You are on page 1of 8

PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI LANDASAN PEMBENTUKAN KARAKTER

A.

Pendahuluan Akhlak yang mulia merupakan cermin kepribadian seseorang, selain itu akhlak yang

mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi. Penilian baik dan buruknya seseorang sangat ditentukan melalui akhlaknya. Akhir-akhir ini akhlak yang baik merupakan hal yang .mahal dan sulit dicari. Untuk membentuk pribadi yang mulia, hendaknya penanaman akhlak terhadap anak digalakkan sejak dini karena pembentukannya akan lebih mudah dibanding setelah anak tersebut menginjak dewasa.

B.

Pengertian Pendidikan Akhlak Istilalah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang berarti

bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut Athiyah al-Abrasyi seperti dikutip Ramayulis, .pendidikan (Islam) adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. Dalam masyarakat Islam sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, talim dan tadib. Istilah tarbiyah menurut para pendukungnya berakarpada tiga kata. Pertama, kata raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al-Rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur. Istilah lain yang digunakan untuk menunjuk konsep pendidikan dalam
1

Islam ialah talim. Talim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan dan hati. Proses talim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam wilayah kognisi semata, tetapi terus menjangkau wilayah psikomotor dan afeksi. Sedangkan kata tadib seperti yang ditawarkan al-Attas ialah pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai tingkatan dan derajat tingkatannya serta tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmani, intelektual, maupun rohani seseorang. Dengan pengertian ini mencakup pengertian ilm dan amal. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa. Perkataan ahklak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia; moral, ethnic dalam bahasa Inggris, dan ethos, ethos dalam bahasa Yunani. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan. Adapaun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Senada dengan hal ini Abd Hamid Yunus mengatakan bahwa akhlak ialah Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan. Menurut Imam Ghazali, dalam kitab ihya ulumuddin, mengatakan akhlak ialah Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ibrahim Anis dalam al-Mu.jam alWasith, bahwa akhlak adalah Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Abuddin Nata dalam bukunya pendidikan dalam persfektif hadits mengatakan bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: 1. Perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang. 2. perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran (unthouhgt). 3. 4. Perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan. Perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara.
2

5.

Perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah.

Dengan demikian dari definisi pendidikan dan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara kontinyu dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

C.

Tujuan Pendidikan Akhlak

Secara umum ada dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan, masing-masing dengan tingkat keragamannya tersendiri. Pandangan teoritis yang pertama beorientasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik. Pandangan teoritis yang kedua lebih berorientasi kepada individu, yang lebih memfokuskan diri pada kebutuhan, daya tampung dan minat pelajar. Sementara itu, pandangan teoritis pendidikan yang berorientasi individual terdiri dari dua aliran, yaitu: 1. berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik agar bisa meraih kebahagiaan yang optimal melalui pencapaian kesuksesan kehidupan bermasyarakat dan berekonomi. 2. lebih menekankan peningkatan intelektual, kekayaan dan keseimbangan jiwa peserta didik. Menurut mereka, meskipun memiliki persamaan dengan peserta didik yang lain, seorang peserta didik masih tetap memiliki keunikan dalam pelbagai segi. Menurut Said Agil tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Hal senada juga dikemukakan oleh Muhammad Athiyah al-Abrasi, beliau mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk orangorang yang bermoral baik, berkemauan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku serta beradab. Dengan kata lain maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan akhlak, yaitu: 1. supaya seseorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

2.

supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis.

D.

Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatanperbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak juga dapat disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong kepada perbuatan baik atau buruk. Adapun perbuatan manusia yang dimasukkan perbuatan akhlak yaitu: 1. Perbuatan yang timbul dari seseorang yang melakukannya dengan sengaja dan dia sadar di waktu dia melakukannya. Inilah yang disebut perbuatanperbuatan yang dikehendaki atau perbuatan yang disadari. 2. Perbuatan-perbuatan yang timbul dari seseorang yang tiada dengan kehendak dan tidak sadar di waktu dia berbuat. Tetapi dapat diikhtiarkan perjuangannya, untuk berbuat atau tidak berbuat di waktu dia sadar. Pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriteria apakah baik atau buruk. Dengan demikian ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika perbuatan tersebut dikatakan baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran normatif. Selanjutnya jika dikatakan sesuatu itu benar atau salah maka yang demikian itu termasuk masalah hitungan atau fikiran. Melihat keterangan di atas, bahwa ruang lingkup pendidikan akhlak ialah segala perbuatan manusia yang timbul dari orang yang melaksanakan dengan sadar dan disengaja serta ia mengetahui waktu melakukannya akan akibat dari yang diperbuatnya. Demikian pula perbuatan yang tidak dengan kehendak, tetapi dapat diikhtiarkan penjagajaannya pada waktu sadar.

E.

Metode Pembelajaran Akhlak Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa

ada tiga tahapan yang harus dilalui dan dicapai, yaitu: 1. Moral Knowing Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran akhlak, yaitu: Siswa mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela. Siswa memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan. Siswa mengenal sosok Nabi Muhamad saw sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadits-haditsnya.

2.

Moral Loving Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilainilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata kepada dirinya sendiri, "Iya, saya harus seperti itu" atau "Saya perlu mempraktekkan akhlak ini" . Untuk mencapai tahapan ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang menyentuh hati, modeling, atau kontemplasi. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu kekurangan-kekurangannya.

3.

Moral Doing Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa mempraktekkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, penyayang, jujur, disiplin, dan seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya.

F.

Contoh Penerapan Metode Pembelajaran Akhlak

Berikut merupakan penerapan metode pembelajaran akhlak. 1. Dalam tahap Moral Knowing, guru melempar pertanyaan apa akhlak mulia yang diajarkan oleh hadits dan apa akhlak tercela yang bertentangan dengan hadits tersebut. Siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok kecil tentang a. bentuk-bentuk real dari perkataan-perkataan yang baik dan jelek. b. manfaat yang diperoleh dengan berkata-kata yang baik. c. dampak negatif dari kata-kata jelek. dalam tahapan ini akal dan otak anak diajak berfikir tentang pentingnya menjaga ucapan. 2. Dalam tahap Moral Loving, untuk menyentuh sisi emosional siswa guru dapat melakukan alternatif berikut: a. Menyampaikan kisah yang menarik dan menyentuh yang berkaitan dengan akhlak menjaga ucapan. b. Bermain peran atau sosiodrama. Siswa dibawa pada situasi bila mendapat perlakuan kata-kata yang baik dari orang lain. Apa yang dirasakannya? Sebaliknya bila ia mendapat perlakuan kata-kata buruk dan kotor, bagaimana perasaannya. Dengan cara ini diharapkan siswa sendiri yang menyimpulkan pentingnya menjaga ucapan. c. Kontemplasi atau perenungan dengan mengajak siswa merenungkan berapa banyak orang yang telah tersakiti hati dan perasaannya karena kata-katanya. d. Sharing pengalaman sesama siswa tentang nilai akhlak yang dibahas.

3.

Dalam tahap Moral Doing sebagai target puncak, guru perlu melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku siswa. Untuk ini guru perlu menyiapkan format pengamatan termasuk meminta laporan dari sesame guru atau dari siswa yang lain. Sangat baik bila anak diberi PR mempraktekkan nilai akhlak yang telah dipelajari dengan cara setiap anak memiliki buku catatan harian yang berisi pengalaman mereka dalam upaya menerapkan akhlak tersebut apa adanya.

G.

Prinsip Pendidikan Akhlak yang Efektif Prinsip-prinsip pendidikan akhlak yang efektif adalah sebagai berikut 1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai dasar karakter yang baik. 2. Mendefinisikan karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku. 3. Menggunakan pendekatan yang komprehensif, tajam, dan proaktif untuk membangun karakter. 4. Menciptakan komitas sekolah yang peduli/penuh perhatian. 5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekan akhlak (moral action). 6. Cakupan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghargai semua pelajar, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. 7. Mengupayakan pemeliharaan motivasi diri para siswa. 8. Memfungsikan staf sekolah sebagai komunitas moral dan komunitas belajar yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan upayakan untuk setia pada nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa. 9. Memelihara kepemimpinan moral dan dukungan yang luas dalam inisiatif pendidikan karakter. 10. Memfungsikan keluarga dan anggota komunitas sebagai mitra dalam mengupayakan pembangunan karakter. 11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan jangkauan siswa dalan manifestasi karakater yang baik.

H.

Simpulan

Pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara kontinyu dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun. tujuan dari pendidikan akhlak, yaitu: 1. supaya seseorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela. 2. supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis.
7

Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatanperbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan yang harus dilalui dan dicapai, yaitu moral knowing, moral loving, dan moral doing. Contoh penerapan metode pembelajaran akhlak dalam tahap moral knowing yaitu anak diajak berfikir tentang pentingnya menjaga ucapan, dalam tahap moral loving yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika, sedangkan dalam tahap moral doing yaitu guru perlu melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku siswa.

You might also like