You are on page 1of 5

3. Hadits Dhaif a. Pengertian hadits Dhaif Dhaif menurut lughat adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat).

Adapun menurut Muhaditsin, Hadits Dhaif adalah semua hadits yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi hadits yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadits dhaif adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadits sahih dan hasan. b. klasifikasi Hadits Dhaif Para ulama Muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadits dari dua jurusan, yakni dari jurusan sanad dan matan. Sebab-sebab tertolaknya hadis dari jurusan sanad adalah: 1. Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun ke-dhabitannya. 2. Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seorang rawi atau lebih, yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama lain. Adapu cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi itu ada sepuluh macam, uaitu sebagai berikut: 1. Dusta 2. Tertuduh dusta 3. Fasik 4. Banyak salah 5. Lengah dalam menghapal 6. Menyalahi riwayat orang kepercayaan 7. Banyak wahan (purbasangka) 8. Tidak diketahui identitasnya 9. Penganut bidah 10. Tidak baik hafalannya

1. Klasifikasi hadis dhaif berdasarkan cact pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi a. Hadis Maudhu 1. Pengertian hadist maudhu

Hadis Maudhu adalah, Hadis yang diciptakan serta dibuat oleh seseorang (pendusta) , yang ciptaan itu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik disengaja maupun tidak. 2. Ciri-ciri hadis Maudhu Para ulama menentukan bahwa ciri ciri ke-maudhu-an suatu hadis terdapat pada sanad dan matan hadis. Ciri ciri yang terdapat pada sanad hadis, yaitu adanya pengakuan dari si pembuat sendiri, qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadis maudhu, dan qarinah-sqarinah yang berpautan denagn tingkah lakunya. Adapun ciri ciri yang terdapat pada matan, dapet ditinjau dari dua segi, yaitu segi makna dan segi lafazh. Dari segi makna, yaitu bahwa hadis itu bertentangan dengan Al Quran, hadis mutawatir, ijma, dan logika yang sehat. Dari segi lafazh, yaitu bila susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih. 3. Karya karya dalam hadis Maudhu Para ulama Muhaditsin, dengan menggunakan berbagai kaidah studi kritis hadis, berhasil mengumpulkan hadis Maudhu dalam sejumlah karya yang cukup banyak. Diantaranya: y Al-Maudhuat, karya Ibn Al-jauzi (ulama yang paling awal menulis dalam ilmu ini) y Al-Laali Al-Mashnuah fi Al-hadits Al-Maudhuah, karya As-suyuthi (ringkasan Ibnu Al-Jauzi denagn beberapa tambahan) y Tanzih Asy-Syariah Al-Marfuah an Al-Hadits Asy-Syaniah AlMaudhuah, karya Ibnu Iraq Al-Kittani (ringkasan kedua kitab tersebut. y Silsilah Al-Ahadits Adh-Dhaifah, karya Al-Albani.

b. Hadits Matruk Hadis Matruk adalah Hadis yang pada sanadnya ada seorang rawi yang tertuduh dusta. Rawi yang tertuduh dusta adalah seorang rawi yang terkenal dalam pembicaraan sebagai pendusta , tetapi belum dapat dibuktikan bahwa ia sydah

pernah berdusta dalam membuat hadis. Seorang rawi yang tertuduh dusta, bila ia bertobat dengan sungguh-sungguh, dapat diterima periwayatan hadisnya. c. Hadis Munkar Hadis mungkar adalah hadis yang pada sanadnya terdapat rawi yang jelek kesalahannya, banyak kelengahannya atau tampak kefasikannya. Lawannya dinamakan Maruf. d. Hadis Syadzdz Hadis Syadzdz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang maqbul, yang menyalahi riwayat orang yang lebih utama darinya, baik karena jumlahnya lebih banyak atau lebih tinggi daya hapalannya.

2. Klasifikasi hadits berdasarkan gugurnya rawi a. Hadis Muallaq Muallaq menurut bahasa, adalah isim maful yang berarti terikat dan tergantung. Sanad seperti ini disebut Muallaq karena hanya terikat dan tersambung pada bagian atas saja, sedangkan bagian bawahnya terputus sehingga menjadi sesuatu yang bergantung pada atap dan yang semacamnya. Sementara itu, menurut istilah, hadis muallaq adalah hadis yang seorang rawinya atau lebih gugur dari awal sanad secara berurutan. Di antara bentuknya adalah bila semua sanad digugurkan dan dihapus, kemudian dikatakan, Rasulullah bersabda. .. atau dengan menggugurkan semua sanad, kecuali seorang sahabat atau seorang shabat tabiin. Contohnya: Bukhari meriwayatkan dari Al-Majisyun dari abdullah bin Fadhl dari Abu Salamah dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW. Bersabda :

Janganlah kalian melebih-lebihkan di antara para nabi. Pada hadis ini, Bukhari tidak pernah bertemu Al-Mjisyun. b. Hadis Mudhal Mudhal secara bahasa adalah sesuatu yang dibuat lemah dan lebih. Disebut demikian, mungkin karena para ulama hadis dibuat lelah dan letih untuk mengetahuinya karena beratnya ketidakjelasan dalam hadis itu. Adapun menurut

istilah muhaditsin, hadis mudhal adalah hadis yang putus sanadnya dua orang atau lebih secara berurutan. Contohnya diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Marifat Ulum Al-Hadis dengan sanadnya kepada Qal-Qanabi dari Malik bahwa dia menyampaikan, bahwa Abu Hurairah berkata Rasulullah bersabda, Seorang hamba sahaya berhak mendapatkan makanan dan pakaian sesuai kadarnya dengan baik dan tidak dibebani pekerjaan, melainkan apa yang dia mampu mengerjakannya. Al-Hakim berkata, hadis ini mudhal dari Malik dalam kitab Al-Muwatha. Hadis ini yang kita dapatkan bersambung sanadnya pada kita selain AlMuwatha, diriwayatkan dari Malik bin Anas dari Muhammad bin Ajlan, dari bapaknya, dari Abu Hurairah. Letak ke-Mudhalan-nya karena gugurnya dua perawi dari sanadnya, yaitu Muhammad bin Ajlan dan bapaknya. Kedua rawi tersebut gugur secara berurutan. c. Hadis Mursal Hadis mursal ialah hadis yang gugur sanadnya setelah tabiin. yang di maksud dengan gugurnya di sini ialah tidak disebutkannya nama sanadnya terakhir. Padahal sahabat adalah orang yang pertama menerima hadis dari rasululah SAW. Al-Hakim merumuskan hadis mursal dengan artinya hadis yang disandarkan langsung oleh tabiin kepada Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Tabiin, baik termasuk tabiin kecil maupun tabiin besar. d. Hadis Munqati Para ulama berbeda pandangan dalam merumuskan defenisi hadis munqati, antara lain : 1. Hadis yang pada sanadnya terdapat seseorang perawi yang gugur atau pada sanadnya tersebut disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal namanya. 2. Hadis yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih atau pada sanadnya disebutkan nama seseorang yang tidak di kenal namanya

3.

Hadis yang seorang perawihnya gugur sebelum sahabat pada satu tempat atau gugur dua orang perawinya pada dua tempat yang tidak berturut-turut.

Dilihat dari segi persambungan sanadnya, hadis munqati termasuk dalam kelompok hadis dhaif. Dengan demikian, hadis ini tidak dapat dijadikan hujjah karena karena gugurnya seorang perawi atau lebih menyebabkan hilangnya salah satu syarat dari syarat-syarat sahih, yang berarti tidak memenuhi syarat hadis sahih. e. Hadis Mudal Hadis mudal ialah hadis yang gugur dua orang sanadnya atau lebih secara

berturut-turut. Dalam pengertian yang lebih lengakap hadis mudal di rumuskan dengan hadis yang gugur dua orang perawinya atau lebih secara berturut-turut, baik gugurnya itu antara sahabat dengan tabiin atau dua orang sebelumnya. Dari segi pengertian di atas, jelas bahwa hadis hadis mudal berbeda dengan hadis munqati. Pada hadis mudal, gugurnya dua orang perawi terjadi secara berturut-turut, sedangkan pada hadis munqati , gugurnya dua orang perawi, terjadi secara terpisah (tidak berturut-turut).

You might also like