You are on page 1of 29

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BRANTI (Tugas Mata Kuliah Praktik Meteorologi

dan Klimatologi) Oleh Nama : IVANA ARTHANITZA NPM : 0913034047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul Laporan Praktik Meteorologi dan Klimatologi di Badan Meteorologi dan Geofisika Lampung dan Badan Meteorologi Klimatologi sebagai salah satu tugas mata kuliah Praktik Meteorologi dan Klimatologi.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Rosana, M.Si sebagai Kepala Program Studi Pendidikan Geografi 2. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si sebagai dosen mata kuliah Praktik Meteorologi dan Klimatologi 3. Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd. dan Bapak Sugeng Widodo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing dalam praktik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan pada waktu yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Bandar Lampung, November 2010

Penulis

DAFTA R ISI

JUDUL i KATA PENGANTAR .. ii DAFTAR ISI .. iii

BAB I

PENDAHULUAN 1 2 2

A. Latar belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan ..

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Perkembangan BMG .. B. Sejarah Perkembangan BMG Lampung C. Tugas dan Fungsi Badan Meteorologi dan Geofisika .. D. Definisi Meteorologi dan Klimatologi .. .. E. Ruang Lingkup Meteorologi dan Klimatologi. .. F. Klasifikasi Meteorologi .. .. G. Unsur unsur Cuaca dan iklim . H. Alat alat yang terdapat di BMG Lampung 9 14 5 6 7 8 8 3

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan . B. Saran .. . 26 26

DAFTAR PUSTAKA

27

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sangat peka terhadap perubahan faktor-faktor tersebut yang tidak mengenal batas wilayah negara baik lokal, regional maupun global. Kondisi tersebut menjadi daya saing bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tingkat internasional serta memiliki potensi kerawanan terhadap bencana dan menjadi perhatian khusus untuk pengembangan penyelenggaraan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Saat ini masalah ini dibawah pemangku kepentingan yaitu BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika). Oleh karena itu, manusia dan semua kehidupan di bumi ini dipengaruhi keadaan dan fenomena tersebut.

Iklim atau musim di Indonesia ditentukan oleh kondisi dinamika atmosfer seperti sirkulasi angin ( muson ) dan perkembangan suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia, selain itu dipengaruhi juga oleh phenomena alam skala regional dan global . Terdapat perbedaan pengertian antara cuaca dan iklim. Cuaca adalah keadaan fisis atmosfer pada suatu tempat pada suatu saat. Sedangkan iklim dapat diartikan sebagai rata-rata kondisi atmosfer di lokasi tersebut. Jangka waktu yang diperlukan untuk mengetahui tipe iklim di suatu lokasi adalah sekitar 30 tahun. Keadaan fisis atmosfer yang dijadikan pengukuran sama seperti untuk mengetahui cuaca seperti suhu, curah hujan, tekanan, kelembaban, laju serta arah angin, perawanan, penyinaran matahari, dan lainnya. Ilmu yang mempelajari iklim disebut Klimatologi. Ilmu ini mencoba untuk melukiskan atau menguraikan dan menerangkan hakikat iklim, distribusinya terhadap ruang, serta variasinya terhadap waktu, hubungannya dengan unsur lain dari lingkungan alam dan aktivitas manusia.

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola tekanan di Australia dan Asia, pola tekanan ini mengikuti pola gerak tahunan matahari. Sebagai akibatnya pola angin di Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang berubah arah hampir 180 dalam setiap tahunnya. Pola angin mosum barat yang datang dari Asia menyebabkan terjadinya musim hujan, sedangkan monsun timur yang datang dari Australia menyebabkan terjadinya musim kemarau di Indonesia. Hujan adalah peristiwa turunnya titik-titik air atau kristal-kristal es dari awan sampai ke permukaan tanah. Curah hujan (dalam satuan mm.) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.

Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan badai. Untuk lebih memahami materi mata kuliah metorologi dan klimatologi penulis melakukan kunjungan ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang ada di Branti. Penelitian ini dilakukan karena alat peraga yang tersedia di Universitas Lampung kurang lengkap.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Apa peran dan fungsi Badan Meterorologi dan Geofisika Lampung terhadap bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.? 2. Apa saja alat alat yang terdapat di dalam Badan Meteorologi dan Geofisika Raden Intan II Lampung ? jelaskan fungsinya masing-masing!

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Untuk mengetahui sejarah Badan Meteorologi dan Geofisika Untuk mengetahui sejarah Badan Meteorologi dan Geofisika Lampung Untuk mengetahui tugas dan fungsi Badan Meteorologi dan Geofisika Lampung Untuk mengetahui ruang lingkup Meterorologi dan Klimatologi Untuk mengetahui klasifikasi Meterorologi dan Klimatologi Untuk mengetahui unsur-unsur cuaca dan iklim Untuk mengetahui alat-alat yang ada atau digunakan di Badan Meteorologi dan Geofisika Lampung

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Perkembangan BMG Nama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) berubah menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG. Perubahan nama ini sudah ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4 September 2008. Secara sistem kerjanya tidak ada perubahan. Perubahan ini dimaksudkan untuk memperluas pengertian cakupan tugas-tugas instansi BMG (baca BMKG) yang dari dahulunya telah melayani masyarakat dalam bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika..

Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen

horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangakn pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.

Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia , kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO. Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubugan Udara. Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statsunya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, tetap berada di bawah Departemen Perhubungan. Terakhir pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika. Kemudian disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah PP No. 61 Tanggal 2 September 2008, Memutuskan Nama BMG dirubah menjadi BMKG.

B. Sejarah BMG Lampung Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964 tanggal 8 maret 1964 dengan luas wilayah 3.301.784 ha, luas daratan sekitar 35.376 km2 dengan garis pantai 1.105 km. Secara geografis terletak pada 103.05 103.45 Bujur Timur dan 03.45 06.45 Lintang Selatan, sehingga secara umum Provinsi Lampung beriklim tropis. Pada bagian barat Lampung bertipe A dan B, sedangkan bagian timur lampung bertipe C, D dan E (tipe iklim Oldeman). Untuk pola musim pada umumnya berpola monsunal, dimana terdapat perbedaan yang nyata antara musim penghujan dan kemarau serta mempunyai 1 (satu) puncak musim. Dengan beragamnya tipe iklim yang terdapat di Lampung maka Sumber Daya Alamnya sangat melimpah, terutama padi dan hasil perkebunan, maka untuk menunjang kesinambungan sebagai provinsi Lumbung Pangan maka peran serta Badan Meteorologi dan Geofisika sangat diperlukan.

Badan Meteorologi dan Geofisika Lampung telah berdiri sejak tahun 1963 dan terdiri dari beberapa stasiun yang berdiri beberapa tahun kemudian, untuk pelayanan khusus penerbangan pada Bandara Radin Inten II Lampung (ketika itu Bandara Branti) selanjutnya mulai tahun 1976 pelayanan. Stasiun Meteorologi Raden Inten II Bandar Lampung tidak hanya melayani penerbangan saja namun ditingkatkan pada pelayanan iklim dan perairan dan mendapat tugas tambahan sebagai Stasiun Koordinator BMG Provinsi Lampung.

Untuk pelayanan kegempaan dimulai tahun 1982 dengan berdirinya Stasiun Geofisika Kotabumi di Mulang Maya Kabupaten Lampung Utara. Seiring dengan makin meningkatnya akan permintaan jasa iklim untuk pertanian, perkebunan dan lingkungan hidup maka pada tahun 1995 didirikan Stasiun Meteorologi Maritim Lampung yang berlokasi di Pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung. Dengan bantuan pemerintah Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2006 didirikan Stasiun BMG Terpadu Liwa, yang kegunaannya adalah untuk pelayanan kegempaan dan iklim daerah Lampung Barat pada khususnya, pembangunan stasiun BMG Terpadu ini penyediaan lahan dan infrastruktur difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sedangkan BMG menyediakan peralatan dan Sumber Daya Manusianya.

Visi dan Misi Badan Meteorologi dan Geofisika

Visi Badan Meterorologi dan Geofisika : Terwujudnya BMG yang tanggap dan mampu memberikan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang handal guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional serta berperan aktif di tingkat internasional.

Misi Badan Meteorologi dan Geofisika : 1. Mengamati dan memahami fenomena Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika. 2. Menyediakan data dan informasi Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika yang handal dan terpercaya 3. Melaksanakan dan mematuhi kewajiban internasional dalam bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika. 4. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.

C. Tugas dan Fungsi Badan Meteorologi dan Geofisika

BMG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMG mempunyai tugas :

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi dan Klimatologi, Kualitas Udara, dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Meteorologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi : 1. Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. 2. Mengkoordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. 3. Memfasilitasi dan membina kegiatan instansi pemerintah dan swasta di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. 4. Menyelenggaraan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan dan analisis serta pelayanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. Menyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. 1. Menyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

Dalam melaksanakan fungsi, Badan Meteorologi dan Geofisika mempunyai kewenangan : 1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya. 2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro.

3. Penetapan sistem informasi di bidangnya. 4. Penetapan standar teknis peralatan serta pelayanan meteorologi penerbangan dan maritime. 5. Pengaturan sistem jaringan pengamatan meteorologi dan klimatologi. 6. Pemberian jasa meteorologi dan klimatologi.

D. Definisi Meteorologi dan Klimatologi Geografi mengkaji bumi dalam hubungannya dengan manusia. Oleh sebab itu, didalam studi geografi, geografi dikelompokkan menjadi geografi fisis dan geografi manusia. Berkaitan dengan kehidupan yang mencakup kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang menempati bagian permukaan bumi yang berupa daratan dan lautan ditambah lagi dengan udara di atasnya, maka pokok-pokok yang dibahas di dalam geografi fisis yang terdiri atas litosfer, hidrosfer, biosfer, dan atmosfer. Dengan demikian diperkenalkan berbagai hasil kajian geologi, geomorfologi, oseanografi, meteorologi, dan klimatologi.

Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata udara dalam waktu yang singkat di tempat yang sempit. Keadaan rata-rata udara ini di sebut cuaca.Waktu singkat yang dimaksud dalam cuaca tersebut adalah waktu sesaat yang berlangsung dalam hari, jam atau menit. Dengan demikian meteorologi adalah ilmu yang mempelajari cuaca yang berlangsung sesaat di suatu tempat yang sempit.

Klimatologi adalah ilmu yang memperlajari keadaan rata-rata udara dalam waktu yang lama dan mencakup wilayah yang luas. Keadaaan rata-rata udara dalam waktu yang lama disebut iklim. Waktu yang lama berdasarkan perjanjian internasional kurang lebih 30 tahun. Bagi pembaca yang sedang belajar menganalisis iklim di suatu wilayah, untuk berlatih waktu yang lama berlangsung sekurang-kurangnya 10 tahun. Dengan demikian, klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim yang berlangsung lama di wilayah yang luas.

E. Ruang Lingkup Meteorologi dan Klimatologi Cuaca dalam geografi fisis termasuk bagian dari atmosfer. Cuaca merupakan keadaan fisis atmosfer yang dapat diungkapkan dengan melakukan pengukuran atau pengamatan dari unsur : suhu udara, curah hujan, tekanan udara, kelengasan udara, laju serta arah angin, perawanan dan penyinaran matahari.

Iklim merupakan keadaan yang mencirikan atmosfer suatu daerah dalam jangka waktu yang lama dan dapat diungkapkan dengan dilakukan pengukuran atau pengamatan berbagai unsur cuaca yang dilakukan dalam periode waktu tertentu (sekurang-kurangnya 10 tahun). Unsur cuaca biasanya disebut juga sebagai unsur iklim.

Prawirowardoyo (1996) menjelaskan bahwa meteorologiwan dalam mempelajari keadaan fisis atmosfer dan dinamis serta interaksinya dengan permukaan bumi menggunakan hukum fisika dan teknik matematika. Klimatologiwan dalam mempelajari iklim di suatu wilayah bertumpu pada teknik statistik. F. Klasifikasi Meteorologi

Meteorologi sebagai ilmu pengetahuan, dikelompokkan menjadi dua yaitu Meteorologi Teoritis dan Meteorologi Praktis yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Meteorologi Teoritis terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Meteorologi Dinamis yaitu meteorologi yang mengamati tenaga-tenaga pendorong gerakan udara dan transformasi panas. b. Meteorologi Fisis yaitu mempelajari proses-proses fisis yang murni seperti penguapan, presipitasi, gejala optik, akuistik, dan elektris dalam angkasa. 1. Meteorologi Statistik atau Klimatologi mempelajari keadaan rata-rata, ekstremekstrem frekuensi serta persebaran berbagai unsur cuaca (penyinaran matahari, suhu, lengas udara, penguapan, keawanan, curah hujan, angina, tekanan udara).

2. Meteorologi Praktis terdiri dari 8 macam, yaitu: 1. Meteorologi Sinopsis yaitu mempelajari proses atmosferis dengan bantuan pengamatan sewaktu, untuk wilayah yang amat luas. Manfaatnya dapat untuk menganalisa kondisi cuaca pada saat bersangkutan dan meramalkan cuaca mendatang. b. Meteorologi Aeronantis yaitu mempelajari meteorologi dalam bidang penerbangan. 1. Meteorologi Maritim yaitu mempelajari meteorologi dalam bidang pelayaran dan perikanan. d. Meteorologi Perairan (Hidrometeorologi) untuk mengkaji permasalahan persediaan air dan irigasi untuk pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, pelistrikan dan sebagainya. 1. Meteorologi Udara untuk mengamati kondisi udara bebas. 2. Meteorologi Medis untuk meneliti pengaruh iklim atau unsur cuaca terhadap kesehatan, psikis dan fisik manusia. g. Meteorologi Pertanian untuk mengkaji pengaruh cuaca terhadap tanaman budidaya. h. Meteorologi Sempit (Mikrometeorologi) untuk meneliti perbedaan antara cuaca dan iklim untuk ruang dan wilayah yang sempit.

Daldjoeni (1986) selain membuat klasifikasi seperti tersebut di atas, ia masih menambahkan tentang : 1. Meteorologi Insani yaitu meteorologi ini dikembangkan dan diterapkan dibidang arsitektur dan pembangunan kota. Meteorologi ini sering disebut meteorologi Arsitektonis dan Planologis. 2. Meteorologi Etnologis yaitu menelaah pengaruh iklim terhadap terbentuknya berbagai ras di dunia, termasuk khususnya bentuk-bentuk tubuh manusia.

G. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara dan curah hujan.

1. Suhu Udara Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang (turun) ratarata 0,6o C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1o C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah:

1. 2. 3. 4. 5.

Lama penyinaran matahari. Sudut datang sinar matahari. Relief permukaan bumi. Banyak sedikitnya awan. Perbedaan letak lintang.

Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus: Tx = To 0,6 x

Keterangan: Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui h = tinggi tempat (x)

2. Tekanan Udara Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai berat dan tekanan. Besar atau kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang digunakannya adalah barometer raksa. Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan masa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut. Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar (mb). 1 mb = mm tekanan air raksa (t.a.r) atau 1.013 mb = 76 cm t.a.r. =1 atmosfer Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut isobar. Bidang isobar ialah bidang yang tiap-tiap titiknya mempunyai tekanan udara sama. Jadi perbedaan suhu akan menyebabkan perbedaan tekanan udara. Daerah yang banyak menerima panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.

3. Angin Angin adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu: Kekuatan angin Arah angin Kecepatan angin

a. Kekuatan Angin Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya. Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak 15 meridian (111 km).

b. Arah Angin

Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat.

1 derajat untuk angin arah dari Utara. 90 derajat untuk angin arah dari Timur. 180 derajat untuk angin arah dari Selatan. 270 derajat untuk angin arah dari Barat.

4. Kelembaban Udara Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan samudera (sumber yang utama). Sumber lainnya berasal dari danau-danau, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin lembablah udara tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer atau psychrometer. Ada dua macam kelembaban udara:

1. Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m udara. 2. Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan

5. Curah Hujan Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

bentuk medan/topografi arah lereng medan arah angin yang sejajar dengan garis pantai jarak perjalanan angin di atas medan datar

6. Awan Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.

a. Menurut morfologinya (bentuknya)

Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal (bunar-bundar) dan dasarnya horizontal. b. Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah dan luas. 1. Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.

b. Berdasarkan ketinggiannya Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m 9000 m), karena tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es. a) b) c) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung. Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir. Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.

2) Awan sedang (2000 m 6000 m) a) b) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal. Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.

3) Awan rendah (di bawah 200 m) a) b) c) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpalgumpal. Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis. Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.

4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500 m1500 m a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya rata.

b) Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas dan sebagian telah merupakan hujan, sering terjadi angin ribut.

H. Alat alat yang ada di dalam BMKG Lampung :

1.Panci Penguapan (Evaporimeter) Manfaat : Untuk mengukur penguapan air langsung. Komponen : Panci terbuka, bejana / Still Well, Sukat kail, termometer, dan cup counter. Satuan : Milimeter (mm). Keterangan : * Alat ini dilengkapi dengan thermometer air Six Bellani (Thermometer Apung serta Cup Counter anemometer tinggi 05 meter. Pada Evaorimeter permukaan yang luas (waduk, danau). Data penguapan ini dikalikan factor alat 0.7

0.8. Cara kerja : Setiap pagi diukur ketinggian air pada panci yang berdiameter 120 cm, dan temperatur dicatat dengan termometer apung, mencatat angka pada anemometer yang menunjukan arah dan kecepatan angin. Hal ini bisa mewakili daerah natar dan sekitarya

Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai berikut :

1. Panci Bundar Besar 2. Hook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan. 3. Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki. 4. Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum 5. Cup Counter Anemometer 6. Pondasi/ Alas 7. Penakar hujan biasa.

2. Alat Penakar hujan manual atau Tipe Manfaat : Untuk mengukur curah hujan. OBS Komponen : Corong penadah dan gelas pengukur. Keterangan : diamati setiap tiga jam sekali yakni jam 07.00, 10.00, dan 13.00. hujan bentar pun tetap di hitung karena menggunakan tipe manual. Melihat seberapa banyak air hujan yang terdapat didalam gelas tabung. Alat ini bukanlah alat yang sembarangan melainkan sudah berstandar WMO( Word Meteorology Organization ). Cara kerja : Air hujan yang turun masuk kedalam corong penadah hujan dan masuk kedalam gelas pengukur, sehingga akan diukur curah hujan yang dihitung secara manual.

Penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording), bentuknya sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar 60 Cm dicat aluminium, ada juga yang terbuat dari pipa pralon tingginnya 100 Cm. Penakar hujan biasa terdiri dari :

1. Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong ( bagian atasnya ) terbuat dari kuningan yang berbentuk cincin ( lingkaran ) dengan luas 100 Cm2. 2. Bak tempat menampung air hujan. 3. Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke gelas ukur. 4. Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang penakar hujan pada pondasi kayu dengan cara disekrup. 5. Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 Cm2 , dengan skala ukur 0 s/d 25 mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan, dan waktu observasi sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengamatan yang teliti, dengan maksud data yang dihasilkan dapat dibandingkan satu sama lain. Menentukan tempat pemasangan penakar hujan merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam pengukuran curah hujan. Jika penakar hujan akan dipasang pada Stasiun Meteorologi yang mempunyai Taman alat- alat, letak pemasangannya dapat disesuaikan dengan pola taman alat. Tetapi banyak penakar hujan yang dipasang pada Stasiun Meteorologi Khusus / Stasiun kerja sama yang belum atau tidak mempunyai taman alat, dalam hal ini untuk penentuan tempat pemasang penakar hujan perlu diperhatikanan. 3. Penakar hujan otomatis Manfaat : Untuk mengukur rata-rata curah hujan. Komponen : Penampung kertas pias, pena pencatat, dan penyangga penampung. Cara kerja : Air hujan masuk ke dalam penampung dan akan menggerakan penampung secara otomatis pelampung akan menggerakan pena pencatat pada kertas pias.

4. Penakar Hujan Otomatis tipe Hellman

Fungsi alat : Pencatat Instensitas Curahhujan / tingkat kelebatannya Satuan: Milimeter ( mm ). Keterangan : * Setiap hari pias diganti (pias

Harian atau Pias Mingguan). Hujan dengan Instensitas lebat bentuk grafik terjal hujan dengan intensitas Ringan bentuk grafik landai. * Waktu terjadi dan berakhirnya hujan dapat diketahui. * kertas pias dipasang setiap jam 07.00 pagi pada posisi nol.

Cara kerja : Air hujan yang tertampung dalam penadah akan menggerakan pelampung, sehingga dapat menggerakkan pena pencatat dan mencatat pada kertas pias, kemudian dapat dihitung oleh jam pencatat cara kerja ini secara otomatis.

Penakar hujan Otomatis type Hellman adalah penakar hujan yang dapat mencatat sendiri, badannya berbentuk silinder, luas permukaan corong penakarnya 200 Cm2, tingginya antara 100 sampai dengan 120 Cm Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung/ ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias. 5. Penakar Hujan Otomatis tipe Tipping Bucket

Penakar Hujan Tipping Bucket yang sistem kerjanya mekanik.

Penakar hujan Tipping Bucket jenis ini yaitu merk Jules Richard, yang terpasang dan dioperasikan dibeberapa Stasiun Meteorologi BMG pada tahun 1976, kemungkinan besar saat ini sudah banyak yang tidak dioperasikan lagi. Luas permukaan corong penakar hujan ini 400 Cm2. Silinder jam untuk meletakkan pias, serta perlengkapan bucketnya berada pada satu kotak, dan dapat diangkat keluar dari badan penakar hujan saat penggantian pias. piasnya berskala 50 mm. Pada saat penggantian pias kedudukkan pena tidak perlu dirubah atau diturunkan, sebagaimana halnya pada penakar hujan type Hellman. Dalam pemasangan alat ini, tinggi permukaan corongnya 140 Cm dari permukaan tanah. Air hujan akan masuk melalui permukaan corong penakar, kemudian mengalir untuk mengisi salah satu bucket. Setiap jumlah air hujan yang masuk sebanyak 0.5 mm. atau sejumlah 20 ml maka bucket akan berjungkit, dimana bucket yang satunya akan terangkat dan siap untuk menerima air hujan yang akan masuk berikutnya. Pada saat bucket berjungkit maka pena akan menggores pias 0.5 skala (0,5 mm.), pena akan menggores pias dengan gerakan naik ataupun turun. Demikianlah seterusnya bucket akan bergantian berjungkit bila ada air hujan yang masuk, dari goresan pena pada skala pias dapat diketahui jumlah curah hujannya.

Penakar hujan Tipping Bucket yang sistem kerjanya elektrik.

Pada umumnya peralatan Automatic Weather Station (AWS) yang kini banyak dioperasikan di Stasiun Meteorologi, perangkat sensor penakar hujannya menggunakan Tipping Bucket. Dimana pada saat bucketnya saling berjungkit, secara elektrik terjadi kontak dan menghasilkan keluaran nilai curah hujan yang displaynya dapat dilihat pada monitor. Penakar hujan type tipping bucket, nilai curah hujannya tiap bucket berjungkit tidak sama, serta luas permukaan corongnya beragam tegantung dari merk pembuatnya.

Jadi dalam kita mengoperasikan penakar hujan jenis tipping bucket, kita harus pula mengetahui secara teliti dasar dari perhitungan data yang dihasilkannya. Untuk itu perlu dilakukan pengetesan atau mengkalibrasinya, dengan cara menuangkan sejumlah air sesuai dengan luas permukaan corong dan nilai curah hujan tiap jungkit / tip bucketnya.

Jadi nilai curah hujan 1 mm yang masuk pada luasan permukaan corong yang berbeda, maka volume air yang tertampung pun berbeda contohnya :Masing-masing penakar hujan yang berbeda merk, dan luas permukaan corongnya tersebut, berbeda pula nilai tiap jungkit / tip bucketnya, misalnya ada yang 0,1 mm, 0,2 mm dan 0,5 mm. Sebagai contoh untuk luas corong 200 Cm2 dan nilai tiap jungkit / tip bucket 0.2 mm, maka volume air yang dituangkan 4 Cc akan menjungkitkan bucket sesaat setelah airnya tercurah semua, keadaan ini akan berulang lagi pada giliran bucket berikutnya.

Apabila saat air telah dituangkan semua tapi bucketnya belum berjungkit, atau air belum tertuang semua tapi bucketnya telah berjungkit, maka dalam keadaan ini kita harus mengupayakan penyetelan kedudukan tinggi rendahnya penyangga bucket. Upaya ini dilakukan sampai mendapatkan hasil yang benar-benar tepat, sesuai dengan perhitungannya. Dibawah ini tabel jumlah atau volume air yang dituangkan, sesuai dengan luas corong dan nilai curah hujannya. 6. Optik Theodolit Manfaat : Untuk mengukur arah dan kecepatan angin pada lapisan tertentu setiap kelipatan 1000 fit serta Komponen : Balon udara, sensor, lampion berisi lilin, dan optikat teodolit. Cara kerja : Balon Besar dilepaskan ke udara serta dilengkapi dengan lampion dan lilin kemudian dilihat melalui alat sensor kemana arah balon dan akan dicatat oleh alat yang tersedia. Keterangan : biasanya balon ini akan dilepaskan pada jam 07.00, 12.00 dan 18.00. Teodolit ialah alat untuk mengukur arah dan kecepatan angin pada lapisan permukaan atas. Theodolite adalah instrument atau alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.

7. Aktinograph Bimetal atau Solarimeter Aktinograph Bimetal atau Solarimeter ialah Alat pengukur/pencatat secara automatis Intensitas Radiasi Matahari. Satuan : K Cal/cm2 (Langley).

Cara kerja : kertas pias dipasang terlebih dahulu sebelum matahari terbit. Kemudian panas yang datang dari radiasi matahari akan memuaikan besi yang ada didalam solarimeter tersebut yang mana akan menggerakkan pena pada kertas pias yang telah dipasang sebelumnnya. Semakn terik panas matahari maka akan tinggi pula grafik yang dibuat oleh pena pada kertas pias tersebut. Setiap satu kolom yang dilewati maka menghitungnya ialah satu ( 01).

Keterangan : Kertas pias diganti setiap hari. setiap kotak kecil = 12 kalori, perhitungan total 1 hari dihitung jumlah kotak kecil. Alat ini menggunakan sensor Bimetal.

Untuk mengetahui intensitas radiasi yang jatuh pada permukaan bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan oleh atmosfer. Intensitas radiasi matahari ialah jumlah energi yang jatuh pada suatu bidang persatuan luas dalam satu satuan waktu.

8. Pengukur sinar matahari jenis Campbell Stokes

Campbell Stokes Ialah alat untuk mengetahui seberapa lama penyinaran matahari Manfaat : Mengukur lamanya penyinaran matahari. Satuan : Jam atau Prosentase ( % ) Pias harian. Komponen : Bola Kristal, Kertas pias, Penyangga. Cara Kerja : Bola kristal sebagai lensa memusatkan pada sinar matahari sehingga membakar kertas pias, maka akan terlihat durasi penyinaran matahari selama 12 jam. Kertas piasnya dipasang 06.00 pagi. Keterangan : Jenis pias 3 macam yakni Lengkung panjang (11 Okt- 28 Feb), Lurus (11 Sep 10 Okt) dan (1 Maret 10 April), Lengkung pendek (11 April 10 Agustus). Bola Kaca terbuat dari kaca Masip.

Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari. Kartu (campbell stokes) ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran yang diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran yang tertutup awan. 9. Sampling Udara Manfaat : Untuk mengetahui air hujan dan polusi udara. Ialah alat yang digunakan untuk mengetahui polusi air hujan dan Komponen : Ember penampung, kain kasa, dan polusi air. meja alat. Cara kerja : Air yang masuk ke dalam ember di teliti kadar airnya, sedangkan angin yang bertiup masuk ke dalam kain kasa kemudian akan diteliti polusi udara pada saat itu. Memasang kertas laknus pada jam 08.00 pagi dan di ambil lagi pada waktu esok hari di jam yang sama

10. Alat pengukur arah dan kecepatan angin Anemometer Wind Vane Fungsi alat : Pencatat Arah dan Kecepatan Angin Sesaat Satuan : Arah Angin ( 8 mata angin )

Kecepatan Angin : Knots. ( 1 Knots = 1.8 Km/Jam ) Keterangan : Yang dimaksud arah angin yaitu Arah dari mana angin berhembus.

Pengamatan arah dan kecepatan Angin menggunakan alat yang dinamakan Anemometer. Alat pengukur kecepatan angin berupa baling-baling yang as nya dihubungkan dengan dinamo penghasil arus listrik. Apa bila angin bertiup baling-baling akan berputar dan memutar dinamo dan akan diperoleh arus listrik. Arus listrik ini kemudian diconvert ke satuan kecepatan, knot atau m/detik.Alat penunjuk arah angin berupa bendera yang kaku

(lempengan) yang as nya dihubungkan dengan tahanan listrik geser (tahanan geser). Besarnya tahanan akan berubah-ubah seiring dengan perubahan bendera arah penunjuk angin. Arus listrik yang tetap dialirkan melalui tahanan geser tersebut, setelah melalui tahanan tersebut otomatis besarnya arus listrik akan berubah dan di convert ke derajat arah angin/mata angin. Selain itu juga digunakan theodolit sebagai pengukur arah dan kecepatan angin. Pengamatan dengan menggunakan theodolit dilakukan sejak pukul 08.00 hingga pukul 20.00 dan khusus pada malam hari digunakan lampion, dan siang harinya menggunakan balon sebagai obyek untuk diamati arah dan kecepatan angin. Alat ini berfungsi setiap hari kecuali pada saat hujan.

11. Sangkar Meteorologi

Fungsi alat : Tempat meletakan peralatan Meteorologi Satuan : -

Keterangan : Berventilasi, Double Jaruci guna untuk mengalirkan udara masukkeluar. Dicat putih agar memantulkan cahaya (merupakan konversi dari WMO)

12. Sangkar Meteorologi ( thermometer bola basah dan bola kering serta thermometer minimum dan maximum ) dan Piche Evaporimeter

Piche Evaporimeter

Fungsi alat Pengukur Suhu Udara dan Kelembaban Udara Satuan : Suhu Derajat Celcius Kelembaban dalam Persen ( %). * Thermometer BK menunjukan suhu udara * Thermometer BB digunakan mencara kelembaban udara dengan bantuan Table. * Thermometer BB, bola air raksa harus

selalu basah dengan menggunakan Kain muslin yang selalu basah oleh air Murni. Termometer Bola Basah dan Bola Kering Thermometer Maksimum dan Thermometer Minimum Manfaat : Mengukur suhu udara, Manfaat : Mengukur suhu udara. Kelembaban udara, dan titik embun. Komponen : Air raksa, alkohol, kain, benang, Komponen : Air raksa dan alkohol. dan mangkuk air. Cara kerja : Termometer maksimum Cara kerja : Kedudukan termometer bola menggunakan air raksa yang diletakkan agak basah dan bola kering di dalam sangkar miring, pada suhu panas air raksa akan meteorologi. Thermometer bola kering memuai sehingga air raksa naik. Jika suhu bekerja seperti thermometer biasa turun air raksa tetap pada keadaan suhu menggunakan alkohol, sedangkan panas untuk mengembalikannya harus thermometer bola basah menggunakan dikibas-kibaskan dengan kuat. Sedangkan benang yang dicelupkan kedalam air thermometer minimum berisi alkohol diletakan sehingga thermometer akan terlihat basah mendatar, jika suhu dingin permukaan alkohol terus-menerus dan menggunakan raksa. akan ke kiri, sedangkan jika suhu naik alkohol akan mengembang dan bergerak ke kanan.

13. Barograph Alat pencatat tekanan udara secara automatis. Satuan Milibar.(mb). Sensor menggunakan tabung hampa udara / kotak logam yang hampa udara yang terbuat dari logam yang sangat lenting. Bila tekanan atmosfer berubah volume kotak berubah. Perubahan volume kotak di hubungkan dengan tangkai pena dan menggores di pias. Manfaat : Untuk mengukur tekanan udara. Komponen : Pena pencatat dan kertas pias. Cara kerja : Arah angin akan menggerakan pena pencatat pada kertas pias sehingga diketahui tekanan udaranya. Barograph adalah istilah lain untuk barometer yang dapat merekam sendiri hasil pengukurannya. Barograph umumnya menggunakan prinsip Barometer Aneroid, dengan menghubungkan beberapa kapsul/ cell aneroid dengan sebuah pena untuk membuat track pada kerta pias yang diletakkan pada tabung yang berputar 24 jam per rotasi. Pada pias terdapat garis-garis tegak menunjukkan waktudan garis mendatar menunjukkan tekanan udara.Tingkat keakuratan dari barograph , salah satunya ditentukan oleh jumlah kapsul/ cell aneroid yang digunakan. Semakin banyak kapsul aneroid yang digunakan maka semakin

pekabarograph tersebut terhadap perubahan tekanan udara.

14. Barometer

Manfaat : Untuk mengukur kecepatan angin. Komponen : Pena pencatat dan kertas pias. Cara kerja : Angin yang bertiup mengenai pena pencatat, maka pena pencatat akan mencatat pada kertas pias. Alat untuk mengukur tekanan udara. Satuan Milibar (mb). Tabung berisi air raksa. Dilengkapi thermometer untuk mengetahui suhu udara dalam ruangan. Alat ini tidak boleh terkena sinar Matahari dan angin langsung dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat. Tinggi bejana 1 meter dari lantai. baca termometer yang menempel pada barometer kemudian stel nonius sehingga menyinggung permukaan air raksa, membaca skala barometer.

15. Sangkar Meteorology Higrograf Manfaat : Untuk mengetahui temperatur dan kelembaban udara. Komponen : Kertas pias, pena pencatat, sensor, dan tembaga untuk mengukur kelembaban. Cara kerja : Kertas pias dipasang setiap senin pagi dan angin yang bertiup mengenai rambut dan tembaga dan menggerakkan pena pencatat pada kertas pias akan terdapat catatan.

16. Thermohygrogaph

Fungsi alat : Pencatat Suhu udara dan Kelembaban Udara (Nisbi) Satuan Keterangan : Derajat Calcius & Prosentase (%). : Pias harian, atau Mingguan.

* Sensor Suhu terbuat dari logam, bila udara panas logam memuai dan menggerakan pena keatas, bila udara dingin mengkerut gerakan pena turun

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil kuliah kerja lapangan yang dilakukan, dapat mengetahui bahwa Badan Meteorologi dan Geofisika yang ada di Branti Raden Intan II berfungsi sebagai pengamat cuaca guna kepentingan penerbangan keberbagai daerah. Dengan berbagai peralatan yang cukup memadai, Badan Meteorologi dan Geofisika dapat mengetahui cuaca cuaca seperti intensitas dan lamanya penyinaran matahari, tingkat kepolusian air dan udara, banyaknya curah hujan, tekanan udara dan lain sebagainya yang mana untuk

penerbangan. Alat alat yang ada didalam Badan Meteorologi dan Geofisika ialah alat pengukur penguapan atau eveporimeter, alat pengukur curah hujan dengan tipe manual dan otomatis, optik theodolit, aktionograph bimetal atau alat ppengukur intensitas radiasi matahari, Campbell stokes atau alat untuk mengetahui lamanya penyinaran matahari, sampling udara atau alat untuk mengetahui polusi udara dan polusi air, alat pengukur arah dan kecepatan angin, sangkar meteorology yang mana didalamnya terdapat empat macam thermometer, barograph atau alat pengukur tekanan udara secara otomatis, barometer atau alat pengukur kecepatan angin, sangkar meteorology higrograf atau alat pengukur kelembaban udara, thermohygrogaph dan lain sebagainya.

B. Saran Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan yang ingin mengetahui tentang Badan Meteorologi dan Geofisika yang terletak di Branti Raden Intan II. Dalam hal ini, penulis maengharapkan kritik dan saran yang membangun agar nantinya di dalam laporan selanjutnya hasilnya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Subarjo M.Buku Ajar Meteorologi Dan Klimatologi.Universitas Lampung:Bandar Lampung

http://infokito.net/index.php/pengukur-curah-hujan-online sabtu, 27 November 2010 pukul 20.09

http://aws-online.bmg.go.id/arg.php/ sabtu, 27 November 2010 pukul 20.25

You might also like