kebijakan yang dinilai banyak kalangan sangat kontroversial saat belum genap 100 hari berkuasa. Kebijakan tersebut antara lain: a. Mengeluarkan pengumuman tentang adanya mentri-mentri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat KKN. Pengumuman ini sangat mempengauhi kinerja kabinet, beberapa mentri merasa sulit dalam melakukan koordinasi dengan mentri menghadapi tudingan KKN. b. Presiden Abdurrahman Wahid menyetujui nama Papua sebagai ganti Irian Jaya pada akhir Desember 1999. Presidenbahkan menyetujui pula pengibaran Bendera Bintang Kejora sebagai bendera Papua. Atas kebijakan yang menguntungkan ini, Dewan Presidiium Papua yang diketuai oleh Theys Hiyo Eluay menyelenggarakan kongres rakyat Papua (Mei-Juni2000). Dewan Presidium Papua menetapkan tanggal 1 Desember (tanggal berakhirnya pendudukan Belandapada tahun 1962) menjadi hari kemerdekaan Papua Barat. c. Pemberhentian Kapolri Jendral (Pol) Roesmanhadi yang dinilai tidak mampu mengantisipasikan terjadinya pembakaran sekolah Kristen SST Doulos.

d. Pemberhentian Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudrajat yang dilatari oleh pernyataan dari TNI AU. Hal ini cukup mengagetkan, karena selama 32 tahun terakhir kalangan dari TNI AU tidak pernah menduduki jabatan strategis dalam jajaran TNI. e. Pemberhentian Wiranto sebagai Menkopolkam yang dilatarbelakangi oleh hubungan tidak harmonis antara Wiranto dan Presiden Abdurrahman Wahid. Ketidakharmonisan ini muncul ketika presiden mengizinkan dibentuknya Komisi Penyelidik Pelanggaran (KPP) HAM untuk menyelidik para jendral, termasuk Wiranto dalam kasus pelanggaran HAM di timor timur. Segala persoalan diselesaikan presiden berdasarkan bisikan kerabat dekatnya, bukan berdasarkan konstitusi negara. 3. Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri Megawati dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia npada tanggal 23 Juli 2001. Banyak permasalahan yang dihadapi pada masa pemerintahan Megawati. Kebijakankebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan itu antara lain: a. Soeharto telah mewariskan utang luar negeri (pemerintah dan swasta) sebesar US 150.80 miliar. Presiden menunda pembayaran utang sebesar US 5.8 miliar pada pertemuan Paris club ke-3 tanggal 12 April 2002. b. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan merosotnya pendapatan perkapita. c. Ketenangan Megawati disambut baik oleh pasar. Tidak sampai sebulan setelah dilantik kurs melonjak ke Rp 8.500 per dolar AS. d. Presiden Megawati menempuh langkah yang sangat kontroversial yaitu melakukan privatisasi terhadap BUMN. e. Mampu memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002, nilai ekspor US 57.158 miliar dan impor tercatat US 31.229 miliar. Pada tahun 2003 juga ekspor juga menanjak ke angka US 61.02 miliar dan impor meningkat ke angka US 32.39 miliar. f. Kebijakan Presiden megawati untuk melakukan pemberantasan korupsi adalah merealisasikan berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tetapi tetap saja KPK tidak ada gebrakan konkret yang menonjol. Presiden Megawati Soekarnoputri merupakan presien peletak dasar ke arahm kehidupan demokrasi. 4. Masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono dilantik menjadi presiden ke-6 Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004. Beberapa kondisi dan kebijakan yang ditempuh dalam masa 100 hari pemerintahannya sebagai berikut: a. Jumlah utang luar negeri pada tahun 2005 sbesar US 136,6 miliar b. Saat dilantik sebagai presiden, ekspor sampai Oktober 2004 mencapai US 58.5 miliar atau naik 15.08 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2003. Seratus hari pertama lebih banyak menekankan program ekonomi makro daripada program peningkatan ekspor spesifik. c. Belu membeberkan strategi komprehensif untuk mengatasi kemiskinan.

d. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam 100 hari pertama menyebu resep perbaikan iklim investasi. e. Melanjutkan pertumbuhan ekonomi pada masa Megawati f. Sejak unggul di pemilihan presiden, indeks harga saham gabungan (IHSG membumbung ke rekor 861.318. g. Mengawali pemerintahannya, basis pendapatan per kapita sekitar US 1000. Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan per kapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. h. Menjelang masa pemerintahannya, Transparancy International menempatkan Indonesia dalam peringkat ke-5 terburuk dari 146 negara (indeks 2)sebagai negara terkorup. i. Memunculkan rasa optimisme ketika mengangkat Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh. Mengusut dan menahan ratusan tersangka korupsi di daerah dan memenjarakan para koruptor. j. Kebijakan terhadap TNI ditunjukan presiden dengan mengangkat mentri pertahanan sipil. k. Kebijakan soal Aceh ditunjukan presiden dengan memperpanjang status darurat sipil. Pada hari ke-26 pemerintah mengunjungi aceh. Hal itu diwujudkan dengan mengadakan perundingan dengan GAM di Helsinki, Filandia melalui mediator Crisis Management Initiative pimpinan Martti Ahtisaari. Secara umum upaya-upayayang dilakukan memang belum mencapai hasil yang maksimal.

You might also like