You are on page 1of 9

Laporan Pratikum Fisika Dasar

Hari : Rabu Jam : 08.00-10.20 WIB Asisten : 1. Fitri Herawaty 2. Maysita Hamzah

GAYA PEGAS

Oleh: Riska 1105105010018

LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bahan, misalnya karet, kawat tembaga, pegas tembaga, besi, kayu, nilon, sapu lidi, dan plastisin. Diantara bahan-bahan tersebut dapat digolongkan menjadi benda elastis dan tidak elastis. Benda elastis adalah benda yang dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya yang mengubah bentuk telah dihapuskan. Benda tidak elastis adalah benda yang tidak kembali ke bentuk semula setelah gaya yang mengubah benda dihapuskan. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pegas adalah benda elastis. Pegas diterapkan dalam berbagai bentuk dan dalam banyak konstruksi. Penggunaan pegas adalah agar suatu konstruksi berfungsi dengan baik, bukan suatu hal yang mutlak, melainkan suatu pilihan sehubungan dengan pembuatan dan biaya. Sifat pegas yang terpenting ialah kemampuannya menerima kerja lewat perubahan bentuk elastik dan ketika mengendur. B. Tujuan Pratikum Untuk mempelajari pengaruh gaya terhadap perpanjangan pegas dan konstanta pegas (k).

II. TINJAUAN PUSTAKA Robert Hooke pada tahun 1676, mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut pertambahan panjang sebuah benda elastic yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut Hooke, pertambahan panjang berbanding lurus dengan gaya yang di berikan pada benda (Kanginan, 2004). Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan pertambahan panjang pegas x pada daerah elastis pegas. Pada daerah elastic linear, F sebanding dengan x. Hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan: F= (Supiyanto, 2006). Pada waktu ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan (Faksi = Freaksi). Jika

gaya ini kita sebut dengan gaya pegas Fp, yang besarnya sebanding dengan pertambahan panjang pegas x, sehingga untuk FP dapat dirumuskan FP = (Seran, 2005).

III. PROSEDUR PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat pratikum gaya pegas pada hari rabu tanggal 14 desember 2011 berlangsung dari pukul 08.20 sampai 10.00 WIB di labotarium fisika dasar Fakultas Pertanian jurusan Teknologi Hasil Pertanian B. Alat dan Bahan 1. Pegas 2. Mistar 3. Beban 4. Stopwatch 5. Statif C. Cara Kerja 1. Disusun pegas pada sebuah statif 2. Diaturlah mistar sehingga posisi jarum penunjuk pada pegas tetap mengarah pada angka nol 3. Ditimbanglah massa m dengan timbangan dan massa terukur 4. Digantungkan beban pada ujung pegas dan catat pertambahan panjangnya 5. Dilakukan kegiatan no. 3 dan 4 sebanyak 5 kali dengan beban yang berbeda.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Pengamatan 1. Percobaan Hukum Hooke Tabel 4.1 Percobaan Hukum Newton No Massa beban m (kg) Pertambahan panjang pegas (m) 1 2 3 4 5 0,02 0,06 0,08 0,1 0,12 0,01 0,025 0,033 0,043 0,049

2. Percobaan gerak harmonis sederhana Tabel 4.2 Percobaan gerak harmonik sederhana No Massa beban m (kg) Waktu 5 kali getaran (s) 1 2 3 4 5 B. Analisa Data 1. Percobaan Hukum Hooke Pada percobaan hukum hooke dengan menggunakan tabel 1, maka konstanta pegas (k) dapat dicari dengan menggunakan rumus Hooke sebagai berikut : F=k F=N=mxg Dari rumus Hooke tersebut, maka konstanta pegas (k) dapat dicari dari bebarapa ulangan pada percobaan hokum Hooke. a. Pada massa beban 0,02 kg dengan pertambahan panjang pegas 0,005 m F = m x g = 0,02 x 10 = 0,2 N k= = = 20  0,03 0,06 0,08 0,1 0,12 2,01 2,02 2,11 2,04 2,15 Periode T = 0,402 0,404 0,422 0,408 0,43

b. Pada massa beban 0,06 kg dengan pertambahan panjang pegas 0,025 m F = m x g = 0,06 x 10 = 0,6 N k= = = 24 

c. Pada massa beban 0,08 kg dengan pertambahan panjang pegas 0,033 m F = m x g = 0,08 x 10 = 0,8 N k= = = 24 

d. Pada massa beban 0,1 kg dengan pertambahan panjang pegas 0,043 m F = m x g = 0,1 x 10 = 1 N k= = = 23,25 N/m

e. Pada massa beban 0,12 kg dengan pertambahan panjang pegas 0,049 m F = m x g = 0,12 x 10 = 1,2 N k= = = 24,48 N/m

2. Percobaan Gerak Harmonis Sederhana Pada percobaan gerak harmonis sederhana dengan data pada tabel 2, maka konstanta pegas (k) dapat dicari dengan menggunakan rumus seperti berikut : k= Dimana nilai = 39,48

Dari rumus diatas tersebut, maka konstanta pegas (k) dapat dicari dari beberapa percobaan gerak harmonic sederhana. a. k = =
 

= 7,329 N/m

Jadi, konstanta pegasnya (k) adalah 7,329 N/m b. k = =


 

= 14,52 N/m

Jadi, konstanta pegasnya (k) adalah 14,52 N/m c. k = =


 

= 17,74 N/m

Jadi, konstanta pegasnya (k) adalah 17,74 N/m d. k = =


 

= 23,78 N/m

Jadi, konstanta pegasnya (k) adalah 23,78 N/m e. k = =


 

= 25,74 N/m

Jadi, konstanta pegasnya (k) adalah 25,74 N/m

C. Pembahasan Pada hasil pengamatan, data yang didapat pada percobaan hukum hooke adalah ketika massa beban 0,02 kg maka perpanjangan pegasnya adalah 0,01m dan ketika massa beban 0,06 kg pertambahan panjang pegasnya yaitu 0,025 m, dan pada percobaan yang ke tiga, ketika massa bebannya 0,08 kg perpanjangan pegasnya dalah 0,033 m. maka dari itu dapat di simpulkan bahwa apabila massa bebannya makin berat, maka pertambahan panjang pegasnya juga makin bertambah. Hukum hooke adalah suatu sistem yang apabila di katakan memenuhi hukum hooke jika gaya pemulih sebanding dengan besar simpangan. (simpangan sering gaya disebut distorsi). Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan pertambahan panjang pegas x pada daerah elastis pegas. Pada daerah elastis linear, F sebanding dengan x. Hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan: F = .

Pada praktikum gerak harmonis sederhana yang di uji dengan lima kali pergantian beban dapat diketahui bahwa semakin besar beban yang diberikan maka semakin besar pula waktu yang berjalan. Pada percobaan pertama, dengan beban 0,03 kg membutuhkan waktu 2,01 detik dengan periode 0,402, pada percobaan ke dua dengan massa beban 0,06 kg membutuhkan waktu 2,02 detik yang periodenya 0,404. Oleh karena itu, semakin besar beban yang diberikan maka waktu yang berjalan juga akan berubah. Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak periodik dengan lintasan yang ditempuh selalu sama (tetap). Gerak Harmonik Sederhana mempunyai persamaan gerak dalam bentuk sinusoidal dan digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak periodik adalah gerak berulang atau berosilasi melalui titik setimbang dalam interval waktu tetap. Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian,yaitu: Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier dan Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular.

V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pada data hasil pengamatan percobaan pertama, apabila massa bebannya makin berat, maka pertambahan panjang pegasnya juga makin bertambah. 2. Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan pertambahan panjang pegas x pada daerah elastis pegas. 3. Pada daerah elastis linear, F sebanding dengan x. Hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan: F = .

4. Pada hasil pengamatan pada percobaan gerak harmonis sederhana dapat disimpulkan bahwaOleh karena itu, semakin besar beban yang diberikan maka waktu yang berjalan juga akan berubah. 5. Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak periodik dengan lintasan yang ditempuh selalu sama (tetap). B. Saran 1. Diharapkan agar peralatan yang tersedia lebih benyak lagi agar tidak hanya untuk dua kelompok saja. 2. Diharapkan pada minggu ini laporan dikumpulkan lebih lama lagi atau lebih kurang dua minggu.

DAFTAR PUSTAKA Seran, Goris. 2005. Fisika SMA/MAN Kelas XI. Jakarta : Grasindo. Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA kelas X jilid 1A. Jakarta: Erlangga. Supiyanto. 2006. Fisika untuk SMA kelas XI jilid 2. Jakarta: Erlangga.

You might also like