You are on page 1of 2

Solusi Kebakaran Hutan di daerah Kalimantan Tengah

Sebagai negara yang memiliki hutan terluas di Asia dan yang terluas ketiga di dunia,
Indonesia sudah sepatutnya menjaga kelestarian hutannya. Namun karena praktek
korupsi dan kolusi yang dilakukan npemerintah sejak rezim orde baru hingga saat ini,
hutan Indonesia semakin tidak terselamatkan. Betapa tidak, saat ini Indonesia
kehilangan sekitar dua juta hektar hutan setiap tahun, meningkat dari satu juta hektar
per tahun pada tahun 1980-an. Luas hutan mengalami penurunan dari 162 juta hektar
pada tahun 1950 menjadi 98 juta hektar pada tahun 2000. Hutan-hutan dataran rendah
Indonesia, yang paling kaya persediaan kayu dan keanekaragaman hayatinya, hampir
seluruhnya lenyap di Sulawesi, dan akan lenyap di Sumatera pada tahun 2005 dan di
Kalimantan pada tahun 2010. Data ini diambil dari laporan Forest Watch Indonesia
(FWI), Global Forest Watch (GFW), dan World Resources Institute (WRI). Kerusakan
hutan tang terjadi selama ini, bukan hanya disebabkan oleh praktek illegal logging,
namun juga praktek pembakaran hutan, baik yang disengaja maupun tidak.

Perluasan lahan dengan cara pembakaran hutan, sangatlah merugikan. Selain


menimbulkan asap yang sangat besar yang dapat menjangkau negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura, pembakaran hutan juga merusak ekosistem yang ada
khususnya kondisi lahan yang menjadi rusak dan hilangnya satwa – satwa langka yang
dilindungi. Semestinya dengan adanya satelit NOAA yang dapat memantau titik spot api
pemerintah daerah sudah dapat mengantisipasi terjadinya kebakaran ini. Tetapi
kebakaran hutan tahun yang lalu membuat semua aktivitas ekonomi terganggu dan
penerbangan dari dan ke Bandara Cilik Riwut dan bandara-bandara yang ada di
Kalimanatan Tengah lumpuh total, ini juga terjadi di Jambi dan Riau. Malaysia juga
telah membantu dengan mengirimkan tim penanggulangan kebakaran yaitu bomba,
namun mereka akhirnya pulang karena tidak sanggup menghadapi luasnya kebakaran
yang terjadi didaerah Riau. Saya mengharapkan agar masyarakat jangan membakar
hutan dengan cara peladang berpindah-pindah, Pemerintah Daerah juga harus
memberikan sanksi yang tegas kepada masyarakat dan perusahaan-perusahaan yang
membakar hutan untuk perluasan perkebunannya serta aparat polisi dapat menerapkan
hukum dengan tegas dengan tidak pandang bulu.

Selain itu Pemerintah Daerah mengupayakan pencegahan dengan melakukan sosialisasi


dengan masyarakat, memberikan cara-cara dan penyuluhan bertani dan bercocok
tanam yang baik serta bantuan-bantuan hand traktor kepada petani-petani di daerah
ini. Apalagi saat ini Pemerintah Pusat akan mensosialisasikan HTR (Hutan Tanaman
Rakyat) sebagai program untuk merehabilitasi hutan di masa yang akan datang. Pada
musim kemarau Oktober dan November pemerintah daerah sudah harus
mengantisipasi kebakaran hutan ini agar tidak terulang kembali seperti pada tahun
yang lalu. Pemerintah dapat melakukan program revitalisasi kehutanan yaitu program
yang diberikan oleh Departemen Kehutanan untuk masyarakat yaitu hutan tanaman
rakyat sebanyak 15 hektar per orang secara bertahap. Program ini akan diterapkan di
Kalimantan yaitu diberikan dalam bentuk bibit karet. Sumber dana dari proigram ini
diperoleh dari dana reboisasi. Hal ini dilakukan untuk merehabilitasi 5,4 juta hektar
hutan di Indonesia yang merupakan hutan kritis. Selanjutnya agar hutan yang krisis
tersebut dapat ditutupi oleh Hutan Tanaman Rakyat, penyaluran dana kepada
masyarakat tentunya harus diseleksi dan sesuai dengan kemampuan serta dedikasi
mereka dalam mengelola dana yang diberikan oleh Departemen Kehutanan tersebut.
Kita harapkan dengan adanya program ini juga dilakukan pengawasan secara
berkelanjutan dan juga dilakukan perawatan dengan menggunakan dana perawatan
secara signifikan. Revitalisasi kehutanan memiliki konsep yang bagus, namun kini
tergantung pembina masyarakat di daerah tersebut. Karena target masyarakat agar
anak mereka dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.

-Hamdhani SIP- 2007


Anggota Dewan Perwakilan Daerah Kalimantan Tengah

You might also like