You are on page 1of 6

PROBLEMATIKA FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER

A. PENGERTIAN Dari segi bahasa, Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu gabungan dari kata Philo yang artinya cinta, dan Sofia yang artinya kebijaksanaan, atau pengetahuan yang mendalam. Jadi dilihat dari akar katanya, filsafat berarti ingin tahu dengan mendalam atau cinta terhadap kebijaksanaan. Adapun makna filsafat menurut terminologi adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal, untuk mengetahui hakekat segala sersuatu yang ada, seperti hakekat alam, hakekat manusia, hakekat masyarakat, hakekat ilmu, hakekat pendidikan dan seterusnya. Dengan demikian maka muncullah apa yang disebut filsafat alam, filsafat manusia, filsafat ilmu dan sebagainya. Dalam pada itu perlu juga dijelaskan tentang ciri-ciri berfikir yang filosofis. Yaitu harus bersifat sistematis, maksudnya fikiran tersebut harus lurus, tidak melompat-lompat sehingga kesimpulan yang dihasilkan oleh pemikiran tersebut benar-benar dapat dimengerti. Kedua harus bersifat radikal, maksudnya harus sampai ke akar-akarnya sehingga tidak ada lagi yang tersisa untuk dipikirkan. Ketiga harus bersifat universal yaitu menyelurug, melihat hakekat sesuatu dari hubungannya dengan yang lain dan tidak dibatasi untuk kurun waktu tertentu. Adapun pengertian Islam dari segi bahasa adalah selamat sentausa, berserah diri, patuh, tunduk dan taat. seseorang yang bersikap demikian disebut Muslim, yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh dan tunduk kepada Alloh Swt. Islam menurut terminologi adalah Agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan oleh Alloh kepada manusia melalui nabi Muhammad sebagai Rasul Allah. Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Filsafat Islam adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal tentang hekekat segala sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Singkatnya filsafat Islam itu

adalah Filsafat yang berorientasi kepada Al Quran, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah. Jadi ciri utama filsafat Islam adalah berfikir tentang segala sesuatu, dapat berfikir teratur, tidak cepat puas dalam penemuan sesuatu,selalu bertanya dan saling menghargai pendapt orang lain. B. Filsafat Pendidikan Islam Filsafat, banyak orang menganggapnya sebagai suatu hal yang sulit untuk diterima keberadaannya. Tatkala mendengar ada orang berfilsafat, maka asumsi yang muncul cenderung menganggap bahwa dia mulai memasuki daerah yang menyesatkan. Padahal kenyataannya tidak demikian. Justru dengan filasafatlah orang akan menemukan hakikat dari segala sesuatu yang ada, mengingat filsafat itu sendiri berarti melihat segala sesuatu dengan penuh perhatian dan minat, atau berfikir tentang segala sesuatu dengan disadarinya. Bagi seorang ilmuwan, berfikir filsafat merupakan suatu keharusan, sehingga ia tidak hanya mengenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri, tapi ia melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lain; kaitan ilmu dengan moral, akaitan ilmu dengan agama, dan akhirnya mendapatkan keyakinan tentang kaitan ilmu dengan kebahagiaan dirinya. Inilah yang dimaksud dengan sifat menyeluruh dari filsafat. Di samping itu, berfikir filsafat akan menggiring seorang ilmuwan untuk melihat pijakannya. Ia akan mempertanyakan tentang kebenaran ilmu. Ia akan berfikir secara mandasar, melihat hakikat ilmu itu sendiri, sebagai ciri lain dari berfikir filsafat. Walaupun demikian, berfilsafat tidak bisa lepas dari cirinya yang ketiga, yakni sifat spekulatif. Seorang ilmuwan tidak mungkin menangguk pengetahuan secara keseluruhan, dan bahkan tidak yakin kepada titik awal yang menjadi jangkar pemikirannya yang mendasar, dalam hal ini ia hanya berspekulasi. Memang spekulasi bukanlah suatu dasar yang bisa diadakan, namun bagi seorang filsuf hal ini tidak bisa dihindarkan. Yang penting dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, ia bisa memisahkan antara spekulasi yang dapat

diandalkan dan yang tidak. Dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasardasar yang dapat diandalkan. Berdasarkan fenomena di atas, maka lahirlah filsafat ilmu, sebagai alat bantu seorang ilmuwan dalam mencari gambaran tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sisi, atau studi masalah eksplanasi, artinya bagaimanakah menjelaskan tentang ilmu menurut proses berfikir yang logik dan rasional. Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah)2. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis3. Ilmu atau pengetahuan pendidikan ialah pengetahuan yang logis dan didukung bukti empiris4. Ia juga merupakan cabang pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmi-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena pemasalahan-permasalahan tekhnis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pambatasan masing-masing bidang yang ditelaah yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencerminkan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuanpengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan prinsipil antara ilmuilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama. Para pemikir dan cendekiawan muslim di penghujung abad 20 ini juga berpendapat demikian. Misalnya, Muhammad Naquib al-Attas dalam The concept of Education in Islam 47-56) serta Islam dan sekularisme (1981:195-203). Ismail Raji al-Faruqi (1982:3-8) mengkritik ilmu pengetahuan barat yang berkembang dewasa ini sebagai telah terlepas dari nilai dan harkat Manusia, dari nilai-nilai spiritual dan hubungan dengan Tuhan. Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf mengkritik ilmu barat sebagai yang tidak di tata untuk mewujudkan kesejahteraan dan menjunjung tinggi kemuliaan manusia (1979:7-35,74-91). Syed Hossein Nasr mengkritik ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat yang berkembang dewasa ini sebagai yang tidak mempunyai metode untuk lebih mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dalam kehidupan manusia karena harus didasarkan pada

kenyataan empiris (1983:7-8). Maka mereka berpendapat bahwa dalam rangka membawa kesejahteraan bagi umat manusia, pengembangan ilmu pengetahuan perlu dikembalikan pada kerangka dan perspektif ajaran Islam. Ismail Raji alFaruqi menyerukan perlunya dilaksanakan gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan. Di sinilah peranan penting filsafat sains Islam, yang dengan bantuannya hakikat ilmu-ilmu Islam dapat terungkap. C. Langkah-Langkah dan Paradigma Islamisasi Ilmu pengetahuan Langkah-langkah Islamisasi ilmu pengetahuan sebagaimana disebutkan oleh Prof. Dr. Juhaya S. Praja, adalah sebagai berikut : 1) Penguasaan disiplin ilmu modern dengan menguraikannya kedalam ketegorikategori, prinsip-prinsip, metodologi, problem dan tema yang dominan di Barat. 2) Survey disiplin ilmu yang dibuat dalam bentuk essay untuk mengetahui garis besar asal-usul dan sejarah perkembangan dan metodologinya. Perluasan visi bidang kajiannya, dan konstribusi utamanya yang menyebabkan banyak penggemarnya. 3) Menguasai warisan Islam sebagai titik tolak Islamisasi pengetahuan. 4) Penyajian disiplin ilmu Islam yang relevan dan khas Islam. 5) Penilaian kritis atas disiplin ilmu 6) Penilaian kritis atas warisan Islam. 7) Melakukan survey atas masalah pokok umat Islam. 8) Survey atas masalah umat Islam.
9) Melakukan analisis kreatif dan sintesa yang hanya dapat dilakukan bila telah

dikuasai disiplin ilmu dan warisan Islam sekaligus serta melakukan analisis kritis terhadap keduanya 10) Mentata ulang disiplin ilmu di bawah framework Islam : Menyediakan tekx book untuk Universitas. 11) Melaksanakan berbagai konfrensi, seminar, workshop dsb. Sebagai faculty training.

Adapun paradigma Islamisasi ilmu pengetahuan yang harus di miliki oleh seorang Ilmuan adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
9)

Teori Tentang Sifat Setiap Ilmu: Subyektivitas dan byektivitas. Tauhidullah : Ilmu Tauhid : Dasar ilmu keagamaan dan ilmu kealaman. Al-Ruju ila al-Quran wa al- Sunnah. Persesuaian antara akal dengan wahyu. Pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya telah di jelaskan Rosul. Keadilan. Kebenaran itu ada dalam kenyataan bukan dalam alam pikiran. Teori Fitrah. Ilmu-ilmu Islam dan misi manusia D. Kesimpulan Pemisahan antara pendekatan ilmiah dan pendekatan wahyu menurut ajaran Islam tidak patut terjadi. Pengetahuan ilmiah yang didapatkan dengan pemahaman yang kritis terhadap fakta juga sering didasarkan pada landasan pemikiran tertentu, misalnya, berupa pandangan terhadap manusia, paradigma, postulat, konsep, prinsip, asumsi,dan hipotesis yang juga tidak dipertanyakan kebenaranya dan merupakan pilihan peneliti dari sekian banyak landasan pemikiran yang ada. Ajaran Islam juga berisi pandangan tertentu terhadap manusia dan kehidupan yang dapat menjadi landasan pemikiran dalam pengembangan berbagai ilmu. Berarti, memasukan ajaran Islam dalam penelitian ilmiah tidaklah menyalahi prinsip keilmuan. Oleh karena itu, dalam rangka mengimbangi kemajuan Barat dan sekaligus memberantas dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi modern, maka Islamisasi ilmu pengetahuan sudah sepatutnya untuk dilakukan. Studi filsafat sains Islam menempati posisi penting dalam upaya ini.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial: Studi Banding antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Ananda, Sudamara. 2001. Filsafat Ilmu. Projustitia tahun XIX no. 2. Bakar, Osman. 1997. Hierarki Ilmu: Membangun Rangka-pikir Islamisasi Ilmu. Bandung: Mizan. Garna, Judistira K, H.. 1999. Metode Penelitian: Pendekatan Kualitatif. Bandung: Primaco Akademika c.v.. Nazir. 1985. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Praja, Juhaya S.. 2000. Filsafat Ilmu: Menelusuri Struktur Filsafat Ilmu dan Ilmuilmu Islam. Bandung: Program Pasca Sarjana IAIN SGD Bandung. Suriasumantri, Jujun S.. 1999. Filsafat Ilmu: sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Tafsir, Ahmad. 1999. Filsafat Ilmu. Bandung: Program Pasca Sarjana IAIN SGD Bandung.

You might also like