You are on page 1of 16

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH POLITIK DUNIA Mengenai: PENGKAJIAN KRISIS GLOBAL DI AMERIKA MELALUI TEORI STABILITAS HEGEMONI

Dosen: ALIYUNA

Disusun oleh:

Mega Mustika/170210070067

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2009

Realisme dan Teori Stabilitas Hegemoni

Hegemonic Stability Theory merupakan sebuah teori hibrid yang ditulis oleh berbagai perspektif hubungan internasional. Hampir semua perspektif dalam hubungan internasional mengambil bagian dalam pengembangan teori ini sehingga sulit untuk menjelaskan teori ini secara teratur. Realisme, liberalisme, neoliberal, neorealis, teori struktural ikut menuangkan ide-idenya dalam teori ini. Teori stabilitas hegemoni menaksir bahwa sistem internasional yang relatif terbuka dan stabil sangat dimungkinkan untuk terjadi jika terdapat sebuah dominasi atau negara hegemoni. Sebuah negara dapat dikatakan sebagai hegemoni apabila memenuhi beberapa kriteria di antara lain:1 1. Mempunyai sumberdaya yang cukup sehingga memungkinkan dirinya menjadi pemimpin. 2. Adanya keinginan dari negara tersebut untuk membuat kebijakan yang dibutuhkan agar menciptakan dan memelihara tatanan ekonomi liberal. 3. Adanya komitmen kepada sistem yang dipercaya memiliki keuntungan bersama untuk mayoritas negara-negara. Teoritisi stabilitas hegemoni membedakan definisi hegemoni dengan menekankan kapasitas kekuatan militer untuk mengendalikan tatanan dunia dan kapasitas kekuatan ekonomi untuk menentukan dan mendikte aturan yang mengendalikan perdagangan, keuangan, dan investasi internasional. namun menerangkan mengapa Teori stabilitas hegemoni menjelaskan bukan penting di hirarki tertinggi termotivasi tidak hanya bagi dirinya

mengenai perang dan damai yang menjadi inti dari sub-bidang kaji hubungan internasional negara-negara mempromosikan rejim internasional yang menguntungkan terbelakang. Hegemonic stability theory, pertama kali didukung oleh Charles Kindleberger pada tahun 1970an, dia memfokuskan pandangannya kepada peranan dari kepemimpinan negara1 Paul Starobin. 2004. The Theory of Hegemonic Stability. Melalui <http://nationaljournal.com/about/njweekly/stories/2006/1201nj1.htm>[23/02/09]

melainkan juga memberikan keuntungan bagi negara lain seperti negara berkembang dan

negara besar contohnya, Inggris pada abad ke-19 dan Amerika Serikat pada abad ke-20. Selain itu, ia juga menilai bagaimana tuntutan dalam distribusi kapabilitas mempengaruhi ekonomi dunia. Teori stabilitas hegemoni ini berkenaan dengan pentingnya dominasi dari satu negara untuk eksistensi ekonomi dunia yang terbuka dan stabil. Ketika hegemon bersedia untuk menyelaraskan dan menertibkan negara-negara lainnya sehingga masing-masing negara merasa cukup aman untuk membuka pasarnya dan terhindar dari kebijakan untuk membiayai negara-negara miskin. Sebaliknya, teori ini menyatakan bahwa penurunan dari hegemon cenderung untuk diasosiasikan dengan penutupan pasar, ketidakstabilan, dan penciptaan kompetisi blok-blok regional.2 Hal yang menarik ketika menganalisis Ekonomi Politik Internasonal (EPI) dari sudut pandang realis adalah gagasan akan pentingnya negara tetap dipertahankan. Realis sebagai teori tertua dalam studi hubungan internasional menekankan negara sebagai aktor tunggal dalam sistem internasional yang keberadaannya tidak dapat diganggu gugat. Apapun aspek yang berkenan dengan interaksi dalam sistem internasonal selalu berkaitan dengan negara. Sebagai pendekatan yang memfokuskan diri pada power, keamanan, dan distribusi konflik, asumsi realism yang relevan dengan EPI antara lain:3 Bahwa aktor yang diakui dalam sistem internasional adalah negara yang berdaulat dalam sebuah sistem internasional; Sistem internasional tercirikan dalam kondisi anarki yang statis, sehingga negara melakukan, self-help untuk survival; Ia harus memperhatikan keamanan negara sendiri (egoisme negara), akan tetapi tidak boleh melupakan relative gain; Negara merupakan kesatuan dari aktor-aktor rasional. Robert Gilpin, Stephen Krasner, dan para penstudi realis tradisional lainnya mengidetifikas distribusi power di antara negara-negara sebagai faktor utama dalam menjelaskan keterbukaan dan stabilitas dari ekonomi internasional.4 Dasar pemikiran ini kemudian menelurkan teori stabilitas hegemonik, yang menekankan bahwa sebuah sistem
2 Helen Milner, op. cit. 3 John Baylis dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics. An Introduction to International Relation, hal 162-177. 4 Helen Milner, "International Political Economy: Beyond Hegemonic Stability," Foreign Policy, No. 110, Spring 1998. Melalui <http://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/hegstab.htm>[23/03/09]

ekonomi internasional yang terbuka dapat stabil manakala power terdistribusikan secara hegemoni. Hal ini bisa dilakukan oleh negara dengan membentuk (a) aliansi ekonomi, atau dengan membuat (b) rejim dagang yang terbuka.5 Dalam perkembangan perspektif realis, teori stabilitas hegemoni berfokus kepada standar asumsi realis mengenai keunggulan negara-negara dan upaya mengejar power, tetapi menjelaskan bagaimana sistem anarki internasional yang melekat dengan realisme tradisional bisa diimbangi dengan keberadaan dari hegemon atau negara yang memiliki power dan legitimasi untuk membuat dan memaksakan aturan-aturan dari sistem internasional. 6 Bukan berarti tanpa hegemoni sistem dari anarki tersebut tidak ada. Teori hegemonic stability dari sudut pandang realis tidak akan menjadi fenomenal dengan ketiadaan dari Robert Gilpin. Gilpin berupaya untuk mengkombinasikan studi politik internasional dengan kekuatan ekonomi internasional. Secara fenomenal, ia mengeluarkan pendapat yang bertolak belakang dengan para penstudi hubungan internasional lainnya. Ia beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang saling bergantung akan merusak suatu negara dan mengurangi pentingnya kekuatan pemaksaan dalam menentukan pengaruh perekonomian dunia. Perdagangan bebas internasional mengandaikan ketergantungan kepada banyak faktor yang diduga kuat sebagai penyebab kehancuran, misalnya, adanya negara kuat yang dapat memenuhi kebutuhan dunia yang disebut dengan perdagangan bebas internasional.7 Argument dasar dari Gilpin adalah pasar tidak dapat berkembang dalam memperoduksi dan mendistribusi barang dan jasa tanpa keberadaan negara sebagai prasyarat utama. Secara definitif, pasar bergantung kepada pada perpindahan dengan mekanisme harga yang efisien-barang dan jasa yang dapat dibeli dan dijual antar pengusaha-pengusaha swasta yang menggantikan hak kepemilikan. Namun pasar itu sendiri bergantung kepada negara yang membuat dengan sedikit intervensi dari negara tersebut berupa peraturan dan pajak yang tidak dapat dibuat oleh pasar itu sendiri.8 Gilpin menyimpulkan bahwa periode hegemoni Amerika Serikat dalam sistem internasional akan berakhir dan Jepang akan muncul sebagai pemegang potensial hegemoni
5 Rizki S. Saputro. 2007. Pencapaian-Pencapaian Ekonomi Politik Internasional. Melalui < http://id.wordpress.com/tag/wacana-dan-pemikiran-barat/>[26/03/09] 6 Galen Smith. 2008. Theory, Structure, and Hegemony: A Critique of Dr. Daniel Drezners Take on the Financial Crisis. 7 Martin Griffith. 2001. Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional, hal 14 8 Ibid, hlm 15.

dalam hubungan internasional. Gilpin percaya bahwa keruntuhan kekuasaan Amerika disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, mengganggu keutuhan ekonomi liberal antarnegara. 9 Amerika sebagai Hegemoni Istilah hegemoni berasal dari bahasa Yunani, yaitu hegemonia yang berarti memimpin, kepemimpinan, atau kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain10. Konsep hegemoni menjadi trend setelah digunakan sebagai penyebutan atas pemikiran Gramsci yang dipahami sebagai ide yang mendukung kekuasaan kelompok sosial tertentu. Adapun teori hegemoni yang dicetuskan Gramsci adalah:11 Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsipprinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral. Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan. Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai. Bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi (masyarakat dominan).12 Di sini terlihat adanya usaha untuk menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang berkuasa . John Storey menjelaskan konsep hegemoni untuk mengacu kepada proses sebagai berikut:13 sebuah kondisi proses di mana kelas dominan tidak hanya mengatur namun juga
9 Ibid, hlm 19 10 Andrew Heywood. 1997. Politics, hal 190. 11NN. 2008. Teori Hegemoni. Melalui <http://utchanovsky.com/2008/08/teori-hegemoni.htm>[24/03/09] 12 Harry W. S. 2005. Pengantar Hegemoni. Melalui <http://synaps.wordpress.com>[24/03/09] 13 http://utchanovsky.com/2008/08/teori-hegemoni.htm. op. cit

mengarahkan masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual. Hegemoni terjadi pada suatu masyarakat di mana terdapat tingkat konsensus yang tinggi dengan ukuran stabilitas sosial yang besar di mana kelas bawah dengan aktif mendukung dan menerima nilai-nilai, ide, tujuan dan makna budaya yang mengikat dan menyatukan mereka pada struktur kekuasaan yang ada. Amerika Serikat sebagai hegemoni memainkan peranan sebagai pembuat dan pemelihara dari sistem moneter, perdagangan, dan rezim yang terbuka dan stabil. Amerika Serikat juga memberikan dorongan bagi negara-negara lainnya untuk patuh terhadap rezim, norma, dan aturan dalam sistem internasional melalui penghargaan dan pemaksaan. Walaupun Amerika Serikat telah mencapai kedudukannya sebagai hegemon, hegemoni bukan merupakan sebuah keadaan yang stabil. Kegoncangan yang terjadi di dalam negeri dan penguatan pengaruh dari negara lain dapat meruntuhkan keadaan relatif tersebut. Jepang setelah mengalami kehancuran di segala aspek mulai merangkak naik menjadi salah satu negara yang kuat. Negara-negara di Eropa juga mulai melebarkan sayapnya ke berbagai aspek dengan peningkatan kemampuan teknologi. Berdasarkan pandangan Robert Keohane, salah satu keistimewaan dari hegemoni Amerika Serikat adalah keringkasannya.14 Alasan-alasan yang mengakibatkan kemunduran dari hegemoni Amerika Serikat adalah:15 1. 2. 3. Kecenderungan dari Amerika Serikat untuk mengembangkan dirinya secara berlebihan dalam aspek militer dan ekonomi. Kecenderungan dari free riders untuk meningkatkan pembukaan ekonomi lebih daripada yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Kemunculan ekonomi yang dinamis dan kompetitif yang menantang posisi dominan dari Amerika Serikat. Ketika hegemoni Amerika Serikat dirasa mengalami penurunan power-nya sejak tahun 1970an, namun Amerika Serikat masih dianggap sebagai negara hegemon. Ini dikarenakan kriteria dari negara hegemon masih dapat dipenuhi oleh Amerika Serikat. Efek-efek yang dtimbulkan oleh semakin meningkatnya kekuatan negara lain seperti Jepang dan negaranegara di Eropa, tetap tidak menggoyahkan hegemoni negara tersebut. Amerika Serikat masih sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri dalam hal penyediaan energi dan bahan-bahan
14 Hegemony.pdf 15 Ibid

mentah. Selain itu Amerika Serikat merupakan negara yang paling maju dalam hal teknologi informasi dan efek dari budaya Amerika yang disalurkan melalui media cetak mapun elektronik telah berkembang seemikian rupa hingga masih diadaptasi oleh kebudayaan negara lain. Dalam hal kepemilikan modal, Amerika Serikat masih dianggap sebagai negara yang menjanjikan untuk investasi sehingga jumlah investasi luar negerinya tetap tinggi. Pasar dari Amerika Serikat dianggap sebagai salah satu pasar yang fleksibel terutama dalam hal tenaga kerja. Terpenting, kebijakan politik, ekonomi, dan keamanan Amerika Serikat tetap diperhitungkan oleh negara-negara di dunia karena dianggap berkaitan dengan kepentingan masing-masing negara terkait dengan pengaruhnya dalam sistem internasional. Amerika Serikat telah menjadi negara hegemon semenjak berakhirnya Perang Dunia II. Ketika masyarakat dunia membutuhkan barang dan jasa untuk mempertahankan dirinya setelah perang yang parah, Amerika Serikat mampu untuk menyediakan semua ketiadaan yang diperlukan oleh negara-negara di Eropa. Namun ini tidak berlangsung lama ketika Great Depression dan Perang Dunia II mengguncang hegemoni Amerika Serikat. Sesudah Perang Dunia II berakhir, Perekonomian Amerika Serikat kembali berkembang pesat. Situasi ini mengembalikan kekuatannya sebagai negara hegemon. Pemboman atom yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Nagasaki-Hiroshima menjadikan Amerika Serikat sebagai negara yang paling ditakuti di dalam perpolitikan internasonal. Di samping itu, nilai-nilai demokrasi yang menjadi ideologi Amerika Serikat dianut oleh berbagai negara di dunia. Kejayaan yang kembali diraih oleh Amerika Serikat semakin menguatkannya untuk beranggapan bahwa dunia berada dalam kepemimpinannya. Masyarakat dunia pun tidak ambil pusing, melainkan memberi dukungan atas pernyataannya tersebut. Dengan berakhirnya Perang Dingin dengan keruntuhan Uni Soviet, menjadikan Amerika Serikat sebagai negara paling kuat dalam bidang militer maupun ekonomi. Sehingga fokus dari ketertarikan para penstudi teori stabilitas hegemoni saat ini adalah kebangkitan Amerika Serikat sebagai negara super power, keberadaan Amerika Serikat sebagai hegemoni, keruntuhan Amerika Serikat dan dampaknya bagi sistem ekonomi internasional. Krisis Global Amerika Serikat Krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat pada awal tahun 2008 menjadi
7

kejadian paling fenomenal pada abad ke-21 ini. Krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat tidak hanya mengakibatkan kerugian bagi negara ini tetapi juga kerugian bagi negaranegara di dunia yang secara tidak langsung telah bergantung kepada Amerika Serikat. Seluruh negara di dunia mengalami kegemparan, ketakutan akan kemerosotan ekonomi yang baru saja dirasakan telah terasa dapat diatasi setelah 10 tahun yang lalu mengalami krisis ekonomi yang dianggap parah. Hal-hal yang disinyalir menjadi penyebab krisis ekonomi Amerika Serikat adalah:16 1. Penumpukan hutang nasional hingga mencapai 8.98 trilyun dollar AS sedangkan PDB hanya 13 trilyun dollar AS; 2. Terdapat progam pengurangan pajak korporasi sebesar 1.35 trilyun dollar yang mengurangi pendapatan negara; 3. Pembengkakan biaya Perang Irak dan Afganistan; 4. CFTC (Commodity Futures Trading Commision) sebuah lembaga pengawas keuangan tidak mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan berjangka dimana ECE juga turut berperan mengdongkrak harga minyak hingga lebih dari USD 100/barel 5. Subprime Mortgage: Kerugian surat berharga property sehingga membangkrutkan Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock, UBS, Mitsubishi UFJ. 6. Keputusan suku bunga murah yang mendorong spekulasi. Semua negara dunia sekarang ini berusaha agar imbas dari krisis ekonomi Amerika Serikat tidak menghempaskan perekonomian dunia seperti Great Depression yang terjadi pada tahun 1927. Berbagai kerja sama internasional dan regional digalang untuk menyelesaikan masalah ini. Walau demikian, krisis ekonomi global ini diramalkan akan tetap berlangsung hingga tahun 2010 atau bahkan lebih parah di tahun-tahun selanjutnya jika penanganan yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Krisis Global dan Teori Stabilitas Hegemoni Mengkaji hubungan antara teori stabilitas hegemon dengan krisis global yang dialami oleh negara Amerika Serikat, merupakan sebuah hal yang kompleks. Tidak hanya mengkaji
16Kompas 27 Januari 08

tentang bagaimana perekonomian Amerika hingga mengalami kemerosotan, namun juga bagaimana dampak dari krisis global ini bagi Amerika Serikat sendiri dan bagi negara-negara yang bergantung kepadanya serta ketidakstabilan sistem internasional dikarenakan ketidakmampuan dari hegemon untuk menciptakan pasar yang terbuka dan stabil. Perspektif realis berkenaan dengan teori stabilitas hegemoni mencenderungkan dirinya kepada negara sebagai aktor yang menentukan keberlangsungan dari sistem internasional. Keberadaan hegemoni dalam sistem internasional yang anarki menciptakan perekonomian internasional yang lebih terbuka dan kondusif dikarenakan adanya sebuah kekuatan dominan yang mengatur. Hingga saat ini, Amerika Serikat dianggap sebagai hegemoni yang memiliki kekuasaan dominan dalam percaturan sistem internasional. Ketergantungan yang terjalin antarnegara-negara di dunia dengan sumberdaya yang dimiliki Amerika Serikat menciptakan hubungan yang semakin kompleks dalam sistem internasional itu sendiri. Akibat dominasi dari Amerika Serikat, negara-negara berkembang dan terbelakang mau tidak mau harus patuh terhadap semua kebijakan yang dibuat oleh negara tersebut baik melalui bujukan ataupun pemaksaan. Rezim yang dihasilkan melalui hegemoni ini semakin menguatkan posisi Amerika Serikat sebagai super power. Walaupun demikian, posisi sebagai hegemon yang diambil oleh Amerika Serikat mampu menciptakan ketertiban dalam sistem internasional. Dalam berbagai hal, Amerika Serikat berusaha menciptakan pasar yang terbuka dan stabil sebagai bentuk komitmennya menjadi negara hegemon. Jauh sebelum jurang kehancuran menghampiri Amerika Serikat, keruntuhan dari hegemoni negara ini telah diramalkan sebelumnya. Penstudi hubungan internasional seperti Robert Gilpin, memberikan pemaparan yang fenomenal mengenai jatuh bangun negara ini serta ramalannya akan masa depan Amerika Serikat melalui bukunya yang berjudul The Political Economy of International Relation (1987). Gilpin menyimpulkan bahwa periode hegemoni Amerika Serikat akan berakhir dan Jepang muncul sebagai pemegang potensial hegemoni dalam hubungan internasional. Melalui teori stabilitas hegemoni ia mampu meramalkan hal demikian dikarenakan teori ini merupakan pendekatan historikal. Ia mengkaji fenomena-fenomena yang pernah terjadi sebelumnya di masa lampau kemudian mesinkronisasikan dengan realita yang terjadi sekarang ini. Amerika Serikat setelah Perang Dunia I merupakan negara yang paling berpengaruh
9

dalam sistem internasional. Pada saat itu, Eropa mengalami kehancuran besar-besaran setelah terjadinya perang. Industri tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya, pasar tidak cukup kondusif untuk menyalurkan faktor produksi, dan pemerintahan masih berusaha untuk membangun negaranya sesudah kehancuran. Pada saat itu, muncullah Amerika Serikat sebagai negara yang telah memiliki kemajuan teknologi dan kelimpahan produksi. Ketika negara-negara di Eropa kekurangan bahan mentah dan tenaga kerja akibat perang, Amerika Serikat tidak mengalami kekurangan apapun karena ketidaksertaannya dalam perang tersebut. Ketika negara-negara di Eropa sibuk berperang, Amerika Serikat tetap sibuk memproduksi barang-barang kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhannya, negara-negara di Eropa mengimpor semua kebutuhan hidupnya dari Amerika Serikat. Kemakmuran tak pelak lagi diperoleh Amerika Serikat, menjadikannya sebagai hegemoni global. Kekayaan penduduknya melebihi rata-rata kekayaan penduduk lainnya di belahan negara manapun. Namun keadaan ini tidak berlangsung lama ketika terjadi Great Deppression dan Perang Dunia II meletus. Masalah internal yaitu kurangnya konsumsi dari produksi yang berlebihan mengakibatkan kerugian di berbagai sektor produksi dan keadaan eksternal yang tidak memungkinkan pasar untuk terbuka dan stabil karena Perang Dunia II menyulitkan negara ini untuk mengekspor hasil produksi. Pengaruh dari Amerika berkurang dan memasuki masa suram. Teori stabilitas hegemoni melihat ini dikarenakan ketidaksiapan dari Amerika Serikat untuk menanggung beban sebagai negara dominan dalam sistem internasional. Menurut Gilpin, faktor internal dan eksternal yang tidak bersahabat tersebut muncul Amerika Serikat telah mengganggu keutuhan ekonomi liberal antarnegara. Amerika Serikat terlalu serakah dalam hal kekayaan sehingga terus memproduksi barang dalam jumlah besar tanpa memikirkan pasar yang tidak kondusif. Ia terlalu berharap akan laba yang tinggi dengan memaksakan keadaan yang tidak kondusif sedangkan negara tersebut tidak siap untuk mengantisipasi faktor eksternal yang mungkin terjadi. Negara yang besar sekalipun jika tidak memiliki pondasi yang kokoh akan hancur seiring waktu. Anggapan Gilpin bahwa Jepang mampu untuk menggantikan dominasi dari Amerika Serikat dikarenakan ia melihat kekuatan ekonomi Jepang yang lebih stabil daripada Amerika Serikat jika terjadi guncangan ekonomi kembali. Pada tahun 1980an, Amerika Serikat menjadi negara peminjam utama sementara Jepang telah menanamkan nilai surplus kapitalnya dalam jumlah besar yang diinvestasikan ke Amerika Serikat. Walaupun Jepang mengalami

kehancuran setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat membantu pemulihan perekonomian Jepang sehingga mengalami kemajuan yang pasti. Sementara jumlah uang yang dikeluarkan Amerika Serikat untuk melawan Uni Soviet pada masa itu menimbulkan kesulitan bagi Amerika untuk menjaga kemampuannya bersaing sekaligus menjaga eksistensinya sebagai hegemoni. Pada awal tahun 2008, Amerika Serikat kembali mengalami guncangan dengan krisis ekonomi yang melanda. Berbagai faktor internal kembali meruak sebagai penyebab dari kegagalan pasar di Amerika. Keserakahan para pemilik modal untuk memperoleh laba yang semakin besar dari hari ke hari malah menekan perekonomian Paman Sam ini. Tak pelak lagi, perekonomian Amerika jatuh dan menggoyahkan statusnya sebagai negara hegemon. Tidak hanya perekonomian Amerika Serikat saja yang jatuh, melainkan perekonomian seluruh negara d dunia diakibatkan ketergantungan yang telah dibentuk oleh Amerika terhadap negara-negara di dunia. Jatuhnya perekonomian Amerika Serikat ini merupakan bentuk penurunan dari hegemon yang mengakibatkan penutupan pasar, ketidakstabilan, dan penciptaan kompetisi blok-blok regional. Tetapi, teori Gilpin yang kontroversial sepertinya tidak berhasil walaupun telah terjadi guncangan ekonomi seperti yang diharapkannya. Jepang dan Uni Eropa yang merupakan sekutu dari Amerika Serikat ikut mengalami kepahitan dari imbas krisis global. Sebelumnya Jepang dipandang sebagai yang relatif kebal terhadap krisis gobal, ternyata ekonomi Jepang telah menjadi salah satu korban terparah dari krisis ekonomi global terburuk dalam satu dasawarsa terakhir. Perekonomian Jepang dari hari ke hari mengalami kemerosotan. Pemerintah Jepang pada 22 Maret 2009 mengatakan bahwa ekonomi negara itu sedang berada dalam krisis terdalam sejak Perang Dunia II, setelah mengalami kemerosotan ekonomi tahunan sebesar 12,7% pada kuartal terakhir 2008, kinerja terburuk dalam hampir 35 tahun.17 Kemerosotan perekonomian yang dialami oleh Jepang merupakan bukti bagaimana ketergantungan terhadap hegemoni menjadi titik tolak keberhasilannya atau keruntuhannya. Sejak berakhrirnya Perang Dunia II, Jepang menjadi salah satu negara yang bergantung kepada kebaikan Amerika Serikat. Negara yang telah hancur lebur akibat pemboman atom tidak akan mudah membangun negaranya kembali tampa campur tangan pihak ketiga. Dengan
17 NN. 2009. Alamak! Jepang Kian Sekarat. Melalui <http://www.inilah.com/rubrik/ekonomi/makro.html>[29/03/09]

11

segala bantuan yang diberikan oleh Amerika dan investasi yang ditanamkan di Negeri Sakura tersebut, Jepang menjadi salah satu negara yang disegani di Kawasan Asia. Tetapi, ketergantungan ekonomi yang dimiliki oleh Jepang terhadap Amerika juga memberikan dampak buruk dimana kala Amerika mengalami krisis moneter. Saham-saham milik perusahaan multinasional yang berada di Amerika Serikat turut ambruk begitu gelombang krisis ekonomi melanda seperti yang dialami oleh Mitsubishi UFJ. Pada akhirnya, teori stabilitas ekonomi ini harus dikembalikan kepada akarnya. Pandangan Gilpin yang kontroversial telah mengalami penyimpangan yang jauh. Yang sebenarnya terjadi sekarang ini adalah jika terjadi kegagalan pada negara hegemon akan mengakibatkan kehancuran pasar dan ketidakstabilan dari politik dunia. Kehancuran perekonomian Amerika Serikat telah menciptakan kehancuran perekonomian negara-negara di seluruh dunia melalui efek domino yang tak terbayangkan. Ketika krisis global tahun 1997, yang mengalami imbas paling parah adalah kawasankawasan di benua Asia. Dampak yang dirasakan oleh negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tidaklah begitu dahsyat. Bahkan krisis global yang terjadi pada tahun tersebut semakin memantapkan eksistensi Amerika serikat dalam perekonomian internasional. Berbagai negara termasuk Indonesia disubsidi oleh Amerika Serikat dan sekutunya guna memulihkan kemerosotan perekonomian domestik. Sekarang, negara tersebut mensubsidi diri mereka sendiri tanpa kejelasan seberapa besar jumlah subsidi yang harus dikeluarkan negara untuk memulihkan perekonomian negaranya sendiri. Sesuai dengan inti teori stabilitas hegemoni, hubungan regional antarnegara semakin kuat dengan ketidakmampuan hegemon untuk menciptakan pasar yang terbuka dan stabil. Uni Eropa sebagai institusi regional semakin menguatkan proteksi terhadap perekonomian negaranegara anggotanya. Berbagai suntikan dana dan pembuatan kebijakan sehubungan dengan moneter diambil untuk memulihkan kembali perekonomian di negara-negara anggota. Tidak hanya Uni Eropa, ASEAN yang tampak diam-diam saja dalam satu dekade ini, semakin memperjelas kedudukannya di kawasan Asia Tenggara. Pada penutupan ASEAN summit di Hua Hin, Thailand, para pemimpin ASEAN menyambut peningkatan kebijakan makroekonomi, termasuk stimulus fiskal, pelonggaran kebijakan moneter, mempermudah akses kredit termasuk trade financing, dan langkah-langkah untuk mendukung sektor swasta

guna menstimulasi permintaan domestik.18 Yang menjadi perhatian, apakah dominasi dari Amerika Serikat akan berlanjut? Melalui analisis rezim dari teori stabilitas hegemoni, jauh sebelum kehancurannya sekarang ini, Amerika Serikat telah membentuk berbagai rezim yang sulit untuk dihapuskan. Hal ini memberikan peluang bagi Amerika Serikat untuk tetap memegang kendali di tahuntahun berikutnya. Melalui Bretton Wood System, Amerika Serikat telah menciptakan satuan mata uang dunia yaitu mata uangnya sendiri, US Dollar. Telah puluhan dekade masyarakat dunia menggunakan US Dollar sebagai satuan mata uang. Uang yang disimpan dalam bentuk investasi atau deposito di bank-bank internasional memiliki satuan mata uang US Dollar. Upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat untuk memberikan kemudahan dalam memperoleh US Dollar, semakin memantapkannya sebagai mata uang internasional. Walaupun di daerah Eropa telah menggunakan Euro sebagai satuan dalam transaksi internasional, masih dapat ditemui penggunaan US Dollar ketika dibentuk kesepakatan untuk kerjasama. Setiap transaksi internasional dihitung dengan satuan US Dollar. Tidak akan mudah jika masyarakat dunia berniat untuk mengganti mata uang yang selama ini telah dipakai dengan mata uang lain sekalipun telah dibentuk kesepakatan penggunaan mata uang global. Selain itu, dengan kemenangannya pada Perang Dingin, Amerika Serikat telah melebarkan sayap ideologi demokrasi ke berbagai penjuru dunia. Hampir seluruh negara di dunia menganut nilai-nilai demokrasi dengan Amerika Serikat sebagai percontohannya. Tidak pelak lagi jika setiap kebijakan luar negeri bahkan kebijakan domestik yang diambil oleh Amerika Serikat akan mempengaruhi kebijakan negara-negara lainnya di dunia. Satu hal yang patut digarisbawahi, hegemoni bukanlah suatu yang stabil, goncangangoncangan yang terjadi bisa melumpuhkan negara dominan kapan saja. Krisis global ini memberikan contoh bahwa keberadaan suatu negara sebagai hegemon bisa bergeser dengan kemunculan faktor eksternal dan internal yang tidak diduga. Walaupun demikian, hegemoni tetaplah harus ada. Tanpa hegemoni, sistem internasional anarki tidak akan dapat diimbangi. Negara akan saling berebut kekuasaan demi mengejar kepentingan negaranya masing-masing sehingga tatanan dunia tidak akan kondusif untuk mencptakan keterbukaan dan kestabilan
18 NN. 2009. Inilah Langkah ASEAN Hadapi Krisis. Melalui <http://www.inilah.com/rubrik/ekonomi/makro.htm>[24/03/09]

13

pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Andrew Heywood. 1997. Politics. London: Bath Press. Galen Smith. 2008. Theory, Structure, and Hegemony. John Baylis dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics. An Introduction to International Relation. Oxford: Oxford University Press Martin Griffith. 2001. Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Barry Eichengreen. Hegemonic Stability Theory and Economic Analysis: Reflections on Financial Instability and the Need for an International Lender of Last Resort. Institute of Business and Economic Research, Center for International and Development Economics Research (University of California, Berkeley) Paul Starobin. 2004. The Theory of Hegemonic Stability. Melalui <http://nationaljournal.com/about/njweekly/stories/2006/1201nj1.htm>[23/02/09] Helen Milner, "International Political Economy: Beyond Hegemonic Stability," Foreign Policy, No. 110, Spring 1998. Melalui <http://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/hegstab.htm>[23/03/09] Rizki S. Saputro. 2007. Pencapaian-Pencapaian Ekonomi Politik Internasional. Melalui < http://id.wordpress.com/tag/wacana-dan-pemikiran-barat/>[26/03/09] Harry W. S. 2005. Pengantar Hegemoni. Melalui <http://synaps.wordpress.com>[24/03/09] NN. 2009. Alamak! Jepang Kian Sekarat. Melalui <http://www.inilah.com/rubrik/ekonomi/makro.html>[29/03/09] NN. 2008. Teori Hegemoni. Melalui <http://utchanovsky.com/2008/08/teorihegemoni.htm>[24/03/09] NN. 2009. Inilah Langkah ASEAN Hadapi Krisis. Melalui <http://www.inilah.com/rubrik/ekonomi/makro.htm>[24/03/09] Hegemony.pdf Kompas 27 Januari 08
15

You might also like