You are on page 1of 7

TUGAS BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

Kelompok 1 : Kohesi-Koherensi Anggota : Bremi Asih Pertiwi 1110412030 1110412031 1110412040 1110412038 1110412001

Choirun Nisa Rahmawati Dewi Amelia Ratna Budi Pertiwi Made Tya Gita.V.

FISIP Hubungan Internasional Kelas H


1

/ AC

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami yang membuatnya dan juga bagi yang membacanya. Dibuatnya makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang telah membantu dan memberikan semangat kepada kami. Sesungguhnya kami telah berupaya menyusun dan membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya. Meskipun demikian kami sadar tentu masih ada kekurangan dalam makalah ini. Kami mohon maaf jika makalah ini belum mencapai sempurna, terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 17 desember 2011

Penyusun

A. Kepaduan Bentuk (Kohesi)

Suatu paragraf adalah kohesif apabila pada paragraf itu dioptimalkan pemakaian penandapenanda hubungan antarkalimatnya. Adapun fungsi utamanya adalah memadukan hubungan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Penanda hubungan antarkalimat itu mencakup lima hal, yakni: 1. Hubungan penunjukkan yang ditandai oleh kata-kata itu, ini, tersebut, berikut, tadi. 2. Hubungan pergantian ditunjukkan oleh kata-kata: saya, kami, kita, engkau, anda, mereka, ia: bentuk ini--itu dan sejenisnya dapat pula berfungsi sebagai penanda hubungan bergantian. 3. Hubungan pelesapan ditandai oleh penggunaan kata sebagian, seluruhnya. 4. Hubungan perangkaian, ditandai oleh kata dan, lalu, kemudian, akan tetapi, sementara itu, selain itu, jadi, akhirnya, namun, demikian. 5. Hubungan leksikal, diperoleh dengan cara memilih kosakata yang serasi,
misalnya pengulangan kata yang sama, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, dan ekuivalen. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek leksikal kohesi, antara lain a. pengulangan kata yang sama : pemuda pemuda b. sinonim : pahlawan pejuang c. antonim : putra putri d. hiponim : angkutan darat kereta api, bis, mobil e. kolokasi : buku, koran, majalah media massa

Apabila koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu. Contoh (1): Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985,
3

kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton. Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti berikut ini. Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton. Contoh (2) : Perkuliahan Bahasa Indonesia acapkali membosankan sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal itu disebabkan bahan kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu, mahasiswa sudah mempelajari Bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari Bahasa Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diiberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersenndiri bagi para pengajar Bahasa Indonesia. Untuk menghubungkan informasi antarkalimat Dalam wacana di atas digunakan kata hal itu, di samping itu, dan akibatnya. Kata-kata pengingat ide itu dapat dilihat dengan jelas. Oleh sebab itu, kata-kata itu disebut penanda katon atau pengingat formal. Kohesi ditentukan oleh hubungan yang tampak antarbagiannya. Hubungan yang ditandai dengan menggunakan alat kohesi yang berupa penanda formal belum menjamin tersusunnya wacana yang baik. Agar wacana kohesif itu baik, perlu dilengkapi dengan koherensi. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, dan wacana itu terdiri dari kalimat-kalimat. Sehubungan dengan hal tersebut, Tarigan (1987: 96) mengatakan bahwa kohesi atau kepaduan wacana merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan kata lain, bahwa
4

kepaduan wacana merupakan organisasi sintaktik, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti pula bahwa kepaduan wacana ialah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky dalam Tarigan, 1987: 96).
B. Kepaduan Makna (koherensi)

Suatu paragraf adalah koheren apabila informasi yang terdapat pada kalimat yang satu berhubungan erat dengan kalimat lainnya, keeratan hubungan antara kalimat-kalimat tersebut ditandai oleh penanda pertalian makna antarkalimat. Adapun pertalian makna antarkalimat dalam paragraf sedikitnya mencakup sepuluh macam, yakni: 1. Pertalian penjumlahan ditandai oleh penggunaan di samping, selain itu, selain daripada itu, kecuali itu, lagi pula. 2. Pertalian perurutan ditandai oleh penggunaan lalu, kemudian. 3. Pertalian pertentangan ditandai dengan ungkapan sebaliknya, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, walaupun demikian. 4. Pertalian lebih ditandai oleh ungkapan malah, malahan, apalagi, lebih-lebih, bahkan. 5. Pertalian sebab-akibat ditandai oleh ungkapan oleh karenanya, karena itu, oleh sebab itu, maka, akibatnya. 6. Pertalian waktu ditandai oleh ungkapan setelah itu, ketika itu, sebelum itu, sejak itu. 7. Pertalian syarat ditandai oleh ungkapan jika demikian, apabila demikian, apabila begitu. 8. Pertalian cara ditandai oleh ungkapan dengan demikian, dengan begitu, dengan cara begitu. 9. Pertalian kegunaan ditandai oleh ungkapan untuk itu. 10. Pertalian penjelasan ditandai oleh ungkapan misalnya, contohnya Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
5

Contoh: Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Radio adalah media alat elektronik yang banyak didengar di masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif. Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal. C. Menyusun Paragraf yang Kohesif dan Koheren Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang digunakan oleh seorang pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Oleh karena itu, menyusun paragraf yang kohesif dan koherensif berarti harus memenuhi kriteria ciri-ciri paragraf yang efektif seperti yang dijelaskan pada penjelasan sebelumnya. Untuk memenuhi karakteristik tersebut, langkah-langkah menyusun paragraf yang baik adalah sebagai berikut. a.Menentukan kalimat topik. b.Menentukan Kalimat penjelas. c.Menentukan kalimat-kalimat pengembang. d.Menentukan kalimat kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Webite : http://aricinta-indonesia.blogspot.com/2010/11/kohesi-dan-koherensi-dalamparagraf.html http://kemassamawimultiproduction.blogspot.com/2009/05/p aragraf_599.html


http://andipraz.wordpress.com/2009/08/25/kohesi-dankoherensi-dalam-paragraf/

You might also like