You are on page 1of 15

Dalam kondisi perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan pasar semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja

yang sehat dan produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi. Berdasarkan data dari UNDP, salah satu indikator kualitas SDM adalah Indeks Kualitas Hidup (Human Development Index =HDI) yan ditentukan oleh 3 faktor yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pada tahun 2000, Indonesia berada pada urutan ke 109 dari 174 negara di seluruh dunia. Dikawasan ASEAN, Indonesia berada pada urutan ke 7 dari 10 negara diatas Kamboja, Laos, Myammar. Di era globalisasi dan pasar bebas AFTA 2003, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu pesyaratan yang ditetapkan dalam hubungan antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota termasuk Indonesia. Beban ini cukup berat dimana dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Peningkatan ini selain dilihat dari segi positip dengan bertambahnya tenaga produktif, status kesehatan dan gizi pekerja umumnya belum mendapat perhatian yang berakibat akan menurunkan produktivitas kerja dan ongkos produksi menjadi tidak efisien. Pelayanan kesehatan dan gizi yang belum memadai antara lain dapat dilihat bahwa pada pekerja kelas menengah kebawah umumnya menderita kurang gizi seperti Kurang Energi Protein (KEP), anemia serta sering menderita penyakit infeksi. Sedangkan pada pekerja kelas menengah keatas, umumnya terjadi kegemukan atau obesitas. Masalah gizi pada pekerja sebagai akibat langsung yakni kurangnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan tertentu diperlukan diet khusus agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan gizi akibat pekerjaannya dan pengaruh lingkungan kerja. Beberapa penelitian (Husaini dkk) melaporkan bahwa dikalangan tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia, dan hasil studi di Tangerang tahun 1999 menunjukan prevalensi anemia pada pekerja wanita 69%. Pekerja yang menderita anemia dari hasil penelitian produktivitasnya 20% lebih rendah dari pada pekerja yang sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (1985) didapatkan 15% pekerja wanita kekurangan energi dan protein yang menyebabkan pekerja menjadi lambat berpikir, lambat bertindak dan cepat lelah. Wanita yang bekerja sesungguhnya adalah arus utama di banyak industri. Mereka diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi pengalaman kesehatan mereka berbeda dengan laki-laki. Dengan adanya perbedaan-perbedaan, wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang diperlukan. Masalah Kesehatan Pada Pekerja Wanita Adanya Gangguan Haid

Amenorrhoea 1. Bila amenore menjadi perhatian tidak akan menyebabkan masalah 2. Penyebab yang paling umum adalah kehamilan dan pada wanita yang lebih tua oleh karena menopause atau histerektomi 3. Dapat disebabkan oleh beberapa keadaan lain seperti Gizi yang jelek atau berat badan kurang, Latihan yang berlebihan, Kondisi medis (hipotiroidism atau gangguan endokrine lain, TBC, anemia dari penyebab apapun yang serius, penyakit yang mengancam kehidupan), dan Ukuran kontrasepsi

Menorrhagia Menyebabkan kebingungan, ketidakhadiran 1-2 hari. Dapat terjadi oleh karena adanya fibroid atau polip di uterus, penggunaan IUD, leukemi

Dysmenorrhoea Mayoritas wanita yang mengalami kegelisahan saat haid, namun hanya sedikit yang merasa sakit yang cukup mengganggu aktivitas normal dan menjadi pola ketidakhadiran setiap bulan. Hal ini perlu perhatian dari tenaga medis. Dapat digolongkan menjadi : o Primary dysmenorrhoea o Secondary dysmenorrhoea Obat penghilang rasa sakit seringkali mempunyai efek mengantuk akan menyebabkan masalah pada wanita yang bekerja pada pekerjaan dengan kesiapsiagaan terhadap hazard yang ada.

Premenstrual syndrome Adalah suatu kombinasi masalah fisik dan psikologis yang terjadi pada sebagian kecil wanita pada 7-10 hari sebelum haid.

Menopause Adanya Gangguan Gizi

Kebutuhan zat gizi Kekurangan zat-zat gizi dalam makanan akan berdampak terjadinya gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas kerja, antara lain : 1. Kurang intake protein akan mempengaruhi kalori yang kurang dan berakibat berkurangnya kapasitas kerja 2. Defisiensi zat besi menyebabkan banyaknya kasus anemia 3. Kekurangan vitamin A mungkin menyebabkan gangguan pada penglihatan yang mempengaruhi adaptasi dari terang ke gelap dan berakibat menimbulkan kecelakaan kerja 4. Kekurangan yodium mengganggu metabolisme, menurunkan kemampuan dan kecepatan kerja

Kebutuhan kalori Kebutuhan kalori tergantung dari aktivitas tubuh. Apabila kalori yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dari bahan makanan yang masuk tidak mencukupi, maka kalori akan dipenuhi dengan memecah sumber cadangan energi yang ada dalam tubuh sendiri.

Faktor lingkungan kerja Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan gizi pekerja antara lain : 1. Tekanan panas Pekerja yang bekerja di tempat dengan suhu yang tinggi, kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan yang hilang/ keringat perlu mendapat perhatian. Pada lingkungan yang panas dengan jenis pekerjaan berat sekurang-kurangnya 2,8 lt air minum, untuk kerja ringan 1,9 lt. Bagi pekerja di tempat dingin dibutuhkan makanan dan minuman hangat.

2.

Bahan kimia Bahan kimia dapat menyebabkan keracunan kronis dengan akibat penurunan berat badan.

Beberapa zat kimia lain dapat mengganggu metabolisme tubuh, mengganggu selera makan dan berpengaruh terhadap pencernaan. Timah hitam dapat mempengaruhi pembentukan sel darah merah yang berakibat pekerja menjadi pucat dan kurus. Keracunan Berillium selalu disertai penurunan berat badan. Zat kimia yang bersifat asam akan merangsang lambung dan merusak selaput lendir.

3.

Faktor biologi Pekerja yang bekerja di pertambangan, perkebunan, peternakan berisiko terinfeksi cacing, bakteri pada saluran pencernaan dll.

4.

Faktor psikologis Stress kerja akibat ketidak serasian emosi, hubungan antar manusia dalam pekerjaan, hambatan psikologis sangat berpengaruh pada penurunan berat badan, intake makanan dan produktivitas kerja.

5.

Gaya hidup dan kebiasaan Terlalu banyak bekerja, aktivitas olahraga kurang sering kali tidak memperhatikan gizi seimbang dan cenderung mengkonsumsi lemak tinggi , dapat menimbulkan kegemukan, hiperkolesterol, hipertensi, penyakit jantung dll.

6.

Pekerja wanita yang hamil akibat terpapar zat radiasi, obat-obatan seperti obat anestesi dan bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kelainan janin.

Pelayanan Kesehatan Bagi Pekerja Wanita Pelayanan Kesehatan

1.

Upaya peningkatan (promotif) Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan kapasitas kerja. Meliputi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), norma sehat di tempat kerja a.l tidak merokok, tidak mengkonsumsi napza, peningkatan perilaku dan cara kerja yang baik dan benar, konsultasi gizi, kesehatan jiwa, masalah perkawinan, penerapan gizi seimbang, penyediaan tempat untuk memeras ASI, pemeliharaan kebugaran, pemeliharaan Berat Badan ideal, KB dll.

2.

Upaya pencegahan (preventif) Bertujuan untuk memberikan perlindungan pada pekerja sebelum adanya proses gangguan akibat kerja. Meliputi kegiatan : o Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus o Imunisasi o Penerapan ergonomi o Hygiene lingkungan kerja o Perlindungan diri tehadap bahaya-bahaya dari pekerjaan o Pengendalian lingkungan kerja o Latihan fisik (relaksasi) secara rutin o Pemberian suplemen gizi sesuai kebutuhan pekerja wanita o Rotasi kerja

3.

Upaya penyembuhan (kuratif) Diberikan kepada pekerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatn / gejala dini dengan mengobati penyakit, mencegah komplikasi dan penularan terhadap keluarganya ataupun teman sekerja. Bertujuan untuk menghentikan proses penyakit, mempercepat masa istirahat, mencegah terjadinya cacat atau kematian.

4.

Upaya pemulihan (rehabiIitatif) Pelayanan diberikan kepada pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan telah mengakibatkan cacat sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanen. Meliputi : o Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuan yang masih ada secara maksimal. o Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuan o Penyuluhan kepada masyarakat dan pengusaha agar mau menggunakan pekerja yang cacat.

Pelayanan Lingkungan Kerja Bertujuan untuk terciptanya lingkungan yang sehat dan aman dalam rangka meningkatkan produktivitas pekerja yang optimal melalui pengendalian lingkungan kerja (pengenalan, pengukuran dan evaluasi lingkungan kerja). Wanita pekerja dari beberapa segi berbeda dengan laki-laki, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja wanta perlu memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Suatu program promosi kesehatan di tempat kerja harus dipusatkan pada permasalahan dan isu kesehatan wanita yang ditunjukan dan kepekaan sesuai integritas yang mempunyai dampak positip tidak hanya untuk wanita pekerja tersebut tetapi juga untuk keluarganya, masyarakat dan terutama untuk organisasinya / perusahaannya.

VI. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEADAAN GIZI TENAGA KERJA 1. Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja. 2. Faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil, menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi. 3. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahan bahan kimia, parasit dan mikroorganisme, faktor psikologis dan kesejahteraan. VII. FAKTOR FAKTOR PENENTU KEBUTUHAN GIZI 1. Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan) 2. Usia 3. Jenis kelamin 4. Kegiatan sehari hari

5. Kondisi tubuh tertentu (wanita hamil dan menyusui) 6. Lingkungan kerja

Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja Gizi kerja adalah nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tenaga kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk perbaikan termasuk pekerjaan. Gizi kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya 9 kerja tenaga kerja setinggi-tingginya. Bahan-bahan makanan pada umumnya mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Sumamur, 1996:197). Sesuai dengan fungsinya zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu, zat tenaga yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein. Zat pembangun yang terdiri dari protein, mineral, air. Zat pengatur yang terdiri dari vitamin, mineral, protein, air (Asmira Sutarto, 1980:9). Berikut ini adalah kegunaan dari zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme : 2.2.1 Karbohidrat Fungsi utama karbohidrat adalah untuk menyediakan energi bagi tubuh. seseorang yang memakan karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi gemuk. Apabila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun (Agus Budiyanto, 2001 : 19) 2.2.2 Protein Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein selain akan digunakan bagi pembangunan struktur tubuh juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar, akan tetapi dalam keadaan tidak diterimanya makanan yang tidak bergizi secara terus menerus, dengan sendirinya akan terjadi gejala-gejala kekurangan protein diantaranya adalah pertumbuhan kurang, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit dan daya kerja merosot (Kertasapoetra, 2002:61). 2.2.3 Lemak Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. fungsi utama dari lemak adalah untuk memberi tenaga pada tubuh. disamping fungsinya sebagai sumber tenaga, lemak juga merupakan bahan pelarut dari beberapa vitamin yaitu vitamin A, D,E dan

K (Asmira Sutarto, 1980:20). 2.2.4 Vitamin Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, namun penting untuk mempertahankan kesehatan tubuh. menurut sifatnya vitamin digolongkan menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K) dan vitamin yang larut dalam air (B dan C). walaupun vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, namun akan berpengaruh besar terhadap tubuh apabila kita kekurangan vitamin. Faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan vitamin adalah : 1) Kurang memakan bahan makanan yang mengandung vitamin. 2) Tubuh kekurangan zat-zat tertentu, sehingga penyerapan vitamin dalam tubuh terganggu. 3) Akibat penyakit saluran pencernaan misalnya disentri atau typus. 4) Adanya zat-zat tertentu dalam bahan makanan atau dalam obat yang akan mengganggu penyerapan vitamin itu. 5) Dalam tubuh terjadi interaksi dari beberapa vitamin, kekurangan salah satu vitamin akan menyebabkan terganggunya fungsi vitamin lain (Asmira Sutarto, 1980:154). 2.2.5 Mineral Mineral adalah bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan (Sunita Almatsier, 2001:228). 2.2.6 Air Pada proses metabolisme tubuh sangat memerlukan sekali akan air. Kehilangan 10% dari cairan tubuh akan sangat membahayakan. Kematian biasanya terjadi biasanya bila kehilangan cairan tubuh mencapai 20% dari berat badan. Sedangkan pada orang dewasa lebih kurang 65% air berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Kebutuhan zat gizi bagi tenaga yang paling utama adalah karbohidrat yang akan diubah menjadi kalor, karena tenaga kerja lebih banyak menggunakan energi untuk kerja otot. Tenaga kerja dewasa tidak lagi memerlukan protein untuk pertumbuhan, tetapi diperlukan untuk memelihara fungsi tubuh, disamping sebagai sumber energi (Asmira Sutarto, 1980:31). Tenaga kerja hanya akan menunjukkan produktivitasnya apabila kepadanya diberikan tenaga yang berasal dari makanan, makin besar tenaga yang diberikan makin besar pula kemungkinan produktivitas kerjanya (Sumamur, 1989:84) 2.3 Status Gizi Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2002:65). Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:88). Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial, status gizi lebih terjadi karena tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik yang membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi

gangguan gizi (Sunita Almatsier, 2001:3). 2.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi 1). Konsumsi makanan Seseorang yang dalam kehidupannya sehari-hari mengkonsumsi makanan yang kurang asupan zat gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat gizi pada tubuh yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya akan terjadi kemerosotan jaringan (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:8). 2). Status Kesehatan Tingginya penyakit parasit dan infeksi pada alat pencernaan dan penyakit lain yang diderita juga akan mempengaruhi ststus gizi seseorang. Memburuknya keadaan akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain : a) Turunnya nafsu makan akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya, sehingga masukan zat gizi kurang padahal tubuh memerlukan zat gizi lebih banyak untuk menggantikan jaringan tubuhnya yang rusak akibat bibit penyakit. b) Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti berbagai mineral, dan sebagainya. Penyakit diare menyebabkan penyerapan zat gizi dari makanan juga terganggu, sehingga secara keseluruhan mendorong terjadinya gizi buruk. 3). Faktor Lingkungan Kerja Menurut Sugeng Budiono (2003:159) faktor lingkungan kerja menunjukkan pengaruh yang jelas terhadap gizi kerja. Beban yang berlebihan menyebabkan penurunan berat badan, sebaliknya motivasi yang kuat, kadang-kadang meningkatkan selera makan yang menjadikan sebagai salah satu penyebab bertambahnya berat badan dan kegemukan. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja 1) Jenis Kelamin Ukuran dan daya tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan wanita., kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita lebih diperlukan pada suatu industri yang memerlukan ketrampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja pria (Soeripto, 1992:36). 2) Umur Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam umur pertengahan 20 dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur dan akan berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun (Sugeng Budiono, 2003:147). Berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik. 3) Status Kesehatan Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya

menjadi nihil sekali. Keadaan sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya produktivitas yang sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar (Sugeng Budiono, 2003:59). 4) Gangguan Biologis Tenaga Kerja Wanita Tenaga kerja wanita mempunyai berbagai gangguan yang berhubungan dengan fungsi kelaminnya yang akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjannya, antara lain: Siklus haid yang tidak teratur, kehamilan, masa nifas, menopause (Sugeng Budiono, 2003:147-148) 5) Masa Kerja Adalah kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya (Tulus MA, 1992:12). 6) Pendidikan Pendidikan dan pelatihan membentuk dan menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan aman, selamat dalam waktu yang cepat. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan (Sugeng Budiono, 2003:265). 7) Gangguan Lingkungan Kerja Gangguan lingkungan juga dapat mempengaruhi para pekerja, yaitu : Gangguan Fisik Yang meliputi : 1) Suhu 2) Radiasi kelembaban 3) Sinar 4) Suara dan getaran Gangguan KimiaYang meliputi : 1) Logam 2) Debu 3) Aerosol 4) Gas 5) Uap dan kabut Gangguan Biologis Yang meliputi : 1) bakteri 2) virus 3) Parasit

Bagi pekerja maka Waktu Kerja menurut UU Ketenagakerjaan, UU No 13 Tahun 2003, meliputi : 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud di atas tidak berlaku bagi sektor usaha atau peker-jaan tertentu. Kebutuhan Gizi bagi Pekerja mempertimbangkan beban kerja, lama kerja dan situasi kerja paling penting adalah energi komposisi dianjurkan: 60 % kabohidrat 30 % lemak 10 % protein vitamin, mineral dan air Makan bagi pekerja di perusahaan diharapkan menyumbang 1/3 kebutuhan energi atau besar sumbangan energi: 800-1100 Kal Program Penanggulangan dan Pencegahan Masalah Gizi yang berkaita dengan Produktivitas Kerja 1. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga dengan meningkatkan pendapatan keluarga 2. Memperbaiki kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi agar cukup energi, protein, zat besi, vitamin A, I dan zat gizi lain 3. Program suplementasi besi sendiri maupun bersama-sama dengan zat gizi lain (vit A, I) pada pekerja 4. Fortifikasi pangan (I, Fe, Vit A, dsb) 5. Penyuluhan gizi (If you give a hungry man a fish, you will give another tomorrow. But, if you teach him how to fish, he will be able to look after himself) 6. Subsidi harga terhadap makanan yang dimakan pekerja di tempat kerja (kantin)

Upaya meningkatkan gizi kerja dan produktivitas di tempat kerja: 1. Penyediaan makanan di kantin Letak terpisah dari tempat produksi Luas > 25 m2 Bergilir, dengan kupon Pekerja kantin: Pakaian khusus Periksa kesehatan rutin Tidak karier penyakit Diberi obat cacing / 3 bulan Penyuluhan (pencegahan keracunan, menu dll) 2. Penyuluhan dan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja : Pemberian obat cacing bagi pekerja perkebunan Pemberian vitamin C untuk pekerja logam (mencegah logam beracun) 3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

PENDAHULUAN Anemia gizi yang disebabkan kekurangan zat besi masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Berdasarkan data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, prevalensi anemia gizi pada wanita berusia 1544 tahun antara 30.948.9%, sedangkan data dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 1997 menunjukkan prevalensi anemia pada pekerja wanita usia produktif yang berpenghasilan rendah berkisar antara 30-40% (1). Era industrialisasi saat ini dan masa mendatang memerlukan dukungan pekerja yang sehat dan produktif. Jumlah Pekerja Wanita di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Biro Pusat statistik Jakarta tahun 2001, jumlah wanita yang bekerja, naik empat kali lipat selama enam tahun terakhir dari 8.365.655 jiwa menjadi 33.908.174 jiwa. Mackilligan, dkk (tahun 1984) pada penelitian lima pabrik di Jakarta mendapatkan 46.8% pekerja wanita dengan status gizi yang rendah dan menderita anemia dengan kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 11 g/dl., Husaini dkk (tahun 1981) Jawa Barat, Scholz dkk (1997) Jakarta dan Untoro dkk (1998) Kudus Jawa Tengah mendapatkan prevalensi anemia pada pekerja wanita berkisar antara 35.5%-50% (2,3,4,5). Penelitian yang dilakukan oleh Ruowei, pada tahun 1991 di Cina, Husaini dkk 1981, Wasito,1997 dan Untoro dkk 1998 di Indonesia, ditemukan bahwa dengan pemberian tablet besi dan asam folat dapat meningkatkan kadar hemoglobin diikuti dengan kenaikan produktivitas dan konsentrasi bekerja. (3,5,6,7,8). Terjadinya defisiensi besi pada wanita, antara lain disebabkan jumlah zat besi yang di absorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang masuk karena rendahnya bioavailabilitas makanan yang mengandung besi atau kenaikan kebutuhan besi selama hamil, periode pertumbuhan dan pada waktu haid (9,10). Zat besi di dalam bahan makanan dapat berbentuk hem yang berikatan dengan protein dan terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewani. Lebih dari 35% hem ini dapat di

absorpsi langsung. Bentuk lain adalah dalam bentuk nonhem yaitu senyawa besi anorganik yang kompleks yang terdapat di dalam bahan makanan yang berasal dari nabati, yang hanya dapat diabsorbsi sebanyak 5%. Zat besi nonhem absorbsinya dapat ditingkatkan apabila terdapat kadar vitamin C yang cukup. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat (11). Anemia defisiensi besi di Indonesia disebabkan konsumsi energi, zat besi dan vitamin C rendah. Pola konsumsi pada umumnya merupakan pola menu dengan bioavailabilitas zat besi yang rendah, karena hanya terdiri dari nasi atau umbi-umbian dengan kacang-kacangan dan sedikit (jarang sekali) daging, ayam atau ikan, serta sedikit makanan yang mengandung vitamin C. Penyakit infeksi seperti malaria, tuberkulosis dan kecacingan yang prevalensinya masih tinggi di Indonesia memperberat keadaan anemia defisiensi besi

Kebutuhan pada kondisi normal. Kebutuhan energi untuk laki-laki dewasa berkisar antara 1.900-2.700 Kal/hari, sedangkan pada wanita antara 1.7002.100 Kal/hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi orang dewasa secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut: Zat Gizi Tingkat Konsumsi Tingkat Persediaan Energi 2.150 K Kalori 2.500 K Kalori Protein *) 46,2 gram 55 gram Vitamin C 60 mg Vitamin A 500 RE *) Terdiri dari 9 gr protein ikan, 6 gr protein hewani lain dan 40 gr protein nabati. Bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa umur 20-59 tahun, yaitu: Nasi/pengganti 4-5 piring, Lauk hewani 3-4 potong, Lauk nabati 2-4 potong, Sayuran 1 - 2 mangkok Buah-buahan 2-3 potong.

Kebutuhan saat sakit. Pada saat sedang sakit, kebutuhan gizi bervariasi tergantung jenis penyakit dan kondisi umum lainnya. Peningkatan kebutuhan gizi tertentu juga diperlukan dalam rangka proses penyembuhan, yaitu penggantian sel-sel yang rusak akibat penyakit tersebut maupun keseimbangan cairan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh normal. Untuk keperluan tersebut, zat-zat gizi yang dibutuhkan antara lain adalah protein, vitamin C, vitamin E, vitamin A, Seng (Zn) dan air. Selain peningkatan, pada kondisi sakit tertentu diperlukan pengurang-an atau bahkan larangan bagi zat gizi tertentu. Penderita penyakit Diabetes Mellitus misalnya, disarankan untuk mengurangi konsumsi gula dan bahan-bahan manis lainnya dalam jumlah tertentu. Demikian pula misalnya penderita Hipertensi, tidak diperbolehkan makan daging yang berlemak, atau mengurangi penggunaan garam dapur.

Perhitungan Kebutuhan Energi 1.Menentukan Basal Metabolisme Rate (BMR) Diantara beberapa variabel yang mempengaruhi BMR, faktor luas permukaan tubuh, umur dan jenis kelamin merupakan variabel yang paling menonjol dalam menentukan BMR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada golongan orang dewasa, energi basal metabolisme meningkat secara proporsional dengan luas permukaan tubuh. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan energi untuk BMR, yaitu: Harris dan Benedict (1919): untuk anak dan dewasa Wanita : BMR = 655 + 9,6 B + 1.8 T - 4.7 U Pria : BMR = 66 + 13.7 B + 5.0 T 6.8 U U = umur (tahun) B= berat badan (kg) T= Tingga badan (cm)

Individu dengan berat badan dan tinggi badan normal Wanita : BB (kg) x 0,95 kkal x T (jam) Pria : BB (kg) x 1.00 kkal x T (jam) BB = berat badan T = waktu/jam Cara sederhana/cepat: Wanita : BMR = 25 kkal x W (kg) Pria : BMR = 30 kkal x W (kg) W = berat badan

2.Menentukan Energi untuk Aktivitas Fisik Setiap aktifitas fisik mutlak memerlukan. Jumlah energi untuk aktivitas sangat tergantung dari intensitas atau berat ringan suatu pekerjaan. Semakain berat suatu pekerjaan, maka jumlah energi yang diperlukan semakin banyak. Energi untuk aktivitas dapat dihitung dengan mengalikan faktor koreksi sesuai tingkat aktivitas (tabel 2) dengan energi BMR. Ringan Duduk Duduk, gerak tubuh & lengan (mis: mengetik) Duduk, gerak tubuh & kaki (mis: menyetir) Berdiri, kerja ringan pada mesin; Menulis, menjahit, mengecat. Kerja kantor, toko, rumah tangga (dengan alat Bantu), mengajar Sedang Memutar baut; Memompa; Menggergaji; Mendngkrak; Menempa besi; menyetrika Mengepel Berdiri, kerja pada mesin Jalan, mengangkat/ mendorong beban sedang Menyekop Pelajar, kebanyakan petani, memancing, tentara (tdk latihan/perang). Rumah tangga (tanpa alat Bantu) Berat Mendorong kereta bermuatan Mengangkat beban Mencangkul Kerja tambang & baja Memotong kayu di hutan Semua pekerjaan yang banyak menggunakan otot & gerakan Pandai besi, menebang pohon, penarik becak/gerobak, kuli bangunan, Penari, atlet, tentara aktif

y y

y y y y y y y y

y y y y y y

y y y

3.Specific Dynamic Action (SDA) SDA adalah jumlah energi yang digunakan untuk pencernaan, transportasi dan penyerapan atau metabolisme makanan atau zat gizi oleh tubuh. SDA setiap zat gizi berbeda-beda, antara protein, lemak dan karbohidrat. Makanan orang Indonesia kebanyakan merupakan sumber karbohidrat, berbeda dengan makanan orang barat yang lebih banyak mengandung sumber lemak atau protein. SDA makanan campuran seperti orang Indonesia rata-rata 10 % dari kalori BMR + aktivitas. KEBUTUHAN ZAT GIZI LAIN Kebutuhan zat gizi lain, khususnya zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein dapat ditentukan berdasarkan proporsi kebutuhan energi. Proporsi kebutuhan ketiga zat gizi tersebut adalah: Karbohidrat : 60-70% Lemak : 15-25% Protein : 10-15%

Tips Mengenal Anemia dan Cara Mengatasinya


Sebagian besar orang pernah mengalami anemia atau kurang darah. Gejalanya sendiri bermacam-macam mulai dari cepat lelah, kurang bergairah, tidak mampu berkonsentrasi, kurang selera makan, pusing, sesak nafas, mudah kesemutan, merasa mual dan jantung berdebar-debar, waspadalah! Lalu apa penyebab dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk intip yang berikut ini.. Di dalam tubuh, sel darah merah bertugas sebagai pengangkut zat gizi dan oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Ketika sel darah merah tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka pasokan zat gizi dan oksigen yang diperlukan untuk proses fisiologis dan biokimia di dalam tubuh menjadi terganggu. Akibatnya, timbullah gejala-gejala gangguan kesehatanseperti di atas. Terganggunya tugas sel darah merah di dalam tubuh disebabkan karena beberapa hal, antara lain : Menurunnya kualitas serta kuantitas hemoglobin sel darah merah karena kekurangan zat besi (Fe). Kerusakan sel darah merah. Penyebabnya bisa karena kurang gizi, adanya zat beracun atau patogen, faktor keturunan (genetis), penyakit Hodgkin atau kanker yang terdapat pada organ penyimpanan (hati). Adanya zat-zat penghambat penyerapan zat besi, seperti asam fitat, asam oksalat dan tannin yang banyak terdapat pada serealia kacang-kacangan dan teh. Gangguan-gangguan secara fisik, seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan, menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi pendonor darah. Kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh (cacing tambang dan cacing pita). Dari mana tubuh memperoleh zat besi? Zat besi bisa diperoleh dari bahan makanan tertentu. Zat besi dari pangan hewani lebih mudah diserap oleh tubuh, yaitu antara 10-20%, sedangkan dari pangan nabati hanya 1-5%. Contohnya, zat besi dari beras dan dan bayam hanya dapat diserap oleh tubuh sekitar 1%, sedangkan dari ikan lebih banyak, yaitu sekitar 11%. Zat besi sendiri merupakan komponen dari hemoglobin (sel darah merah), mioglobin, sitokhrom, enzim katalase dan enzim peroksidase. Kebutuhan tubuh akan zat besi berkisar antara 1 sampai 3,2 mg perhari. Wanita dewasa dan remaja putri lebih rawan terkena anemia, hal ini karena mereka mengalami haid setiap bulan. Sehingga mereka membutuhkan zat besi 2 kali lebih banyak dari pria. Jadi, agar tehindar dari anemia, sertakan lauk dari daging merah, unggas, atau ikan dalam menu Anda. Dan, untuk lebih meningkatkan penyerapan zat besi, perbanyaklah konsumsi vitamin C.

1. 1. 1. 1. 1.

Pengobatan Anemia Pengobatan anemia zat besi tergantung pada faktor penyebab yang menimbulkannya. Suatu contoh jika anemia yang terjadi adalah karena kehilangan darah yang terlalu banyak maka penyebab dari kehilangan darah tersebut yang perlu diobati. Jika anemia terjadi karena dalam konsumsi makanan tanpa kandungan zat besi maka pengobatannya adalah megubah diet makananan menjadi kaya akan zat besi. Meningkatkan zat besi melalui diet Tubuh kita mengabsorbsi atau menyerap dengan sangat baik zat besi pada makanan daging. Makanlah dalam jumlah kecil daging serta dengan makanan sumber zat besi lain seperti sayur-sayuran hijau yang dapat membantu anda untuk memperoleh zat besi dalam jumlah yang banyak. Anda juga dapat mengkonsumsi vitamin c atau memakan makanan yang kaya akan vitamin c seperti buah jeruk dan pada saat yang sama makanlah makanan yang kaya akan zat besi atau pil zat besi yang dapat membantu tubuh anda menyerap zat besi dengan lebih baik dan penyerapan yang maksimal. Beberapa makanan dapat berfungsi sebaliknya yaitu mencegah penyerapan zat besi dalam tubuh yaitu kopi, teh, kuning telur, susu, serat dan protein kedelai. Jadi cobalah hindari makan-makanan tersebut pada saat anda mengkonsumsi atau memakan makanan yang kaya akan zat besi.

Pil zat besi dan masalah yang ditumbulkannya Pil-pil zat besi dapat menimbulkan gangguan pada perut, konstipasi dan rasa panaspada perut.

1. Agus Krisno Budiyanto. Dasar Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM PRSS. 2002. 2. Kartasaepoetra. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja). Jakarta : Rineka Cipta. 2002. 3. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cet. 3. Gramedia. Jakarta. 2004. 4. www.gizi.net/anemia/ 5. www.blogdokter.net/2008/06/17/anemia/ 6. I Dewa Nyoman Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. 2002. 7. Pandji Anoraga. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. 2001. 8. Almatsier, S. Penuntun Diet Edisi Baru. Gramedia. Jakarta. 2003

You might also like