You are on page 1of 2

Metode berpikir ilmiah Metode berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos, yang berarti cara atau jalan

yang ditempuh. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, makna dari metode yakni Cara teratur yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan. Dari sini kita dapat mengetahui, metode merupakan kata yang mendeskripsikan segala sesuatunya dilakukan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pikir adalah akal budi; ingatan atau anganangan. Berpikir merupakan kata kerja dari pikir yang berarti melakukan kegiatan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu atau mempertimbangkan sesuatu. Dari berpikir akan menghasilkan buah pikiran yang disebut pemikiran. Ilmiah berarti keilmuan. Dalam konteks ilmiah segala sesuatunya dipertimbangkan secara objektif, rasional, dan saintifik. Pemikiran ilmiah seringkali bersifat dalam dan sulit untuk dipahami. Namun, dalam konteks ilmiah juga terdapat ilmiah populer. Maksudnya adalah bersifat ilmu, tetapi menggunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Biasanya ilmiah populer ini berkaitan dengan penelitian atau karya ilmiah yang dijadikan artikel agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam. Jadi apa yang dimaksud dengan metode berpikir ilmiah? Apakah kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari, serta mengapa kita perlu untuk memahaminya? Melalui artikel ini, saya akan mengkaji agar lebih mudah dipahami. Dari setiap kata dalam frasa tersebut, yakni
metode berpikir ilmiah, secara kasar kita dapat meraba bahwa maknanya adalah suatu cara untuk mempertimbangkan, dan mempergunakan akal budi untuk menghasilkan buah pemikiran yang bersifat keilmuan. Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa kita harus mampu menguasai metode berpikir ilmiah? Mengapa ini sangat penting sehingga kita bahas di sini? Alasan pertama yang paling mendasar ialah manusia merupakan makhluk yang berbeda satu-sama lainnya. Tidak ada satu manusia yang benarbenar sama dengan manusia lainnya. Kecenderungan ini acap kali menimbulkan biasa dalam pemikiran. Pemikiran antara manusia yang satu dengan yang lainnya terkadang bersinggungan karena faktor rasa dan komunikasi. Perbedaan-perbedaan cara ini mungkin dapat menimbulkan kesalah pahaman antar pribadi yang satu dan lainnya. Berpikir ilmiah merupakan salah satu cara untuk melihat sesuatu secara obyektif dan rasional sehingga tidak terjadi bias pemikiran antara satu orang dengan orang yang lainnya. Dengan berpikir secara obyektif, kita sebagai manusia dipaksa untuk tidak mencampur-adukkan perasaan kita dengan fakta yang ada terhadap suatu kejadian. Salah satu contohnya, ketika mencuatnya kasus pemakan mayat Sumanto, tidak sedikit masyarakat yang takut terhadap Sumanto. Berdasarkan rasa yang diterima oleh masyarakat, masyarakat beranggapan Sumanto bersalah dan patut dikucilkan, harus diasingkan, dikurung, dan masih banyak lainnya. Jika kita berpikir secara ilmiah, tentunya dapat kita lihat kelakuan tersebut tidak sepenuhnya karena kesalahan Sumanto. Hal tersebut terjadi karena rusaknya kondisi mental Sumanto merupakan penyebabnya. Dari ranah psikologi, kita dapat mengkaji ulang, ketidak-normalan tersebut bukan sepenuhnya salah Sumanto. Sebagai pribadi yang labil, Sumanto memiliki dorongan dan tekanan psikologis yang membuat bias pemikiran yang membuat dirinya melakukan segala sesuatunya secara tidak sadar.

Namun berpikir ilmiah tidak dapat dilakukan semudah itu. Meski sejak kecil orang, terutama mahasiswa telah diajar untuk berpikir secara logis-empiris, namun tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Oleh karena itu munculah metode berpikir ilmiah. Ini merupakan cara yang memudahkan orang-orang untuk mempelajari dan menguasai berpikir ilmiah. Untuk membantu berpikir ilmiah, terdapat sebuah rumusan, yakni logico-hypotetico-verificatif. Artinya, sesuatu yang benar itu haruslah logis dan didukung data empiris. Metode berpikir ilmiah merupakan alur berpikir yang mampu memberikan pedoman bagi kita untuk memecahkan masalah dengan pemikiran yang obyektif. Ada dua cara untuk membuat intrepretasi berpikir ilmiah. Ketika menalar suatu masalah dengan dua pola berpikir yakni induktif, dan deduktif. Berpikir secara induksi berarti kita membuat kesimpulan umum dari kasus-kasus yang bersifat umum. Sebaliknya pada pemikiran deduksi, kita akan menarik kesimpulan khusus yang berpangkal dari pernyataan umum. Terdapat beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam metode berpikir ilmiah. Pertama kita harus memilih dan mendefinisikan suatu masalah berdasarkan fakta dan bebas prasangka. Hal ini harus demikian karena prasangka bersifat bukan fakta, namun kemungkinan yang belum tentu nyata tidaknya. Kedua, kita harus melakukan survei atas kebenaran data-data tersebut, lalu menyusun kerangka hipotesis. Dari analisa tersebut kita dapat mengujinya menggunakan prinsip-prinsip analisis dan ukuran obyektivitasnya. Ketiga, kita dituntut untuk melakukan interpretasi ulang atas hasil analisis tersebut, lalu yang terakhir, kita harus membuat kesimpulan dari hasil hipotesis tersebut. Pada hakekatnya dalam penalaran yang berkaitan erat dengan rasionalisme dan empirisme selalu terdapat kebenaran yang relatif. Setiap pribadi manusia harus mampu mengakui terdapat kebenaran mutlak yang tidak mungkin bisa dijangkau. Namun, dengan berpikir ilmiah, kita mampu membuat keputusan-keputusan rasional yang akan sangat membantu kehidupan masyarakat kita.

You might also like