You are on page 1of 44

1

LAPORAN HASIL UJI SEMEN





Disusun Oleh:
Moh Bachrul Ulum ( 1 MRK 4 / 1141320044 )


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2011
2

LEMBARAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, para instruktur atau pembimbing yang telah
memberikan persetujuan atas laporan praktikum bahan bangunan yang disusun oleh :
Nama : Ollyviana Pradanti
NIM : 1141320006
Kelas : 1 MRK 4
Nama Kelompok : 1. Randy Ryo Pratama
2. Roberto didik
3. Villa Rismawati
4. Muhamad Bahrul Ulum

Malang,26 Desember 2011
Menyatujui,
Pembimbing



Qomariah, BS., MT.
NIP. 196204241993032001


3

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penerbitan buku Laporan Hasil Uji Semen dapat terselesaikan sesuai rencana.
Laporan ini, memberi perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya pada bidang Manajemen Rekayasa Kontruksi. Oleh karena itu selain menyajikan
materi tentang laporan hasil uji semen, laporan ini juga menyajikan tentang beberapa job
sheet. Setiap konsep di bahas dengan rinci dan disertai dengan beberapa gambar yang
memeudahkan pembaca untuk memehaminya. Dengan demikian, kehadiran laporan ini dapat
dijadikan pedoman dan rujukan mahasiswa teknik sipil dalam mengikuti mata kuliah bahan
bangunan.
Akhirnya, dengan selesainya laporan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
Ibu Qomariah, BS., MT., selaku sebagai dosen pembimbing praktikum bahan
bangunan.
Serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam penerbitan buku laporan
ini.
Semoga buku laporan ini dapat memberi manfaat dalam peningkatan kualitas proses
pendidikan di Politeknik Negeri Malang.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak demikian pula dengan laporan ini, masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap saya nantikan demi
kesempurnaan laporan ini.

Malang, 26 Desember2011


Penulis
4

BAB I
TEORI SEMEN
SEMEN dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah
bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun
jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun
menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India
ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak
zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan
di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas
dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya
kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di
zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.

Pabrik semen di Australia.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M),
John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa
5

ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat
membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal
semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus
hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna
hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah
yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan
dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak
mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida
besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai
terbentuk campuran baru.
Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi.
Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga
berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.

Pengaduk semen sederhana.
Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan
bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia
yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat
tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih
ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.
Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya,
concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan
6

crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat
tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan
beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan
bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan
terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa
mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.
1.1 Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir
berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Semen adalah suatu jenis bahan yang
memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral
menjadi satu massa yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis
bahan, semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan mengeras
dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis. Hidraulis berarti semen bereaksi dengan
air dan membentuk suatu bahan massa. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang
mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan
alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi
Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku
tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari
proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.
1.2 Jenis-Jenis Semen
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
y semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
7

y semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
y oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas
pantai.
y mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara
yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk
membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika
dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun
demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk
mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
Semen Portland Jenis I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling klinker
semen dan gypsum. Semen Portland Jenis I memenuhi persyaratan SNI No. 15-2049-
2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 tipe l.
Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak
memerlukan persyaratan khusus), seperti:
Bangunan bertingkat tinggi
Perumahan
Jembatan dan jalan raya
Landasan bandar udara
Beton pratekan
8

Bendungan saluran irigasi
Elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster,
dan lain-lain.
Semen Portland Pozzolan (PPC)
Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara
semen Portland dan Pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen
Portland dan Pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk semen Portland dan
Pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzolan 15 s.d
40% massa Semen Portland Pozzolan.
Semen Portland Pozzolan memenuhi persyaratan SNI 15-0302-2004 type IP-U. Kegunaan:
Bangunan bertingkat (2-3 lantai)
Konstruksi beton umum
Konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan/dam
Konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa)
Bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif
Konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi,
bangunan perairan, dan penampungan air.
Semen Portland Komposit (PCC)
Semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama
terak Semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran bubuk Semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain.
Semen Portland Komposit memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis
ini adalah:
Konstruksi beton umum
9

Pasangan batu dan batu bata
Plesteran dan acian
Selokan
Jalan
Pagar dinding
Pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton,
bata beton (paving block) dan sebagainya.
PORTLAND CEMENT TIPE II
Semen Portland Tipe II adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi,
beton massa dan bendungan.
ORDINARY PORTLAND CEMENT TIPE III
Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bangunan
yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan
memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya,
bangunan tingkat tinggi dan bandar udara
ORDINARY PORTLAND CEMENT TIPE V
Semen Portland Tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang
mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut.
Dikemas dalam bentuk curah.
SUPER MASONARY CEMENT (SMC)
Adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan irigasi yang struktur
betonnya maksimal K225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton
hollow brick, paving block, dan tegel.
10

OIL WELL CEMENT, CLASS G-HSR (HIGH SULFATE RESISTANCE)
Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas
alam dengan kontruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan bumi. OWC yang telah
diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistance (HSR) disebut juga sebagai (Basic OWC".
Aditif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur tertentu.
SPECIAL BLENDED CEMENT(SBC)
Adalah semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega proyek jembatan Surabaya
MAdura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut. Dikemas
dalam bentuk curah.
1.3 Pembuatan Semen
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude
oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
- proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang
dibutuhkan untuk pembuatan semen).
- proses pendinginan terak.
- proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu
mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur
11

trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium,
alkali, fosfor, dan kapur bebas.
1.4 Dampak Lingkungan dan Sosial
Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakannya serta proses produksi yang
dilaluinya, maka semen mempunyai dampak penting untuk komponen-komponen lingkungan
seperti diuraikan di bawah ini :
a) LAHAN; dampak yang bersifat merugikan adalah :
Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
Perubahan dari segi tata guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan
serta pembangunan fasilitas lainnya. Perubahan ini dari segi waktu akan meluas ke arah
menurunnya kapasitas penampungan air yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap
kuantitas air sungai. Sedangkan dari segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau
keselarasan lingkungan setempat.
b) AIR; dampak yang bersifat merugikan adalah :
Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa
air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi,
yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan
masalah banjir pada musim hujan.
Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan
akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu menjadi berkurang,
sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya persediaan ait tanah menjadi makin
sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi kering pada musim kemarau dan sebaliknya
sungai akan banjir (debit air menjadi sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap
air yang mengalir terlalu cepat.
3. UDARA; dampak yang bersifat merugikan adalah :
a) Debu yang dihasilkan oleh kegiatan pabrik terdiri dari :
12

Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses
pembakaran,
Debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar
pabrik, termasuk pengantongannya.
b) Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu
tersebut, dapat menimbulkan pencemaran udara yang sangat mengganggu, antara lain dapat
mengakibatkan naiknya temperatur udara di sekitar pabrik, bahkan dapat menimbulkan
penyakit.
c) Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara, berupa
gas CO, CO2 dan SO2 yang mengandung hidrokarbon dan belerang.
d) Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :
Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,
Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan baku,
Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur.
e) Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis endemik,
berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.
f) Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka).
Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut.
Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan semen terhadap lingkungan sosial atau
kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :
Status gizi kadar hemoglobin darah dimana semakin rendah status gizi seseorang, semakin
rendah kadar hemoglobin darahnya.
Dampak lingkungan terhadap pola penyakit, khususnya penyakit saluran pernafasan,
seperti bronchitis, pharingtis dan tbc paru serta silicosis (pneumocosis), penyakit saluran
pencernaan dan gangguan pada kulit.
13

Morbidity rate (angka kesakitan) dari penyakit-penyakit tertentu untuk dapat
menggambarkan besarnya dari dampak penyakit-penyakit tersebut di atas terhadap kesehatan.
Beberapa penyakit yang diperkirakan akan meningkat intensitasnya antara lain penyakit
yang saluran nafas, penyakit yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan (psycho-social)
dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat.
Penyakit gangguan kejiwaan (psiko-sosial) adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
adanya sebab-sebab fisik, tetapi penyakit yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan yang sulit
diterangkan secara fisis maupun biologis, misalnya sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya,
nyeri ulu hati, gelisah, sulit tidur, berdebar-debar (yang dalam istilah kedokteran dinamakan
gastritis, cephagia, neurosis anxiety).
Penyakit akibat kecelakaan kerja.
Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh rendahnya mutu lingkungan, seperti penyakit
perut (diarhea), demam berdarah, malaria kulit dan sebagainya.
Seperti telah dikemukakan di atas, ternyata semen memang menimbulkan dampak yang
kurang menguntungkan bagi linkungan. Sayang sekali tidak ada informasi tentang berapa
besarnya (magnitude) dampak-dampak negatif ini (khususnya dalam kasus Indonesia),
Padahal hal ini sangat penting untuk menjadi alasan bahwa semen memang harus dikenai
cukai, karena dampak-dampak negatif tersebut seringkali berada di atas nilai ambang batas
yang wajar.
1.5 Susunan Kimia Semen
Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung kapur,
silika dan oksida besi, maka bahan-bahan itu menjadi unsur-unsur pokok semennya.
Tabel 1.1 Susunan Unsur semen biasa
Oks i da Per s en ( %)
Ka pur (CaO)
Si l i ka (Si O
2
)
60 65
17 25
14

Al umi na ( Al
2
O
3
)
Bes i ( Fe
2
O
3
)
Magnes i a ( MgO)
Sul f ur ( SO
3
)
Pot as h ( Na
2
O + K
2
O)
3 8
0,5 6
0,5 4
1 2
0,5 1
Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3,
yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa
persen dari berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O. Keempat oksida utam tersebut
diatas didalam semen berupa senyawa C3S, C2S, C3A dan C4AF, dengan mempunyai
perbandingan tertentu pada setiap produk semen, tergantung pada komposisi bahan bakunya.
Tabel 1.2 Senyawa utama semen portland
Nama senyawa Rumus empiris Rumus oksida Not a s i
pendek
Rata-rata (%)
Tr i cal s i um
s i l i kat
Di cal s i um
si l i kat
Tri cal s i um
al umi nat
Tet r acal ci um
al umi nof er r i t
Cal si um
s ul f at
di hi dr at
Ca3Si O5

Ca
2
Si O
4


Ca
3
Al
2
O
6


Ca
2
Al F eO
3

3CaO.SiO2

2CaO.SiO2

3CaO.Al2O3

4CaO.Al2O3Fe2O3
CaSO4.2H2O
C3S

C2S

C3A

C4AF
CSH2
50

25

12

8
3,5
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyoo. 1994
15

1.5.1 Hidrasi semen
Bila semen bersentuhan dengan air, maka proses hidrasi berlangsung dalam arah keluar dan
arah ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti semen yang belum
terhidrasi dibagian dalam secara bertahap akan terhidrasi, sehingga volume mengecil.
Mekanisme hidrasi silicate (C3S dan C2S)
2(3CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
Mekanisme hidrasi Aluminat (C3A)
Adanya gipsum di dalam semen menyebabkan reaksi calsium aluminat menghasilkan calsium
sulfo aluminat hidrat.
3CaO.Al2O3 + CaSO4.2H2O + 10 H2O 3CaO.Al2O3.CaSO4 + 12 H2O
(gypsum)
3CaO.Al2O3 + Ca(OH)2 + 12 H2O 3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12 H2O
Mekanisme hidrasi tetracalsium aluminoferrit (C4AF)
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 2Ca(OH)2 + 10H2O 64CaO.Al2O3.Fe2O3.12 H2O
(tetracalsium aluminoferrat)
1.5.2 Kekuatan semen dan f.a.s
Semen bila terkena air akan berubah menjadi keras seperti batu. Oleh karena itu sangat perlu
diperhatikan perbandingan antara air dan semen atau faktor air semennya, karena faktor f.a.s
ini akan berpengaruh terhadap kekuatan beton. Bila kurang semen dan terlalu banyak air akan
menyebabkan segregration dan bleeding, selain itu perbandingan yang tepat antara semen dan
air akan berpengaruh dalam kemudahan pekerjaan.

16

1.5.3 Sifat fisik semen
Sifat fisik dari semen adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan 2 m dan mempunyai
berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3.
1.5.4 Sifat kimia semen
Semen mengandung C3S dan C2S sebesar 70% sampai dengan 80%. Unsur- unsur ini
merupakan unsur paling dominan dalam memberikan sifat semen. C3S segera mulai
berhidrasi bila semen terkena air secara eksotermis. Berpengaruh besar terhadap pengerasan
semen terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Membutuhkan air 24 % dari beratnya. C2S
bereaksi dengan air lebih lambat dan hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah 7
hari dan memberikan kekuatan akhir. Unsur ini membuat semen tahan terhadap serangan
kimia dan mengurangi penyusutan karena pengeringan. Membutuhkan air 21% dari beratnya.
C3A berhidrasi secara eksotermis, bereaksi secara cepat dan memberikan kekuatan sesudah
24 jam. Membutuhkan air 40% dari beratnya. Semen yang mengandung unsur ini lebih dari
10% kurang tahan terhadap serangan sulfat. C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap
pengerasan beton.
2.6 Jenis-Jenis Semen
Dalam pedoman beto 1989 disyaratkan bahwa semen portland untuk pembuatan beton harus
merupakan jenis-jenis yang memenuhi syarat-syarat SII 0013-81Mutu dan uji semen yang
klasifikasinya tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.4 Jenis-jenis Semen Portland
J eni s Semen Kar at er i s t i k Umu m
J eni s I Semen por t l a nd yang di guna ka n
unt uk t uj uan umum.
J eni s I I Semen por t l a nd yang
penggunaa nnya memer l uka n
ket a hana n t er ha dap s ul f at da n
panas hi dr as i s edang.
J eni s I I I Semen por t l a nd yang
17

penggunaa nnya memer l uka n
per s yar at an a wal ya ng t i nggi
s et el a h pengi kat an t er j a di .
J eni s I V Semen por t l a nd yang da l a m
penggunaa nnya menunt ut pana s
hi dr a s i yang r enda h

J eni s V Semen por t l a nd yang da l a m
penggunaa nnya menunt ut
ket a hana n ya ng kuat t er ha da p
s ul f at .
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyoo. 1994
Jenis semen
Jenis semen
No SNI Na ma
SNI 15- 0129- 2004 Semen por t l a nd put i h
SNI 15- 0302- 2004 Semen por t l a nd pozol an / Por t l a nd
Pozz ol an Cement ( PPC)
SNI 15- 2049- 2004 Semen por t l a nd / Or di nar y
Por t l a nd Cement ( OPC)
SNI 15- 3500- 2004 Semen por t l a nd ca mpur
SNI 15- 3758- 2004 Semen mas onr y
SNI 15- 7064- 2004 Semen por t l a nd kompos i t




18

2.7 Pembuatan semen
Kandungan kimia
Trikalsium Silikat
Dikalsium Silikat
Trikalsium Aluminat
Tetrakalsium Aluminofe
Gipsum
Semen dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu:
a. Semen dari bahan klinker-semen-portland
1. Semen portland
2. Semen portland abu terbang
3. Semen tanur tinggi
4. Semen portland tras/puzzolan
5. Semen portland putih
b. Semen-semen lain:
1. Aluminium semen
2. Semen bersulfat
Reaksi-reaksi yang terjadi pada waktu proses pembuatan semen adalah sebagai berikut:
Reaksi-reaksi yang terjadi pada waktu proses pembuatan semen adalah sebagai berikut:
a. Batu kapur : CaO + CO2
19

kapur karbondioksida
Lempung : SiO22 + Al2O3 + Fe2O3 + H2O
silika alumina oksida besi air
b. 3CaO + SiO2 3CaO.SiO2
trikalsium silikat (C3S)
2CaO + SiO2 2CaO.SiO2
dikalsium silikat (C2S)
3CaO + Al2O3 3CaO.Al2O3
trikalsium aluminat (C3A)
3CaO + Al2O3 + Fe2O3 3CaO.Al2O3..Al2O3.Fe2O3
tetrakalsium aluminoferit (C4AF)
Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:
1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang
pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous
materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau
material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan
tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi
material yang digali.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk
menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan
yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan
20

disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai
kehalusan yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata
diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian
siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas
panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan
berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti
semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 C, bahan berubah menjadi bongkahan padat
berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin
klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap
bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin
penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling
akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan
pipa menuju silo semen.
Pabrik semen di Indonesia
PT.Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda)
PT.Semen Baturaja Persero (Semen Baturaja)
PT.Semen Padang (Semen Padang)
PT.Semen Gresik (Semen Gresik)
PT.Semen Bosowa (Semen Bosowa)
PT.Semen Andalas (Semen Andalas)
PT.Holcim Indonesia
PT.Semen Tonasa (Semen Tonasa)
21

PT.Semen Kupang (Semen Kupang



gbr pengadukan semen








22

BAB II
PENGUJIAN SEMEN
1. PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN PORTLAND
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami
sifat- sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland serta pengaruhnya terhadap
beton yang benar
1.1.2 Tujuan instruksional khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan saringan No. 100 dan
No. 200.
b. Menjelaskan cara pelaksanaan pengujian kehalusan semen portland.
c. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.

1.2 Dasar Teori
Kehalusan semen portland adalah merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air. Dengan semakin
halus butiran semen portland, maka reaksi hidrasi semen akan semakin cepat, karena
hidrasi dimulai dari permukaan butir.

1.3 Peralatan
a. Saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standar ASTM.
b. Neraca analitik kapasitas maksimum 2000 gram dengan ketelitian 0.1%.
c. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai untuk keperluan ini.

1.4 Benda Uji
Contoh semen portland sebanyak 50 gram.
1.5 Pelaksanaan
Hari Pelaksanaan : Kamis
23

Tanggal Pelaksanaan : 03 November 2011
1.6 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukan benda uji semen kedalam saringan No. 100 yang terletak diatas saringan
No. 200 dan PAN dibawahnya.
b. Goyangkan saringan ini perlahan-lahan, sehingga bagian benda uji yang tertahan
kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dilakukan antara 3 sampai
4 menit)
c. Tutuplah saringan dan lepaskan Pan, ketok saringan perlahan-lahan dengan tungkai
kuas sampai abu yang menempel terlepas dari saringan.
d. Bersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas, kosongkan PAN dan bersihkan
dengan kain kemudian pasang kembali.
e. Ambilah tutup saringan dengan hati-hati, bila ada partikel kasar yang menempel
pada tutup kembalikan pada saringan.
f. Lanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan perlahan-lahan
selama 10 menit.
g. Tutuplah saringan, penyaringan dilanjutkan selama 1 menit dengan cara
menggerak-gerakan saringan kedepan dan kebelakang dengan posisi sedikit
dimiringkan. Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali per menit, setiap 25 kali gerakan
putar saringan kira-kira 60
0
. Pekerjaan ini dilakukan diatas kertas putih, bila ada
partikel yang keluar dari saringan atau PAN serta tertampung diatas kertas,
kembalikan kedalam saringan. Pekerjaan dihentikan setelah benda uji tidak lebih
dari 0,05 gram lewat saringan dalam waktu penyaringan selama 1 menit.
h. Timbang benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan No. 100 dan No.
200, kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat terhadap benda uji
semula.

1.7 Perhitungan
Kehalusan


Dimana : F = Kehalusan semen portland
A = Berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan No. 100 dan No.
200.
B = Berat benda uji semula.

24

1.8 Pelaporan
Nomor Saringan
Tertahan (gram)
Kehalusan (%)
Individu Komulatif
No. 100 0.00 0.00 0.00
No. 200 7.50 7.50 15.00
P a n 42.50 50.00 85.00
Jumlah 50.00

Kesimpulan:
Benda uji semen tiga roda memenuhi syarat kehalusan karena semen yang tertahan
saringan no.100 adalah 0% dan yang tertahan saringan No.200 adalah 15%

1.9 Referensi
a. AASHTO T-128-67
b. ASTM C-184-66
c. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, DPU.
d. PEDC, Bandung Pengujian Bahan, Edisi 1983









25

2. PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi semen Portland dan pengaruhnya terhadap beton dengan
benar.
2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan nilai berat jenis semen Portland.
b. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.
2.2 Dasar teori
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu
kamar dengan berat isi kering suling pada 4 C yang isinya sama dengan isi semen.
2.3 Peralatan
a. Botol Le Chatelier.
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API
2.4 Benda uji
Contoh semen Portland sebanyak 64 gram .
2.5 Pelaksanaan
Hari Pelaksanaan : Kamis
Tanggal Pelaksanaan : 03 November 2011

26

2.6 Prosedur Pelaksanaan
a. Isi botol Le Chateleir dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1,
bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup
lama untuk menghindari variasi suhu botol lebih besar dari 0,2 C.
c. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1).
d. Masukan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, usahakan jangan sampai
terjadi ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
e. Setelah semua benda uji dimasukan, putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permuukaan
cairan.
f. Ulangi pekerjaan pada poin b. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam
botol, baca skala pada botol (V2).
2.7 Perhitungan

Beiat Semen
v v
x u
Keterangan : V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V2-V1) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan
berat tertentu
D = Berat isi air pada suhu 4 C ( 1 gr/cm )
Catatan :
a. Berat jenis Semen Portland sekitar 3,15
b. Percobaan dibuat 2 (dua) kali, selisih kedua hasil percobaan yang di ijinkan 0,01
27

2.8 Referensi
a. AASHTO T-133-74
b. ASTM C-188-44
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
Tabel 2 Data Pengujian Berat Jenis Semen Portland
Pemeriksaan Benda Uji
I II
Berat Semen Contoh Uji 64.00 64.00
Pembacaan pertama pada
skala botol
V1 0.00 0.00
Pembacaan kedua pada
skala botol
V2 19.80 19.90
Isi cairan yang
dipindahkan
V2-V1 19.80 19.90

Beiat Semen
v v
x u
gi
cm

3.23 3.22
Berat jenis rata-rata 3.23
Kesimpulan: Dari data hasil praktikum telah diperoleh berat jenis rata-rata sebesar 3.23
gr/cm . Dapat disimpulkan bahwa semen Portland masih murni dan dapat digunakan.
Catatan :
Temperatur pembacaan pertama (tanpa semen) = 27 C
Temperatur pembacaan pertama (menggunakan semen) = 24 C
Temperatur pembacaan kedua (tanpa semen) = 26 C
Temperatur pembacaan kedua (menggunakan semen) = 26 C
Berat isi air pada suhu 4 C = 1 gr/cm


28

3. Pengujian Konsistensi Normal Semen Normal
3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami
sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland serta pengaruhnya terhadap
beton dengan benar.
3.1.2 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan konsistensi normal semen portland dengan alat vicat
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil
3.2 Dasar Teori
Konsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standart yang
menunjukan kebasahan pasta. Konsistensi dinyatakan dengan banyaknya air yang
dibutuhkan suatu pasta semen dala kondisi plastis .
3.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang di timbang.
b. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml.
c. 1(satu) set alat vicat yang terdiri dari alat vicat dan cincin kronik (cinical ring).
d. Stopwatch.
e. Sendok perata.
f. Alat pengaduk.
g. Sarung tangan Karet
29

h. Air suling sebanyak 300 cm
i. Jaum vicat ukuran 1 0.005 mm
3.3 Benda Uji
Semen portland sebanyak 400 gram
3.4 Pelaksanaan
Hari Pelaksanaan : Kamis
Tanggal Pelaksanaan : 03 November 2011
3.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda uji ke
dalam mangkok alat pengaduk
b. Masukan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30 detik
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5)rpm, selama 30 detik
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik , sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10)rpm selama 1 (satu)menit
f. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung tangan,
kemudian dilemparkan 6 (enam) kali dari satu dari satu tangan ke tangan yang lain
dengan jarak kira- kira 15 cm
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin konik
yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar, sehingga cincin konik penuh
dengan pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang digerakan
dalam posisi miring terhadap permukaan cincin
i. Letakan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudian balikan, ratakan dan
licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan sendok perata
j. Letakkan cincin konik dibawah jarum besar alat vicat dan kontakan jarum tepat pada
bagian tengah permukaan pasta
k. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik
30

3.6 Perhitungan
Berat Air
Konsistensi = x 100%
Berat Semen
Catatan
a. Untuk mendapatkan konsistensi normal, dilakukan beberapa kali percobaan dengan
kdar air yang berbeda. Seta percobaan harus dibuat dari contoh semen yang baru dan
selam percobaan dilakukan, peralatan harus bebas dari getaran. Untuk percobaan
pertama disarankan dengan kadar air 28%
b. Pengaruh suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan
3.7 Refensi
a. AASHTO T 129-74
b. ASTM C-187-71
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
Tabel 3.1 Data Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland
Pemeriksaan
Benda Uji
I II III IV
Berat Air Gram 112.00 114.00 115.00
Berat Semen Gram 400.00 400.00 400.00 400,00

A
Konsistensi = x
100%
B
%
28.00 28.50 28,75 29,00
Penetrasi / Penurunan mm 7 8,5 11,5 12
31



a. Gambar 3.1 Grafik hubungan antara konsistensi dengan penurunan
b. Konsistensi normal yang didapat pada saat penurunan 10 1 mm adalah 28.6 %
c. Kesimpulan dari hasil uji yang saya peroleh dari perccobaan diatas adalah ..
jadi konsistensi normal yang di dapat pada saat penurunan 10 1mm ialalah 28,6%








0
2
4
6
8
10
12
14
27.8 28 28.2 28.4 28.6 28.8 29 29.2
Konsistensi ( % )
P
e
n
u
r
u
n
a
n

(

m
m

)
32

4. PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN PORTLAND
4.1 Tujuan
4.1.1 TujuanInstruksionalUmum
Setelah melaksanakan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami
sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi semen Portland serta pengaruhnya terhadap
beton dengan benar.
4.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melaksanakan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan waktu pengikatan semen Portland dengan alat Vicat.
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.
4.2 Dasar Teori
Semen jika dicampur dengan air akan membentuk bubur/pasta yang secara
bertahap menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi kaku/keras. Pada proses ini,
tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu tekanan.
Waktu untuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu pengikatan, waktu
tersebut dihitung dengan semen. Waktu dari percampuran semen dan air sampai saat
kehilangan sifat keplastisanya disebut waktu pengikatan awal,dan waktu sampai
mencapai pasta menjadi massa yang keras disebut waktu pengikatan akhir. Pengertian
waktu pengikatan awal adalah penting dalam pekerjaanbeton, waktu pengikatan awal
yang cukup lama diperlukan untuk pekerjaan betonya itu waktu tranportasi, penuangan,
pemadatan, dan perataan permukaan.
4.3 Peralatan
1. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang di timbang.
2. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 ml.
3. 1set alatVicat yang dilengkapi dengan :

33

y Batang/jarum pada ujung pluyer berdiameter 17,5+ 0,5 mm, untuk menentukan
konsistensi normal. Berat batang + plunyer = 400 +0,5 gram.
y Jarum Vicat dari baja tahan karat dengan diameter 2 + 0,05 mm.
y Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter 76 + 0,5mm, dan
tinggi 40 + 1 mm, dengan permukaan bagian dalam harus rata dengan licin.
y Kaca datar, tabel 3mm.
y Alat pemadat atau penumpuk, ukuran 13x25x120mm.
4. Stopwatch.
5. Sendok perata( sepatula ).
6. Alat pengaduk.
7. Sarung tangan karet.
8. Air suling sebanyak+ 300 cm3
9. Cawan.
4.3 Benda uji
Contoh semen Portland sebanyak 300 gram.
4.4 Pelaksanaan
Hari Pelaksanaan : Kamis
Tanggal Pelaksanaan : 03 November 2011
4.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukan air bercampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air
untuk mencapai konsistensi normal kedalam alat pengaduk.
b. Masukan benda uji kedalam mangkuk pengaduk dan diamkan selama 30 detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan( 140+ 5 ) rpm, selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkuk.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan( 285+ 10 ) rpm selama 1 menit.
f. Buatlah pasta berbentukseperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung
tangan berupa karet, kemudian lemparkan 6 kali dari satu tangan ketangan yang
lain dengan jarak kira kira 15 cm.
34

g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konik
dengan tangan lain melalui lubang besar hingga cincin konik penuh dengan pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang digerakan
dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Letakan plat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudian balikan, ratakan dan
licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil dengan sendok perata.
j. Letakan cincin konik dibawah jarum kecil alat Victa, dan kontakan jarum tepat
pada bagian tengah permukaan pasta.
k. Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan di bawah 25 mm,
setiap menjatuhkan jarum catatlah penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
Jarak antara titik titik setiap menjatuhkan jarum adalah cm dan jarak titik dari
pinggir cincin konik tidak boleh kurang dari 1 cm.
Catatan :
a. Selama pelaksanaan pengujian, alat alat harus bebas getaran dan jarum dijaga
supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel
b. Waktu pengikatan awal paling cepat 45 menit, dan paling lambat 10 jam
c. Pengaruh suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan diabaika
4.6 Referensi
a. AASHTO T 131-74
b. ASTM C -191-71
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
Tabel 4. Data Pengujian Waktu Pengikatan Semen Portland
Waktu Penetrasi
(menit)
Penetrasi Benda Uji
45 41
75 36
105 33
135 15.5
35



a. Grafik penurunan terhadap waktu
b. Waktu pengikatan pemulaan di dapat penurunan 25 mm adalah 120 menit
c. Kesimpulan : pada waktu 120 menit atau 2 jam pengikatan permulaan di dapat
penurunan 25 mm








0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Grafik Hubungan Antara Waktu Pengikatan
Semen Portland dengan Penurunan
36

5. PENGUJIAN KEKELALAN SEMEN PORTHLAND DENGAN KUE REBUS
5.1 TUJUAN
5.1.1 Tujuan Instruksi Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami
sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi semen porthland serta pengaruhnya terhadap
beton dengan benar.
5.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelalah melakukan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan kekekalan semen porthland dengan kue rebus.
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.
5.2 Dasar teori
Kekekalan pasta semen atau disebut juga sebagai kemulusan pasta semen
merupakan suatu ukuran dari kemampuan pengembangan dari bahan-bahan
campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah mengikat.
Ketidakmulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah
kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna, serta magnesia yang terdapat dalam
campuran tersebut. Kapur bebas akan mengikat air dan kemudian menimbulkan gaya-
gaya ekspansi yang akhirnya timbul retakan-retakan pada permukaan pasta semen.
5.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketinggian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 ( satu ) ml.
c. Kaca datar, tebal 3 ( tiga) mm dengan ukuran 15 x 15 cm.
d. Stopwatch.
e. Sendok perata ( spatula ).
f. Alat pengaduk.
g. Sarung tangan karet.
37

h. Air suling sebanyak 300 cm
i. Cawan
5.3 Benda Uji
Contoh semen portland sebanyak 650 gram
5.4 Pelaksanaan
Hari Pelaksanaan : Kamis
Tanggal Pelaksanaan : 03 November 2011
5.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah
air untuk mencapai konsistensi normal ke dalam pengaduk.
b. Masukan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30 detik
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm, selama 30 detik
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggiran mangkok
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10) rpm selama 1 (satu)
menit
f. Ambil pasta sekepal tangan dan letakkann diatas plat kaca
g. Bentuk pasta tersebut seperti kue (lihat gambar) dengann diameter 12 cm dan
tinggi dibagian tengahnya 13 mm dengan mengecil tebalnya kebagian pinggir .
h. Diamkan kue tersebut diruang lembab selama 24 jam
i. Masukan kue tersebut ke dalam air, kemudian air tersebut dididihkan (waktu
pendidihan selama 30 menit) dan kue terus direbus selama 3 jam
j. Setelah itu angkat kue tersebut dan perhatikan keadaan fisiknya, apakah terjadi
perubahan bentuk misalnya retak, pecah, atau menunjukkan perubahan bentuk
lain.
Catatan :
a. Jumlah kue yang dibuat adalah 4 buah
b. Semen dinyatakan tidak kekal jika terdapat retak-retakan pada permukaan semen
38

c. Disamping dengan cara direbus, dapat pula dilakukan dengan cara lambat yaitu
dengan cara merendam kue didalam air selama 27 hari
5.6 Referensi
a. SII 0013-81
b. PEDC Bandung, Pengujian Beton, Edisi 1983
5.7 Hasil Pengujian Kekekalan Semen Portland Dengan Kue Rebus
a. Perubahan bentuk dari kue tersebut adalah terjadi retak retak pada permukaan semen
dan bergerigi pada pinggiran kue
b. Kesimpulan dari hasil uji yang saya peroleh adalah bahwa semen porthland yang saya
uji Dari 4 buah kue rebus yang dibuat dan direndam selama 14 hari, 2 (dua) diantaranya
terdapat retakan- retakan pada permukaan kue rebus sedangkan 2 (dua) lainya tidak
sepenuhnya berbentuk bulat pada pinggiran kue rebus, melainkan berbentuk bergerigi. Semen
ini dapat dinyatakan tidak kekal.
Catatan :
a. Jumlah kue yang dibuat adalah 4 buah.
b. Semen dinyatakan tidak kekal jika terdapat retakan retakan pada permukaan semen.
c. Disamping dengan cara direbus, dapat pula dilakukan dengan cara lambat yaitu
dengan cara merendam kue di dalam air selama 27 hari






39

6. PENGUJIAN KEKUATAN TEKAN MORTAR SEMEN PORTLAND
6.1 TUJUAN
6.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami
sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland serta pengaruhnya terhadap
beton dengan benar.
6.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan kekuatan mortar semen Portland
b. Menggunakan peralatan uji dengan trampil
6.2 Dasar Teori
Kekuatan tekan mortal adalah beban tiap satuan luas permukaan yang
menyebabkan mortar hancur. Kekuatan tekan mortar ini diperoleh dari benda uji
berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm, yang terbuat dengan menggunakan
contoh semen dan mencampurnya dengan pasir silica seragam dan air dalam
perbandingan perbandingan tertentu.
6.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. Stopwatch
d. Sendok Perata (Spatula)
e. Alat Pengaduk
f. Sarung tangan karet
g. Air suling sebanyak 500cm
h. Cawan
i. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm, dan Alat penumbuk / pemadat.
j. Pasir Silika/ Ottawa
40

k. Meja Leleh (Flow Table)
6.4 Benda Uji
Semen Portland sebanyak 500 gram
6.5 Pelaksanaan
Hari Pelaksanaan : Rabu
Tanggal Pelaksanaan : 15 dan 21 Desember 2011
6.6 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukan air pencampur berupa air suling sebanyak 45% dari berat semen kedalam
mangkok alat pengaduk
b. Masukan benda uji semen sebanyak 500 gram ke dalam mangkok pengaduk
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm, selama 30 detik
d. Masukan pasir silica/Ottawa sebanyak 1375 gram secara perlahan lahan sambil
mesin pengaduk dijalankan dengan kecepatan (145 5) rpm, selama 30 detik
e. Hentikan mesin pengaduk, kemudian naikkan kecepatan putaran menjadi (285 10)
rpm, dan jalankan selama 30 detik.
f. Hentikan mesin pengaduk, dan segera bersihkan mortar yang menempel pada
pinggiran mangkok selama 15 detik, kemudian biarkan mortar selama 75 detik.
g. Aduklah mortar dalam mesin pengaduk dengan kecepatan pengaduk (285 10) rpm,
selama 1 (satu) menit.
h. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang terletak
di atas meja leleh, cincin diisi dalam 2 (dua) lapis, dimana setiap lapis dipadatkan
dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan mortar dengan
sendok perata dan angkatlah cincin kemudian getarkan meja leleh sebanyak 25 kali
selama 15 detik
i. Ukurlah diameter leleh, sekurang kurangnya pada 4 (empat) tempat dan ambil
harga rata- rata. Diameter leleh harus antara 100 115 % dari diameter semula.
Apabila diameter leleh yang diisyaratkan belum didapat, ulangi langkah langkah
di atas (dari butiran a sampai dengan i) dengan merubah kadar air
41

j. Setelah diameter leleh diisyaratkan didapat, mortar dimasukan ke dalam mangkok
pengaduk dengan kecepatan (285 10)rpm selama 15 detik
k. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakan kubus
15x15x15 cm, cetakan diisi dalam 2 (dua)lapis dimana setiap lapisan dipadatkan
dengan penumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 (empat) putaran (lihat gambar).
Keseluruhan waktu dipergunakan untuk menceta mortar tidak boleh lebih dari 2
(dua) menit.
l. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan di dalam
Moist cabinet selama 24 jam
m. Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih, kemudian periksalah
kekuatan tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang diinginkan.
Biasanya pada umur 3, 7, dan 28 hari

6.7 Perhitungan
P
Kekuatan Tekan Mortar = _______ (kg/cm)
A
Keterangan : P = Beban Maksimum (kg)
Catatan :
a. Jumlah benda uji pada masing masing umur uji 3 buah
b. Pengaruh suhu, air pencampuran dan kelembaban ruangan diabaikan
6.8 Refensi
a. AASHTO T 105 73
b. ASTM C 114 69
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan Edisi

42

6.9 Hasil Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland
Benda Uji
Berat Benda Uji
(gram)
Kuat Tekan Benda Uji
(KN/menit)
Kubus 1 290 82
Kubus 2 291 78
Kubus 3 288 77

Hasil Uji :
a.


NPa
b.


NPa
c.


NPa
Nilai kekuatan tekan mortar pada umur 7 hari
Balok I : berat 290 kg
Balok II : berat 291 kg
Balok III : berat 288 kg
Kesimpulan dari hasil uji yang saya peroleh adalah Kuat tekan mortar pada umur 7 hari
kubus I = 32,8 Mpa, kubus II = 31,2 Mpa, kubus III = 30,8 Mpa.





43

BAB III
KESIMPULAN
1. Pengujian kehalusan semen portland didapatkan Benda uji semen tiga roda memenuhi
syarat kehalusan karena semen yang tertahan saringan no.100 adalah 0% dan yang
tertahan saringan No.200 adalah 15%
2. Pengujian berat jenis semen portland didapatkan Dari data hasil praktikum telah
diperoleh berat jenis rata-rata sebesar 3.23 gr/cm . Dapat disimpulkan bahwa semen
Portland masih murni dan dapat digunakan.
3. Pengujian konsistensi normal semen portland didapatkan konsistensi normal yang di
dapat pada saat penurunan 10 1mm ialalah 28,6%
4. Pengujian waktu pengikatan semen portland didapatkan pada waktu 120 menit atau 2
jam pengikatan permulaan di dapat penurunan 25 mm
5. Pengujian kekekalan semen portland didapatkan Kesimpulan dari hasil uji yang saya
peroleh adalah bahwa semen porthland yang saya uji Dari 4 buah kue rebus yang
dibuat dan direndam selama 14 hari, 2 (dua) diantaranya terdapat retakan- retakan
pada permukaan kue rebus sedangkan 2 (dua) lainya tidak sepenuhnya berbentuk bulat
pada pinggiran kue rebus, melainkan berbentuk bergerigi. Semen ini dapat dinyatakan
tidak kekal.
6. Pengujian kekuatan tekan mortar semen portland didapatkan tekan mortar pada umur 7
hari kubus I = 32,8 Mpa, kubus II = 31,2 Mpa, kubus III = 30,8 Mpa.







44

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kharianto.co.cc/2008/12/beton-concrete.html
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=148573985188961m
http://id.wikipedia.org/wiki/Beton
http://aguzher.wordpress.com/2008/12/15/beton-sifat-dan-karakteristiknya/
http://studistruktur.blogspot.com/2008/12/sifat-bahan-beton.html
http://duniatekniksipil.web.id/1152/dasar-dasar-beton-4-komposisi-dan-pemcampuran-beton/
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen
http://www.beacukai.go.id/library/data/Semen.htm
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=109517032427990
http://tatangw.blogspot.com/2010/06/beton-1.html

You might also like