You are on page 1of 10

BERSYUKUR DAN BERSABAR 1. BERSYUKUR 1.1. Pengertian Bersyukur Syukur secara bahasa adalah berterima kasih.

Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim: : Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah (Madarijus Salikin, 2/244). Bersyukur (berterima kasih), kepada sesama manusia lebih cenderung kepada menunjukkan perasaan senang menghargai. Adapun bersyukur kepada Allah lebih cenderung kepada pengakuan bahwa semua kenikmatan adalah pemberian dari Allah. Inilah yang disebut sebagai syukur. Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah . Kufur nikmat berpotensi merusak keimanan. Semisal Qarun yang berkata:

Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki (QS. Al Qashash: 28) Anggapan kebanyakan orang, bersyukur kepada Allah hanya perlu dilakukan pada saat mendapatkan anugrah besar atau terbebas dari masalah besar adalah keliru. Padahal jika mau merenung sebentar saja, mereka akan menyadari bahwa mereka dikelilingi oleh nikmat yang tidak terbatas banyaknya. Setiap waktu setiap menit, tercurah kenikmatan tak terhenti seperti hidup, kesehatan, kecerdasan, panca indra, udara yang dihirup...; pendek kata segala sesuatu yang memungkinkan orang untuk hidup diberikan oleh Allah. Sebagai balasan semua itu, seseorang diharapkan untuk mengabdi kepada Allah sebagai rasa syukurnya. Orang-orang yang tidak memperhatikan semua kenikmatan yang mereka terima, dengan demikian telah mengingkari nikmat (kufur). Mereka baru mau bersyukur apabila semua kenikmatan telah dicabut. Sebagai contoh, kesehatan yang tidak pernah mereka akui sebagai nikmat baru mereka syukuri setelah mereka sakit. Al-Qur'an memerintahkan untuk mengingat nikmat Allah berulang-kali karena manusia cenderung melupakannya. Seluruh buku yang ada di dunia ini tidak akan cukup untuk menulis nikmat Allah. Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang sempurna, memiliki panca indra yang memungkinkan manusia untuk merasakan dunia di sekelilingnya, membimbingnya menuju jalan yang benar melalui Al-Qur'an dan Al-Hadits, menciptakan air segar dan makanan yang berlimpah, melancarkan pelayaran, yang kesemuanya itu ditujukan untuk keuntungan manusia. Setiap orang yang berdoa dan berbuat baik pasti juga bersyukur kepada Allah sebab orang-orang yang mengingkari nikmat Allah pasti juga tidak pernah ingat kepada Allah. Seseorang yang bertingkah laku seperti hewan, mengkonsumsi

segala sesuatu yang diberikan padanya tanpa mau berfikir mengapa semua itu dianugrahkan dan siapa yang menganugrahkan, sudah selayaknya mengubah tingkah laku seperti itu. Sebaliknya, bersyukur hanya di saat menerima nikmat besar saja tidak akan berarti. Itulah sebabnya orang mukmin hendaknya tidak pernah lupa untuk bersyukur kepada Allah. Dari Al-Qur'an kita juga tahu bahwa hanya orang-orang yang bersyukurlah yang mau mengakui tanda-tanda kekuasaan Allah di dunia dan mengambil pelajaran darinya. Ayatayat di bawah ini menguraikan hal tersebut: Adapun tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh dengan subur dengan izin Allah. Dan tanah yang gersang, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kebesaran kami bagi orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 58.) Dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa kepada Bangsa Israil, dengan beberapa mukjizat dari kami sebagai pengukuhan dan disertai perintah dari Kami: "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kejahilan kepada cahaya iman yang terang-benderang, serta ingatkanlah mereka kepada "Hari-hari Allah"(Maksudnya, hari-hari yang penuh suka dan duka. Suka karena beroleh bahagia, dan duka karena ditimpa malapetaka, baik yang telah terjadi pada bangsa-bangsa sebelum Musa, maupun yang terjadi di zaman Musa sendiri). Dalam hal yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi orang-orang yang selalu sabar dan bersyukur Maksudnya sabar jika kedatangan malapetaka, dan bersyukur jika beroleh kebahagiaan. Baik dan buruk, bahagia dan malapetaka tidak akan luput dari kehidupan manusia di dunia ini. Karena itu, sabar dan bersyukur adalah senjata ampuh yang wajib dipegang teguh selamanya)(Ibrahim: 5). Apakah engkau tidak perhatikan, bahwa kapal itu dapat berlayar di lautan karena Karunia Allah jua Karunia Allah di sini ialah kodratNya yang menundukkan lautan dan angin, supaya kapal-kapal layar dapat berlayar di lautan), untuk diperlihatkanNya kepadamu di antara tanda-tanda kekuasaanNya. Dalam hal ini terdapat bukti-bukti kenyataan bagi semua orang yang sabar dan bersyukur. (Luqman: 31). Namun begitu mereka berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak hubungan antara kami dan Syria" (Tujuan permintaan ini supaya negeri-negeri yang berdekatan itu dihapuskan, agar jarak perjalanan menjadi jauh dan panjang, sehingga terbuka kesempatan untuk melakukan monopoli dalam perdagangan) Itu berarti mereka menganiaya diri sendiri. Karena itu Kami jadikan peristiwa mereka jadi buah tutur, lalu kami ganyang mereka sehancur-hancurnya. Peristiwa ini seharusnya menjadi pelajaran bagi setiap yang sabar dan bersyukur. (Saba: 19) Hikmah maupun bukti yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang dikaruniai wawasan dan kepekaan yang biasa dimiliki oleh orang-orang yang bersyukur. Wawasan dan kepekaan tersebut merupakan balasan atas rasa syukur kepada Allah. Sebaliknya orang-orang yang ingkar dan tidak peka, untuk memperhatikannya pun mereka enggan.

Di dalam surat Al-Ahkaf ayat 15, seorang mukmin di dalam kematangannya (umur 40 tahun diacu di dalam Al-Qur'an sebagai umur kematangan), berdoa supaya dijadikan orang yang bersyukur: Kami perintahkan kepada manusia supaya: Berbuat baik kepada kedua ibu-bapak. Ibunya mengandung dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandung sampai dengan menyapihnya, tigapuluh bulan (Dihitung menurut masa kandungan yang terpendek, yaitu enam bulan. Ditambah dengan masa penyusuan yang sempurna yaitu duapuluh empat bulan (2 tahun), menjadi tigapuluh bulan). Sehingga manakala ia sampai dewasa, usianya cukup empatpuluh tahun, dia mendoa: "Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku bagaimana mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku. Jadikanlah amal perbuatanku sesuai dengan keridhaanMu dan berikanlah kebaikan kepadaku berkelanjutan sampai kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan aku adalah orang yang berserah diri. (Al-Ahkaf: 15) 1.2. Dalil Mengenai Bersyukur Bersyukur kepada Allah adalah salah satu konsep yang secara prinsip ditegaskan di dalam Al-Qur'an pada hampir 70 ayat. Perumpamaan dari orang yang bersyukur dan kufur diberikan dan keadaan mereka di akhirat digambarkan. Alasan kenapa begitu pentingnya bersyukur kepada Allah adalah fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan atas keesaan Allah. Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai penganutan tunggal kepada Allah: Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya dia saja yang kamu sembah. (Al-Baqarah: 172) Pada ayat lain bersyukur digambarkan sebagai lawan kemusyrikan: Baik kepadamu maupun kepada nabi sebelummu telah diwahyukan: "Jika engkau mempersekutukan Tuhan, maka akan terbuang percumalah segala amalmu dan pastilah engkau menjadi orang yang merugi. Karena itu sembahlah Allah olehmu, dan jadilah orang yang bersyukur (Az-Zumar: 65-66) Pernyataan menantang Iblis (pada hari penolakannya untuk bersujud kepada Adam), menegaskan pentingnya bersyukur kepada Allah: Kemudian saya akan memperdayakan mereka dengan mendatanginya dari muka, dari belakang, dari kanan dan dari kiri. Dan Engkau tidak akan menemui lagi kebanyakan mereka sebagai golongan orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 17) Ayat diatas menjelaskan bahwa Iblis mencurahkan hidupnya semata-mata untuk menyesatkan manusia. Tujuan utamanya untuk membuat manusia mengingkari nikmat Allah. Apabila tindakan Iblis ini direnungkan betul-betul, jelaslah bahwa manusia akan tersesat apabila mengingkari nikmat Allah. Bersyukur kepada Allah merupakan salah satu ujian dari Allah. Manusia dikaruniani banyak kenikmatan dan diberitahu cara memanfaatkannya. Sebagai balasannya, manusia

diharapkan untuk taat kepada penciptanya. Namun manusia diberi kebebasan untuk memilih apakah hendak bersyukur atau tidak: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kafir. (Al-Insan: 2-3) Menurut ayat tersebut, bersyukur atau tidaknya manusia adalah tanda jelas beriman atau kafirkah ia. Bersyukur juga berhubungan erat dengan keadaan di akhirat. Tidak ada hukuman yang dijatuhkan kepada orang beriman dan bersyukur: Masak Allah akan menyiksamu juga jika kamu bersyukur dan beriman? Malah Allah adalah pembalas jasa kepada orang mukmin yang bersyukur serta Maha Mengetahui. (An-Nisa: 147) Ayat ini bersama dengan sejumlah ayat lain memberikan berita baik kepada orangorang yang bersyukur kepada pencipta mereka: Dan ingat pulalah ketika Tuhanmu memberikan pernyataan: "Jika kamu bersyukur pasti Kutambah nikmatKu kepadamu; sebaliknya jika kamu mengingkari nikmat itu, tentu siksaanku lebih dahsyat. (Ibrahim: 7) Karunia itulah yang disampaikan Allah sebagai berita gembira kepada hamba-hambaNya yang beriman dan mengerjakan kebaikan. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu atas seruanku ini, kecuali hanya kasih sayang dalam kekeluargaan. Siapa yang mengerjakan kebaikan, Kami lipat gandakan kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Penilai. (Ash-Syura: 23) Kaum Luthpun telah mendustakan peringatan Tuhan. Kami hembuskan kepada mereka angin puyuh, kecuali kaum keluarga Luth, mereka telah kami selamatkan sebelum fajar menyingsing. Suatu anugrah dari kami. Demikianlah kami memberi ganjaran kepada siapa yang bersyukur. (AlQamar: 33-35). "Seandainya kalian menghitung nikmat Allah, tentu kalian tidak akan mampu" (An-Nahl: 18). Menurut ayat tersebut, jangankan menghitung nikmat, mengkategorikannya saja tidak mungkin sebab nikmat Allah tidak terbatas banyaknya. Karenanya seorang mukmin tidak seharusnya menghitung nikmat, melainkan berdzikir dan mewujudkan rasa syukurnya.

1.3 Ciri - ciri Orang Bersyukur Manusia dan Syukur Manusia dan syukur terbagi menjadi tiga golongan: 1. Pertama: Orang yang mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta ala. 2. Kedua: Orang yang menentang nikmat yang diberikan alias kufur nikmat. 3. Ketiga: Orang yang berpura-pura syukur padahal dia bukan orang yang bersyukur. Orang yang seperti ini dimisalkan dengan orang yang berhias dengan sesuatu yang tidak dia tidak miliki. (Madarijus Salikin, 2/48)

Tanda-tanda orang yang bersyukur 1. Mengakui dan menyadari bahwa Allah telah memberinya nikmat Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Ta ala. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah semata lah nikmat tersebut bisa diperoleh. Sedangkan orang yang kufur nikmat senantiasa lupa akan hal ini. : : : . : Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma, ia berkata: Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda: Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata: Inilah rahmat Allah . Orang yang kufur nikmat berkata: Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu (HR. Muslim no.243) 2. Menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah Mungkin kebanyakan kita lebih suka dan lebih sering menyebut-nyebut kesulitan yang kita hadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang. Saya sedang sakit ini.. Saya baru dapat musibah itu.. Saya kemarin rugi sekian rupiah.. , dll. Namun sesungguhnya orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan. Karena Allah Ta ala berfirman:

Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya (QS. Adh Dhuha: 11) Namun tentu saja tidak boleh takabbur (sombong) dan ujub (merasa kagum atas diri sendiri). 3. Menunjukkan rasa syukur dalam bentuk ketaatan kepada Allah Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari segala yang ia miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah, namun di sisi lain melalaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya, ia enggan shalat, enggan belajar agama, enggan berzakat, memakan riba, dll. Jauh antara pengakuan dan kenyataan. Allah Ta ala berfirman:

Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya (QS. Al Imran: 123) Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan. 1.4 Tujuan dari Bersyukur Demikian banyak nikmat Allah Subhanahu wa Ta ala. Tidak ada satupun manusia yang bisa menghitungnya, meski menggunakan alat secanggih apapun.

Luasnya Pemberian Allah Subhanahu wa Ta ala. Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini. Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta ala kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta ala. Tentu hal ini termasuk dari kedzaliman di atas kedzaliman sebagaimana dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta ala di dalam firman-Nya: Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kedzaliman yang paling besar. (Luqman: 13) Kendati demikian, Allah tetap memberikan kepada mereka sebagian karunia-Nya disebabkan "kasih sayang-Nya mendahului murka-Nya dan membukakan bagi mereka pintu untuk bertaubat. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi hamba ini untuk: 1. Ingkar dan kufur kepada Allah serta menyamakan Allah Subhanahu wa Ta ala dengan makhluk-Nya yang sangat butuh kepada-Nya. 2. Menyombongkan diri serta angkuh dengan tidak mau melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya atau tidak mau menerima kebenaran dan mengentengkan orang lain. 3. Tidak mensyukuri pemberian Allah. Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman: Dan nikmat apapun yang kalian dapatkan adalah datang dari Allah. (An-Nahl: 53) Dan jika kalian menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan sanggup. (An-Nahl: 18) Sudah berapakah dalam kalkulasi kita nikmat yang telah kita syukuri dan dari sekian nikmat yang telah kita pergunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Jika kita menemukan kalkulasi yang baik, maka pujilah Allah karena Dia telah memberimu kesempatan yang baik. Jika kita menemukan sebaliknya maka janganlah engkau mencela melainkan dirimu sendiri. Setiap orang bisa mengatakan bahwa semua yang ada di dunia ini merupakan pemberian Allah Subhanahu wa Ta ala. Tahukah anda apa rahasia di balik pemberian Allah tersebut? Ketahuilah bahwa kenikmatan yang berlimpah ruah bukanlah tujuan diciptakannya manusia dan bukan pula sebagai wujud cinta Allah kepada manusia tersebut. Allah menciptakan manusia untuk sebuah kemuliaan baginya dan menjadikan segala nikmat itu sebagai perantara untuk menyampaikan kepada kemuliaan tersebut. Tujuan itu adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta ala saja, sebagaimana hal ini disebutkan dalam firman-Nya: Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah kepada-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Bagi orang yang berakal akan berusaha mencari rahasia di balik pemberian Allah ala yang berlimpah ruah tersebut. Setelah dia menemukan jawabannya, yaitu untuk beribadah kepada-Nya saja, maka dia akan mengetahui pula bahwa dunia bukan sebagai tujuan. Sebagai bukti yaitu adanya kematian setelah hidup ini dan adanya kehidupan setelah

kematian diiringi dengan persidangan dan pengadilan serta pembalasan dari Allah l. Itulah kehidupan yang hakiki di akhirat nanti. Kesimpulan seperti ini akan mengantarkan kepada: 1. Dunia bukan tujuan hidup. 2. Kenikmatan yang ada padanya bukan tujuan diciptakan manusia, akan tetapi sebagai perantara untuk suatu tujuan yang mulia. 3. Semangat beramal untuk tujuan hidup yang hakiki dan kekal. Dari ayat ayat tersebut dapatlah di fahami bahwa untuk menambah kenikmatan maka kita di perintahkan untuk bersyukur. Allah akan senantiasa menambah nikmat kepada hamba-Nya apabila hamba-Nya telah bersyukur. 1.5 Peringatan Bagi yang Tidak Bersyukur Allah telah memperingatkan kepada orang yang ridak mau bersyukur dalam firmanNya : Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru. (Q.S. Ibrahim : 19) Dalam ayat tersebut di sebutkan bahwa Allah akan mengazab orang tidak meu bersyukur dengan mengantikannya dengan makhluk yang baru. 1.6 Manfaat dari Bersyukur 1. Syukur adalah sifat orang beriman Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: orang yang

Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya (HR. Muslim no.7692) 2. Merupakan sebab datangnya ridha Allah Allah Ta ala berfirman:

Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian (QS. Az Zumar: 7) 3. Merupakan sebab selamatnya seseorang dari adzab Allah Allah Ta ala berfirman:

Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim (QS. An Nisa: 147) 4. Merupakan sebab ditambahnya nikmat Allah Ta ala berfirman:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih . (QS. Ibrahim: 7) 5. Ganjaran di dunia dan akhirat Janganlah anda menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia. Allah Ta ala berfirman:

Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran (QS. Al Imran: 145) Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq: Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia (Tafsir Ath Thabari, 7/263)

BERSABAR Pengertian Bersabar A. PENGERTIAN SABAR Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA ( ), hanya tidak yang berada dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri. Shabara ala ( ) berarti bersabar atau tabah hati, shabara an ( ) berarti memohon atau mencegah, shabarabihi ( ) berarti menanggung. Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian sepeti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang berarti sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi mengemban perintahpeintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para sufi. Dalam pendekatan ilmu Fikih, sabar didefinisikan sebagai tabah, yakni dapat menahan diri dari melakukan hal-hal yang bertentangan dengan huum Islam, baik dalam keadaan lapang maupun sulit, mampu mengendalikan nafsu yang dapat menggoncangkan iman. Menurut Ibnu Qayyim sabar berarti menahan diri dari kelih kesah dan rasa benci, menahan lisan dari mengadu, dan menahan anggota badan dari tindakan yang mengganggu dan mengacaukan. Definisi sabar menurut Qur an surat Ali Imran ayat 146-147 yang artinya : Dan berapa banyaknya Nabi yanhg berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut-(nya) yang bertakwa, meraka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tolonglah kami terhadap kaum kafir . Orang yang sabar menurut ayat tersebut adalah yang apabila ditimpa musibah tidak menjadi lemah, lesu dan menyerah dengan keadaan yang terjepit, bahkan ketika ditimpa misibah, orang yang sabar berdoa memohon ampum kepada Allah atas dosadosa dan tindakan-tindakan yang melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah SWT. Sabar menurut Ibnu Katsir ada tiga macam : Pertam, sabar dalam meninggalkan hal yang diharamkan dan dosa; Kedua, sabar dalam melakukan kekuatan dan kedekatan kepada Allah. Kesabaran yang kedua adalah yang paling besar pahalanya, sebab sabar ini memiliki nilai yang hakiki; Ketiga, yaitu sabar dalam menghadapi berbagai bencana dan petaka. Ketika mendapat bencana ia tidak berkeluh kesah, tetapi memohon ampum dari perbuatan aib. Ibnu Qayyim al-Jauziah membagi motivasi; sabar dalam tiga macam : sabar dengan (pertolongan) Allah, sabar karena Allah, dan sabar bersama Allah. Pertama adalah meminta pertolongan kepada-Nya sejak awal dan melihat bahwa Allah-lah yang menjadikannya sabar, dan bahwa kesabaran seorang hamba adalah dengan (pertolongan) Tuhannya, bukan dengan dirinya semata. Sebagaimana Firman Allah : Artinya : Bersabarlah, dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah .

(al-Nahl,

ayat

127)

Yakni seandainya Allah tidak menyabarkanmu niscaya engkau tidak akan bersabar, Kedua, sabar karena Allah, yakni hendaklah yang mendorongmu untuk bersabar itu adalah karena cinta kepada Allah, mengharapkan keridhaan-Nya, dan untuk mendekatkan kepada-Nya, bukan untuk menmpakkan kekuatan jiwa, mencari pujian makhluk, dan tujuan-tujuan lainnya. Ketiga, sabar bersama Allah yakni dalam perputaran hidupnya hamba selalu bersama dan sejalan dengan agama yang dikehendaki Allah dan hukum-hukum agamanya-Nya. Menyabarkan dirinya untuk selalu bersamanya, berjalan bersamanya, berhenti bersamanya, menghadap kemana arah agama itu menghadap dan turun bersamanya. Ciri - ciri Orang Bersabar Manfaat dari Bersabar

You might also like