You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Setelah proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain yang oleh para pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu perumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa dalam kedudukan yang seperti itu Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional. Dengan lain perkataan bangsa Indonesia harus memiliki rasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan

Pancasila dalam Kajian Historis

melalui suatu kekuasaan melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah bangsa. Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disyahkan menjadi Dasar Negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri. Konsekuensinya secara historis Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara serta ideologi bangsa dan Negara bukannya suatu ideologi yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri (Kaelan, 2002). Peristiwa G. 30 S/PKI Lubang Buaya pada tahun 1965, misalnya merupakan salah satu bukti pemberontakan yang ingin menyelewengkan Pancasila dan mengganti dengan ideologi lain yaitu paham komunis. Penyebab utama terjadinya penyelewengan ialah karena Pancasila yang merupakan Dasar Negara dan Pandangan hidup bangsa Indoneisa belum dihayati dan diamalkan dalam kehidupan bernegara (Soegito et al., 2006). Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh bagaimana Pancasila dalam kajian historis dan kasus G. 30 S/PKI tersebut melalui sebuah makalah dengan judul Pancasila dalam Kajian Historis. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 1. Permasalahan Teoritis

Pancasila dalam Kajian Historis

1.1. Bagaimanakah pancasila dalam kajian historis? 1.2. Apakah bukti-bukti historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila akan dijadikan Dasar Negara? 2. Kajian Kasus 2.1. Bagaimanakah kajian historis Pancasila dalam peristiwa G. 30 S/PKI ? 2.2. Bagaimanakah pandangan dan tanggapan terhadap kasus G. 30 S/PKI ? 2.3. Apakah faktor penyebab munculnya kasus G. 30 S/PKI ? 2.4. Bagaimanakah solusi untuk menangani permasalahan dari kasus G. 30 S/PKI ? 1.3 TUJUAN Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kajian historis pancasila 2. Untuk mengetahui bukti-bukti historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila akan dijadikan Dasar Negara 3. Untuk mengetahui kajian historis Pancasila dalam peristiwa G. 30 S/PKI 4. Untuk memberikan pandangan dan tanggapan terhadap kasus G. 30 S/PKI 5. Untuk mengetahui faktor penyebab munculnya kasus G. 30 S/PKI 6. Untuk mencari solusi dalam menangani permasalahan dari kasus G. 30 S/PKI 1.4 MANFAAT Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis, seperti pengalaman dalam mengumpulkan bahan dari berbagai

Pancasila dalam Kajian Historis

sumber baik buku-buku maupun artikel-artikel yang relevan dengan masalah yang dikaji. Selain itu penulis juga mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari berbagai sumber. 2. Bagi Pembaca Mahasiswa yang membaca makalah ini akan dapat memahami bagaimana Pancasila dalam kajian historis dan kasus G.30 S/PKI yang merupakan salah bukti pemberontakan dan penyelewengan Pancasila. Makalah ini juga dapat dijadikan sumber refrensi bagi mahasiswa untuk memahami, mengamalkan, mengamankan dan menyebarluaskan Pancasila melalui pendidikan.

Pancasila dalam Kajian Historis

BAB II PEMBAHASAN 2.1 PERMASALAHAN TEORITIS 2.1.1 Pancasila dalam Kajian Historis Pancasila lahir melalui proses yang sangat panjang, berates-ratus tahun bangsa dalam perjalanan hidupnya (zaman kerajaan dan penjajahan) berjuang untuk menentukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri sera memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Berdasarkan kenyataannya pancasila mempunyai sejarah dari zaman ke zaman, sebagai berikut. 1) Zaman Kerajaan Pada zaman ini masyarakat belum mengenal Pancasila tetapi mereka sudah mengamalkan unsur-unsur Pancasila, seperti hidup saling tolong menolong dan mengamalkan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Dimana masyarakat pada zaman ini sudah memiliki sistem pemerintahan yang kuat. a. Zaman Kutai Pada zaman ini masyarakat kutai yang membukai zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan. b. Zaman Sriwijaya Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuatu negara telah tercemin pada kerjaan Sriwijaya yang berbunyi yaitu marvuat vanua criwijaya siddhayara subhika {suatu cita-cita negara yang adil & makmur}. c. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kerajaan Majapahit Pada zaman ini diterapkan antara lain untuk raja Aiar Langgi sikap tolerensi dalam beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang & kerjasama dengan Benggala, Chola, dan Chompa) serta perhatian

Pancasila dalam Kajian Historis

kerjahteraan pertanian bagi rakyat dengan dengan membangun tanggul & waduk. d. Zaman Kerajaan Majapahit Sumpah Palapa / Gadjahmada berisi cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara. 2) Zaman Kolonial Pada zaman ini Pancasila memang belum dirumuskan , akan tetapi masyarakat sudah mulai menerapkan sepenuhnya isi dari Pancasila meskipun di zaman penjajah ini banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap isi Pancasila oleh para penjajah. Pada zaman ini ada satu nilai dalam Pancasila yang dilupakan oleh rakyat yaitu persatuan dan kesatuan. Karena tidak adanya persatuan dan kesatuan maka para penjajah dengan leluasa masuk ke wilayah Indonesia, menghancurkan dan menguasainya. 3) Zaman Kemerdekaan Pada zaman ini masyarakat sudah mengenal Pancasila dan mereka sudah mengamalkan unsur-unsur dan prinsip-prinsip Pancasila karena Pancasila itu merupakan dasar negara Indonesia. Pada zaman ini Pancasila telah dipandang oleh bangsa asing sebagai dasar negara dan pandangan hidup di zaman reformasi ini. Pada zaman ini Pancasila sudah dirumuskan pada tanggal 18 Agustus 1945. dengan mengamalkan isi Pancasila, masyarakat Indonesia berhasil merumuskan Pancasila dengan cara bermusyawarah. Zaman setelah proklamasi Indonesia RIS dibentuk. Berdirinya RIS adalah sebagai tak-tik secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi proklamasi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu negara persatuan dan kesatuan. 4) Zaman Orde Baru Pada zaman ini bangsa Indonesia masih bisa mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara karena Pancasila dianggap sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pada zaman Orde Baru, Pancasila baru benar-

Pancasila dalam Kajian Historis

benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang dilakukan oleh masyarakat, mereka akan berpedoman pada norma-norma yang ada dalam Pancasila. Tetapi sebagian masyarakat Indonesia telah menyalahgunakan nilai-nilai Pancasila dan terjadilah KKN. Sehingga bangsa Indonesia mengalami krisis terutama dibidang ekonomi. Selain itu, juga terjadi pemberontakan suatu kelompok yang ingin merubah Pancasila yang merupakan dasar negara. Tetapi pemberontakan ini berhasil dilumpuhkan. Ini menunjukkan bukti betapa kuatnya Pancasila 5) Zaman Reformasi Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat cenderung tidak mengimplementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter. 2.1.2 Bukti-bukti Historis yang Menjadi Landasan Bahwa Pancasila Akan dijadikan Dasar Negara Menurut Soegito dkk (2006) bukti atau fenomena historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila akan dijadikan Dasar Negara dapat disimak dari bukti-bukti, peristiwa-peristiwa, ungkapan-ungkapan, atau pernyataan seperti berikut. 1. Dalam pembukaan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (dokuretsu ziumbi choosakai) tanggal 29 Mei 1945. Dr. KIT Radjiman Widyodiningrat sebagai ketua Badan Penyelidik meminta agar sidang mengemukakan dasar indonesia merdeka (filosofische grondslag) dari Indonesia Merdeka. 2. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Moh. Yamin pada permulaan pidato dalam sidang badan penyelidik antara lain mengatakan sebagai berikut:

Pancasila dalam Kajian Historis

kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan bahan yang menjadi Dasar Negara and susunan Negara akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat Indonesia dengan korban darah daging sejak beratus-ratus tahun (Naskah Persiapan UUD 1945). 3. R.P. Soeroso pada waktu memberi peringatan kepada Mr. Muhammad yamin dalam pidato tanggal 29 Mei 1945 antara lain mengatakan sebagai diterangkan oleh ketua Tuan Padjiman tadi yang dibicarakan ialah dasardasar Indonesia merdeka (Naskah Persiapan UUD 1945). 4. Prof. Mr Soepomo dalam pidato sidang pertama badan penyelidik tanggal 31 Mei 1945 antara lain menyebutkan bahwa soal yang yang kita bicarakan ialah bagaimanakah akan Dasar-dasar Negara Indonesia merdeka (Naskah Persiapan UUD 1945). 5. Ir. Soekarno dalam pidato tanggal 1 Juni 1945 dalm sidang badan penyelidik antara lain menyebutkan bahwa yang diminta oleh ketua badan penyelidik adalah agar sidang mengemukakan dasar Indonesia merdeka yaitu filosofische grondslag atau dasar filsafah negara indonesia merdeka tersebut; Pancasila 6. Dalam Piagam Jakarta atau Jakarta Charter tercantum kalimat sebagai berikut. ,maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Hukum dasar Negara Indonesia,yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada:Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya,menurut kebijaksanaan dalam dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat permusyaratan perwakilan,serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat indonesia (Naskah persiapan UUD 1945). 7. Di dalam pembukaan UUD 1945 tercantum kalimat:.. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-

Pancasila dalam Kajian Historis

undang Negara Indonesia,yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada:Ketuhanan Yang Maha Esa , kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan perwakilan,serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat indonesia 2.2 KAJIAN KASUS 2.2.1 Kajian Historis Pancasila dalam Peristiwa G. 30 S/PKI Pada akhir dari Orde Lama, di tandai oleh tragedi nasional yang biasa disebut Gerakan 30 September 1965/ Partai Komunis Indonesia (PKI ). Hal ini merupakan usaha mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan ideologi komunis. Ini merupakan bahaya terbesar bagi Pancasila dan UUD 1945 yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia. Hari Kamis, 30 September malam 1965, PKI telah siap melakukan pemberontakan dengan pangkalan di Lubang Buaya, termasuk daerah pangkalan Halim Perdana Kusumah. Gerakan tersebut dipelopori oleh pasukan Pasopati di bawah pimpinan Lettu Dul Arief dan pasukan yang memakai seragam Resimen Cakrabirawa Pengawal Istana, yang dipimpin oleh Letkol Untung Sutopo. Mereka bergerak hari Jumat, 1 Oktober 1965, pukul 03.00 dini hari memasuki Ibukota dengan sasaran : (a) Menculik dan membunuh beberapa perwira tinggi TNI-AD, dan (b) Menduduki tempat vital, seperti studio Radio Republik Indonesia, pusat telekomunikasi, dan Istana Merdeka. Sasaran yang menjadi korban adalah Letnan Jendral Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jendral haryono (Deputy Khusus) dibunuh di rumah kediaman kemudian dibawa ke Lubang Buaya. Lettu Piere Andreas Tendean (Ajudan menko Hankam KASAB Jenderal A.H. Nasution), Mayor Jenderal Suprapto (Deputy Pembinaan), Mayor Jenderal S. Parman (Asisten I), brigjen D.I. Panjaitan ( Asisten IV), Brigjen Sutoyo Siswomiharjo

Pancasila dalam Kajian Historis

( Inspektur Kehakiman), diculik dan dibawa ke Lubang Buaya, disiksa dan dibunuh, dimasukkan sumur kering. Peristiwa sadis tersebut selesai pukul 06.30 pagi. Dalam usaha penculikan itu Jenderal Nasution dapat menyelamatkan diri, tetapi Ade Irma Suryani, puterinya yang masih kecil, menjadi korban membentengi ayahnya. Dalam penyiksaan di Lubang Buaya tersebut, disaksikan oleh Sukitman (seorang anggota Poltas) yang lepas dari tawanan pemberontak. Selanjutnya Sukitman berjasa sebagai informan dalam pencarian para korban oleh pasukan yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto. Tanggal 2 Oktober 1965 , saat menjelang subuh, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), dibantu Batayon 328 Kujang Siliwangi, berhasil merebut Pangkalan Halim Perdana Kusumah, basis G30S/PKI. Letkol Untung Sutopo dan Dipo Nusantara Aidit (Pimpinan Sentral Komite Partai Komunis Indonesia atau CCPKI) berhasil lolos dan melarikan diri. Tanggal 4 Oktober 1965, dilakukan pengambilan jenazah para perwira Tinggi AD oleh anggota RPKAD dan KKO AL, dipimpin oleh Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto. Pada hari berikutnya, para Perwira Tinggi AD dan Seorang Perwira pertama korban penculikan G30S/PKI tersebut dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi dengan Surat Keputusan No. III/KOTI/1965 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata Jakarta. Dalam hal ini Pancasila dan UUD 1945 telah berhasil digunakan untuk menggagalkan G30S/PKI dan menghancurkannnya. Hal itu artinya, bahwa G30S/PKI tersebut dapat digagalkan oleh kekuatan rakyat yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945. Nilai-nilai Pancasila yang pernah menyelamatkan bangsa Indonesia dari bahaya perpecahan bangsa menjelang Proklamasi Kemerdekaan, saat ini kembali jiwa dan semangatnya berkobar dengan seindah-indahnya untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari pengkhianatan G30S/PKI. Itulah makna dari tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Yang sakti bukan Pancasila sebagai rumusan yuridis formal,

Pancasila dalam Kajian Historis

10

melainkan nilai-nilainya yang dipahami, dihayati, dan diamalkan secara murni dan konsekuen dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kegagalan G30S/PKI berarti berakhirnya masa pemerintahan Orde Lama, dan tangggal 1 Oktober 1965 menjadi awal proses peralihan dari masa pemerintahan Orde lama ke Orde Baru, yaitu orde atau tatanan yang secara murni dan konsekuen. Murni berarti sesuai dengan hakikat makna masingmasing sila dari Pancasila, tanpa rekayasa dan jauh dari pemaksaan; konsekuen berarti tulus dan bertanggung jawab. Mulainya Orde Baru ditengarai dengan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan-tindakan yang perlu demi keamanan bangsa dan negara. Berdasar pada Supersemar tersebut, tanggal 12 Maret 1966 Soeharto membubarkan PKI dengan segenap Ormas (Organisasi Massa) dan Orpol (Organisasi Politik)-nya (Rohman, 2010) 2.2.2 Pandangan dan Tanggapan Terhadap Kasus G. 30 S/PKI Pancasila sejak dahulu kala berakar pada sosio budaya bangsa Indonesia, sehingga merupakan kepribadian bangsa. Hal ini tampak antara lain pada nilai atau rasa kekeluargaan, kekerabatan, gontong royong, tolong menolong, musyawarah mufakat, toleransi, seni budaya, dan lain-lain selain itu masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beragama yang percaya pada adanya Tuhan dan eksistensi Tuhan. Nilai-nilai yang luhur dari Pancasila tersebut dibangun dari pengalaman bangsa Indonesia dari jaman prasejarah. Pandangan atau nilai-nilai tersebut selanjutnya dikukuhkan menjadi Dasar Negara dan diteruskan sampai sekarang. Sedangkan paham para penganut komunis merupakan kelompok yang tidak mengenal agama bahkan anti agama, HAM diabaikan, tidak adanya perbedaan pendapat, tidak adanya kebebasan untuk berpendapat, semua berlandaskan pada materi atau ekonomi semata dan lain-lain. Paham atau nilai-nilai tersebut bertolak belakang dengan nilai- nilai yang luhur dari Pancasila. Paham komunisme

Pancasila dalam Kajian Historis

11

tersebut juga telah mempengaruhi para tokoh PKI sehingga mencetusnya gerakan G. 30 S/PKI. Gerakan ini merupakan bentuk menentang dan ingin mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. Para tokohnya dengan segala cara yaitu dengan picik mengadu domba dengan sadis tanpa memandang HAM demi dan membunuh paham tidak menanamkan

komunismenya di Indonesia. Oleh karena itu, paham atau ajaran komunisme dan PKI dengan gerakannya G.30 S/PKI harus dihapuskan karena sesuai untuk dijadikan landasan masyarakat atau bangsa Indonesia. 2.2.3 Faktor Penyebab Munculnya Kasus G. 30 S/PKI Adapun faktor penyebab munculnya kasus G. 30 S/PKI menurut Mujiarto (2011) adalah sebagai berikut. 1. Sakitnya Presiden Soekarno Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan isu perebutan kekuasaan jika suatu saat Bung Karno meninggal dunia. Padahal Bung Karno hanya sakit ringan saja. Sehingga isu ini hanya sengaja dihembuskan untuk memicu ketidakpastian di masyarakat. 2. Keributan antara PKI dan islam Keributan antara PKI dan islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyaikyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965, hal ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September tersebut. 3. Konfrontasi Indonesia-Malaysia Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk 16 september 1963 adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini. Adanya Konfrontasi Indonesia-Malaysia, merupakan salah satu kedekatan Presiden Sukarno

Pancasila dalam Kajian Historis

12

dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam gerakan G.30 S/Gestok (Gerakan Satu Oktober) dan juga pada akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat. 4. Faktor Kekacauan Ekonomi Indonesia Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Inflasi yang mencapai 650 % membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut, banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek, serta bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi lainnya pun mereka menggunakan kain dari karung sebagai pakaian mereka. Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenam jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash terhadap PKI dan pembantaian orang-orang yang dituduh anggota PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya. 2.2.4 Solusi Untuk Menangani Permasalahan dari Kasus G. 30 S/PKI Adapun solusi untuk menangani permasalahan dari kasus G. 30 S/PKI menurut Rohman (2010) adalah sebagai berikut. 1. Tindakan Kostrad Pangkostrad Mayjend TNI Soeharto segera menyusun rencana untuk menumpas gerakan pengkhiatan G30S PKI. Beliau segera mengkonsolidasikan dan menggerakkan personil Markas Kostrad dan satuansatuan lain di Jakarta yang tidak mendukung Gerakan 30 September, disertai dengan usaha menyadarkan kesatuan-kesatuan yang digunakan oleh Gerakan 30 September. Kegiatan penindakan terhadap PKI yang semula hanya timbul

Pancasila dalam Kajian Historis

13

secara spontan dari masing-masing golongan masa, pemuda, mahasiswa dan pelajar kemudian menjadi lebih luas. Pada tanggal 2 Oktober 1965 berbagai partai politik yaitu NU, IPKI, Partai Katolik, Parkindo, PSII, unsur-unsur seperti, dan unsur-unsur PNI, serta ormas-ormas anti komunis seperti Muhamadiyah, SOSKI, dan lain-lain membentuk dan begabung menjadi fron Pancasila. 2. Tri Tuntutan Rakyat Dalam keadaan serba tidak puas dan tidak sabar, akhirnya tercetuslah Tri-Tuntutan hati Nurani Rakyat, atau lebih dikenal sebagai Tri Tuntutan Rakyat, yang disingkat menjadi Tritura. Dengan dipelopori oleh KAMI dam KAPI, pada tanggal 12 Januari 1966 kesatuan-kesatuan aksi yang bergabung dalam fron Pancasila memenuhi halaman DPR GR dan mengajukan tiga buah tuntutan yang kemudian dikenal sebagai Tritura itu, yang isinya adalah : 1. 2. 3. Pembubaran PKI; Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G-30-S/PKI; dan Penurunan harga dan perbaikan ekonomi.

3. Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Tugas pokok Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban adalah memulihkan keamanan dan ketertiban dari akibat-akibat peristiwa Gerakan 30 September serta menegakkan kembali kewibawaan pemerintah pada umumnya dengan jalan operasi fisik, militer dan mental. Dalam usaha penumpasan gerakan pemberontakan ini, di mana-mana ABRI mendapat bantuan dari rakyat dan bekerjasama dengan organisai-organisasi politik dan organisasi-organisasi masa yang setia kepada Pancasila. 4. Surat Perintah 11 Maret Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden mengeluarkan surat perintah kepada Letjen Soeharto. Pemberian surat perintah tersebut merupakan

Pancasila dalam Kajian Historis

14

pemberian kepercayaan dan sekaligus pemberian wewenang kepada Letjend Soeharto untuk mengatasi keadaan yang waktu itu serba tidak menentu. Keluarnya Surat Perintah tersebut disambut dengan semangat yang menggelora oleh rakyat dan surat perintah tersebut sering disebut Supersemar (Surat Perintah 11 Maret). Berdasarkan kewenangan yang bersumber pada Supersemar, dengan menimbang masih adanya kegiatan sisasisa G30S PKI serta memperhatikan hasil-hasil pengadilan dan keputusan Mahkamah militer Luar Biasa terhadap tokoh-tokoh G30S PKI, pada tanggal 12 Maret 1966 Letjend Soeharto pembubaran PKI dan organisasi-organisasi yang bernaung dan berlindung dibawahnya serta menyatakan sebagai organisasi terlarang di wilayah kekuasaan Negara RI. 5. Pembubaran PKI Berdasarkan wewenang yang bersumber pada Supersemar, Letjend Soeharto atas nama Presiden menetapkan pembubaran dan pelarangan PKI. Keputusan pembubaran dan pelarangan PKI itu diambil oleh pengemban Supersemar berdasarkan pertimbangan bahwa PKI telah nyata-nyata melakukan perbuatan kejahatan dan kekejaman. Bukan itu saja, tetapi telah dua kali pengkhianatan terhadap negara dan rakyat Indonesia yang sedanag berjuang. Seluruh rakyat yang menjunjung tinggi landasan falsafah dan ideologi Pancasila waktu itu serentak menuntut dibubarkannya PKI. Oleh karena itu, keputusan pembubaran PKI itu disambut dengan gembira dan perasaan lega oleh seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila dalam Kajian Historis

15

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan dan pemaparan pada pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pancasila dalam kajian secara historis menyatakan nilai-nilai yang terkandungdalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disyahkan menjadi dasar Negara Indonesia telah dimiliki oleh bangsa Indonesiasendiri. 2. Bukti atau fenomena historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila akan dijadikan Dasar Negara didapat dari bukti-bukti seperti Dalam Piagam Jakarta atau Jakarta Charter dan Pembukaan UUD 1945, peristiwa-peristiwa, ungkapan-ungkapan, atau pernyataan oleh para tokoh antara lain seperti dr. Radjiman Widyodiningrat, Mr. Moh. Yamin , R.P. Soeroso , Prof.Mr Soepomo dan Ir. Soekarno. 3. Pada akhir dari Orde Lama, terjadi tragedi nasional yang biasa disebut Gerakan 30 September 1965/ Partai Komunis (PKI). Hal ini merupakan usaha mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan ideologi komunis. Banyak para petinggi Negara yang menjadi korban pada tragedy tersebut namun pada akhirnya gerakan tersebut dapat digagalkan dan ditumpas. Dalam hal ini Pancasila dan UUD 1945 telah berhasil digunakan untuk menggagalkan G. 30 S/PKI dan menghancurkannya. Hal ini artinya, bahwa G. 30 S/PKI tersebut dapat digagalkan oleh kekuatan rakyat yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945. 4. Faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya G30/PKI antara lain : 1. Sakitnya Presiden Sukarno 2. Keributan antara PKI dan islam 3. Konfrontasi Indonesia-Malaysia 4. Faktor Kekacauan Ekonomi Indonesia

Pancasila dalam Kajian Historis

16

5. Paham

para penanut komunis yang

merupakan kelompok yang tidak

mengenal agama bahkan anti agama, HAM diabaikan, tidak adanya kebebasan untuk berpendapat, semua berlandaskan pada materi atau ekonomi semata dan lain-lain. Termasuk dalam aksi gerakannya seperti G30/PKI yang licik dan sadis maka G30/PKI harus dihapuskan karena paham atau nilai-nilai tersebut bertolak belakang dengan nilai- nilai yang luhur dari pancasila dan tidak sesuai untuk dijadikan landasan masyarakat atau bangsa Indonesia. 6. Solusi untuk menangani permasalahan dari kasus G. 30 S/PKI antara lain: 1. Tindakan Kostrad 2. Tri Tuntutan Rakyat 3. Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban 4. Surat Perintah 11 Maret dan 5. Pembubaran PKI 3.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Pembaca agar mencari sumber-sumber lain yang relevan demi meningkatkan pemahaman tentang Pancasila dalam kajian historis. Diharapkan pembaca dapat memahami, mengamalkan, mengamankan dan menyebarluaskan Pancasila melalui pendidikan.

Pancasila dalam Kajian Historis

17

You might also like