You are on page 1of 14

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kelompok 1 : 1. Apriansyah 2. Atika Wulandari 3. Boni Junita 4. Debby Theresia 5. Dessy Ratna Sari

(0611 3040 1053) (0611 3040 1054) (0611 3040 1055) (0611 3040 1056) (0611 3040 1057)

Korupsi Ditinjau dari Segi Aqidah, Syari ah dan Akhlaq


 Di Indonesia, korupsi sepertinya telah menjadi persoalan yang amat kronis. Ibarat penyakit, korupsi dikatakan penyakit kronis yang telah telah menyebar luas ke negeri dengan jumlah yang dari tahun ke tahun cenderung semakin meningkat. Dari hasil riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga, menunjukkan bahwa tingkat korupsi di negeri yang penduduknya mayoritas muslim ini termasuk yang paling tinggi di dunia.

Korupsi adalah mengambil secara tidak jujur perbendaharaan milik publik atau barang yang diadakan dari pajak yang dibayarkan masyarakat untuk kepentingan memperkaya dirinya sendiri. Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi yang secara sengaja dilakukan sendiri atau bersama-sama untuk memperoleh keuntungan berupa status, kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat atau kelompok sendiri. Korupsi memberikan dampak negatif yang sangat besar di masyarakat, apalagi dengan kasus-kasus yang saat ini terjadi di Indonesia. Korupsi tidak hanya merugikan satu dua orang akan tetapi korupsi telah menjadi ancaman bagi kestabilan keamanan dan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Selanjutnya di dalam Surat Al-Maidah ayat 33 dan 38 disebutkan secara khusus tentang hirobahdan suroqoh. Ayat pertama adalah pengambilan harta orang lain dengan terang-terangan yang bisa disertai dengan kekerasan, atau dengan cara melakukan pengrusakan di muka bumi (hirobah). Sedangkan yang kedua adalah pengambilan harta orang lain atau pencurian dengan diam-diam (suroqoh). Abdul Qodir Audah mendefinisikan (hirobah) sebagai perampokan, pencurian besar. Beliau mengatakan pencurian (suroqoh) memang tidak sama persis dengan hirobah. Hirobah mempunyai dampak lebih besar karena dilakukan dengan berlebihan. Secara khusus korupsi adalah identik dengan pencurian atau suroqoh.

Faktor-faktor Penyebab Korupsi


 Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono: 1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak dan sebagainya), 2. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan, kurang control diri.  Menurut Dr. Andi Hamzah: 1. Kurangnya gaji pegawai dibandingkan dengan kebutuhan yang meningkat 2. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia 3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien 4. Modernisasi pengembangbiakan korupsi

Firman-firman Allah SWT tentang korupsi


Surat Al-Baqarah Ayat 188; Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. Surat An-Nahl Ayat 114: Maka, makanlah dari rizki yang diberikan Allah kepadamu yang halal lagi baik, dan bersyukurlah atas nikmat Allah jika benar ibadah(pengabdian)-mu hanya kepada-Nya semata.

Surat Al-Baqarah Ayat 168: Wahai manusia, makanlah yang halal dan baik (thayiban) dari apa-apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syeitan. Sungguh, syeitan itu musuh yang nyata bagimu.

Menurut syari ah, korupsi adalah tindak pidana yang diharamkan karena dalam Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 188 telah dipaparkan bahwa Allah SWT melarang umatnya untuk memakan harta yang didapat dengan cara yang bathil. Dari pemaparan tersebut jelas bahwa pelaku tindak korupsi adalah orang-orang yang memiliki aqidah yang lemah, bahkan tidak beriman karena telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Seseorang yang melakukan tidak korupsi adalah ciri orang yang berakhlak buruk karena telah merugikan orang lain dengan cara merampas hak orang lain. Dan melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT.

Upaya pemberantasan Korupsi: Sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja dengan sebaik-baiknya. Hal itu sulit berjalan dengan baik bila gaji tidak mencukupi. Para birokrat tetaplah manusia biasa yang mempunyai kebutuhan hidup serta kewajiban untuk mencukup nafkah keluarga. Agar bisa bekerja dengan tenang dan tidak mudah tergoda berbuat curang, mereka harus diberikan gaji dan tunjangan hidup lain yang layak. Larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan seseorang kepada aparat pemerintah pasti mengandung maksud agar aparat itu bertindak menguntungkan pemberi hadiah.

Perhitungan kekayaan. Setelah adanya sikap tegas dan serius, penghitungan harta mereka yang diduga terlibat korupsi merupakan langkah berikutnya. Di samping itu, pembuktian pun dilakukan dengan pembuktian terbalik. Bila semua bukti yang diajukan tidak diterima oleh terdakwa, maka terdakwa itu harus membuktikan dari mana harta itu diperoleh dan harus pula menunjukkan bahwa hartanya itu bukan hasil korupsi. Teladan pemimpin. Dengan teladan pemimpin, tindak penyimpangan akan mudah terdeteksi sedari dini. Penyidikan dan penyelidikan tindak korupsi pun tidak sulit dilakukan.

Hukuman setimpal. Orang akan takut menerima risiko yang akan mencelakaan dirinya. Hukuman dalam Islam memang berfungsi sebagai zawajir (pencegah). Artinya, dengan hukuman setimpal atas koruptor, diharapkan orang akan berpikir sekian kali untuk melakukan kejahatan itu. Pengawasan masyarakat. Masyarakat dapat berperan menyuburkan atau menghilangkan korupsi. Masyarakat yang bermental instan akan cenderung menempuh jalan pintas dalam berurusan dengan aparat dengan tak segan memberi suap. Adapun masyarakat yang mulia akan turut mengawasi jalannya pemerintahan dan menolak aparat yang mengajaknya berbuat menyimpang.

Kesimpulan : korupsi adalah tindakkan yang haram dilakukan karena tindakkan tersebut dilarang oleh Allah SWT. Saran : Janganlah kita melakukan hal-hal yang diharamkan dalam agama islam jika kita ingin berada didalam syurga dengan seluruh nikmatnya.

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

You might also like