You are on page 1of 21

MAKALAH AGAMA ISLAM KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM

Dosen SusI Susanti, S.pdi. M.pd

Di susun kelompok I : 1. Hakimin 2. Titin Septiani 3. M. Santoso 4. Kasmawati


5. Marjudin

(NIM : 221100125) (NIM : 221100026) (NIM : 221100107) (NIM : 221100149) (NIM : 221100158)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA STKIP PGRI PONTIANAK 2011/2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya pada kita semua sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apa. Makalah yang kami tulis mengangkat judul Kerangka Dasar Islam. Makalah ini membahas konsep-konsep yang mendasari agama islam. Selama pembuatan makalah ini tentunya penulis melibatkan bantuan banyak pihak. Yang pertama kami selaku penulis berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah agama islam yang telah banyak membimbing kami hingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Yang kedua kami juga berterima kasih kepasda rekan-rekan yang telah banyak membantu dan mendukung kami. Sebagai penutup kami ingin meminta maaf jika masih terdapat banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Kritik dan saran senantiasa kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami, makalah ini dapat berguna bagi dunia pendidikan di Indonesia dan di STKIP PGRI Pontianak pada khususnya. Amin. Wasalamualaikum.Wr.Wb

Penulis

Kelompok I kelas A Sore

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

BAB I PENDAHULUAN...4 A. LATAR BELAKANG.....4 B. PERUMUSAN MASALAH5 C. TUJUAN..5 D. MANFAAT..5

BAB II PEMBAHASAN.6 A. KERANGKA AGAMA ISLAM.6 1. AQIDAH.......8 2. SYARIAH..10 3. AKHLAK....13

BAB III PENUTUP20 A. KESIMPULAN..20 B. SARAN......20

DAFTAR PUSTAKA....21

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makalah ini saya susun dalam rangka mencoba menyelesaikan tugas Mata Kuliah Agama Islam Studi Islam yang berjudul Kerangka Agama Islam. Agar mengetahui kekurangan maupun kelebihan mahasiswa dalam menjabarkan isi makalah sesuai dengan pengetahuan saya serta bagaimana cara pembuatan makalah tentunya. Dan juga sebagai penunjang untuk penilaian dari Ibu Dosen yang mengajarkan Mata Kuliah Agama Islam. Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian Kerangka Agama Islam, dan ajarannya serta cara untuk memahaminya. Dalam upaya memahami Kerangka Agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman keislaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, aqidah, syariah dan akhlak yang bersangkutan. Kita barangkali terikat terhadap kualitas keislaman seseorang yang benar-benar komprehensif dan berkualitas. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman tentang Kerangka Agama Islam. Selain itu dalam makalah kali ini yang berjudul KERANGKA AGAMA ISLAM dan yang akan di paparkan di dalamnya adalah pengertian Aqidah, Syariah, dan Akhlak, ini tentunya kita hanya mengulang untuk mengingat kembali pelajaran yang telah lewat karena makalah yang akan saya bahas kali ini adalah sudah sering kita pelajari dan dilakukan di dalam kehidupan.

B. PERUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Aqidah? 2. Apa pengertian Syariah? 3. Apa pengertian Akhlak? 4. Apa hubungan antara ketiganya?

C. TUJUAN 1. Mengetahui apa itu Aqidah. 2. Mengetahui apa itu Syariah. 3. Mengetahui apa itu Akhlak. 4. Mengetahui hubungan antara ketiganya.

D. MANFAAT 1. Terpenuhinya persyaratan ketuntasan penilaian mata kuliah Agama Islam. 2. Mengetahui konsep dasar agama islam. 3. Dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II PEMBAHASAN A. KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM Kerangka adalah gambaran ringkas yang menunjukkan ciri pembeda dari benda atau orang. Dasar adalah alas suatu benda geometris. Kerangka dasar dapat diartikan sebagai gambaran yang asli dari suatu benda atau orang Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang terangkum dalam 3 hal pokok; Akidah, Syariat dan Akhlak. Artinya seluruh ajaran Islam bermuara pada tiga hal ini. Ajaran Islam ialah sekumpulan pesan ketuhanan yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk perjalanan hidupnya semenjak lahir sampai mati. Dengan demikian pengertian kerangka dasar ajaran Islam ialah gambaran asli, garis besar, rute perjalanan, atau bagian pokok dari pesan ketuhanan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada manusia. Bagian bagian pokok ajaran Islam terdiri dari Aqidah, Syariah, dan Akhlaq. Namun demikian, para pengkaji agama Islam berbeda pendapat dalam menyusun urutan ketiga bagian pokok ajaran tersebut. Mahmud Syaltout misalnya membagi pokok ajaran Islam menjadi dua, yaitu Aqidah (kepercayaan) dan Syariah (kewajiban agama sebagai konsekuensi percaya). Akhlak tidak disinggung secara tersurat karena akhlak merupakan buah dari aqidah dan syariah. Hubungan Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Perilaku Manusia ialah: Berpegang teguh kepada ajaran Allah merupakan perwujudan Aqidah. Berpegang teguh kepada perjanjian dengan manusia merupakan perwujudan Akhlak. Aktivitas memegang teguh ajaran Allah dan perjanjian dengan manusia merupakan perwujudan Syariah. Dengan kata lain, perbuatan syariah didasari

kelurusan aqidah dan dampaknya adalah akhlak yang kemanfaatannya akan dirasakan oleh manusia lain. Dengan mengikuti sistematik Iman, Islam dan Ihsan yang berasal dari Nabi Muhammad, dapat dikemukakan bahwa kerangka dasar agama Islam terdiri atas :

a. Aqidah b. Syariah c. Akhlak

Yang dimaksud dengan Aqidah, menurut ilmu tentang asal usul kata (etimologi) adalah ikatan, sangkutan. Sedangkan menurut ilmu tentang definisi (terminologi) adalah iman, keyakinan. Karena itu, Aqidah selalu ditautkan dengan Rukun Iman yang merupakan asas seluruh ajaran Islam. Yang dimaksud dengan Syariah menurut etimologi, adalah jalan yang harus ditempuh. Menurut peristilahan, Syariah adalah system norma (kaidah) illahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, mengenai hubungan manusia dengan sesama manusia dalam kehidupan social, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Kaidah yang mengatur hubungan langsung manusia dengan Allah disebut kaidah ibadah atau kaidah ubudiah yang disebut juga kaidah ibadah murni, kaidah yang mengatur hubungan manusia selain dengan Allah disebut kaidah muamalah. Disiplin ilmu yang membahas dan menjelaskan syariah disebut ilmu fikih.

Yang dimaksud dengan Akhlak adalah sikap yang menimbulkan prilaku baik dan buruk. Berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap, perilaku, watak, budi pekerti

A. AQIDAH Aqidah (Bahasa Arab: ; transliterasi: Aqidah) dalam istilah Islam yang

berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu Aqidah. Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu ( ikatan, at-tautsiiqu ( ihkaamu ( wah ( ) yang berarti

) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-

) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw) yang berarti mengikat dengan kuat.

Sedangkan menurut istilah (terminologi): 'Aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-

Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih. Definisi Aqidah Menurut Bahasa Kata aqidah diambil dari kata al-aqdu, yakni ikatan dan tarikan yang kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetapan, kait-mengait, tempelmenempel, dan penguatan. Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut aqdu. Jual-beli pun disebut aqdu, karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli dengan aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan aqdu untuk kedua ujung baju, karena keduanya saling terikat. Juga termasuk sebutan aqdu untuk ikatan kain sarung, karena diikat dengan mantap.

Definisi Aqidah Menurut Istilah Umum Istilah aqidah di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan pikiran yang mantap itu benar, maka itulah yang disebut aqidah yang benar, seperti keyakinan umat Islam tentang ke-Esa-an Allah. Dan jika salah, maka itulah yang disebut aqidah yang batil, seperti keyakinan umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum tuhan (trinitas). Istilah aqidah juga digunakan untuk menyebut kepercayaan yang mantap dan keputusan tegas yang tidak bisa dihinggapi kebimbangan. Yaitu apa-apa yang dipercayai oleh seseorang, diikat kuat oleh sanubarinya, dan dijadikannya sebagai madzhab atau tidaknya. Aqidah Islam. Yaitu, kepercayaan yang mantap kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitabkitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, qadar yang baik dan yang buruk, sertaseluruh muatan Al-Quran Al-Karim dan As-Sunnah Ash-Shahihah berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih (ijma), dan kepasrahan total kepada Allah Taala dalam hal keputusan hukum, perintah, takdir, maupun syara, serta ketundukan kepada Rasulullah dengan cara mematuhinya, agama yang dianutnya, tanpa melihat benar atau

menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya. Topik-Topik Ilmu Aqidah. Dengan pengertian menurut Ahli Sunnah wal Jamaah di atas, maka aqidah adalah sebutan bagi sebuah disiplin ilmu yang dipelajari dan meliputi aspek-aspek tauhid, iman, Islam, perkara-perkara ghaib, nubuwwat (kenabian), takdir, berita (kisah-kisah), pokok-pokok hukum yang qathiy (pasti), dan masalah-masalah aqidah yang disepakati oleh generasi Salafush

Shalih, wala (loyalitas) dan bara (berlepas diri), serta hal-hal yang wajib dilakukan terhadap para sahabat dan ummul mukminin (istri-istri Rasulullah). Dan termasuk di dalamnya adalah penolakan terhadap orang-orang kafir, para Ahli bidah, orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu, dan seluruh agama, golongan, ataupun madzhab yang merusak, aliran yang sesat, serta sikap terhadap mereka, dan pokok-pokok bahasan aqidah lainnya. B. SYARIAH Syariah adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, Syariah Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, Syariah Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. Terkait dengan susunan tertib Syariah, Al'quran surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan RasulNya belum menetapkan ketentuannya, maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah. Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'. 1. Asas Syara' Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'ah Islam di mana Al Quran itu Asas Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara'. Sifatnya, pada

10

dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia di manapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat. Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariah Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariah yang berlaku.

2. Furu' Syara' Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al'quran dan Al Hadist. Kedudukannya sebagai cabang Syariaah Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya. Syariah Syariah mempunyai dua jalur, yaitu: 1. Jalur vertikal, ditempuh dengan mengikuti kaidah ibadah murni. Mengenai ibadah, yaitu cara dan tata manusia berhubungan langsung dengan Tuhan, tidak boleh ditambah tambah atu dikurangi. Ketentuannya diatur oleh Allah sendiri dan dijelaskan secara rinci oleh Rasulnya, karena sifatnya yang tertutup tersebut, dalam ibadah diberlakukan asas umum yaitu pada dasarnya semua perbuatan dilarang dilakukan, kecuali mengenai perbuatan yang dengan tegas disuruh Allah seperti dicontohkan Rasulnya. Misalnya Shalat, zakat, puasa dan haji. 2. Jalur horizontal ditempuh dengan mengikuti kaidah kaidah muamalah. Tentang kaidah muamalah, hanya pokok pokoknya saja yang ditentukan

11

dalam Al-Quran dan hadist. Perinciannya terbuka bagi akal manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Karena sifatnya yang terbuka tersebut, dalam bidang muamalah berlaku asas umum yaitu pada dasarnya semua perbuatan boleh dilakukan, kecuali mengenai perbuatan tersebut ada larangan dalam Al-Quran dan al- Hadits. Jika kita bandingkan aliran aliran hokum yang berkembang dikalangan sunni dan syiah, ada beberapa hal menarik yang perlu dicatat, yaitu : 1. Dikalangan syiah pintu jihad mengenai hokum tidak pernah ditutup. 2. Peranan imam sebagai hokum fikih dikalangan syiah sangat dominan dan putusan dipatuhi oleh para pengikutnya. 3. Masyarakatnya menarik garis keturunan secara bilateral. Cara menarik garis keturunan ini menentukan kedudukan para ahli waris dalam pembagian warisan. Pembagian Syariat Islam Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Ilmu Tauhid, yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benarbenar menjadi keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat dan Sifat Allah swt. yang harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam. 2. Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan berkhianat.

12

3. Ilmu Fiqh, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung dua bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah misalnya shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukumhukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh dapat juga disebut Qanun (undang-undang).

C. AKHLAK Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk

berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak. Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari benar, salah dan sebaginya

pengertian nilai baik, buruk,

seharusnya

13

tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral. Akhlak berasal dari kata akhlaq yang merupakan jama dari khulqu dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu". Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang maruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni
14

kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".

Keutamaan Akhlak Abu Hurairah radhiallahu anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu alaihi wasallam menjawab : Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik. (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq). Tatkala Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali). Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam : Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik. (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz2 hal 535).

15

Dari Jabir radhiallahu anhu berkata : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya. (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban.Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419). Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syariat atau sebaliknya. Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syariat, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syariat ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Taala alam. Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak. 1. Perbuatan yang baik atau buruk. 2. Kemampuan melakukan perbuatan. 3. Kesadaran akan perbuatan itu 4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk Sumber Akhlak bersumber pada agama. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat
16

pada

diri

seseorang

yang

dapat

memunculkan

perbuatan

baik

tanpa

mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembagian Akhlak : 1. Akhlak Baik (Al-Hamidah) 2. Jujur (Ash-Shidqu) 3. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi) 4. Malu (Al-Haya') 5. Rendah hati (At-Tawadlu') 6. Murah hati (Al-Hilmu) 7. Sabar (Ash-Shobr) Ruang Lingkup Akhlak a) Akhlak pribadi Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan. b) Akhlak berkeluarga Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapakbapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.

17

Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau,

mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan. c) Akhlak bermasyarakat Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari

pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantumembantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dantertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
d) Akhlak bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama.

18

Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka. e) Akhlak beragama Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.

19

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah kita menjabarkan mulai dari pengertian dari Kerangka Agama Islam, kemudian bagian-bagian dari Aqidah, syariah, dan Akhlak maka dapatlah kita simpulkan bahwa Kerangka Agama Islam ialah berpegang teguh kepada ajaran Allah merupakan perwujudan Aqidah. Berpegang teguh kepada perjanjian dengan manusia merupakan perwujudan Akhlak. Aktivitas memegang teguh ajaran Allah dan perjanjian dengan manusia merupakan perwujudan Syariah. Dengan kata lain, perbuatan syariah didasari kelurusan aqidah dan dampaknya adalah akhlak yang kemanfaatannya akan dirasakan oleh manusia lain. B. SARAN Saran dari kami sebagai mahasiswa STKIP PGRI Pontianak adalah marilah kita menjadikan Kerangka Agama Islam yang terbagi dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak sebagai aplikasi/tuntunan dalam kehidupan sehari-hari kita dan sekaligus membawa kita kedalam kehidupan yang bahagia baik itu di dunia dan akhirat kelak nanti.

20

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif 1991. Makalah Agama Islam. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Abdullah, Ustadz 1999. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Penerbit Erlangga PT. Gelora Aksara Pratama. Arsyad, Asnan 1996. Pedoman dan Ikhtisar Agama Islam Banjarmasin : Penerbit Achwadi PT. Islamic Colections http://www.google.co.id//id.wikipedia.org//kerangka agama islam http://www.google.co.id//id.blogspot.com//tiga bagian dalam kerangka agama islam

21

You might also like