You are on page 1of 26

Pengertian Reformasi Apakah reformasi itu?

Reformasi berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang sosial, politik atau agama di dalam suatu masyarakat atau negara. Orang-orang yang melakukan atau memikirkan reformasi itu disebut reformis yang tak lain adalah orang yang menganjurkan adanya usaha perbaikan tersebut tanpa kekerasan.

Reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja termasuk bidang pendidikan. Reformasi juga berarti memperbaiki, membetulkan, menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh karena itu reformasi berimplikasi pada merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui perubahan kebijakan institusional. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa karakteristik reformasi dalam suatu bidang tertentu yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa yang lalu, keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan, adanya pemikiran atau ide-ide baru, adanya sistem dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah maupun skala besar seperti negara sekalipun.

3. Reformasi Kebijakan Pendidikan Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan pada bidang penidikan. Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan sistemik. Reformasi pendidikan yang terprogram menunjuk pada kurikulum atau program suatu institusi pendidikan. Yang termasuk ke dalam reformasi terprogram ini adalah inovasi. Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, metode baru atau sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek dalam proses pendidikan agar terjadi perubahan secara kontras dari sebelumnya dengan maksud-maksud tertentu yang ditetapkan. Seorang reformer terprogram memperkenalkan lebih dari satu inovasi dan mengembangkan perencanaan yang terorganisir dengan maksud adanya perubahan dan perbaikan untuk mencapai tujuan baru. Biasanya inovasi pendidikan terjadi terlebih dahulu sebelum terjadinya reformasi pendidikan. Sementara itu reformasi sistemik berkaitan dengan adanya hubungan kewenangan dan distribusi serta alokasi sumber daya yang mengontrol sistem pendidikan secara keseluruhan. Hal ini sering kali terjadi di luar sekolah dan berada pada kekuatan sosial dan politik. Karakteristik reformasi sistemik ini sulit sekali diwujudkan karena menyankut struktur kekuasaan yang ada.

Reformasi pendidikan diibaratkan sebagai pohon yang terdiri dari empat bagian yaitu akar, batang, cabang dan daunnya. Akar reformasi yang merupakan landasan filosofis yang tak lain bersumber dari

cara hidup (way of life) masyarakatnya. Sebagai akarnya reformasi pendidikan adalah masalah sentralisasi-desentralisasi, masalah pemerataan-mutu dan siklus politik pemerintahan setempat. Sebagai batangnya adalah berupa mandat dari pemerintah dan standar-standarnya tentang struktur dan tujuannya. Dalam hal ini isu-isu yang muncul adalah masalah akuntabilitas dan prestasi sebagai prioritas utama. Cabang-cabang reformasi pendidikan adalah manajemen lokal (on-site management), pemberdayaan guru, perhatian pada daerah setempat. Sedangkan daun-daun reformasi pendidikan adalah keterlibatan orang tua peserta didik dan keterlibatan masyarakat untuk menentukan misi sekolah yang dapat diterima dan bernilai bagi masyarakat setempat. Terdapat tiga kondisi untuk terjadinya reformasi pendidikan yaitu adanya perubahan struktur organisasi, adanya mekanisme monitoring dari hasil yang diharapkan secara mudah yang biasa disebut akuntabilitas dan terciptanya kekuatan untuk terjadinya reformasi.

Sementara itu kebijakan adalah suatu ucapan atau tulisan yang memberikan petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batas dan arah umum kepada para manajer untuk bergerak. Kebijakan juga berarti suatu keputusan yang luas untuk menjadi patokan dasar bagi pelaksanaan manajemen. Kebijakan adalah keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan yang berulang dan rutin yang terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.

Dengan demikian reformasi kebijakan pendidikan adalah upaya perbaikan dalam tataran konsep pendidikan, perundang-undangan, peraturan dan pelaksanaan pendidikan serta menghilangkan praktikpraktik pendidikan di masa lalu yang tidak sesuai atau kurang baik sehingga segala aspek pendidikan di masa mendatang menjadi lebih baik. Kata reform biasanya identik dengan pengertian improvement of what is bad or corrupt sedangkan reformation biasanya mengacu pada the act or reforming : the state of being reformed. Secara sosiologis konsep social reform didefinisikan sebagai kebijaksanaan politik dan sosial yang dijalankan dalam rangka mengatasi masalah sosial. Perubahan yang terjadi dalam proses ini sifatnya gradual. Tujuan reformasi adalah terciptanya kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial yang lebih baik dari masa sebelumnya. a. Tujuan Reformasi

1) Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi. 2) Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat. 3) Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. 4) Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia. b. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi 1) Faktor politik meliputi hal-hal berikut. a) Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan pemerintahan. b) Adanya rasa tidak percaya kepada pemerintah Orba yang penuh dengan nepotisme dan kronisme serta merajalelanya korupsi. c) Kekuasaan Orba di bawah Soeharto otoriter tertutup. d) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. e) Mahasiswa menginginkan perubahan. 2) Faktor ekonomi, meliputi hal-hal berikut. a) Adanya krisis mata uang rupiah. b) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat. c) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok. 3) Faktor sosial masyarakat : adanya kerusuhan tanggal 13 dan 14 Mei 1998 yang melumpuhkan perekonomian rakyat. 4) Faktor hukum : belum adanya keadilan dalam perlakuan hukum yang sama di antara warga negara.

Sumber: reformasi/#ixzz1aND5xXjE

http://id.shvoong.com/humanities/history/2139322-sebab-sebab-terjadi-

Perencanaan sebagai reformasi sosial berfokus pada peranan negara dalam mengarahkan masyarakat secara komprehensif demi pencapaian visi bersama. Upaya pokoknya adalah penemuan cara untuk melembagakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan oleh negara secara lebih efektif (Friedmann, 1987: 76). Secara filosofis, perencanaan dalam tradisi ini dipahami sebagai aplikasi pengetahuan ilmiah atas urusan publik. Perencanaan ini juga merupakan tanggung jawab profesional dan fungsi eksekutif dari para perencana yang terlibat didalamnya (Friedmann, 1987: 76). Dalam perencanaan ini, perencana adalah seorang teknokrat profesional yang bertugas memberi masukan kepada pengambil kebijakan dan keputusan politik. Setidaknya ada tiga bidang kehidupan yang memiliki basis ilmiah dan legitimasi untuk diintervensi negara yakni mendorong pertumbuhan ekonomi, memelihara pemenuhan kebutuhan lapangan kerja, dan distribusi pendapatan. Negara memberikan arahan komprehensif dan instrumen regulasi dalam mewujudkan target terkait dengan hal-hal tersebut. Arahan sosial dilakukan melalui perencanaan secara terpusat yang menjamin kesesuian tujuan dan cara pencapaiannya. Perencana dapat menetapkan target pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang ingin dicapai pada periode tertentu, serta menetapkan jumlah investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan tersebut. Arahan disusun melalui analisis ilmiah dan kuantitatif seperti akuntansi sosial, analisis input-output, analisis ICOR, model kebijakan ekonomi, analisis investasi, model distribusi pendapatan, serta analisis wilayah dan perkotaan. Perencanaan yang dihasilkan berskala nasional dan sentralistik; bersifat komprehensif dan rasional; diaplikasikan secara dari atas ke bawah; dengan kalkulasi dan kontrol yang kuat. Perencanaan sebagai reformasi sosial secara umum dikenal sebagai perencanaan rasionalkomprehensif. Pengertian rasional terletak pada logika kesesuaian tujuan (ends) dengan cara (means) dalam mencapai tujuan tersebut. Sedangkan pengertian komprehensif terletak pada perhatian atas seluruh aspek kehidupan untuk didorong berubah menuju visi melalui petunjuk yang jelas

Sebutir Pengantar(karnak)

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah serta inayahnya sehingga saya mampun menyelesakan tugas novel ini meski masih jauh dari yang diharapkan.

Sebagai praktek atas apa yang telah kami pelajari dalam bidang sastra, terlebih dalam metode serta, teknik penelitian sastra maka tugas ini dirasa penting untuk mengetahui sejauh mana kami mampu memahami mata kuliah Adab Arabi. Untuk itu, kami merasa sangat senang karena dengan tugas seperti

ini, kami dapat belajar untuk membedah suatu kaya sastra, melalui metode penelitian yang sudah diterapkan oleh para pakar ahli sastra.

Secara definitif strukturalisme adalah paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan mekanisme antarhubungannya. Strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya sastra. Dalam hal ini struktur prosa yang menjadi perhatian strukturalisme adalah: tema, tokoh (baik penokohan maupun perkembangan watak tokoh), sudut pandang, alur, latar serta gaya bahasa.

Akan tetapi, meski salah satu unsur seperti latar yang memiliki beberapa cabang seperti latar waktu, tempat, sosial serta latar spiritual adalah bagian-bagian dari latar itu sendiri, maka saya tidak memberikan perhatian terhadap latar sosial serta latar spiritual karena dengan penuh kehati-hatian dan pertimbangan bahwa itu menjadi bahagian daripada metode analisis sosiologi.

Akan tetapi bedah novel yang saya lakukan tidaklah mustahil disertai kesalahan atau kedangkalan yang mungkin dikarenakan ketidakmampuan saya dalam memahami materi. Untuk itu, segala konstruktif untuk kesempurnaan tugas ini akan senantiasa saya sambut dan selalu saya harapkan.

Jakarta, 16 Muharram 1430 H

14 Januari 2009 M

Karnak kafe

Dalam Penelitian Strukturalisme

Masalah

Mengawali sebuah karya sastra, seorang penulis sudah tentu harus mengetahui rancangan atau gambaran sebuah masalah yang akan ia bangun. Sebagaimana yang kita ketahui, masalah hadir sebagai

salah satu bentuk bangunan yang akan menegakkan karya sastra menjadi lebih kuat. Untuk itu, peranan masalah sangat dibutuhkan demi nilai estetik.

Masalah yang kompleks adalah merupakan hal yang dibutuhkan dan memang dianggap membangun. Masalah dalam novel al-Karnak menurut hemat saya masih kurang diperhatikan oleh penulisnya, meskipun ia adalah peraih nobel.

Untuk mengetahui bagaimana seorang sastrawan besar membangun masalah-masalah yang mamapu membangkitkan emosional kita semua, saya akan mencoba menguraikannya secara ringkas, sebagaimana di bawah ini:

Masalah yang pertama dalam novel ini adalah tuduhan penentang revolusi . Revolusi merupakan suatu perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok kehidupan masyarakat.

Tuduhan ini hampir mendapatkan sorotan utama oleh penulis, mengingat kekacauan yang terjadi begitu luar biasa.

Trauma kekalahan Mesir dari Israel pada perang Juni 1967 menjadi mainstream novel ini. Kafe Karnak yang merupakan poros dari keseluruhan kisah novel ini bukanlah kafe biasa, tetapi sebuah tempat berkumpulnya anak-anak atau penyetia revolusi yang kecewa akibat perang enam hari yang membawa Mesir terpuruk pada fase kemunduran, jauh sebelum revolusi 1952 (terbebasnya Mesir dari absolutisme kerajaan) terjadi.

Para penyetia Revolusi 1952 seperti Hilmi Hamada, Ismail Syeikh, dan Zaenab Diyab, tokoh-tokoh imajiner dalam al-Karnak tidak lagi dapat menghirup udara kebebasan.

Hilmi Hamada, pengunjung setia kafe itu berkali-kali dipenjara, dituduh sebagai pengkhianat revolusi tidaklain karena gagasan politiknya yang berhaluan sosialisme. Hilmi akhirnya mati di ruang introgasi, penjara.

Masalah yang kedua rusaknya para penyetia revolusi . Perang telah membawa mereka, memaksa mereka meninggalkan revolusi. Banyak yang berubah pada para penyetia revolusi. Tekanan serta siksaan yang mereka alami menjadikan mereka lemah. Mematahkan semangat mereka.

Tema

Menurut Nurgiyantoro (2000:70), tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang diperlukan untuk mengembangkan sebuah cerita[1]. Robert Stanton[2] menempatkan tema sebagai sebuah arti pusat dalam cerita, yang disebut juga sebagai ide pusat dan Stanton juga menyatakan bahwa tema cerita berhubungan dengan makna pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, tema menjadi salah satu unsur dan aspek cerita rekaan yang memberikan kekuatan dan sekaligus sebagai unsur pemersatu kepada sebuah fakta dan alat-alat penceritaan, yang mengungkapkan tentang kehidupan. Tema selalu dapat dirasakan pada semua fakta dan alat penceritaan di sepanjang sebuah cerita rekaan.

Pada novel al-Karnak, dari awal penceritaan sudah banyak disinggung oleh penulis di mana dirinya dan para tokoh pengagum revolusi seperti; Qurunfula, Arif Sulaiman, Zainal Abidin & Hilmi Hamada (hal: 11 arb/12-13 ind) sudah cukup menjelaskan.

Tema ini di ambil oleh penulis karena (menurut pandangan saya), ia ingin menggingat kembali sebuah tragedi Mesir. Hal ini didukung oleh pencerita dengan memberikan penjelasan di mana ia sering berkumpul di sebuah kafe sederhana, kafe itu merupakan tempat berkumpulnya aktivis ekstrem dan berpandangan provokatif. Di sana mereka bisa membicarakan sebuah isu dengan berteriak atau berbisik, terserah. Secara antusias mereka membahas revolusi 1952 (hlm: 11arb/12-13 ind), tentara Mesir yang bergerak ke Sinai pada 1967, juga tak lupa nestapa kekalahan Mesir pada Juni 1967.

Hingga akhir ceritapun, masih di singgung. Seringnya diskusi yang dilkukan oleh penulis dengan para tokoh al-Karnak menempatkan mereka pada kondisi jenuh, tetapi tidak lantas meninggalkannya. Dengan mencoba berganti topik pembicaraan untuk menghilangkan rasa jenuh tersebut, ternyata justru malah sebaliknya, diskusi tak berjalan dan membosankan (hal: 101 arb/131 ind). Akan tetapi kebenaran yang diambil penulis masih dipertanyakan.

Karena banyaknya para pendukung revolusi, dan insiden yang sangat buruk karena melawannya, untuk itu saya berasumsi bahwa novel al-Karnak karya Najib Mahfudz ini bertemakan Perubahan Para Penyetia Revolusi . Namun masih disangsikan jika ia hadir dan ikut dalam revolusi, karena tidak ada yang fakta yang menunjukkannya.

Peristiwa

Peristiwa adalah merupakan kejadian. Dalam novel al-Karnak, penulis sebenarnya merujuk pada kejadian di Mesir. Yang mana, Mesir seolah-olah jatuh setelah lepas dari revolusi 1952, ketika Gamal Abd Nasser dan Anwar Sadat memimpin Mesir secara otoriter dan despotik. Mesir harus menerima kekalahan perang dengan Israel pada Juni 1967.

Peristiwa tersebut mengakibatkan luka dalam benak para tokoh al-Karnak. Namun, Kekalahan tersebut memaksa pelanggan kafe Karnak untuk menengok sejarah mereka jauh ke belakang. Bahkan mereka selalu dibayang-bayangi kebesaran masa lalu, yakni masa Khalifah Umar bin Khattab atau Rasulullah.

Peristiwa mencekam Mesir pada waktu itu. Hilmi Hamada, Zainab Diyab, dan Ismail al-Syaikh harus menerima siksaan akibat dituduh melawan revolusi.

Selain itu kehawatiran terus melanda para pengunjung kafe. Melihat teman-teman mereka datang dan pergi secara tiba-tiba, tanpa mau menjelaskan apa yang terjadi.

Alur

Alur cerita adalah bagaimana kejadian-kejadian dirangkai (biasanya berdasarkan sebab akibat) mulai dari titik awal alur juga menanjak terus:

Saat itu penulis tidak sengaja datang ke sebuah kafe kecil, yang terletak di ujung jalan raya, yaitu alKarnak. Saat itu ia bermaksud memperbaiki jam tanganya yang ternyata cukup menghabiskan waktu. Akhirnya ia putuskan untuk datang ke kafe tersebut. Sejak saat itu, kafe tersebut menjadi tempat yang

paling favorit bagi penulis untuk sekedar menghabiskan waktu. Di sana ia bertemu dengan dengan pemilik kafe, seorang penari cantik di era 1940-an, Qurunfula. Tak lama setelah penulis berkunjung di kafe tersebut, ia langsung menjadi bagian darinya (hal: 11 arb&ind). Di sana, ia menemukan sebuah hal yang menarik, sebuah hal yang sangat menakjubkan. Di balik kesederhanaan kafe tersebut, ternyata kafe itu adalah merupakan tempat berkumpulnya orangorang eksterm dan berpandangan provokativ. Yang mana mereka sama meluapkan pandanganpandangan tersebut dengan berteriak keras maupun pelan, mereka mengekspresikan kenyataan sejarah revolusi 1952 (hlm:11 arb/12-13 ind). Akan tetapi kaum oposisi yang membisikkan bahwa pandangan ekstrem kiri harus diwaspadai karena berada di bawah bendera afiliasi ikhwanul muslimin sebuah gerakan bawah tanah.

Kemudian alur ini terus berkembang sesuai jalan cerita dan seiring dengan waktu. Penulis mulai mengarah topik yang berbeda tentang cinta cinta beberapa orang terhadap Qurunfula dan cinta Qurunfula terhadap Hilmi Hamada.

Suatu hari keanehan terjadi di kota tersebut; penulis mendapati seluruh ruangan kafe Karnak sepi dan kosong. Hingga malam tiba, tidak seorangpun muncul begitu pula pada malam berikutnya. Ternyata terdengar kabar bahwa telah terjadi penangkapan besar-besaran (hal: 19 arb/23 ind), memasukkan mereka yang diangap bersalah ke dalam penjara.

Tiba-tiba mereka (Zainab Diyab, Ismail al-Syekh, Himi Hamada dan beberapa lainnya) muncul kembali. Namun saat seseorang bertanya kemana saja selama ini, mereka tak banyak bicara dan enggan menjawab. Melalui gerak tubuh mereka, seolah tergambar rasa takut yang besar. Terdengar kabar bahwa mereka diikat oleh perjanjian besar.

Kemudian para pemuda itu kembali menghilang secara tiba-tiba. Mereka merasa takut dan kecewa. Kejadian yang serupa kerap terjadi setiap hari, namun pengaruhnya berbeda. Sehingga membawa kondisi saling curiga kepada apapun dan siapapun. Kondisi rakyat di sana menjadi sangat lemah dan tertindas. Tidak memiliki hak pribadi, tidak punya kehormatan dan tidak diberikan rasa aman. Kini, bagi mereka yang tersisa hanyalah duduk melingkar samapai ajal menjemput, menyesali berlalunya masa kejayaan di masa lalu serta bertukar resep guna menunda kematian.

Mereka (para pemuda) menghilang, membuat suasana semakin mengerikan. Sebuah peristiwa besar menimpa Negara mesir secara keseluruhan. Angkatan bersenjata mesir telah dikirim ke Sinai dengan

kekuatan penuh. Seluruh kawasan meledak dalam korban perang. Mereka hanya bisa berharap, tanpa bisa lari dari keadaan yang telah membawa mereka pada akhir era perbudakan. Perang Juni 1967 merupakan kekalahan bangsa Arab, namun juga kemenangan bagi negara Arab lainnya. Serta membawa perang besar antarnegara Arab lainnya. Bukan hanya Arab dan Israel.

Setelah perang Juni, mereka yang menghilang kembali ke kafe. Namun, tidak dengan Hilmi Hamada, ia meninggal saat di interogasi. Hal ini membuat semua pelangan kafe sedih. Terlebih Qurunfula, orang yang sangat mencintai Hilmi. Peristiwa mencekam ini, memaksa parara kalangan orang tua kembali ke masa lalu yang sangat jauh di masa Umar bin Khatab dan Rasulullah-untuk melupakan masa depan yang mengerikan.

Para pemuda adalah satu-satunya yang tidak menyerah dan tidak mengharapkan kebaikan Amerika. Mereka mulai angkat bicara, tentang perjuangan baru dalam skala besar, sebuah konflik global antara kekuatan progresif dengan imperialisme.

berawal dari pertemuan antara Ismail al-Syekh dengan penulis. Di sini, Ismail banyak menceritakan masalah yang dialaminya waktu kecil bersama kedua orang tuanya dengan seorang ibu yang begitu menyayanginya dan mendukung pendidikannya serta seorang ayah yang tidak begitu mendukung pendidikannya dan teman di masa kecilnya, Zainab. Zainab dan Ismail adalah dua insan yang saling mencintai akan tetapi mereka di timpa isu, melakukan skandal seks sual. Pembicaraan mereka tidak hanya sampai di situ, Ismail juga bercerita di suatu malam Ismail di mana ia ditangkangkap sekelompok polisi dengan cara paksa kemudian di masukkan di sebuah sel yang hampa tanpa penerangan. Kondisinya sangat mengrikan. Bahkan, apapun yang tersisa dari rasa kemanusiaannnya, larut dalam perasaan ngeri. Ia dituduh telah bergabung dengan ikhwanul muslimin. Tuduhan itu menyebabkan siksaan yang keras terhadap dirinya. Keberuntungan berpihak pada Ismail, ia tidak terbukti bersalah. Meski begitu, ia tak dapat lepas begitu saja dari jeratan para polisi tersebut. Ia diikat dengan perjanjian besar, pejanjian yang menyiksa batinnya.

Kebebasan Ismail untuk menghirup udara segar di luar sel yang mengerikan itu, tidak berlangsug lama. Ia kembali dijebloskan ke dalam sel, kali ini ia mendapati Hilmi Hamada terkapar tak bergerak, meninggal di ruang interogasi.

saat Najib Mahfudz bertemu dengan Zainab. Kali ini, Zainab banyak bercerita tentang dirinya. Di saat masa kecilnya, yang tinggal di kawasan kumuh hingga ia dilamar oleh seorang pedagang ayam yang

merupakan saudagar kaya di lingkungan miskin, ia adalah duda beranak tiga tetapi Zainab menolak lamaran tersebut lantaran ia mencintai Ismail. Cinta Zainab kepada Ismail berjalan penuh liku-liku. Di satu sisi orang tua Zainab yang tidak setuju, lantaran Ismail dianggap sebagai batu penghalang kehidupan keluarga Zainab dan Zainab sendiri. Di sisi lain, Zainab harus berpisah lantaran hubungannya dengan Ismail. Tak hanya itu, Zainab juga banyak menderita akibat dituduh melawan revolusi, ia dimasukkan kedalam sel sebagaimana Ismail. Perlakuan yang ia dapatkan begitu mengerikan, sampai akhirnya ia harus kehilangan harga dirinya. Sungguh mengenaskan.

Akhirnya, keadaan yang menyiksa ini, memaksa Zainab menjadi seorang mata-mata dan memaksanya terjun dalam lembah pelacuran. K.ondisi ini masih belum berakhir. Ia merasa putus asa untuk memperbaiki atau mengembalikannya pada kondisi semula. Zainab merupakan salah satu orang yang telah dirusak oleh para pemimpin yang amoral. Banyak orang berperilaku menyimpang. Sampai akhirnya, keyakinan Zainab untuk mendukung demostrasi tergoyahkan dan benar-benar tercerabut dari akarnya. Dan semuanya itu terjadi serba tiba-tiba.

Sampai titik klimaks untuk kemudian menurun dan mencapai resolusi atau penyelesaian:

Pembicaraan mereka tentang revolusi dan insiden mengerikan medapat sorotan terpanjang dari awal cerita hingga akhir cerita (hal: 101 arb/131 ind). mereka merasa jenuh dengan yang dilakukannya. Sampai akhirnya mencoba mengganti topik pembicaraan. Namun, diskusi yang seperti itu, justru tidak bersemangat dan lesu. Hingga akhirnya kembali kepada topik semula.

Sampai akhirnya, suatu malam datanglah sesosok wajah asing di kafe Karnak dengan mengapit lengan seorang anak muda. Ia duduk di amping pintu masuk. Semua mata tertuju padanya. Melihat dengan heran. Sampai akhrinya mereka tahu bahwa Khalid Safwan berada di kafe yang sama, di antara mereka. Mereka masih dalam kebingungan dengan tujuan Khalid Safwan datang ke kafe Karnak.

Beberapa bulan kemudian khalid Safwan muncul kembali dalam kafe, menjelaskan tujuannya. Khalid mulai menjadi bagian dari kafe tersebut. Khalid mulai bergabung dengan komunitas pembela revolusi. Pupularitasnya mencuat, bagai artis yang sedang naik daun. Beberapa orang mengagumi penyelidikannya dan mengegumi kekayaan informasi rahasia yang di milikinya. Bahkan sebagian yang lain membela Khalid serta menegaskan bahwa ia tidak pantas di persalahkan atas kejahatan yang telah

dilakukannya. Hanya Qurunfula yang berbada pandangan dengan mereka yang mendukung keberadaan Khalid.

Kendati demikian, ketika khalid datang untuk bergabung kembali di komunitas kafe karnak, ia tetap mendapatkan sambutan hangat.

Apabila kita memperhatikan alur yang terjadi di atas, maka kita akan mengetahui memiliki suatu karakteristik yang terdiri atas kesatuan, keseluruhan, kebulatan dan keterjalinan.

Tokoh

Tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut tokohtokoh inti atau tokoh utama. Sedang tokoh yang memiliki peranan tidakpenting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu[3].

Adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam al-Karnak akan saya sebutkan di bawah ini. Akan tetapi pembaca yang budiman, perlu megetahui bahwa sesuai dengan judul novel, cerita berpusat pada kafe Karnak, di tempat inilah sang penulis menghabiskan waktu dengan bertukar pikiran, walaupun pembicaraan mereka berpusat pada revolusi. Penulis mengambarkannya di awal cerita (hal: 6 arb/3 ind). Penulis juga memberikan kepada beberapa tokoh dari novel tersebut porsi yang cukup mendominasi dalam satu bab seperti; Qurunfula, Ismail al-Sykh, Zainab Diyab dan Khalid Safwan, namun tidak lepas dari itu, penulis tetap tidak menafikan kafe, yang diambilnya sebagai judul. Berikut tokoh-tokoh tersebut: (a)Najib Mahfudz, (b) Qurunfula, (c) Arif Sulaiman, (d) Zainal Abidin, (e) Imam fawal, (f) Jum`ah, (g) Hilmi Hamada, (h) Zainab Diyab, (i) Taha al-Gharib, (j) Rasyid Majdi, (k) Muhammad Bahjad, (l) Khalid Safwan (m)Ismail al-Syekh, (n)Munir Ahmad

Para pembaca yang budiman, perlu diketahui bahwa seorang tokoh tidaklah dapat berdiri sendiri atau berlaku sendiri tanpa kehadiran tokoh lain. Oleh karena itu, di dalam novel al-Karnak pun dihadirkan tokoh-tokoh lain agar cerita benar-benar terasa hidup.

Penokohan

Penokohan dalam sebuah karya sastra berfungsi menjelaskan bagaimana seorang tokoh yang di inginkan oleh narator. Baik segi fisik maupun watak tokoh. Dalam penokohan al-Karnak keadaan fisik dan watak tokoh-tokoh cerita dideskripsikan, diuraikan dan dijelaskan secara langsung oleh narator.

Ada dua macam cara untuk memperkenalkan tokoh dan karakteristik tokoh dalam fiksi, yaitu sebagai berikut:

Secara analitik (langsung): pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa seorang tokoh keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya. Secara dramatik (tak langsung): penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi disampaikan melalui (a) pilihan nama tokoh, (b) penggambaran fisik atau postur tubuh, (c) cara berpakaian,( d) tingkah laku tokoh, (e) keadaan lingkungannya, (f) dialog tokoh dengan dirinya atau dengan tokoh lainnya, dan (g) pola pikir saat menghadapi masalah. Najib Mahfudz adalah merupakan pengunjung kafe Karnak. ia digambarkan sebagai sesosok laki-laki tua yang gemar minum kopi, membaca koran, menulis, dan diskusi di kafe yang semua itu adalah merupakan kegiatan yang sering ia lakukan. Secara fisik, beliau tidak terlalu dijelaskan, namun ia menceritakan tentang dirinya dengan cara dramatik

Qurunfula adalah seorang penari, bintang dari imaduddin. Ia merupakan bidadari impian di era 1940- an (hal: 5 arb/2 ind), Secara fisik ia di gambarkan sebagai wanita yang cantik. yang memiliki mata berwana cokelat berbinar-binar (hal: 12 arb/ 15ind). Dia merupakan sosok teladan yang tidak tertandingi dalam seni dan moral (hal: 49arb/71 ind) karena ia telah merubah tari perut yang melibatkan tiga: Raqsu al Butn (belly), Raqsu Shadr (bossom), wa Raqsu `Ajuz (buttock) (hal: 8 arab/7ind), ia juga merupakan sosok wanita yang santun. Tokoh Qurunfula ini digambarkan penulis dengan dramatik.

Arif Sulaiman adalah sorang pelayan minuman di kafe Karnak. Secara fisik ia digambarkan sebagai seorang yang gendut, berambut putih, raut wajahnya terlihat putih dan patuh (hal: 9 arab/9 ind). Ia juga digambarkan penulis dengan dramatik.

Imam Fawal adalah seorang pelayan dan Jum`a adalah seorang tukang semir sepatu (hal: 41 arb/57ind). Mereka berdua adalah orang yang paling kuat dalam menahan serangan. Keduannya tidak pernah menyerah menolak bahwa kekalahan adalah sebuah kenyataan. Ia juga digambarkan penulis dengan analitik.

Ismail al-Syekh merupakan sosok yang khas, yang tidak berusaha menyembunyikan keyakinannya. Dia merupakan wujud nyata tipikal seorang revolusioner (hal: 48 arb/ 68 ind) . secara fisik ia digambarkan sebagai orang yang menarik ia bertubuh kuat, perawakanya besar dan gagah (hal: 44 arab/61 ind68). Ia digambarkan penulis secara analitik.

Zainab Diyab adalah seorang gadis muda yang cantik, yang setiap gerak langkahnya mampu memikat para lelaki (hal: 47 arb/66 ind), secara fisik ia digambarkan sebagai wanita berkulit hitam manis, bentuk badannya berkembang dengan bagus, langsing dan ramping (hal: 78 arb/103 ind). Ia merupakan aktivis muda yang mengalami pencabulan di salah satu ruang interogasi (hal: 87 arab/115 ind). Kondisi Zainab berubah drastis. Ia menjadi mata-mata dan pelacur (hal: 90-91arab/117-118ind). Zainab digambarkan penulis dengan dramatik.

Penulis menggambarkan tokoh Khalid Safwan ini dengan dramatik. Khalid Safwan secara fisik digambarkannya sebagai seorang yang bertinggi badan sedang dengan wajah lonjong dan lebar, alis matanya lebat dan berdahi menonjol (hal: 105 arb/ 135 ind).

Penulis juga menggambarkan tokoh Hilmi Hamada ini dengan dramatik. Hilmi Hamada adalah seorang mahasiswa kedokteran (hal: 19arb/23ind) yang merupakan pengunjung setia kafe Karnak. Secara fisik ia digambarkan sebagai seorang pemuda yang tampan dan langsing, selalu bersemangat saat memberikan argumen. Hilmi merupakan pemuda yang penuh kesopanan dan cerdas. Selain itu Hilmi adalah pemuda yang penuh keseriusan dan baik hati (hal: 15-16 arb/18-19 ind).

Kemudian Zainal Abidin Abdullah adalah seorang direktur Humas di sebuah perusahaan (hal: 11 arb/12ind), Munir Ahmad adalah merupakan pengunjung kafe Karnak. Ia muncul di akhir cerita (hal: 109 arb/140 ind), begitu juga dengan Taha al-Gharib, Rasyid Majdi, Muhammad Bahjad. Karakter fisik pada mereka tidaklah di gambarkan secara jelas. Ia hanyalah pengunjung kafe yang turut serta dalam membahas revolusi (hal: 101 arb/ 130 ind). Mereka juga digambarkan penulis dengan dramatik.

Perkembangan Watak Tokoh

Ditinjau dari cara dan hasil penggambarannya, ada beberapa macam penokohan[4], yaitu sebagai berikut:

1. Penokohan statis, yaitu pelukisan watak sang tokoh tetap tidak berubah ubah dari awal sampai akhir cerita, wataknya sedikit sekali berubah, bahkan adakalanya tidak berubah sama sekali: seperti:

- Najib Mahfudz adalah seorang yang bijak, santun, dan baik hati. Hal ini dapat dilihat pada setiab halaman yang menunjukkan kebijakannya dalam menanggapi setiap masalah. Kemudian ia jua merupakan tokoh yang sangat kritis (hal: 113-117 arb/146-148 ind)

- Qurunfula yang digambarkan sebagai seorang penari, bintang dari imaduddin, bidadari impian di era 1940- an (hal: 5 arab/2 ind). yang cantik di masa mudanya. Kecantikannya masih memukau siapa saja yang melihatnya. Dia merupakan sosok teladan yang tidak tertandingi dalam seni dan moral (hal: 49arb/71 ind) karena ia telah merubah tari perut yang melibatkan tiga: Raqsu al Butn (belly), Raqsu Shadr (bossom), wa Raqsu `Ajuz (buttock) (hal: 8 arab/7ind), ia juga merupakan sosok wanita yang santun.

- Hilmi Hamada selalu bersemangat saat memberikan argumen. Hilmi merupakan pemuda yang penuh kesopanan dan cerdas. Selain itu Hilmi adalah pemuda yang penuh keseriusan dan baik hati (hal: 15-16 arb/18-19 ind). Tokoh Hilmi sama sekali tidak berubah dari awal sampai akhir cerita.

2. Penokohan dinamis, yaitu watak sang tokoh berubah atau berkembang dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat sesuai dengan situasi yang dimasukinya:

- Zainab dan Ismail al-Syekh. Zainab Diyab seorang wanita yang merupakan aktivis muda, mengalami pencabulan di salah satu ruang interogasi (hal: 87 arb/115 ind). Kondisi Zainab berubah drastis. Ia menjadi mata-mata dan pelacur (hal: 90-91arb/117-118ind). Sedangkan Ismail al-Syekh adalah orang yang merupakan wujud nyata tipikal seorang revolusioner (hal: 48 arb/ 68 ind). Zainab dan Ismail dibebaskan dengan mempertaruhkan persahabatan sebagai gantinya: mereka berdua menjadi matamata untuk mengawasi Hilmi, sahabat karib mereka.

- Imam Fawal dan Jum`ah. Mereka berdua adalah orang yang paling kuat dalam menahan serangan atas peperang yang terjadi. Keduannya tidak pernah menyerah menolak bahwa kekalahan adalah sebuah kenyataan. Akan tetapi seiring dengan berjalannya cerita serta bergulirnya waktu, mereka berdua berubah. Sebagaimana Zainab Diyab, sebagai orang yang telah dirusak.

- Khalid Safwan oleh penulis digambarkan sebagai Khalid kaki-tangan pemerintah yang berwenang menangkap orang-orang yang dianggap sebagai penghianat revolusi. Selain itu, orang yang angkuh (hal: 105 arb/135 ind). Namun agaknya sikapnya sedikit berubah dari sebelumnya. Ia menjadi keuarga dalam kafe Karnak setelah ia dipenjara dan hartanya habis.

Latar

Latar adalah penggambaran ruang, waktu, dan segala situasi yang menjadi ruang bagi tokoh cerita untuk hidup, beraktifitas, atau mengalami peristiwa. Latar tidak hanya terbatas pada aspek geografis waktu dan tempat, tetapi juga menyangkut aspek sosial budaya dan emosional. Aspek ini mencangkup pengertian suatu cerita itu terjadi pada waktu, sosiologi dalam masyarakat serta dalam nuansa emosional yang dituangkan dalam sebuah karya sastra. Maka, dalam mengungkap latar suatu cerita, semua aspek itu hendaknya harus kita analisis, yaitu latar waktu, Iatar tempat, latar spiritual, dan latar suasana sosial budaya.

Dalam novel al-Karnak, terdapat bebrapa latar yang membangun. Seperti latar tempat, latar waktu dan Latar sosial. Akan tetapi, karma dalam membedah novel ini saya menggunakan teori struktualisme dinamik, maka saya tidak dapat menguraikan latar sosial. Karena saya hawatir mencampur adukkan antara dua teori dan dua konsep yang berbeda, (teori Strukturalisme Dinamik dan teori Sosiologi Sastra).

Latar Tempat

Latar tempat adalam novel al-Karnak menunjukkan lokasi terjadinya cerita. Menjadikan kita mampu berimajiasi tentang tempat yang di gambarkan sang pengarang.

Seluruh kejadian cerita dalam novel al-Karnak bertempat di Mesir, sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah 997.739 km2.

Di sini kafe al-Karnak mendapatkan posisi sebagai tempat yang paling sering di sebutkan, lantaran banyaknya peristiwa yang terjadi di kafe tersebut. Hingga akhirnya penulispun mengakhiri ceritanya di tempat tersebut. Meski, dalam novel tersebut juga terdapat beberapa tempat seperti penjara, dimana

beberapa tokoh sempat berada di dalamnya dan mengalami siksaan yang begitu menyakitkan, sampai akhirnya Hilmi Hamada meninggal karena di tuduh bergabung dengan Ikhwanul Muslimin atau penentang revolusi. Akan tetapi, saya pribadi belum mengetahui secara jelas di mana kafe ini berada.

Adanya latar tempat tidak dapat berdiri sendiri. Untuk itu, Najib Mahfudz membangunnya dengan menghadirkan tokoh.

Latar Waktu

Waktu dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berlangsung. Skala waktu diukur dengan satuan detik, menit, jam, hari sampai ke abad.

Dengan disampaikannya latar waktu oleh seorang pengarang, kita dapat menganalisa, kapan suatu peristiwa yang terjadi. Bahkan, kita akan mendapatkan informasi yang sangat jelas.

Novel al-Karnak memberikan gambaran waktu yang sangat jelas. Di akhir cerita penulis menunjukkan cerita rekaannya diselesaikan pada bulan Desember 1971. itu artinya, novel ini merujuk pada peristiwa di era tersebut. Dan dalam isi cerita yang menunjukkan rujukan kejadian pada peristiwa mengerikan Juni 1967.

Menurut Roger Allen[5], mengatakan bahwa peristiwa 1967 dikenal oleh bangsa Arab sebagai al-naksa (kemunduran) yang bermula dari pengunduran presiden Mesir, Jamal Abdul Nasser. Ia merupakan presiden mesir kedua setelah Muhammad Najib.

Jamal Abdul Nasser presiden yang mampu membangkitkan semangat Nasionalisme Arab dan Pan Arabisme yang mengakibatkan krisis Suez yang membuat Mesir berhadapan dengan Perancis, Inggris dan Israel.

Setelah kalah dalam perang enam hari perang gabungan dari tiga Negara Arab, yaitu, Mesir, Yordania dan Surriyah dengan Israel pada tahun 1967, Jamal Abdul Nasser ingin mengundurkan diri dari dunia

politik akan tetapi rakyaat mesir menolaknya. Jamal Abdul Nasser sekali lagi memimpin Mesir dalam peperangan 1969-1970.

Jamal Abdul Nasser meninggal[6] akibat penyakit jantung dua minggu setelah peperangan usai pada 28 September 1970. yang akhirnya digantikan oleh Anwar Sadat sebagai presiden mesir.

Seperti itulah kejadian peristiwa yang saya ketahui. Yang mana dalam hal ini Najib Mahfudz merincikan peristiwa tersebut (hal: 42 arb/69 ind). Namun terlepas dari itu semua, masih diragukan jika ia ikut serta dalam revolusi. karena tidak ada sejarah yang mencatat ia tergabung didalamnya.

Sudut pandang

Sudut pandang merupakan cara, teknik yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Menurut Wiyanto (2005:83) mengemukakan sudut pandang adalah posisi pencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakannya.

Dalam novel al-Karnak dilihat dari sudut pandangnya, Najib Mahfudz menggunakan cara atau sudut pandang sebagai first person participant narrator (orang pertama atau pencerita tunggal sertaan), yang mana ia menyebut dirinya dengan kata aku , itu berarti ia hadir dan menjadi salah satu tokoh di dalamnya.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu, keseluruhan cirri bahasa sekelompok penulis sastra, dan cara khas dalam penyampaian pikran, baik secara lisan maupun tertulis.

Istilah gaya menurut Aminuddin (2000:72) diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa latin stillus dan mengandung arti leksikal alat untuk menulis . Gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis

serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca[7].

Najib Mahfudz merupakan pemenang Nobel Sastra, maka dalam hal ini sudahlah pasti menunjukkan keindahan bahasa yang ia gunakan. Akan tetapi, mugkin pembaca ingin mengetahui bagaimana gaya bahasa seorang sastrawan mengalir dengan indah? Mari kita lihat bersama contoh-contoh yang saya ambil dari beliau sebagai berikut;

kekaguman seorang Najib terhadap Qurunfula (Hal 5 ind/16 arb) .

Cacian Qurunfula terhadap Zainal Abidin (hal: 18 arb/23ind) seperti di bawah ini yang merupakan bentuk majas sindiran sinisme.

Prosa Khalid Safwan yang disebutkan oleh Najib Mahfudz pada hal: 108 arb/138-139ind . . . . . .

Dari contoh-contoh di atas, kita dapat menilai bahwa bahasa yang beliau gunakan memiliki keindahan estetik. Apabila kita meninjau lebih jauh dari kalimat-kalimat di atas, maka kita akan mengetahui ada unsur balaghah di dalamnya. Seperti prosa di atas yang menunjukkan adanya ilmu badi`.

Tanpa bermaksud melebar dari pembahasan, kiranya itulah yang mampu saya uraikan dari novel alKarnak yang kali ini saya menggunkan metode penelitian strukturalisme. Yang mana dari awal sampai akhir, mungkin masih terdapat banyak kesalahan.

Revolusi VS Reformasi Dalam diskursus mengenai change (perubahan), banyak sekali terminologi yang mempunyai makna dan arti yang mirip. Namun, seperti layaknya saudara kembar, sekecil apapun pasti ada terdapat perbedaan.

Transformasi, pembangunan, perkembangan, modernisasi, industrialisasi, reformasi, dan revolusi kesemuanya itu adalah keluarga besar change, yang pada dasarnya menekankan pada adanya perubahan. Transformasi; perubahan yang bergerak dinamis, pembangunan; perubahan ke arah yang lebih baik dengan perencanaan yang tersusun secara sistematis, perkembangan; perubahan yang mana hasilnya bisa lebih baik atau lebih buruk dari keadaan semula dan tidak memerlukan adanya upaya tertentu, modernisasi; perubahan yang dilakukan secara bertahap yang bergerak progresif dalam jangka waktu yang panjang dan seringkali mewujud dan mengacu pada westernisasi atau amerikanisasi, industrialisasi: salah satu segi dari pembangunan yang mencakup perubahan ke arah yang spesifik yaitu mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Dua istilah terakhir adalah dua hal yang akan coba kita kupas lebih dalam dan akan coba kita kaitkan dengan situasi kontemporer yang terjadi di dalam tata kelola sistem kenegaraan di dunia saat ini.

Reformasi, pada dasarnya juga merupakan perubahan, namun karakteristik dan sifatnya sedikit
berbeda dengan saudara-saudaranya. Gerald E Caiden menjelaskan apa yang disebut sebagai reformasi, the artificial inducement of administrative transformation against resistance. Reformasi merupakan perubahan terencana (planned change) atau perubahan yang dipersiapkan secara sengaja/diinginkan (intended change). Perubahan terencana menandakan adanya persiapan yang matang menyangkut sumber daya, sistem, dan instrumen dengan prasyarat adanya visi, misi, dan sasaran yang hendak tercapai secara terukur. Reformasi juga diakui Caiden a never ending process. Ali Farazmand (2002) meringkas adanya tiga model dalam melakukan reformasi dari asal-muasalnya, yakni top down model, bottom-up model dan institutional model. Dari cara melaksanakan reformasi, AF Leemans (1970) menyatakan, dapat dilakukan dengan cara menyeluruh (overhaul) atau hanya pada bidang tertentu diikuti bidang-bidang lainnya secara bertahap (piecemeal strategies). Pada cara overhaul dilakukan perbaikan di banyak bidang ser- ba sedikit (tidak mendalam), sedangkan piecemeal strategies dilakukan secara mendalam (shock therapy).

Di Indonesia wacana mengenai reformasi timbul sebelum runtuhnya rezim Suharto dan puncaknya terjadi ketika Suharto mundur dan tergantinya pergantian rezim dan rezim yang baru dinamakan era reformasi. Banyak orang salah mengartikan bahwa Indonesia melakukan awal reformasi di akhir pemerintahan Suharto. Sebenarnya, sejak Indonesia merdeka, Indonesia telah melakukan reformasi. Apabila kita merujuk kepada pengertian reformasi yang disebutkan oleh Caiden, bahwa reformasi adalah perubahan yang terencana atau perubahan yang dipersiapkan secara sengaja/diinginkan, maka sejak Indonesia merdeka, Indonesia telah melakukannya. Pada masa orde lama, pemerintahan Sukarno telah melakukan reformasi secara menyeluruh, dimana segala perbaikan yang terencana terhadap kondisi perekonomian, hukum, sosial, administrasi, pertahanan&keamanan dll dilakukan secara overhaul (menyeluruh), dimana sentuhan terhadap semua bidang itu tidak dilakukan secara mendalam (shock terapy), mengingat Indonesia pada waktu itu baru merdeka, sehingga pemerintahan Sukarno harus membangun akar agar pemerintahan selanjutnya bisa menguatkan akar dan mulai membangun batang dan daun. Masa Suharto, reformpun dilakukan dengan rencana-rencana pembangunannya yang

dikenal dengan repelita. Walaupun, pemerintahannya diakhiri dengan berbagai catatan hitam, akan tetapi, harus diakui juga bahwa pada masa itu Indonesia pernah mengalami masa kejayaan sebagai negara agraris, itu berkat reformasi yang dilakukannya secara bertahap terhadap beberapa bidang saja, namun, terdapat penekanan secara mendalam terhadap bidang tersebut, diantaranya bidang ekonomi dan pertanian. Hal itu, cukup untuk menguatkan akar, dan membangun batang, walaupun batang yang dibangun Suharto belum sempurna dan malah mengalami kecacatan, yang mana hal tersebut disebabkan oleh krisis ekonomi dan korupsi yang dilakukannya, anak-anaknya, dan kloni-kloninya. Kini Indonesia pada masa reformasi juga telah melakukan reform, hal itu merupakan hal yang memang seharusnya terjadi, dimana setiap pergantian rezim, rezim yang baru harus membuat perubahan yang terencana agar negara tidak mengalami resistensi atau status quo. Jadi, statement yang mengatakan bahwa Indonesia melakukan reformasi pada waktu era pasca lengsernya soeharto saja adalah keliru. Era reformasi (baca:pasca lengsernya soeharto) adalah hanya sebuah simbol sebuah rezim, dan mungkin juga sebuah komitmen untuk melakukan reformasi yang lebih baik, sehingga rezim tersebut dinamakan era reformasi. Kalau dikatakan bahwa, Indonesia telah melakukan reformasi dari dulu dan pada masa berakhirnya rezim Suharto, merupakan puncak dari reformasi atau momentum yang tepat untuk menyempurnakan reformasi terdahulu, mungkin baru bisa dibenarkan dan sesuai dengan konsep reformasi yang sesungguhnya.

Selain reformasi alternative perubahan sistem kenegaraan lainnya adalah dengan revolusi. Pengertian

dari revolusi sendiri menurut situs Wikipedia adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Dari pengertian tersebut, terdapat indikasi adanya sedikit perbedaan antara reformasi dan revolusi yaitu pada alternative pencapaiannya dan cara pelaksanaannya. Alternatif pencapaian dari revolusi lebih banyak dari reformasi yaitu revolusi bisa dirncanakan dan bisa juga tidak. Selain itu, cara pelaksanaan dari proses antara revolusi dan reformasi juga berbeda. Dimana reformasi menggunakan konsep overhaul dan incremental, sementara revolusi dilakukan bisa dengan dua cara yaitu dengan atau tanpa kekerasan. Revolusi sering diidentikkan orang dengan kecepatan waktu proses perubahannya. Akan tetapi, sebenarnya waktu tidak merupakan ukuran mutlak suatu revolusi. Revolusi bisa saja memakan waktu yang lama. Contohnya, seperti revolusi industri di Inggris yang memakan waktu berpuluh-puluh tahun.

Di dalam revolusi terdapat penggunaan hukum berfikir dialektika, logika, dan romantika yang mengatur bagaimana revolusi itu tetap berada di relnya. Revolusi, dengan menggunakan hukum pertentangan dialektika tidak bergantung pada satu faktor saja akan tetapi, dipengaruhi oleh banyak faktor. Revolusi tidak hanya bergantung kepada sosok kepemimpinan saja, akan tetapi factor-faktor lain seperti elemen perjuangan dan sarananya juga berpengaruh. Revolusi Kuba tidak hanya berhasil karena factor kepemimpinan Fidel Castro, namun juga didukung oleh elemen perjuangannya seperti komitmen, kekompakan tim, dan propaganda yang dilakukan sehingga rezim Batistapun runtuh dan perubahan

sosialpun tak terelakkan. Logika revolusi mengatur bagaimana waktu yang pas revolusi itu harus tercipta, karena revolusi itu tidak bisa dipercepat atau diperlambat, dia akan datang dengan sendirinya ketika waktunya telah tiba. Romantika revolusi menunjukkan bagaimana proses dan perjuangan melaksanakan revolusi, sehingga nilai-nilai revolusi, kenangan, dan kebesarannya memberikan makna dan romantika sendiri bagi para revolusioner dan rakyat.

Berdasarkan realita empiris, konsep revolusi terus berkembang, dimana revolusi itu dibedakan menjadi dua yaitu revolusi sosial dan nasional. Revolusi sosial; revolusi yang ditujukan untuk melakukan perubahan sosial demi mencapai kemaslahatan umat, seperti perjuangan kaum proletar yang melakukan revolusi sebagai wujud pertentangan kelas dengan kaum borjuis, sehingga pada akhirnya tercipta masyarakat komunis. Contoh revolusi sosial, revolusi prancis. Revolusi nasional; yaitu revolusi yang ditujukan untuk melakukan perlawanan terhadap imperialisme kaum penjajah demi kemerdekaan bangsa. Contoh revolusi ini, revolusi Amerika Serikat, Vietnam, dan Indonesia.

Banyak sekali tokoh-tokoh dan pemikir yang menggunakan revolusi sebagai teknik perjuangannya untuk melakukan perubahan sosial. Karl Marx merupakan salah satu pemikir besar dengan pengaruh besar yang menawarkan adanya revolusi sebagai cara untuk melakukan perubahan sosial, dengan tujuan akhirnya membentuk masyarakat komunis (tanpa kelas). Banyak sekali tokoh-tokoh dan pemimpin besar menganut ajaran Marx tentang revolusi. Lenin adalah salah satunya. Sebagai seorang penganut marxisme, lenin menjadikan revolusi sebagai konsep perubahan yang dilakukannya di Rusia. Dalam perkembangannya, kritik terhadap marxisme yang identik dengan revolusi sebagai cara untuk mencapai kemaslahatan rakyat (dalam marxisme yaitu masyarakat komunis) datang dari kaum revisionis dan kaum Fabian. Kaum revisionis adalah penganut marxisme yang menginginkan perubahan frame berfikir marxis yaitu dari revolusi ke reformasi, dengan argument yang menyatakan bahwa revolusi merupakan langkah yang utopis untuk meruntuhkan kapitalisme, karena kapitalisme itu bisa diruntuhkan dengan perubahan secara bertahap dan perlu penyesuaian dengan perkembangan perekonomian terutama yang terjadi di negara industri, (atau dalam terminology reformasi dikenal dengan incremental). Tokoh dari kaum ini adalah Eduard Bernstein, Kaum revisionisme ini, dikutuk oleh para penganut marxisme, karena dianggap menyimpang dari apa yang menjadi roh marxis. Namun, lama-kelamaan kaum ini mulai banyak pengikutnya dan banyak mempengaruhi ideology partai-partai beraliran marxis. Sementara Kaum Fabian adalah kaum yang berlawanan dengan marxisme, yang tidak sepakat dengan pencapaian komunis melalui revolusi dan partai buruh, mereka lebih memilih berjuang dengan basis serikat buruh dan reformasi sebagai instrumen perjuangannya.

Pro dan kontra mengenai revolusi dan reformasi sebenarnya tidak hanya terjadi di tubuh para penganut marxisme, namun non-marxispun seringkali mengalami silang pendapat mengenai hal ini. Namun, apapun itu, baik reformasi dan revolusi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan untuk menerapkannyapun, harus diperhatikan fenomena sosial yang terjadi di negara dimana reformasi

atau revolusi itu ingin diterapkan. So, anda pilih mana? Revolusi atau reformasi? Menjadi seorang revolusioner atau seorang reformis? Perbedaan antara revolusi dan reformasi

Perbedaan antara kaum reformis dan kaum revolusioner tidak selalu jelas, karena seperti dikatakan oleh Norberto Bobbio reformasi tidak selalu diajukan untuk menghindari revolusi, pun revolusi tidak harus dihubungkan dengan penggunaan kekerasan . Ketika kedua posisi ini dikembangkan menjadi hasil akhirnya yang logis, akan lebih mudah untuk membedakannya, tapi dalam praktek politik sehari-hari jauh lebih susah untuk melakukan itu.

Nyatanya, para pendiri Marxisme selalu mendukung pertempuran untuk reformasi, walaupun mereka mengetahui bahwa reformasi adalah nama yang diberikan untuk perubahan-perubahan yang membiarkan kekuasaan negeri di tangan kelas penguasa yang lama .

Masalahnya bukanlah mengatakan ya atau tidak kepada reformasi, tapi memeriksa kapan saat yang masuk akal untuk memperjuangkan reformasi dan bagaimana memetik buah revolusioner darinya.

Kesimpulannya, baik penggunaan kekerasan, di satu pihak, maupun penggunaan institutsi dan mengajukan reformasi, di pihak lainnya, tidak dapat digunakan sebagai kriteria dalam menarik garis demarkasi antara revolusi dan reformasi.

Maka, apa kriteria yang harus digunakan?

Menurut saya, definisi terbaik dalam memberi label reformis adalah kepada mereka yang hendak memperbaiki tatanan yang ada melalui reformasi, dan label revolusioner kepada mereka yang, meskipun mendorong reformasi, pada saat yang sama berjuang untuk memodifikasi tatanan tersebut secara mendalam, membawa perubahan yang tidak dapat terjadi tanpa keluar dari tatanan yang ada sebelumnya. Untuk kegunaan lain dari Revolusi, lihat Revolusi (disambiguasi). Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau

melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun. Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu. Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut. Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern. Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik. Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika. Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis. Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosial dan revolusi nasional. Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia. Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya. Sementara Revolusi Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar, atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949

Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. [sunting]Pemimpin

Revolusi umumnya mensyaratkan hadirnya seorang pemimpin kharismatik, berperannya sebuah partai pelopor (avant garde), adanya sebuah elemen ideologi. Dalam Revolusi Rusia, misalnya, Lenin dan tokoh puncak Partai Komunis mampu menjadi pemimpin yang kharismatik. Revolusi lain yang mengedepankan seorang tokoh, misalnya Fidel Castro di Kuba, Che Guevara di Amerika Selatan, Mao Tse-Tung di Republik Rakyat Cina, Ho Chi Minh di Vietnam, Ayatullah Khomeini di Iran, Corazon Aquino di Filipina ketika Revolusi EDSA, dll.

Revolusi Politik Definisi : Perubahan kekuasaan dan struktur organisasi yang bersifat fundamental (mendasar) yang terjadi dalam periode relatif singkat

Menurut Aristoreles, terdapat 2 tipe Revolusi Politik :

1. Perubahan Konstitusi Secara Menyeluruh 2. Modifikasi Konstitusi Yang Sudah Ada

Revolusi akan berdampak pada perubahan sosial, ekonomi dan institusi sosial politik

Contoh Revolusi Politik :

Revolusi Bolshevik di Rusia Revolusi Perancis, di Perancis Revolusi Amerika di Amerika Revolusi Iran Revolusi The People Power di Filipina

Pertanyaan Diskusi :

1. Faktor-faktor apakah yang mendorong terjadinya revolusi ? 2. Apa syarat-syarat keberhasilan sebuah revolusi ?

You might also like