You are on page 1of 8

..

BERANDA

di 10:07:00 PM Kamis, 31 Maret 2011

Pendekatan Ekologi (Ecological Approach)


Diposkan oleh - dee.jie.ta

Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada hubungan antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai kegiatannya selalu menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial, ekonomi dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai makhluk biologis semata yang setaraf dengan makhluk hidup lainnya, namun adalah sosok yang dikaruniai daya cipta, rasa, karsa, karya atau makhluk yang berbudi daya.

Pendekatan ekologi ini ditekankan pada keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu dengan variabel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan : (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.

Dalam sistematika Kirk ditunjukkan bahwa ruang lingkup lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).

Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya. Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relik fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik. Studi mendalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan.

Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan ini fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.

Terdapat beberapa tema analisis dalam pendekatan ekologi yang dikembangkan geografi, yaitu :

1. Analisis perilaku manusia terhadap lingkungan (human behaviour-environment analisys) Fokus dari analisis tema ini adalah perilaku manusia baik perilaku sosial, perilaku ekonomi, perilaku kultural, dan bahkan perilaku politik yang dilakukan oleh sesorang atau komunitas tertentu. Contoh analisis : a. Penambangan liar Beberapa tahun terakhir, penambangan liar sangat marak di Kal-Sel. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian dari pemerintah, minimnya pengetahuan masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat yang masih memprihatinkan sehingga mereka mudah terbuai janji-janji manis para investor penambang liar, dan adanya oknum-oknum tertentu di balik kegiatan penambangan liar tersebut. Prosesnya terbilang mudah, masyarakat hanya perlu menyerahkan lahannya untuk digali, setelah penggalian selesai lahan tersebut dikembalikan dan masyarakat mendapat uang ganti atas bahan yang telah diambil dari lahannya tersebut. Akan tetapi dampak yang dihasilkan sangat besar, lubang-lubang bekas galian tambang dibiarkan begitu saja, menjadi sumber berkembangnya penyakit dan menjadi lahan kritis. Hal ini tentu pada akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri. Disini, pemerintah sebagai pihak yang berwenang seharusnya dapat lebih mengawasi kegiatan penambangan di wilayahnya. Selain itu juga harus memberikan pengertian kepada masyarakat tentang betapa merugikannya bekerjasama dengan para penambang liar serta memberantas para oknum yang berada dibalik penambangan liar itu sendiri. b. Pembukaan lahan di hutan lindung Saat tiba musim kemarau, masyarakat di sekitar hutan lindung seringkali beramai-ramai membuka lahan di hutan dengan cara membakarnya. Lahan ini disiapkan untuk musim tanam berikutnya yang akan segera datang. Mereka biasanya melakukan pembakaran secara berkelompok maupun secara sendiri-sendiri. Hal ini kadang luput dari perhatian dinas kehutanan, karena posisinya yang mungkin cukup jauh masuk ke dalam hutan dan kurangnya kepedulian dari para petugas dinas kehutanan itu sendiri. Dampaknya, sudah pasti kerusakan hutan. Tanaman yang berada di wilayah itu akan habis terbakar dan apabila ternyata kebakaran tersebut meluas tentu hutan yang mengalami kerusakan akan semakin luas lagi. Cara mengatasinya mungkin cukup sulit, karena hal itu terkadang telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam masyarakat. Penyuluhan yang semakin giat dan pengawasan ketat harus dilakukan oleh dinas kehutanan. c. Perburuan hewan langka Paus merupakan salah satu hewan langka dan keberadaannya seharusnya dilindungi. Akan tetapi di wilayah Indonesia

bagian Timur, paus justru diburu dan telah menjadi tradisi budaya masyarakat sekitar. Pada bulan-bulan tertentu, masyarakat berlomba-lomba untuk memburu paus di wilayah perairan mereka. Mereka berkelompok dalam perahu-perahu tradisional dan memburu paus dengan cara menumbaknya. Tradisi ini memang unik, tapi setidaknya harus ada regulasi yang lebih jelas dan tegas untuk mengatur masalah tersebut. Sehingga nantinya tradisi ini tidak menyebabkan paus punah dari permukaan bumi. Regulasi yang tepat, itulah hal yang harus diberlakukan salam kasus ini. Harus jelas bagaimana proses perburuan yang dilakukan, jenis paus yang boleh diburu dan jumlahnya. Semua itu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengaturnya dan membantu kegiatan penyelamatan hewan langka tanpa mematikan unsur budaya yang ada dan berkembang di masyarakat. d. Membom ikan Di beberapa daerah seringkali terdapat nelayan yang terlalu pintar dalam usahanya memperoleh ikan. Mereka menggunakan bom rakitan untuk memperoleh lebih banyak ikan. Faktor ekonomi menjadi salah satu alasan munculnya perilaku ini. Pertama-tama nelayan merakit bom ikan di darat, lalu mereka membawanya ke laut. Kemudian melemparkannya ke tempat dimana ikan banyak berkumpul. Akibat dari bom ikan ini adalah rusaknya terumbu karang, dan ekosistem bawah laut diman bom tersebut dilemparkan. Selain itu, bom ikan ini juga membunuh ikan yang masih berukuran kecil, akibatnya proses regenerasi ikan terganggu dan mungkin saja dapat menyebabkan kepunahan pada spesies ikan tertentu. Selain itu unsur kimia yang terkandung di dalam bom ikan juga dapat mencemari perairan laut sekitar. Disini peranan dinas kelautan dan TNI AL sangat diharapkan. Razia rutin dan penyuluhan bagi intensif bagi para nelayan harus dilakukan. Memang hal ini bukan berarti dapat menghentikan pemboman ikan di laut, tapi setidaknya hal ini dapat digunakan untuk menumbuhkan kesadaran nelayan itu sendiri tentang bagaimana memelihara dan melestarikan laut. e. Membuang sampah ke sungai Membuang sampah ke sungai sepertinya telah menjadi tradisi dari masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, seperti di Kalimantan Selatan. Hal ini sudah mendarah daging dalam masyarakat kita. Mereka beranggapan tidak apa-apa karena sampah yang dibuang ke sungai toh akhirnya akan terbawa arus sungai ke laut. Paradigma ini tentu tidak benar. Sampah yang dibuang ke sungai beragam jenisnya, mulai dari limbah rumah tangga, limbah kertas, hingga limbah plastik, semuanya dibuang ke sungai. Akibatnya sungai menjadi kotor, bahkan dipenuhi sampah seperti gambar di atas. Hal ini sangat mengganggu pemandangan, membuat berbagai penyakit tumbuh dan berkembang serta dapat menyebabkan banjir. Hal terpenting disini adalah bagaimana caranya menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai masalah tersebut, dan ini menjadi tugas besar bagi pemerintah kita.

2. Analisis aktivitas manusia terhadap lingkungan (human activity/performance-environment analysis) Fokus dari analisis tema ini menekankan pada keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungannya. Kegiatan manusia ini terkait dengan tindakan manusia dalam menyelenggarakan kehidupannya, misalnya : kegiatan pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, pertambangan, pembangunan perumahan, transportasi, dan lain sebagainya.

Contoh analisis : a. Perkebunan kelapa sawit Wilayah di Kalimantan Selatan terbilang cukup luas, tetapi perkebunan kelapa sawit yang berkembang pesat bisa dikatakan hanya di daerah Tanah Laut. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi tanah dan iklim Tanah Laut yang cocok untuk usaha perkebunan kelapa sawit. Selain itu perhatian pemerintah daerahnya yang cukup pada bidang ini menyebabkan banyak investor dan masyarakat yang berminat untuk menanam kelapa sawit. b. Perkebunan teh Daerah Jawa Barat menjadi sentra perkebunan teh di Indonesia. Karena beberapa daerah di wilayah Jawa Barat memiliki iklim yang lebih dingin dari wilayah lain sehingga tanaman teh dapat berkembang dengan baik. Struktur tanah yang cocok juga menjadi faktor penentu berkembangnya perkebunan teh di wilayah ini. Karena faktor-faktor tersebut, pemerintah daerah Jawa Barat memfokuskan perhatian terhadap perkebunan teh ini, dan menjadikannya sebagai salah satu sumber pendapatan utama. Hasil yang di dapat pemerintahnya tidak hanya dari produk teh itu sendiri tetapi juga dari hasil potensi wisata yang muncul karena adanya perkebunan di wilayahnya tersebut. c. Pertanian rumput laut Meski wilayah perairan di Kotabaru cukup luas, akan tetapi potensi pertanian di wilayah ini hanya di beberapa area saja. Salah satunya adalah di Lontar. Daerah ini berhasil mengembangkan pertanian rumput laut dibandingkan daerah lainnya karena kondisi alamnya lebih mendukung. Arus laut di daerah ini tidak terlalu deras sehingga rumput laut dapat berkembang dengan baik. d. Pertanian padi Pertanian padi di daerah Tanah Bumbu lebih berkembang dengan baik dibandingkan dengan di wilayah Pulau Laut (Kotabaru). Di sepanjang jalan provinsi di Pagatan dan Batulicin, tanaman padi terhampar luas sepanjang mata memandang. Jenis tanah yang cocok dan varietas padi yang sesuai membuat pertanian padi di daerah ini berkembang lebih pesat. Selain itu unsur cuaca juga cukup mendukung. Pemerintah daerah yang giat mengadakan penyuluhan dan memberikan bantuan-bantuan membuat masyarakat tertarik untuk menanam padi. e. Industri batu bata Di daerah Kotabaru banyak terdapat industri batu bata. Akan tetapi tidak semuanya berkembang dengan baik, bahkan ada beberapa yang akhirnya mati. Perbedaan berkembangnya industri ini akibat berbedanya jenis tanah yang digunakan dalam pembuatan batu bata itu sendiri, kemudian perbedaan suhu pembakaran serta perbedaan cara pembuatan dari masingmasing pelaku industri itu sendiri. f. Perkebunan tanaman tebu Di pulau Kalimantan tanaman tebu tidak berkembang dengan baik, sedangkan di Pulau Jawa tanaman tebu justru menjadi salah satu komoditi andalan. Ternyata faktor yang mempengaruhi hal ini adalah perbedaan jenis tanah, cuaca dan perilaku masyarakat yang berbeda.

g. Perkebunan jagung Perkebunan jagung di wilayah Tanah Laut berkembang cukup baik dibandingkan daerah lain, bahkan menjadi salah satu komoditi andalan Bumi Tuntung Pandang ini. Tanaman jagung di daerah ini terkenal hingga ke kabupaten-kabupaten lain. Kondidi tanah dan cuaca yang cocok menjadi faktor penentu perkembangannya

3. Analisis kenampakan fisik alami terhadap lingkungan (physico natural features/performanceenvironment analysis) Fokus analisis dari tema ini menekankan pada keterkaitan antara kenampakan fisik alami dengan elemen-elemen lingkungan. Contoh analisis : a. Sungai yang keruh Air sungai alami yang semula jernih berubah menjadi keruh dan menurunkan kualitas air sungai tersebut. Gejala berubahnya warna air sungai ini karena adanya keterkaitan beberapa faktor seperti penggundulan hutan, perubahan kondisi tata guna hutan dan pengolahannya, peningkatan curah hujan di daerah hulu, peningkatan arus yang menyebabkan sedimen-sedimen di dasar sungai naik ke permukaan, dll. Penggundulan hutan di daerah hulu sungai dan meningkatnya curah hujan membuat air sungai bertambah keruh karena air hujan menggerus tanah yang terbuka. b. Pantai yang kotor Pantai alami yang kotor ini mengganggu pemandangan dan mengakibatkan menurunnya jumlah pengunjung di Pantai Losari. Kondisi ini disebabkan karena pola kehidupan masyarakat sekitar yang membuang sampah ke laut, kemudian arus air laut akhirnya membawa sampah-sampah itu ke arah pantai. Disini terlihat keterkaitan antara perilaku masyarakat dengan fenomena lingkungannya yaitu arus air laut. c. Pulau kecil yang hampir tenggelam Pulau ini bernama pulau Nipah, terletak di wilayah perbatasan dengan negara Singapura. Pulau ini hampir tenggelam akibat adanya penambangan pasir. Pasir-pasir dari pulau Nipah dibawa ke Malaysia oleh oknum-oknum tertentu. Pulau kosong tanpa satupun kenampakan alam di atasnya ini ibarat sepotong gabung yang terombang ambing di tengah lautan. Pengaruh abrasi laut juga mempercepat proses tenggelamnya pulau ini. Beberapa waktu yang lalu pemerintah akhirnya turun tangan untuk menyelamatkan pulau ini, yaitu dengan cara mereklamasi pulau secara keseluruhan agar tidak benar-benar tenggelam. d. Hutan yang gundul Hutan alami ini menjadi gundul akibat adanya kegiatan penggundulan oleh masyarakat sekitar dan adanya longsor yang terjadi. Longsor terjadi di lereng hutan ini karena air tidak mampu lagi menahan curah hujan yang meresap ke dalam tanahnya. e. Air tanah berkurang

Setiap musim kemarau, muncul keluhan-keluhan masyarakat tentang berkurangnya air tanah. Hal ini membuat musim kemarau menjadi semakin berat bagi masyarakat. Kurangnya daerah resapan air menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah air tanah. f. Pendangkalan sungai Sungai-sungai di Kalimantan Selatan banyak yang mengalami pendangkalan. Penyebabnya adalah sedimentasi yang terlalu berlebihan. Penggundulan hutan di daerah hulu sungai menyebabkan banyak sedimen yang terbawa hingga ke daerah hilir. Sedimen-sedimen itu akhirnya mengendap dan menyebabkan pendangkalan sungai. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan pengerukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS).
Label: ::geografi::

0 komentar: Poskan Komentar


Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

::my time::

::tags:: ::from kak Anne Ahira::

::pendidikan:: ::something 'bout love 'n life::

::geografi::

::my life:: ::poetry from heaven::

::song from distance::


::sekitar kita:: ::widget::
::tips::

::wisata cinta::

::blog archive::
2011 (69) o Juni (11)

o April (6) o Maret (16) Love = Waiting 4 A Bus.... Ada Benernya Sih... Kode Etik Profesi Guru Indonesia Pendekatan Ekologi (Ecological Approach) Pendekatan Keruangan (Spatial Approach) Ciri-Ciri Desa Menurut Para Ahli Definisi Desa Jika Anak Tak Mau Sekolah Jenis-Jenis Belajar Pengertian Belajar Model-Model Pembelajaran Cukup Bergeser Bolehkah..?? Huruf.. Perkenalkan.. Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Berbasis Masalah o Februari (1) o Januari (35) 2010 (17)

::it's me::

dee.jie.ta Banjarmasin, South Borneo, Indonesia Saya seorang mahasiswi Pendidikan Geografi di FKIP UNLAM Banjarmasin.. Begitu banyak hal di dunia ini yang ingin saya lihat.. Begitu banyak orang yang ingin saya bahagiakan.. Semoga saya bisa mewujudkan itu semua.. aminn.. Lihat profil lengkapku

::followers::

You might also like