You are on page 1of 26

Media,Sumber, Belajar dan Evaluasi A.

Konsep tentang Media sumber Belajar dan Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Evaluasi Secara terminologi evaluasi pendidikan adalah proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.dan usaha untuk mencari umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan. Edwind Wandt dan Gerald w. Brown (1977) mengatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah: evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Sesuatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.Dari pendapat yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown yang memberikan definisi tentang Evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu sendiri dapat diartikan Suatu tindakan atau kegiatan ( yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses ( yang berlangsung dalam rangka ) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan(yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi dilapangan pendidikan). 2. Evaluasi Terhadap Media PembelajaranDan Tekhnologi Pembelajaran Pertanyaan pokok yang diajukan apabila orang melakukan evaluasi terhadap media dan tekhnologi pembelajaran adalah apa yang harus dievaluasi? Pertanyaan ini mengharuskan setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media. Mengevaluasi penggunaan media berarti mengkonfrontortir (melihat) kembali antara fungsi dan prinsip dengan hasil yang dicapai dalam pembelajaran. Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner (dalam Syukur, 2005: 22) ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Dengan demikian, untuk melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, hal-hal tersebut turut dipertimbangkan. Dibawah ini disebutkan beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan apabila orang melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran. 1) relevan dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran 2) persesuain dengan waktu, tempat, alat-alat yang tersedia, dan tugas pendidik, 3) persesuaian dengan jenis kegiatan yang tercakup dalam pendidikan, 4) menarik perhatian peserta didik, 5) maksudnya harus dapat dipahami oleh peserta didik,

6) sesuai dengan kecakapan dan pribadi pendidik yang bersangkutan. 7) kesesuaian dengan pengalaman atau tingkat belajar yang dirumuskan dalam syllabus 8) keaktualan (tidak ketinggalan zaman), 9) cakupan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan 10) skala dan ukuran 11) bebas dari bias ras, suku, gender, dll. Secara singkat, Walker dan Hess (dalam Arsyad, 2007: 175-176) menyebutkan tiga kriteria utama dalam mereviu media pembelajaran (perangkat lunak) yakni kualitas isi dan tujuan, kualitas instruksional, dan kualitas teknis. Kualitas isi dan tujuan berkaitan dengan ketepatan, kepentingan, kelengkapan, keseimbangan, minat/perhatian, keadilan, kesesuaian dengan situasi siswa; Kualitas instruksional berkaitan dengan pemberian kesempatan belajar dan dan bantuan belajar kepada siswa, kualitas memotivasi, fleksibilitas instruksional, hubungan dengan program pembelajaran lainnya, kualitas sosial interaksi instruksional, kualitas tes dan penilaian, dapat memberi dampak kepada siswa, dapat memberi dampak bagi guru dan pembelajarannya; dan kualitas teknis berkaitan dengan keterbacaan, mudah digunakan, kualitas tampilan/tayangan, kualitas penanganan jawaban, kualitas pengelolaan program dan kualitas pendokumentasian. 3. Proses Evaluasi Tekhnologi Pembelajaran Dan Media Pembelajaran Evaluasi terhadap media (apa saja) dan tekhnologi pembelajaran tidak saja dinilai setelah dipakai tetapi juga perlu dibuat sebelum digunakan secara luas. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media dan tekhnologi yang dibuat dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat banyak orang yang beranggapan bahwa sekali membuat media dan tekhnologi pasti seratus persen ditanggung baik. Anggapan ini mungkin didasarkan pada hipotetsis bahwa media dan tekhnologi yang dibuat dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. Namun demikian hipotesis tersebut semestinya perlu dibuktikan dengan menguji cobanya ke sasaran yang dimaksud. Untuk merealisaikan hal ini ada dua macam bentuk pengujicobaan media yakni evaluasi formatif dan sumatif. Pertama, evaluasi formatif. Evalusia formatif adalah proses mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajarn (termasuk didalamnya media), tujuannya dalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksud untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan lebih efektif dan lebih efisien. Kedua, evaluasi sumatif. Dalam bentuk finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan perlu dikumpulkan data. Hal itu untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan apakah media tersebut benarbenar efektif seperti yang dilaporkan.

Kegiatan evaluasi dalam pengembangan media pembelajaran akan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Adanya komponen evaluasi dalam proses pengembangan media pembelajaran membedakan prosedur emperis ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan teoretis. Efektivitas dan efisiensi media yang dikembangkan tidak hanya bersifat teoretis tetapi benar-benar telah dibuktikan. 4. Tahap Tahap Evaluasi Ada tiga tahap evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation). 1) Evaluasi Satu lawan Satu (One to One) Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang bermemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target dipertimbangkan. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1) Jelaskan kepada siswa bahwa designer sedang merancang suatu media baru dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat. 2) Menjelaskan kepada siswa bahwa apabila nanti siswa berbuat salah, hal itu bukanlah karena kekurangan siswa, tetapi kekurangsempurnaan media tersebut, sehingga perlu diperbaiki. 3) Diusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut. 4) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan. 5) Menyajikan media dan mencatat lamanya waktu yang dibutuhkan, termasuk siswa untuk menyajikan/mempelajari media tersebut, catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagianbagian yang sulit untuk dipahami, apakah contoh-contohnya, penjelasannya, petunjukpetunjuknya, ataukah yang lain. 6) Memberikan tes (posttest) untuk mengukur keberhasilan media tersebut 7) Analisis informasi yang terkumpul Beberapa informasi yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini antara lain kesalahan pemilihan kata atau uraian-uraian yang tidak jelas, kesalahan dalam memilih lambang-lambang visual, kurangnya contoh, terlalu banyak atau sedikitnya materi, urutan penyajian yang keliru, pertanyaan atau petunjuk kurang jelas, tujuan tak sesuai dengan materi, dan sebagainya.

Jumlah dua orang untuk kegiatan ini adalah jumlah minimal. Setelah selesai, dapat dicobakan kepada beberapa orang siswa yang lain dengan prosedur yang sama.Selain itu dapat juga dicobakan kepada ahli bidang studi (content expert). Mereka seringkali memberikan umpan balik (feedback) yang bermanfaat. Atas dasar atau informasi dari kegiatan-kegiatan tersebut akhirnya revisi media dilakukan sebelum dicobakan. 2) Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation) Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang. Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1) Designer bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik (feedback) untuk menyempurnakannya. 2) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang disediakan. Sajikan media atau meminta kepada siswa untuk mempelajari media tersebut. 3) Designer mencatat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (feedback) baik langsung maupun tak langsung selama penyajian media. 4) Memberikan tes (posttest) untuk mengetahui sejauh mana tujuan dapat dicapai 5) Memberikan atau membagikan kuesioner dan meminta siswa untuk mengisinya. Apabila memungkinkan, adakan diskusi yang mendalam dengan beberapa siswa. Beberapa pertanyan yang perlu didiskusikan antar lain: (a) menarik tidaknya media tersebut, apa sebabnya, (b) mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan, (c) konsistensi tujuan dan meteri program, cukup tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Apabila pertanyan tersebut telah ditanyakan dalam kuesioner, informasi yang lebih detail dan jauh dapat dicari lewat diskusi. 6) Menganalisa data yang terkumpul. Atas dasar ini umpan balik semua ini, media dapat dilakukan penyempurnaan. 3) Evaluasi Lapangan (Field Evaluation) Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun

dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dsbnya sesuai dengan karakteristik sasaran. Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap evaluasi terdahulu dan terutama untuk evaluasi lapangan adalah apa yang disebut efek halo (hallo effect). Situasi seperti ini muncul apabila media dicobakan pada kelompok responden yang salah. Maksudnya kita dapat membuat program film bingkai atau transparansi OHP dan film kepada siswa-siswa yang belum pernah memperoleh sajian dengan transparansi atau melihat film. Pada situasi seperti ini, informasi yang diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang dapat dipercaya. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: 1) Mula-mula designer memilih siwa-siwa yang benar-benar mewakili populasi target, kirakira 30 orang siswa. Usahakan agar mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan dan ketramnpiulan siswa yang ada. Tes kemampuan awal (pretest) perlu dilakukan jika karakteristik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan. Akan tetapi, jika designer benar-benar mengenal siswa-siswa yang akan dipakai dalam uji coba, maka tes itu tidak pelu dilakukan. 2) Designer menjelaskan kepada siswa maksud uji lapangan tersebut dan apa yang harapkan designer pada akhir kegiatan. Pada umumnya siswa tak terbiasa untuk mengkritik bahan-bahan atau media yang diberikan. Hal itu karena siswa beranggapan sudah benar dan efektif. Usahakan siswa bersikap rileks dan berani mengupayakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa uji coba menguji kemampuan siswa. 3) Memberikan tes awal untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keteramnpilan siswa terhdap topik yang dimediakan. 4) Menyajikan media tersebut kepada siswa. Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana pembuatannya; untuk prestasi kelompok besar, untuk kelompok kecil atau belajar mandiri. 5) Designer mencatat semua respon yang muncul dari sisiwa selama kajian. Begitu pula, waktu yang diperlukan. 6) Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah sajian media tersebut. Hasil tes ini (posttest) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pretest) akan menunjukan seberapa efektif dan efisien dari media yang dibuat. 7) Memberikan kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa terhadap media tersebut dan sajian yang diterimanya. 8) Designer meringkas dan menganalisis data-data yang telah diperoleh dengan kegiatankegiatan tadi. Hal ini meliputi kemampuan awal, skor test awal dan tes akhir, waktu yag diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagainya.

9) Setelah `menempuh ketiga tahap ini dapatlah dipastikan kebenaran efektivitas dan efisiensi media yang kita buat. Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Heinich, R., Molenda, M., Rusel, J.D., Smaldino, S.E ( 2002). Instructional Media and Technology for Learning. Epper Saddle River, NJ: Pearson Diposkan oleh Joko Adi Yulianto di 23:20 (ONLINE 27/12/2011)

B.

Media Sebagai Alat Bantu

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang di berikan oleh guru kepada anak didik.

Lst Modified: 31 Oct 2011 09:46

(ONLINE 27/12/2011) Media Sebagai Alat Bantu Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang di berikan oleh guru kepada anak didik. Diterbitkan di: 09 Desember, 2011 Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2237163-media-sebagai-sumberbelajar/#ixzz1hcJod95f (ONLINE 27/12/2011)

Pengembangan Media Pembelajaran Sebagai Alat Bantu Guru (Teaching Aids) Berbasis Multimedia Pada Mata Pelajaran Ipa Pokok Bahasan Cuaca Dan Pengaruhnya Bagi Manusia (Cuaca) Kelas III SD Negeri Sriwulan 1 Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2010/2011.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah Media Pembelajaran efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III semester 2 SD Negeri Sriwulan 1 Kabupaten Demak

pada pokok bahasan Cuaca dan Pengaruhnya bagi manusia (Cuaca) Kelas III tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan Untuk menghasilkan produk media pembelajaran sebagai alat bantu guru (Teaching Aids) berbasis Multimedia mata pelajaran IPA Pokok Bahasan Cuaca dan pengaruhnya (Cuaca) Kelas III SD Negeri Sriwulan 1 kabupaten Demak tahun ajaran 2010/2011, serta Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu guru (Teaching Aids) berbasis Multimedia terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Pokok Bahasan Cuaca dan pengaruhnya (Cuaca) Kelas III SD Negeri Sriwulan 1 Kabupaten Demak Tahun ajaran 2010/2011. Manfaat penelitian ini bagi siswa, Siswa dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pembelajaran sebagai alat bantu guru (teaching aids) berbasis Multimedia serta agar siswa dapat meningkatkan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Media Pembelajaran memiliki keunggulan sebagai alat komunikasi mengefektifkan proses belajar mengajar karena informasi atau pesan berupa suatu konsep disajikan di layar komputer dengan teks, gambar, animasi, dan grafik. Pada saat yang tepat siswa dapat membaca, menginterpretasi, dan menyerap konsep materi pelajaran melalui drill and practice serangkaian soal. Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode R and D (Research and Development). Penelitian ini untuk mengetahui kelayakan Media Pembelajaran yang diuji oleh pakar Media dan Materi. Program dinilai dengan metode checklist oleh pakar Media dan Materi , kemudian diujicobakan pada siswa (responden) untuk mengetahui tingkat kelayakan media (program) berdasarkan kriteria/indikator yang telah ditentukan. Hasilnya diolah secara deskriptif persentase. Hasil angket penilaian kelayakan Media diperoleh sebesar 70 % media pembelajaran sebagai alat bantu guru (teaching aids)berbasis Multimedia layak digunakan dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini menggunakan satu kelas dengan pembelajaran menggunakan Media Pembelajaran. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Sriwulan 1 kabupaten Demak. Data hasil belajar kognitif diperoleh dari evaluasi yang diberikan pada kelas III. Pada saat pretest rata-rata hasil evaluasi nilai kelas yaitu 7,18. Pada saat posttest rata-rata nilai evaluasi kelas yaitu 8,42. Peningkatan rata-rata nilai dari pretest ke posttest sebesar 1,24. Jadi, pembelajaran menggunakan Media Pembelajaran pokok bahasan cuaca dan pengaruhnya bagi manusia (cuaca) efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III semester 2 SD Negeri Sriwulan 1.
Fakultas Ilmu Pendidikan > Teknologi Pendidikan, S1 Q Science > QB Astronomy

Subjects:

Fakultas:

Fakultas Ilmu Pendidikan > Teknologi Pendidikan (S1)

Depositing User: eko handoyo perpustakaan

Date Deposited: 31 Oct 2011 09:46

(ONLINE 27/12/2011)

C.

Media Sebagai Sumber Belajar

Media Sebagai Sumber Belajar

Udin Saripudin dan Winataputra (199;65) mengelompokkan sumber belajar menjadi lima kategori yaitu : manusia, buku / perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan.

Lst Modified: 31 Oct 2011 09:46

(ONLINE 27/12/2011) Media Sebagai Sumber Belajar

Udin Saripudin dan Winataputra (199;65) mengelompokkan sumber belajar menjadi lima kategori yaitu : manusia, buku / perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan.Karena itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Diterbitkan di: 09 Desember, 2011 Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2237163-media-sebagai-sumberbelajar/#ixzz1hcJod95f (ONLINE 27/12/2011)
D. Prinsip Pengembangan Media Pembelajaran dan sumber Belajar .

Beberapa prinsip pembuatan media pembelajaran yang perlu diperhatikan (Rahadi : 2008), adalah yaitu : 1. Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya. 2. Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak. 3. Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)

4. Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa. 5. Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal 6. Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan 7. Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa 8. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah 9. Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik http://simpangmahar.blogspot.com/2010/02/media-pembelajaran.html#ixzz1hcMSF5DP (ONLINE27/12/2011) PRINSIP PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA/ALAT BANTU PEMBELAJARAN Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran. 1. Tujuan Pemilihan Memilih media harus dengan maksud dan tujuan yang jelas. 2. Karakteristik Media Pengajaran Setiap media mempunyai karakteristik tertentu jadi pemahaman. Karakteristik media sangat diperlukan dalam penetapan penggunaan media. 3. Alternatif Pilihan Guru harus mampu menetapkan atau memutuskan media yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran. http://suediguru.blogspot.com/2009/06/media-pembelajaran-alat-peraga-dan-alat.html (ONLINE 27/12/2011)

Prinsip Pengembangan Media Pendidikan


21 03 2006

Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multisensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula.Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun

merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: 1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran. 2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya. 3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software). 4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya. 5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam membeikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya. 6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya. Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan. Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran. Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran,karena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata& tulisan) maupun nonverbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding. Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak.Kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca,dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.Lantas dimana fungsi media? Ada baiknya kita melihat diagram cone of learning dari Edgar Dale yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan:

Secara umum media mempunyai kegunaan: 1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. 3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. 4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya. 5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama. Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar Pembelajaran dapat lebih menarik Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan 8. Peran guru berubahan kearah yang positif

Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula. Untuk itu perlu dicermarti daftar kelompok media instruksional menurut Anderson, 1976 berikut ini: KELOMPOK MEDIA 1. Audio MEDIA INSTRUKSIONAL y pita audio (rol atau kaset) y piringan audio y radio (rekaman siaran)
y y y y y y y y y y y y y y y

2. Cetak

buku teks terprogram buku pegangan/manual buku tugas buku latihan dilengkapi kaset gambar/poster (dilengkapi audio) film bingkai (slide) film rangkai (berisi pesan verbal) film bingkai (slide) suara film rangkai suara film bisu dengan judul (caption) film suara video/vcd/dvd benda nyata model tirual (mock up) media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted Instructional) & CMI (Computer Managed Instructiona

3. Audio Cetak

4. Proyek Visual Diam

5. Proyek Visual Diam dengan Audio 6. Visual Gerak 7. Visual Gerak dengan Audio 8. Benda

9. Komputer

Klasifikasi & Jenis Media KLASIFIKASI JENIS MEDIA

Media yang tidak Realia, model, bahan grafis, display diproyeksikan Media yang diproyeksikan OHT, Slide, Opaque Audio K aset, Audio V ission, aktive Media audio Audio Vission Media video Video Computer A ssisted I nstructional ( Media berbasis komputer Pembelajaran Berbasis Komputer) Multimedia kit Perangkat praktikum Media yang Tidak Diproyeksikan Realita : Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar Model : Benda tiga dimensi sesungguhnya yang merupakan representasi dari benda

Grafis : Gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan (Grafik, Chart, Poster, Kartun) Display : Medium yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu sehingga dapat dilihat informasi dan pengetahuan di dalamnya. Media Video Kelebihan Dapat menstimulir efek gerak Dapat diberi suara maupun warna Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya. Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya Kekurangan Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya Memerlukan tenaga listrik Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam pembuatannya Media Berbasiskan Komputer

Bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan Praktek dan latihan (drill & practice) Tutorial Permainan (games) Simulasi (simulation) Penemuan (discovery) Pemecahan Masalah (Problem Solving) (Heinich,et.al 1996) Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran. Dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer: 1. Perangkat keras -dan lunak- yang mahal dan cepat ketinggalan jaman 2. Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan ketinggalan zaman. 3. Pembuatan program yang rumit serta dalam pengoperasian awal perlu pendamping guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini bisa disiasati dengan pembuatan modul pendamping yang menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program. Pemakaian Komputer dalam ProsesBelajar

Sebelumnya perlu dijelaskan istilah CAI dan CMI yang digunakan dalam kegiatan belajar dengan komputer. CAI; yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. CAI juga bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajarannya, bisa berbentuk permainan (games), mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan.

CMI; digunakan sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi administratif yang meningkat, seperti rekapitulasi data prestasi siswa, database buku/e-library, kegiatan administratif sekolah seperti pencatatan pembayaran, kuitansi dll. Pada masa sekarang CMI & CAI bersamaan fungsinya dan kegiatannya seperti pada e-Learning, dimana urusan administrasi dan kegiatan belajar mengajar sudah masuk dalam satu sistem. Pemakaian Komputer dalam Kegiatan Pembelajaran

Untuk Tujuan Kognitif

Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri. Untuk Tujuan Psikomotor

Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya. Untuk Tujuan Afektif

Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer. Green L (1996). Creatives Silde/Tape Programs. Colorado: Libraries Unlimited, Inc. Littleton. Hackbarth S. (1996). The Educational Technology Hanbook. New Jersey: Educational Technology Publication, Englewood Cliffs. Hannafin, M. J., Peck, L. L. (1998). The Design Development and Education of Instructional Software. New York: Mc. Millan Publ., Co. Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs. E Dale, Audiovisual Method in Teaching, 1969, NY: Dyden Press

Bloom, S. Benyamin (1956). Taxonomy of Educational Objective The Classification of Educational Goal. (ONLINE 27/12/2011) Prinsip-prinsip pembelajaran a. Prinsip umum, adanya perubahan prilaku, peserta dididk memiliki potensi dasar, dan perubahan tersebut menuju pencapaian kualitas ideal. b. Prinsip Khusus 1) Prinsip Perhatian dan Motivasi Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat yang lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhdap mata pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi daam belajar. Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Motivasi melepaskan energi atau tenaga yang ada pada seseorang. Setiap motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan. Motivasi mempunyai tiga tujuan, yaitu: a) mendorong siswa untuk berbuat sebagai penggerak yang melepaskan energi b) menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai c) menyeleksi perbuatan 2) Prinsip Keaktifan Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa. Dalam Proses pembelajaran siswa harus aktif belajar dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan. Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang aktif, jiwa tidak hanya merespon informasi, namun jiwa mengolah dan melakukan transformasi yang diterima. Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan melakukan transformasi ke dalam kehidupan yang lebih luas. Sehubungan dengan prinsip kektifan ini, Thorndike dengan Law of Exercices menyatakan bahwa belajar perlu adanya latihan-latihan, dan Mc Keachie tentang individu yaitu manusia merupakan makhluk yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa dalam proses pembelajaran guru dapat menggali dan mengembangkan aktifitasaktifitas pembelajran yang berpusat pada siswa. 3) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) nterjun mengalami. Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya

siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pengalaman adalah intersksi antara individu dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dimaksudkan agar terjadi aksi dari lingkungan berupa rangsangan-rangsangan dari luar. Rangsangan- rangsangan itulah yang akan menjadi pengalaman bagi peserta didik, akan tetapi tidak setiap rangsangan akan menjadi pengalaman. Edgar Dale dalam bukunya Audio Visual Methods in Teaching memberi pembagian pengalaman menurut tingkat abstraknya dan alat-alat yang berhubungan, yaitu a) pengalaman langsung (direct purposeful experiences) b) pengalaman yang diatur (contrived experiences) c) dramatisasi (dramatization) d) demonstrasi (demonstration) e) karyawisata (fieldtrips) f) pameran (exhibition) g) gambar hidup (movie pictures television) h) rekaman, radio, gambar mati (recording radio still pictures) i) lambang visual (visual symbols) j) lambang verbal (verbal symbols) 4) Prinsip Pengulangan Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar. Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentinggnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L Trondike (1974-1949). Kesimpulan penelitiannya adalah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu Law of Effeck, Law of Exercises, and Law of Readines. Teori lain yang dianggap memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang dikemukakan oleh psikologi daya. Menurut teori daya bahwa manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan lain sebagainya. Oleh karna itu menurut teori ini, belajar adalah melebihi daya-daya dengan pengulangan dimaksudkan agar setiap daya yang dimiliki oleh manusia dapat trarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang. 5) Prinsip Tantangan Teori medan dari Kutt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam setiap situasi belajar dalam suatu medan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tesebut siswa dihadapkan sejumlah tantangan, yaitu mempelajari materi belajar, dan belajar. Maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar. Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain, pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep-konsep, prinsp-prinsip dan generalisasi tersebut. Memberikan siswa kesempatan sukses dalam belajar tidak berarti bahwa mereka harus diberi pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang mengandung tantangan bagi kemampuan

siswa akan merangsangnya untuk mengeluarkan segenap tenaganya. Tentu saja tugas itu dalam batas kesangggupan siswa. 6) Prinsip Balikan dan Penguatan Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengeruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui metodemetode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan memb.uat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat. Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat juga diartikan sebagai segala bentuk respons baik bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan juga dapat digunakan sebagai pemicu motivasi belajar siswa berupa pemicu motivasi ekstrinsik yang akan menumbuhkan motivasi intrinsik sehingga dapat meningkatkan perilaku belajar peserta didik. Penguatan yang diberikan seorang guru harus mempunyai tujuan yang menjadikan peserta didik lebih baik dalam proses pembelajaran. Perlu ada kerja sama antara guru dan peserta didiknya dalam proses pembelajaran. Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan juga dapat memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi peserta didik sebagai suatu dorongan atau koreksi. Adapun tujuan dari penguatan dalam pembelajaran adalah : a) menumbuhkan perhatian siswa b) memelihara motivasi siswa c) memudahkan siswa d) meminimalkan perilaku negatif dan mendorong tumbuhnya perilaku positif e) meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan. 7) Prinsip Perbedaan Individual Perbedaan individual dalam belajar yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para siswanya tersebut baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas dan bimbingan terhadap siswa. Prinsip menghormati perbedaan individual mengatakan bahwa setiap orang mempunyai cara yang tersendiri dan unik mempelajari sesuatu. Setiap manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas. Secara

psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatikan karena: a) Setiap anak mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda b) Setiap individu berbeda cara belajarnya c) Setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda d) Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda e) Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual f) Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda Maksud dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa siswa belajar dalam kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat, maka guru harus bersabar dalam tugas pelayanan belajar pada anak didiknya. Oleh sebab itu setiap guru mengajar harus diimplikasikan sebagai berikut: a) Setiap memberikan tugas kelompok, hendaklah didasarkan pada tingkat kepandaian peserta didik b) Guru memberikan tugas-tugas unit dengan kemungkinan memilih macam-macam kegiatan dan pengalaman bagi setiap peserta didik c) Guru memberikan tugastugas individual kepada beberapa peserta didik setelah dalam suatu kelompok d) Guru jangan memberikan tugas-tugas berupa hafalan-hafalan dan fakta-fakta saja, tetapi perlu juga pengajaran dengan ekperimen, demonstrasi, pemecahan soal, dan tugas serta penyelidikan yang mengandung motivasi dan kebangkitan aktivitas peserta didik. Ditulis Oleh Abdul Rohman, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (Otomotif 2008) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

E.

Pengertian, dan Prinsip Evaluasi dan Pengertian Evaluasi Pembelajaran 1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian integral dari seluruh proses penggunaan media pembelajaran. Evaluasi merupakan suatu tahap yang mesti dilewati/ dilakukan. Ia adalah proses penentuan kesesuaian pembelajaran dan belajar (Seel dan Richey, 1994: 138). Secara terminologi evaluasi pendidikan adalah proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.dan usaha untuk mencari umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan. Edwind Wandt dan Gerald w. Brown (1977) mengatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah: evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Sesuatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

(ONLINE 27/12/2011) Evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggeris evaluation yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni: a).Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu. b).Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. c).Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasilpengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan what value untuk evaluasi dan how much untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih dahulu dilakukan pengukuran Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment). Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guruakan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Posted on Januari 17, 2008 by kiranawati (ONLINE 27/12/2011) Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971).

Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. (ONLINE 27/12/2011) Evaluasi bukanlah merupakan sebuah unsur tunggal dalam pembelajaran. Ada empat unsur utama yang harus ada pada sebuah proses belajar mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. September 13, 2011 http://www.situsbahasa.info (ONLINE 27/12/2011) Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Admin web. 2010. Pengertian Evaluasi Pembelajaran dalam BAB Kajian Pustaka. Tersedia http://hpcartridgerefills.com/pengertian-evaluasi-pembelajaran-dalam-bab-kajian-pustaka/ [6Februari 2011] Arifin,Zaenal.EvaluasiPembelajaran.Tersediahttp://file.upi.edu/Direktori/A%20 %20FIP/JUR.%20KURIKULUM%20DAN%20TEK.%20PENDIDIKAN/196105011986011% 20 %20ZAINAL%20ARIFIN/Silabus%20Evaluasi%20Pembelajaran/SLIDE%20EVALUASI%20 PE BELAJARAN/SLIDE%20BARU.pdf [6 Februari 2011] Roro.2009.EvaluasiPembelajaran.Tersedia http://sitimasrurohum.blogspot.com/2009/05/desain robot.html [6 Februari 2011] (ONLINE 27/12/2011)

Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai.

Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing. Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data. http:// Ulfiarahmi.files.wordpress.com/2008/10/hasil ujian.JPG (ONLINE 27/12/2011)

2.

Prinsip evaluasi pembelajaran

Beberapa prinsip pembuatan media pembelajaran yang perlu diperhatikan (Rahadi : 2008), adalah yaitu : 1) Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya. 2) Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak. 3) Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri) 4) Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa. 5) Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal 6) Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan 7) Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa 8) Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah 9) Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik. http://simpangmahar.blogspot.com/2010/02/media-pembelajaran.html#ixzz1hcMSF5DP (ONLINE 27/12/2011)
Depdiknas mengkategorikan prinsip-prinsip umum evaluasi yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Menetukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam proses evaluasi. Efektifitas evaluasi bergantung pada telitinya deskripsi tentang apa yang akan dievaluasi salah satu faktor yang menerbelakangkan pengembangan pengukuran perilaku manusia adalah terpusatnya konsentrasi kepada teknik dan bukan pada proses. 2. Teknik evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dilayaninya dan harus dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling efektif untuk menetukan apa yang ingin diketahui oleh siswa. 3. Evaluasi yang komprehensif menuntut berbagai teknik evaluasi. Salah satu alasan perlunya berbagai prosedur evaluasi adalah karena setiap jenis hanya menyajikan bukti-bukti yang unik tetapi terbatas tentang perilaku siswa. Untuk mendapatkan gambaran yang komplit tentang pencapaian siswa perlu kombinasi hasil dari berbagai teknik. 4. Pemakaian teknik evaluasi yang sewajarnya menuntut kewaspadaan akan keterbatasannya seperti juga kekuatannya. Semua alat evaluasi selalu mengandung kekurangan tertentu. Pertama, adalah kesalahan sampling, yakni hanya dapat mengukur sampling kecil pada satu waktu. Kesalahan kedua adalah pada alat evaluasi itu sendiri atau proses memakai alat itu. Sumber kesalahan yang lain lahir dari penafsiran yang salah tentang hasil evaluasi, menganggap alat-alat itu mengandung presisi yang sebenarnya tidak mereka miliki. Sebaik-sebaiknya alat evaluasi hanya memberikan hasil yang bersifat mendekati saja, sehingga harus ditafsirkan secara wajar. Kesadaran atas keterbatasan alat evaluasi memungkinkan dapat memakainya lebih efektif, dan kesalahankesalahan dalam teknik evaluasi dapat dihilangkan dengan cara hati-hati dalam memilih dan memakainya. 5. Evaluasi hanyalah alat mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir. htt :// www.situs Bahasa .info /2011/10/ hakekat-dan-prinsip Evaluasi.html.

(ONLINE 27/12/2011) Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ; 1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembeljaran bagi masyarakat. 2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang berbeda. 3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif. 4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan. 5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya. 6. evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.

7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi. 8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable. 9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program. 10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya: 1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. patokan : Kurikulum/silabi. 2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar. 3. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. 4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut. Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah: 1. Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif. 2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading) 3. Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan 4. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar 5. Penilaian harus bersifat komparabel. 6. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru. http:// Ulfiarahmi.files.wordpress.com/2008/10/hasil ujian.JPG (ONLINE 27/12/2011) PAN)

mengajar.

Beberapa prinsip yang harus dipegang dalam suatu pelaksanaan evaluasi pendidikan:
1. Keterpaduan. Evaluasi harus memegang prinsip keterpaduan. Dimana ada kesesuaian antara tujuan intruksional pengajaran (tujuan pembelajaran), materi pembelajaran, dan metode pembelajaran. 2. Keterlibatan peserta didik

Prinsip bahwa evaluasi harus memperhatikan keterlibatan peserta didik merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif. 3. Koherensi Suatu evaluasi pendidikan harus berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur. 4. Pedagogis Prinsip evaluasi pendidikan yang ketujuah adalah perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa. 5. Akuntabel Sudah semestinya hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya. sumber :
y y

http://youfummi.wordpress.com/2008/07/18/evaluasi-adalah/ http://obor-pedidikan.blogspot.com/2010/04/prinsip-prinsip-evaluasi.html

Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Evaluasi adalah : suatu proses menjelaskan, memperoleh dan menyediakan data yang berguna untuk menilai alternative keputusan. http://youfummi.wordpress.com/2008/07/18/evaluasi-adalah/

(ONLINE 27/12/2011)

F.

Pentingnya Evaluasi dalam proses Pembelajaran.

You might also like