You are on page 1of 12

4.1.3Kinerja dan Stabilitas Berdasarkan Jenis Membran 4.1.3.

1 Kinerja dan Stabilitas Membranpada Aliran Pressure driven inside Pada penelitian ini digunakan dua jenis membran yaitu membran PES original dan membran PES/PVP yang telah dimodifikasi dengan penambahan aditif. Penambahan aditif ini bertujuan untuk mengubah struktur morfologi membran dan meningkatkan hidropilisitas dari membran PES tersebut. Perubahan ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan stabilitas tersebut. dari membran

Perbandingan antara dua jenis membran tersebut dapat di lihat pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Hubungan Kinerja dan Stabilitas Membrandengan Waktu pada tipe aliran Pressure Driven Inside Dari Gambar di atas telihat bahwa mebran PES/PVP yang telah

dimodifikasi memiliki kinerja yang lebih baik dengan PES original. PES/PVP memilki nilai permeabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan PES original. Hal ini mengindikasikan fungsi dari additif sebagai agen pembentuk pori dan dapat meningkatkan hidropilisitas dari membran

tersebut. Meningkatnya hidropilisitas akan meningkatkan kinerja dan stabilitas Membran dari membran tersebut. Dengan seiring berjalannya waktu maka nilai permeabilitas akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena terjadinya fouling pada kedua jenis membran. Jumlah permeat semakin lama akan menurun pada pengoprasian setelah 2 jam karena jenis aliran yang digunakan adalah pressure driven inside. Pada jenis aliran ini tekanan yang diberikan pada membran memilki luas permukaan kontak yang lebih besar karena umpan yang diberikan tekanan mengalir secara langsung dalam membran. Dari gambar di atas dapat kita lihat pada awal pengoperasian PES original memiliki nilai permeabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai PES/ PVP. Nilai PES original adalah 95,307 L/m2.h.atm sedangkan pada membran PES/PVP yang telah dimodifikasi memilki nilai yang jauh di atasnya yaiutu 179,99 L/m2.h.atm

4.1.3.2Kinerja dan Stabilitas MembranAliran Pressure Driven Outside Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada aliran Pressure Driven Outside membran yang akan dioperasikan dimasukan ke dalam modul terlebih dahulu. Karena membran dimasukkan terlebih dahulu ke dalam sebuah modul, maka aliran umpan yang diberikan tekanan tidak secara langsung berkontak dengan membran. Hasil pengoperasian selama 3 jam dapat kita lihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Hubungan Kinerja dan Stabilitas Membran dengan Waktu pada tipe aliran Pressure Driven Outside

Dari Gambar di atas terlihat bahwa dengan berjalannya waktu maka nilai permeabilitas akan semakin menurun, hal ini disebabkan karena terjadinya fouling dan polarisasi konsentrasi. Fenomena ini disebabkan karena semakin lama waktu akan terjadi penumpukan material pada permukaan membran, material ini semakin lama akan meyebabkan pori-pori membran tertutup dan terjadi fouling yang akhirnya menurunkan permeabilitas dari membran tersebut. Jumlah permeat yang dihasilkan pada PES original lebih kecil dibandingkan dengan PES/PVP yang telah dimodifikasi karena membran yang telah dimodifikasi memiliki daya rejeksi yang lebih baik dibandingkan dengan membran yang original. Penambahan aditif menyebabkan membran tersebut memiliki struktur pori yang dapat melewatkan lebih banyak komponen yang tidak diinginkan. Jumlah permeat yang dihasilkan pada pengambilan sample pertama pada waktu 10 menit adalah 98,663 L/m2.h.atm untuk membran PES original dan sedangkan PVP memiliki kinerja yang lebih baik dengan menghasilkan jumlah permeat sebesar 177,71 L/m2.h.atm. Kestabilan dari membran aditif dapat kita lihat padawaktu pengoperasian berlangsung pada 100 menit . pada membran yang telah ditambahkan aditif dalam proses pembuatannya masih tetap dapat menghasilkan jumlah permeat sebesar 155,01 L/m2.h.atm sedangkan untuk

membran PES original yang belum dimodifikasi hanya 72,446 L/m2.h.atm. dari nilai ini dapat terlihat bahwa penambahan aditif dapat meningkatkan Kinerja dan Stabilitas Membran dari membran tersebut.

4.1.4Kinerja dan Stabilitas Membran Berdasarkan Jenis Aliran 4.1.4.1Kinerja dan Stabilitas Membran PES Original Untuk menguji kinerja atau stabilitas membran dilakukan ultrafiltrasi dengan menggunakan larutan humic acid 100 ppm. Ultrafiltrasi dilakukan terhadap 2 jenis aliran yaitu; Pressure Driven Inside (PDI) dan Pressure Driven Outside (PDO). Pada Pressure Driven Inside tekanan yang diberikan langsung berkontak dengan membran, sedangkan pada Pressure Driven Outside membran yang akan diaplikasikan dengan metode ultrafiltrasi dimasukkan terlebih dahulu ke dalam sebuah modul. Dari gambar 4.5 dapat kita lihat kinerja dari membran PES original dan PES/PVP dalam waktu pengoperasian selama 3 jam.

Tekanan yang digunakan adalah 0,3 atm dengan kecepatan putara pompa sebesar 10 rpm

Gambar 4.5 Hubungan Kinerja dan Stabilitas Membran dengan Waktu pada Membran PES original Dari Gambar 4.5 di atas terlihat bahwa membran PES original di aliran pressure driven outside memiliki jumlah permeat yang lebih besar dibandingkan dengan PES original pada aliran pressure driven inside yaitu sebesar 98,663 L/m2.h.atm sedangkan untuk aliran PDO sedangkan untuk nilai pada aliran PDI adalah sebesar 95,307 L/m2.h.atm. Namun seiring dengan berjalannya waktu maka jumlah permeat yang dihasilkan akan menurun untuk tiap aliran. Tetapi perbandingan utuk jumlah permeat yang dihaasilkan pada kedua aliran akan mengalami perbedaan dibandingkan dengan pengoperasian awal. Terlihat pada menit ke-90 membran PES original pada aliran PDI memiliki jumlah permeat sebesar 76,947 L/m2.h.atm dan 73,944 L/m2.h.atm untuk aliran PDO. Disini terlihat bahwa aliran PDO lebih cepat mengalami fouling dibandingkan dengan PDI. Lapisan fouling ini dapat menghambat filtrasi. Foulant akan terakumulasi pada permukaan membran karena bisa lolos dalam perpindahan massa pada saat prses ultrafiltrasi berlangsung. Akibatnya fuling ini akan mengurangi efektivitas membran. (Erika, 2010) 4.1.4.2 Kinerja dan Stabilitas Membran PES/PVP Membran PES/PVP adalah membran yang telah mengalami modifikasi karena penambahan aditif pada proses pembuatannya.

Gambar 4.5 Hubungan Kinerja dan Stabilitas Membran dengan Waktu pada Membran PES/PVP Dari Gambar di atas terlihat bahwa PES/PVP pada aliran PDO

memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan aliran PDI yaitu sebesar 175,88 L/m2.h.atm sedangkan PES/PVP pada aliran PDI adalah sebesar 171,99 L/m2.h.atm. Hal ini disebabkan karena pada proses PDI tekanan yang diberikan sebagai gaya dorong memiliki luas kontak yang lebih besar dibandingkan dengan pada aliran PDO hal ini menyebabkan membran yang telah dimodifikasi tersebut mengalami fouling karena adanya polarisasi konsentrasi pada permukaan membran. 4.1.5Observasi Daya Rejeksi (Rejection Observation) Kinerja membran dapat dilihat dari daya rejeksi membran. Pengukuran daya rejeksi untuk air biasanya digunakan humic acid sebagai parameter untuk mengetahui kemampuan membran tersebut. Humic acid dengan konsentrasi 100 ppm dilewatkan melalui membran kemudian di ukur absorbansinya untuk mengetahui konsentrasi humic acid setelah melewati membran.

Gambar 4.5 Hubungan antara Waktu dengan Daya Rejeksi humic acid pada membran Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa daya rejeksi membran sangat baik karena dapat merejeksi lebih dari 90% humic acid yang melewatinya. Daya rejeksi terbilang stabil selama penelitian. Membran yang sudah dimodifikasi memiliki daya rejeksi yang lebih baik dibandingkan dengan membran yang belum dimodifikasi. Hal ini disebabkan karena membran yang telah dimodifikasi memilikifingerlike yang lebih panjang yang membuat membran tersebut lebih efektif. Fingerlike yang lebih besar menyebabkan membran tersebut memiliki pori yang lebih besar namun memiliki lapisan kulit (skin layer) yang lebih tebal dibandingkan dengan dengan PES original yang belum ditambahkan aditif dalam proses pembuatannya. Untuk lebih jelas mengenai bentuk pori dapat di lihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7

4.2 Morfologi Membran

Dampak dari penambahan aditif dapat di lihat dari struktur morfologi membran yang terbentuk. Aditif berfungsi sebagai modifying agent dan pore forming agent. Morfologi membran di amati dengan SEM (Scanning Electron Microscope). Morfologi membran berubah dengan ada tidaknya aditif. Gambar 4.6 menunjukkan hasil SEM untuk PES original dan PES/PVP.

(a) PES

(b) PES/PVP Gambar 4.6 Gambar SEM membran hollow Fiber PES original dan PES/PVP. Kiri: Cross section; kanan: pembesaran dari cross section

Dari Gambar di atas dapat dilihat perbedaan karakteristik morfologi membran PESoriginal dan PES/PVP. Penambahan zat aditif pada larutan menambah struktur fingerlike macrovoiddi dalam struktur membran hollow fiber. Penambahan aditif menyebabkan struktur fingerlike bertambah banyak dan memanjang. Struktur morfologi membran PES original berbeda dengan Membran PES/PVP. Membran PES/PVP mempunyai struktur yang berpori menyeluruh sehingga kemungkinan terjadinya sumbat (fouling) pada membran lebih lama dibandingkan dengan membran original.

(a) PES

(b) PES/PVP

Gambar 4.7 Gambar SEM membran hollow Fiber PES original dan PES/PVP. Kiri: near inner surface; kanan: near outer surface Gambar memperlihatkan penampakan inner dan outer surfece. Dari sisi luar dan dalam permukaan membran hollow fiber dapat di lihat dengan jelas sponge area yang ada pada membran PES original menghilang ketika ditambahkan aditifpada proses pembuatannya. terbukti bahwa peran aditif adalaha sebagai agen pembentuk pori. Lapisan kulit (skin layer) pada membran juga terlihat lebih tebal pada membran yang telah dimodifikasi hal ini disebabkan karena pada saat pembuatanmembran dan terjadi perubahan fasa ada material aditif yang tertinggal dan mengakibatkan membran tersebut menjadi lebih baik dalam merejeksi material yang tidak diinginkan namun tingkat hidropilisitasnya lebih tinggi.

4.3 Ultrafiltrasi Terhadap Air Sumur Pada penelitian dilakukan pengujian sampel air sumur dari daerah Jeulingke, Banda Aceh, daerah ini terkena dampak tsunami pada tahun 2004 lalu. Sumber Air daerah yang berdampak tsunami diperkirakan sudah tercemar dan tidak bisa dikunsumsi lagi. Sehingga perlu adanya perlakuan khusus untuk menanganinya. Air sumur Jeulingke diambil sampel 5dan di treatment. Sebagian ampel di uji parameternya di Laboratorium kesehatan untuk analisa awal tanpa di pretreatment, dan Sampel lainnya di pretreatment dengan menggunakan kertas saring ukuran 0,4 mm, tujuan pretreatment ini untuk memisahkan zat pengotor yang ukuran partikelnya besar seperti lumut dan pasiryang mungkin saja terkandung di dalam air.Selanjutnya dilakukan proses filtrasi dengan

menggunakan membran Hollow Fiber PES dan PES/PVP, hasil rentetate di analisa lagi di Laboratorium Kesehatan, untuk dibandingkan dengan sampel. Dari tabel 4.1 bisa dilihat, nilai TDS, Chloride, total coliform dan E.coli melebihi baku mutu air minum yang ditetapkan. Setelah di lakukan treatment dengan membran Hollow Fiber PES original dan PES/PVP, TDS bisa diturunkan,

coliform dan bakteri E.coli bisa dihilang, sedangkan chloride bisa diturunkan sangat jauh. Tabel 4.1 Aplikasi PES original dan PES/PVP pada Air sumur yang terkena dampak tsunami Filtrasi dengan Membran Hollow Parameter Unit standar* Sample Fiber Jenis Kualitas Air PES PES/PVP Turbidity mg/l 25 11,8 2,25 2,55 TDS mg/l 1500 5965 1290 1125 pH 6,5-8,5 7 7,55 7,5 (CaCO3) mg/l 500 420 96 156 Chloride mg/l 250 1180 334 305 NO3 mg/l 10 4,9 0,32 1,52 NO2 mg/l 1 0,32 0,05 0,09 Total Coliform 0 0 0 0 E.Coli 0 0 0 0 Standar Parameter diambil dari Permenkes : 902/MENKES/SK/VII/2002

You might also like