Professional Documents
Culture Documents
Reorganisasi
Vertikal
UPAYA OPTIMALISASI
KINERJA DJBC
DARI REDAKSI
PELINDUNG
DAN PELAYANAN Direktur Jenderal Bea dan Cukai:
Drs. Anwar Suprijadi, MSc
PENASEHAT
L
Direktur Penerimaan & Peraturan
aporan utama edisi bulan September ini WBC membahas soal Kepabeanan dan Cukai:
Drs. Hanafi Usman
reorganisasi yang kembali dilakukan DJBC. Ada beberapa Direktur Teknis Kepabeanan
Drs. Teguh Indrayana, MA
perubahan dalam reorganisasi kali ini. Selain pembentukan Kantor Direktur Fasilitas Kepabeanan
Pelayanan Utama (KPU), juga dimunculkan Kantor Pengawasan Drs. Kusdirman Iskandar
Direktur Cukai
dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) yang tidak lain perubahan Drs. Frans Rupang
nama dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC). Sesuai namanya, Direktur Penindakan & Penyidikan
Heru Santoso, SH
‘jualan’ utama KPU ada pada pelayanan yang prima, tentu saja tanpa Direktur Audit
bermaksud mengabaikan pengawasan. Sebaliknya, munculnya KPPBC Drs. Thomas Sugijata, Ak. MM
Direktur Kepabeanan Internasional
adalah karena fokus kantor yang dimaksud ada pada bidang pengawasan, Drs. M. Wahyu Purnomo, MSc
Direktur Informasi Kepabeanan & Cukai
juga tanpa bermaksud menomor duakan bidang pelayanan. Dr. Heri Kristiono, SH, MA
Apabila rencananya KPU hanya akan terdiri dari beberapa kantor saja, Kepala Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Bea dan Cukai
itu berarti selebihnya adalah Kanwil dan KPPBC yang banyak tersebar di Drs. Endang Tata
seluruh negeri ini. Kantor-kantor bea cukai inilah, terutama yang terletak di Inspektur Bea dan Cukai
Edy Setyo
perbatasan, memainkan peranan teramat penting dalam hal pengawasan. Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan &
Senin 20 Agustus 2007, WBC meliput pembukaan Patkor Kastima Penerimaan KC
Drs. Bambang Prasodjo
Borneo ke-6 yang berlangsung di KPPBC Tarakan. Acara ini merupakan Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan &
Penegakan Hukum KC
kerjasama Kanwil DJBC Kalimantan Timur dengan Kastam Diraja Malaysia Drs. Erlangga Mantik, MA
Negeri Sabah dalam upaya mengawasi dan mengamankan jalur Tenaga Pengkaji Bidang Pengembangan
Kapasitas & Kinerja Organisasi KC
perdagangan di wilayah masing-masing dari kegiatan illegal seperti Drs. Joko Wiyono
penyelundupan. Di hampir seluruh dunia, yang namanya perbatasan antar KETUA DEWAN PENGARAH
dua atau lebih negara, bisa dipastikan rawan penyelundupan. Narkoba, Sekretaris Direktorat Jenderal
senjata, permata, hingga manusia sering keluar masuk perbatasan negara Bea dan Cukai:
Dr. Kamil Sjoeib, MA
secara gelap. WAKIL KETUA DEWAN PENGARAH/
PENANGGUNG JAWAB
Di Indonesia, kekayaan alam negeri ini menarik minat banyak pihak Kepala Bagian Umum:
untuk membawanya secara illegal. Bulan Mei lalu saat WBC berkunjung ke Sonny Subagyo, S.Sos
DEWAN PENGARAH
KPPBC Tarakan, di bagian belakang kantor terhampar kayu-kayu Drs. Nofrial, M.A.,
tangkapan hasil operasi BKO di wilayah Tarakan (WBC edisi 391, Juni Drs. Patarai Pabottinggi,
Dra. Cantyastuti Rahayu,
2007). Sewaktu kami kembali pada bulan Agustus, kayu selundupan yang Ariohadi, SH, MA.
berhasil ditegah semakin banyak menumpuk di bagian belakang, bahkan Marisi Zainuddin Sihotang, SH.,M.M.
Hendi Budi Santosa
meluber hingga ke bagian samping kantor. Ir. Azis Syamsu Arifin,
Muhammad Zein, SH, MA.
Kayu memang menjadi komoditas yang sangat penting buat negara- PEMIMPIN REDAKSI
negara yang tidak atau sedikit memiliki hutan tropis yang melimpah seperti Lucky R. Tangkulung
REDAKTUR
di Indonesia. Seorang sumber mengatakan kepada kami, kayu yang di Aris Suryantini,
Indonesia dibeli dengan ukuran kubik, setelah masuk ke Tawau Malaysia Supriyadi Widjaya,
Ifah Margaretta Siahaan,
misalnya, dijual per kilogram ! Zulfril Adha Putra
Ketika terbang di atas wilayah Kalimantan, saya berkenalan dengan FOTOGRAFER
Andy Tria Saputra
seorang bapak yang bekerja sebagai konsultan telekomunikasi. Tanggung KORESPONDEN DAERAH
` Bambang Wicaksono (Surabaya)
jawab pekerjaannya adalah mengawasi pembangunan infrastrukur jaringan Ian Hermawan (Pontianak)
milik operator telekomunikasi swasta dan pemerintah. Pekerjaannya Donny Eriyanto (Makassar)
KOORDINATOR PRACETAK
membuat ia telah berkeliling ke hampir seluruh wilayah Kalimantan, tidak Asbial Nurdin
hanya di kota, tapi juga masuk hingga ke wilayah hutan pedalaman. SEKRETARIS REDAKSI
Kitty Hutabarat
Dengan begitu ia mengaku menjadi salah satu saksi yang melihat PIMPINAN USAHA/IKLAN
kerusakan hutan Kalimantan secara langsung tidak hanya dari udara tapi Piter Pasaribu
TATA USAHA
juga dari dekat. Dalam percakapan dengannya, ia sempat berkata begini, Mira Puspita Dewi S.Pt., M.S.M.,
Untung Sugiarto
“Kalau pemerintah tidak berbuat sesuatu, habis hutan kita !”. IKLAN
Menjaga kelestarian alam Indonesia seperti hutan bukanlah tugas Wirda Renata Pardede
SIRKULASI
DJBC. Tapi instansi ini punya peran untuk membuat para penyelundup H. Hasyim, Amung Suryana
berpikir dua kali bila mau membawa kayu haram atau komoditas lainnya ke BAGIAN UMUM
Rony Wijaya
luar negeri. PERCETAKAN
Tidaklah salah apabila reorganisasi kali ini disebut sebagai upaya PT. BDL Jakarta
mempertajam fungsi dari sebuah kantor bea cukai. KPPBC, sesuai ALAMAT REDAKSI/TATA USAHA
Kantor Pusat Direktorat Jenderal
namanya punya tanggung jawab besar untuk fokus pada pelaksanaan Bea dan Cukai,
pengawasan, sekalipun harus berhadapan dengan begitu luasnya area Jl. Jenderal A. Yani (By Pass) Jakarta Timur
Telp. (021) 47865608, 47860504,
yang harus diawasi, ditambah dengan masalah klasik bangsa ini yaitu, 4890308 Psw. 154 - Fax. (021) 4892353
minimnya dana, sarana dan sumber daya. E-Mail : - wbc@cbn.net.id
- majalah_wbc@yahoo.com
Selamat menjalankan ibadah puasa. REKENING GIRO WARTA BEA CUKAI
BANK BNI CABANG JATINEGARA JAKARTA
Nomor Rekening : 8910841
Lucky R. Tangkulung Pengganti Ongkos Cetak Rp. 10.000,-
5-18
Laporan Utama
DJBC kembali mengalami
reorganisasi. Hal tersebut
dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil
kajian tim percepatan
reformasi. Selengkapnya
mengenai reorganisasi di
DJBC, dapat disimak
pada rubrik Laporan Utama
kali ini.
28-31
Info Pegawai
Pelantikan para pejabat
eselon II, III dan IV di tubuh
DJBC dan dan juga evaluasi
penerimaan Negara dari
sektor Bea Masuk dan Cukai
semester I dapat disimak
pada rubrik Info Pegawai.
32-43
Daerah ke Daerah
Wartawan Departemen
Keuangan mendapat
kesempatan untuk melihat dari
dekat kegiatan pada KPPBC
Kudus serta proses pembuatan
hologram pada pita cukai.
Kegiatan tersebut dapat disimak
pada rubrik daerah disamping
kegiatan Raker Kanwil DJBC
Kalimantan Timur dan kegiatan
Patkor Kastima Borneo Ke-6.
50
- Sukatno
KEPABEANAN
TANGGAPAN
ATAS
19-21 INTERNASIONAL
Kastam Diraja malaysia PERTANYAAN
Wawancara Kunjungi Kantor Pusat DJBC DKP
51 KEPABEANAN
Menurut Deputi Menteri Nega-
- Rencana Uji Sistem Sehubungan dengan surat
ra Pendayagunaan Aparatur pertanyaan mengenai DKP yang
National Single Window
Negara Bidang Kelembagaan ditujukan kepada Kepala Bagian
- DJBC Mulai
Ismadi Ananda, penyusunan Keuangan dan menindaklanjuti
Sosialisasikan nota dinas Kepala Bagian
organisasi seharusnya Jalur Mitra Utama Keuangan nomor ND-269/BC.13/
didasari pada visi dan misi - Pemerintah berlakukan 2007 tanggal 7 Agustus 2007,
yang akan dicapai. Registrasi PPJK perihal Pertanyaan tentang Dana
Selengkapnya mengenai tang- 58 KOLOM Kesejahteraan Pegawai (DKP)
- Manfaat KITE (Studi Empiris yang telah dimuat pada WBC
gapannya mengenai organi- edisi 394 Agustus 2007 hal 3,
KITE Jawa Timur)
sasi pada suatu lembaga bersama ini disampaikan bahwa
- Peluang Penerimaan Dari
pemerintah, dapat disimak pemotongan TKPKN untuk Dana
Pelayanan Pemeriksaan Kesejahteraan Pegawai (DKP)
pada rubrik wawancara. Kapal dan Perlindungan akan dibahas lebih lanjut
Lingkungan apakah masih diperlukan atau
46-48 62 OPINI
- Reformasi Bea Cukai
tidak, mengingat :
1. Apabila rencana remunerasi
telah terlaksana, diharapkan
Pengawasan - Menjaga Komitmen `
TKPKN yang diterima oleh
Perubahan DJBC
pegawai semakin besar
Kegiatan pelatihan pengguna- 68 KONSULTASI sehingga dapat meningkatkan
an senjata api dan Penyusunan KEPABEANAN & CUKAI kesejahteraan pegawai,
Audit Insidentil dan DROA pada Permintaan Tenaga sehingga akan dikaji apakah
Kanwil DJBC Maluku, Papua & Pengajar pemotongan DKP masih
Irja Barat dapat disimak pada 69 RUANG KESEHATAN diperlukan.
Beberapa kelainan Warda 2. Apabila masih ada
rubrik Pengawasan. pemotongan DKP
dan Bentuk Gigi
sebagaimana usul Saudara
70 RUANG INTERAKSI untuk penyesuaian dana
Merdeka bantuan akan menjadi bahan
72 RENUNGAN ROHANI kajian.
Hamba Tuhan vs Hamba
Hantu
Demikian disampaikan, atas
perhatian dan kerjasamanya
74 PERISTIWA
diucapkan terima kasih.
CCC Tour De Kintamani
75 SEPUTAR BEACUKAI Kepala Bagian Umum KP DJBC
80 APA KATA MEREKA
SONNY SUBAGYO
- Denny Malik NIP. 060062080
- Anwar Fuadi
Reorganisasi
Untuk Mempertajam
Fungsi Unit Kerja Instansi Vertikal
Dalam kurun waktu tujuh bulan, DJBC telah yang jelas dan tegas antara Kantor Pusat dan Instansi Vertikal .
melakukan dua kali reorganisasi. Kedua, perluasan desentralisasi kewenangan operasional.
Sebagai contoh, reorganisasi instansi vertikal DJBC pada
R
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.01/2007, antara
eorganisasi instansi vertikal yang dalam kurun wak- lain meliputi beberapa perubahan prinsip pelaksanaan tugas
tu 7 bulan telah dua kali dilakukan itu, antara lain; sebagai berikut :
pertama pada Januari 2007 melalui Peraturan 1. Pembentukan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai
Menteri Keuangan Nomor 133/PMK/01/2006 dan (KPU) yang lebih dititikberatkan pada pelaksanaan tugas di
yang baru-baru ini tepatnya pada Juli 2007, melalui bidang pelayanan, dimana untuk tugas yang bersifat
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.01/2007 telah pengawasan dilaksanakan secara sistemik (built-in system)
ditetapkan kembali organisasi dan tata kerja instansi vertikal pada sistim aplikasi pelayanan, sehingga dapat mengurangi
DJBC, sehingga secara prinsip merubah peraturan Menteri hambatan dalam proses pelayanan kepabeanan dan cukai.
Keuangan Nomor 133/PMK.01/2006. 2. Pembentukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Perubahan organisasi dan tata kerja instansi vertikal DJBC Cukai (KPPBC) yang secara operasional lebih dititikberatkan
tersebut, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal (Sekditjen) Bea pada pelaksanaan tugas di bidang pengawasan.
dan Cukai, Drs. Kamil Sjoeib MA, dilakukan dengan mempertim- 3. Pelayanan Kepabeanan Cukai di KPU dan KPPBC dilaksana-
bangkan hasil kajian Tim Percepatan Reformasi DJBC, yaitu ada- kan dengan proporsi yang berbeda dimana:
nya perubahan pada sistim dan prosedur pelayanan, perubahan a. Untuk pelayanan di KPU dimulai sejak pelayanan atas
kebijakan di bidang pengawasan, serta adanya perubahan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut sampai
kebijakan di bidang sumber daya manusia, dimana pada akhirnya dengan proses penyelesaian keberatan
menuntut perubahan pada beberapa infrastruktur pelayanan dan b. Sedangkan pelayanan di KPPBC dimulai sejak pela-
pengawasan yang belum dapat ditampung pada struktur organi- yanan atas Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut
sasi dan tata kerja instansi vertikal DJBC sebagaimana sebelum- sampai dengan proses SPPB (Surat Pemberitahuan
nya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 133/PMK.01/2006. Pengeluaran Barang).
Mengenai latar belakang dilakukan kembali reorganisasi
instansi vertikal belum lama ini, Kamil menegaskan, bahwa pada Menurut Kamil, dalam reorgansiasi di DJBC ada pertim-
dasarnya reorganisasi instansi vertikal ini merupakan bagian dari bangan-pertimbangan yang diambil, antara lain; pertimbang-
program dan kebijakan DJBC dalam upaya mempercepat an yang paling utama adalah adanya perubahan kebijakan
terwujudnya reformasi di bidang kepabeanan dan cukai. pemerintah, baik kebijakan umum pemerintahan di bidang
Salah satu pertimbangan perlu dilakukannya reorganisa- organisasi maupun kebijakan pemerintahan di bidang tugas
si instansi vertikal di DJBC, lanjutnya, DOK. WBC
pokok dan fungsi organisasi.
adalah karena terdapat fakta empirik pelak- Kedua, adanya perkembangan dalam
sanaan operasional pelayanan dan peng- praktik perdagangan internasional dan per-
awasan di instansi vertikal DJBC yang me- kembangan teknologi informasi yang me-
nunjukkan karakteristik yang berbeda, mi- nuntut perubahan paradigma terkait dengan
salnya : tugas pokok dan fungsi DJBC di bidang
l Adanya beberapa Kantor Pelayanan pelayanan dan pengawasan kepabeanan.
yang secara operasional lebih fokus pa- Ketiga, adanya tuntutan masyarakat
da pelaksanaan pelayanan kepabeanan terhadap peningkatan kinerja DJBC di bidang
dan cukai. pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan
l Adanya beberapa Kantor Pelayanan cukai, dimana strategi untuk memenuhi
yang secara operasional lebih fokus pa- tuntutan tersebut adalah dengan melakukan
da pelaksanaan pengawasan kepabean- perubahan pada sistim dan prosedur kepa-
an dan cukai beanan yang pada akhirnya juga berpengaruh
l Adanya beberapa Kantor Pelayanan pada struktur organisasi dan tata kerja DJBC.
yang secara operasional melaksanakan
pelayanan dan pengawasan secara PERAN SEKRETARIS JENDERAL BEA DAN
berimbang CUKAI
Berdasarkan tugas dan fungsi DJBC,
Dengan adanya perbedaan karakteristik Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
tersebut, maka salah satu hal pokok yang secara prinsip bertanggung jawab terhadap
menjadi latar belakang dilakukan reorganisasi peningkatan kapasitas DJBC. Dalam kaitan-
instansi vertikal di DJBC ini adalah untuk nya dengan reorganisasi instansi vertikal
BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DJBC,
mempertajam fungsi unit kerja instansi vertikal Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC, menurut Kamil, Sekditjen DJBC
berdasarkan beban kerja, dengan prinsip, secara prinsip bertanggung jawab terhadap menjalankan fungsinya sebagai unit yang
pertama, pembagian tugas dan kewenangan peningkatan kapasitas DJBC. bertanggung jawab dalam proses penyusunan
T
kepabeanan dan cukai sebagai konsekuensi adanya perkem-
bangan dalam praktik-praktik perdagangan internasional dan ugas Departemen Kuangan tersebut semakin
perkembangan dibidang tekonologi infromasi. Pertimbangan bertambah kompleks dan berat, antara lain
selanjutnya adalah efisiensi dan efektifitas organisasi dan tata adalah bidang optimalisasi pendapatan Negara,
kerja, terutama untuk menghindari terjadinya duplikasi pelak- efisiensi dan efektivitas belanja negara,
sanaan tugas. optimalisasi pengelolaan pembiayaan anggaran
Kamil menegaskan bahwa perlu diketahui, organisasi bu- dan optimalisasi pengelolaan dan penilaian kekayaan
kanlah tujuan, tetapi merupakan salah satu “instrument” yang negara, serta harus didukung oleh sistim penganggaran,
paling utama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu struktur kesinambungan fiskal, sistim pelaksanaan anggaran
organsiasi yang ideal seharusnya sesuai dengan kebutuhan berjalan baik dan sistim penyusunan laporan keuangan
tujuan organisasi. yang memadai.
“Sepanjang saya ketahui, tidak ada standar baku organi- Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Depar-
sasi kepabeanan yang direkomendasikan WCO, namun temen Keuangan yang semakin kompleks dan bertambah
demikian ciri khas dari organisasi administrasi kepabeanan berat, diperlukan organisasi yang efektif, efisien, tepat,
yang berlaku di semua negara umumnya mempunyai struk- akuntabel, independen, dan dapat merefleksikan dan
tur yang hampir sama terutama terlihat pada fungsi teknis mentransformasikan tugas-tugas yang diembannya. Oleh
kepabeanan, enforcement, post clearance audit, teknologi karena itu, menurut Kepala Biro Organisasi dan Ketatala-
dan informasi dan beberapa fungsi kepabeanan lainnya,” ksanaan (Organta) Departemen Keuangan (Depkeu), Drs.
jawab Kamil ketika ditanyakan mengenai standar baku dari Sudihardjo MA, penataan organisasi Depkeu harus selalu
WCO untuk organisasi Kepabeanan. ris dilakukan guna menjawab dan mengikuti tuntutan
DOK. WBC
kebutuhan penyelenggaraan tugas dan perkembangan
kebijakan pemerintah dibidang keuangan. Penataan
organisasi dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi organisasi, sehingga dapat memberikan
pelayanan secara cepat, tepat, berhasil guna, berdaya
guna dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat.
Hal ini sesuai dengan misi Depkeu di bidang
organisasi/ kelembagaan yaitu “senantiasa
memperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan
aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir
teknologi keuangan serta administrasi publik, dengan
didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai
integritas yang tinggi.
Lebih lanjut disampaikan Sudihardjo, berdasarkan
PMK 131/PMK.01/2006, Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana
pada semua satuan organisasi di lingkungan
Departemen. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Biro
TERDAPAT FAKTA EMPIRIK pelaksanaan operasional pelayanan dan Organta menyelenggarakan fungsi:
pengawasan di instansi vertikal DJBC yang menunjukkan l Pembinaan dan koordinasi pengembangan
karakteristik yang berbeda. kelembagaan Departemen
organisasi instansi vertikal DJBC dalam melaksanakan ga dapat diminimalisir adanya satuan organisasi yang
tugas dan fungsinya dapat berjalan dengan efektif. “super body” yang memungkinkan terrciptanya kondi-
Selain untuk menyesuaikan dengan perkembangan sikerja yang kurang kondusif dan menurunkan share
yang terjadi, evaluasi yang dilakukan antara lain dapat value (nilai kebersamaan) sehingga akan menurunkan
digunakan sebagai bahan masukan bagi modernisasi kinerja organisasi secara keseluruhan
instansi vertikal DJBC yang menurut rencana akan l Kesesuaian dengan kebutuhan, peraturan perundan-
diterapkan secara bertahap hingga 2012, sehingga dapat gan dan tuntutan stakeholders serta perkembangan
diketahui KPPBC yang layak dapat dijadika KPU Bea dan yang terjadi (di bidang ekonomi, keuangan dan lain-
Cukai dan KPPBC yang secara “nature” tidak layak untuk lain)
dijadikan KPU Bea dan Cukai. l Kejelasan tugas dan fungsi sehingga dapat dihindari
“Untuk saat ini, organisasi DJBC sudah ideal, hal ini kemungkinan tumpang tindih tugas dan adanya grey
antara lain dapat dilihat dari tidak adanya tugas dan area (antara lain adanya garis perbedaan yang cukup
fungsi yang saling tumpang tindih, serta adanya garis jelas antara Kantor Pusat yang melakukan perumusan
perbedaan yang cukup jelas antara Kantor Pusat yang kebijakan dan instansi vertikal yang melaksanakan
melakukan perumusan kebijakan dan instansi vertical kebijakan), dan lain-lain.
yang melaksanakan kebijakan”, ujar Sudihardjo.
Selain itu menurutnya, tipologi KPPBC yang saat ini Dalam hal ini Biro Organta sebagai perwakilan dari
terdiri dari 5 tipe lebih fokus dan menunjukkan Depkeu, menurut Sudihardjo, melakukan kerjasama dan
karakteristik jenis pelayanan yang diberikan, KPPBC yang membina hubungan yang sudah berjalan baik dengan
jenis pelayanannya lebih besar pada sektor kepabeanan instansi terkait antara lain dengan Kementerian PAN,
susunan organisasinya dititikberatkan pula pada sektor Sekretariat Kabinet, Lembaga Administrasi Negagara,
pabean, untuk kantor pelayanan yang jenis pelayanannya Badan Kepegawaian Negara dan lain-lain.
lebih besar pada sektor cukai susunan organisasinya “Instansi-instansi tersebut merupakan mitra kerja Biro
dititikberatkan pula pada sektor cukai. Organta dalam memproses penyempurnaan organisasi.
Dalam setiap melakukan reorganisasi harus memper- Pada saat pembahasan penyempurnaan organisasi,
hatikan prinsip-prinsip pengorganisasian, baik yang ber- pendapat dan masukan dari Biro Organta selalu
laku secara umum (dalam ilmu administrasi dan manaje- mendapat perhatian dari Kementerian PAN,” ungkap
men) maupun yang digariskan oelh Kementerian PAN Sudihardjo yang menurutnya, bagi Kementerian PAN, Biro
yang meliputi asas Pembagian Tugas, Fungsionalisasi, Organta merupakan mitra kerjasama dan pintu gerbang
Koordinasi, Kesinambungan, Akordion, Pendelegasian utama dalam melakukan penataan organisasi di
Wewenang, Keluwesan, Rentang Pengendalian Jalur dan lingkungan Depkeu. Kementerian PAN tidak akan
Staf dan Kejelasan dalam Pembaganan. memproses usulan penataan organsiasi dari Direktorat
Dalam hal ini, penataan organsiasi antara lain harus Jenderal/ Badan yang tidak melalui Sekretariat Jenderal
memperhatikan: c.q Biro Organta.
l Pengelompokan tugas dan fungsi yang sejenis/ terkait Ketika disinggung mengenai hubungan antara penyem-
dalam rangka menciptakan institusi yang sistimatis dan purnaan organisasi instansi vertikal DJBC dengan Refor-
satu atap(institutional coherence dan one stop service) masi birokrasi di Depkeu, Sudihardjo menegaskan bahwa
l Keseimbangan beban, kualitas dan hasil kerja sehing- Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan meliputi re-
DOK. WBC formasi di bidang kelembagaan ketata-
laksanaan (bussines process) dan kepe-
gawaian, penyempurnaan organisasi
instansi vertikal DJBC merupakan salah
satu bagian dalam reformasi birokrasi
Depkeu di bidang kelembagaan.
Reformasi birokrasi di bidang kelemba-
gaan (yang merupakan tahap awal
reformasi birokrasi secara keseluruhan)
harus dilakukan secara hati-hati.
Sebab, apabila susunan organisasi,
tugas dan fungsi tidak tepat, tidak right
sizing, beban kerja yang tidak
seimbang, menimbulkan friksi, terdapat
satuan organisasi yang bersifat eksklu-
sif dan super body, terdapat tugas dan
fungsi yang saling tumpang tindih, serta
terdapat satuan organisasi yang pada
kurun waktu tertentu mempunyai beban
yang sangat besar namun pada kurun
waktu berikutnya mempunya beban
kerja yang sangat kecil, maka hasil re-
formasi birokrasi di bidang ketatalaksa-
naan dan kepegawaian juga tidak akan
optimal dan efektif. Karena itu, penata-
an organisasi harus selalu dilakukan
untuk meningkatkan efektitifitas dan
efisiensi organisasi.
“Untuk itu, masukan saya, agar setiap
reorganisasi yang dilakukan Direktorat
Jenderal senantiasa memperhatikan
SECARA UMUM organisasi instansi vertikal DJBC saat ini sudah mendukung kinerja DJBC.
Namun demikian secara berkala harus tetap dilakukan monitoring dan evaluasi organisasi untuk prinsip-prinsip pengorganisasian
menjamin bahwa organisasi instansi vertical DJBC dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana yang telah disebutkan tadi,”
dapat berjalan dengan efektif. tandas Sudihardjo. ris
M
DOK. WBC
engenai karakteristik masing-ma- Beberapa kantor ada juga yang titik berat tu-
sing kantor di tingkat vertikal gasnya lebih banyak ke masalah border con-
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai trol dibandingkan dengan pengawasan yang
(DJBC) kini terdiri dari Kantor Wi- built in di pelayanan.
layah (Kanwil) DJBC, Kanwil Khu- “Ini merupakan hasil analisis pak dirjen,
sus DJBC, Kantor Pelayanan Utama (KPU) makanya hasil analisis itu kemudian kita dis-
Bea dan Cukai dan Kantor Pengawasan dan kusikan. Jadi karakteristik inilah yang selama
Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC). ini dalam menentukan tipe kantor pelayanan
Dalam penyempurnaan organisasi vertikal tidak pernah kita masukkan. Untuk itu kita
kali ini terdapat istilah baru yaitu Kantor Peng- coba rancang sebuah kantor yang sesuai
awasan dan Pelayanan menggantikan istilah dengan karakteristik masing-masing wilayah
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. Menurut tadi,” ujar Nofrial.
Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana
(OTL) Kantor Pusat DJBC, Drs Nofrial M.A, KPU DAN KPPBC
bahwa dalam pelaksanaan tugas kepabeanan Sesuai karakteristiknya, lanjut Nofrial, un-
dan cukai pada organisasi vertikal DJBC, tuk kantor-kantor yang lebih berorientasi pada
terdapat beberapa Kantor Pelayanan yang tugas di bidang pelayanan, secara bertahap
mempunyai karakteristik tertentu dan sangat akan dijadikan Kantor Pelayanan Utama Bea
spesifik, antara lain contohnya; dan Cukai sebagaimana telah mulai
1. Kantor-kantor besar seperti Tanjung Priok, dilakukan di Tanjung Priok dan Batam pada
Soekarno-Hatta, Batam, Tanjung Emas, tanggal 1 Juli 2007.
Tanjung Perak, Kudus, Kediri dan Malang Menurut Nofrial, salah satu dari hasil ana-
serta kantor-kantor besar lainnya yang Drs. NOFRIAL, M.A. Berdasarkan struktur lisis yang dilakukan, dari sekian kantor yang
lebih berorientasi pada tugas pelayanan organisasi dan tata kerja, tidak terdapat titik pelayanannya lebih menonjol, ada bebe-
perbedaan yang signifikan antara KPBC
kepabeanan dan cukai, jika dibandingkan dengan KPPBC. Namun demikian berdasar- rapa yang sangat menjanjikan seperti Tanjung
dengan pelaksanaan tugas di bidang kan subtansi tugas pokok dan fungsi Priok, Soekarno-Hatta, Tanjung Perak dan
pengawasan. terdapat perbedaan yang sangat mendasar. sebagainya. Untuk kantor-kantor dalam kate-
2. Sebaliknya, kantor-kantor lainnya se- gori ini maka menyebutnya dengan istilah
perti Tajung Balai Karimun, Pontianak, Makassar yang se- Kantor Pelayanan Utama, artinya pelayanan yang diutamakan
kalipun juga melaksanakan tugas pelayanan namun pro- karena tugas utamanya adalah pelayanan.
porsinya relatif kecil jika dibandingkan dengan tugasnya Sedangkan untuk kantor-kantor yang lebih berorientasi pada
di bidang pengawasan. tugas di bidang pengawasan ditetapkan menjadi Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai. Dengan demikian,
“Untuk kantor yang titik berat pelaksanaan tugasnya adalah tujuan utama yang menjadi latar belakang dibentuknya KPU dan
benar-benar pelayanan atau lebih besar porsinya untuk bidang KPPBC adalah untuk menempatkan dan mengelompokkan
pelayanan, dibandingkan dengan bidang pengawasan, maka organisasi instansi vertikal DJBC secara tegas, jelas dan
pengawasannya di-built in di dalam sistim pelayanan. Jadi me- proporsional sesuai dengan beban dan volume tugasnya dalam
mang betul-betul murni pelayanan bagi masyarakat . Sedangkan pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai.
tugas lalu lintas pengawasan barang di-built in dengan pelayan- Sebagai pembanding KPU adalah KPPBC, artinya unsur
an. Sehingga masyarakat jadi mengetahui bahwa itu merupakan pengawasan lebih dikedepankan, sebab itu disebut Kantor
pelayanan yang dilakukan bea dan cukai, walaupun pengawasan Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai. Sementara kantor-
yang dilakukan bea cukai melalui sistim pelayanan,” ujar Nofrial. kantor yang benar-benar besar disebut sebagai Kantor
Survey yang dilakukan oleh Bidang OTL Kantor Pusat DJBC, Pelayanan Utama. Namun, bukan semata-mata karena kantor itu
terdapat 11 kantor yang beban kerja di bidang pelayanan sekitar besar, tetapi dari sisi filosofi diharapkan sisi pelayanannya
89 persen, sisanya 11 persen adalah tugas yang kedua, yaitu diutamakan bukan sekedar melayani dalam arti pelayan, karena
border control (pengawasan wilayah perbatasan). tugas Bea dan Cukai yang sebenarnya adalah mengawasi lalu
Lalu, bagaimana dengan kantor yang berada di Pontianak, lintas barang,” imbuh Nofrial.
Makassar, dan kantor lainnya ? Di perbatasan, lanjut Nofrial, dari “Dengan dibentuknya KPPBC ini merupakan suatu konseku-
segi kepabeanan tidak hanya meliputi perbatasan laut dan darat ensi tersendiri bagi DJBC untuk lebih mengoptimalkan kinerja pe-
saja., ambil contoh seperti di Soekarno Hatta, bisa juga disebut ngawasan di bidang kepabeanan dan cukai,” ujar Nofrial kembali.
wilayah perbatasan karena pesawat turun langsung ke wilayah Mengenai perbedaan antara KPPBC dengan Kantor Pelayan-
Indonesia, sehingga tugas border control-nya juga berlaku. an yang ada sebelumnya, yaitu KPBC (Kantor Pelayanan Bea
Begitu juga di Tanjung Priok, walaupun pada hakekatnya kapal dan Cukai), Nofrial menegaskan, berdasarkan struktur organisasi
datang dari luar sampai di Tanjung Priok, setelah melapor maka dan tata kerja, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
berlakulah ketentuan batas atau berlaku border control. KPBC dengan KPPBC. Namun demikian berdasarkan subtansi
SESUAI KARAKTERISTIKNYA, untuk kantor-kantor yang lebih UNTUK KANTOR-KANTOR yang lebih berorientasi pada
berorientasi pada tugas di bidang pelayanan, secara bertahap tugas di bidang pengawasan ditetapkan menjadi Kantor
akan dijadikan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai. Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
tugas pokok dan fungsi terdapat perbedaan yang sangat menda- sus Kepulauan Riau (berlokasi di Tanjung Balai Karimun) yang
sar, dimana dengan adanya perubahan KPBC menjadi KPPBC selanjutnya disebut Kantor Wilayah Khusus. Karakteristik yang
maka suatu kantor yang semula melaksanakan tugas pelayanan spesifik sebagaimana dimaksud adalah adanya pemisahan
dan pengawasan secara berimbang, menjadi lebih berorientasi pelaksanaan fungsi penindakan dan penyidikan.
pada tugas di bidang pengawasan.
Sementara mengenai pengawasan di KPU adalah bagaima- POKOK-POKOK PENYEMPURNAAN
na melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang seefisien Pokok-pokok penyempurnaan instansi vertikal Direktorat
dan seefektif mungkin sehingga tidak menimbulkan cost bagi ma- Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) , menyebutkan bahwa ins-
syarakat. “Sebaiknya KPU bertanggung jawab langsung kepada tansi vertikal DJBC meliputi Kantor Wilayah (Kanwil) , Kantor
Direktur Jenderal supaya jalur pengawasan tidak terlalu panjang Pelayanan Utama (KPU) dan Kantor Pengawasan
antara pimpinan dengan yang dioperasionalkan oleh unit vertikal Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC). Kini, organisasi vertikal
ini. Makanya di semua KPU kita usulkan pada waktu itu kepada DJBC terdiri dari 16 Kanwil 114 KPPBC, 89 Kantor Bantu dan
Presiden untuk jadi eselon II. Nah dengan adanya usulan itu, 592 Pos Pengawasan. Sedangkan untuk KPU terdiri dari 2
berarti instansi vertikal Bea dan Cukai menjadi Kanwil, KPU dan KPU, 2 Kantor Bantu dan 51 Pos Pengawasan.
KPPBC. Sedangkan KPPBC berada dibawah Kanwil dan Kanwil Yang masing-masing akan dijabarkan sebagai berikut:
dibawah Dirjen, termasuk juga KPU yang langsung dibawah
dirjen,” jelas Nofrial. Kantor Wilayah
Khusus mengenai KPU, lanjut Nofrial, masih banyak orang Pada Kantor Wilayah, pokok-pokok yang disempurnakan
awam berpikiran bahwa jika sudah ada KPU maka kantor lain adalah meliputi;
yang sebelumnya berada di wilayahnya maka akan dihapus. Jika l penghapusan nomor Kanwil
misalnya KPU terdiri dari Kantor Pelayanan maka akan digabung l Tupoksi (tugas pokok organisasi) pengawasan internal
menjadi satu sehingga tidak ada lagi Kantor Pelayanan yang lain, l Likuidasi Kanwil VII Jakarta I
misalnya di Tanjung Priok, sebelumnya ada Priok I, II dan III, l Kanwil Khusus Kepulauan Riau
maka digabung menjadi satu dan Kanwilnya yang dibubarkan l Pengurangan wilayah kerja Kanwil Kepulauan Riau.
diganti dengan KPU. Dan perlu dicatat, dengan adanya KPU di
Tanjung Priok telah dibentuk satu Kantor Pelayanan baru Kantor Pelayanan Utama
namanya KPPBC Tipe A4 Sunda Kelapa untuk menampung atau l Pembentukan KPU Tanjung Priok dan Batam
mem-back up pekerjaan diluar KPU Tanjung Priok. l KPU terdiri dari Tipe A dan Tipe B
“Ada yang mengatakan Soekarno-Hatta nanti di KPU-kan lalu
Kanwil Banten dibubarin, itu sama sekali tidak benar, karena kita Kantor Pengawasan dan Pelayanan
ingin semua KPU yang kita buat mempunyai fokus sehingga kita l KPPBC terdiri dari Tipe A1, A2, A3, A4 dan B
benar-benar lebih mudah mengukurnya, kalau ada yang bilang l KPPBC kecuali yang dilakukan perubahan dan dijadikan
Kanwil Banten dibubarin lantas yang Merak dan Tangerang KPU, tipe tetap sama dengan yang ditetapkan dengan
bagaimana ? Jadi KPU itu terdiri dari seluruh kantor pelayanan KMK 133/PMK.01/2006
yang ada dibawah Kanwil itu, jadi Kanwilnya kita bubarin dan kita l Penghapusan KPBC Tanjung Priok I,II,III, KPBC Batam,
buat KPU. Tetapi kalau hanya sebagian saja yang diambil KPBC Muka Kuning, KPBC Tanjung Uban
Kanwilnya itu akan tetap, hanya saja wilayah kerjanya di kurangi, l Penggantian Nomenklatur
misalnya KPU Batam, maka yang Batam, Muka Kuning dan l Pembentukan KPPBC Tipe A4 Sunda Kelapa
Tanjung Uban kita jadikan KPU, Kanwil yang dipimpin Pak Yosi l Tupoksi Pengawasan Internal
(Yusuf Indarto, Kakanwil Khusus Kepulauan Riau-Tanjung Balai l Penggantian Tipe KPBC
Karimun.red) yang kurang wilayah kerjanya, tetapi tetap ada - KPBC Jakarta Tipe A3 menjadi A2
Kanwil Tanjung Balai Karimun, hanya wilayah kerjanya yang - KPBC Bandung Tipe A3 menjadi A2
dikurangi,” jelas Nofrial. - KPBC Kudus, Malang, Kediri Tipe A2 menjadi A3
Dan dalam reorganisasi ini terdapat hal baru yaitu berdasar- - KPBC Tipe A3 Juanda menjadi A2
kan karakteristik yang spesifik, di wilayah kerja Kepulauan Riau l Penggabungan KPBC Tipe B Iskandar Muda dan KPBC Tipe
dibentuk Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Khu- B Uleelheue menjadi KPBC Tipe A4 Banda Aceh. ris
P
ada dasarnya, pelaksanaan tugas pengawasan internal DJBC, sekaligus dapat menjadi motivator pegawai untuk mening-
atau kepatuhan internal telah ada sejak berlakunya katkan kepatuhannya terhadap pelaksanaan tugas. Namun perlu
Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 131/PMK.01/2006, juga diperhatikan bahwa jaminan meningkatnya kepatuhan
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuang- pegawai tersebut tentunya juga sangat dipengaruhi oleh penerap-
an, dimana sesuai dengan tugas pokok dan fungsi an punishment yang konsisten dan konsekuen serta penerapan
DJBC, pelaksanaan pengawasan internal tersebut dilakukan oleh rewards berupa kebijakan pemberian remunerasi yang cukup
Sekretariat DJBC terhadap seluruh unit di lingkungan DJBC. untuk kesejahteraan pegawai.
Fungsi pengawasan internal atau kepatuhan internal ini bertu- Secara umum, menurut Nofrial, unit kerja yang memberikan
juan untuk membantu Direktur Jenderal dalam melakukan peng- pelayanan diwajibkan menyusun Standard Operating Procedure
awasan, evaluasi dan mengambil kebijakan tentang performance dan Standar Pelayanan Publik yang berisi janji pelayanan kepada
individual unit kerja maupun pegawai di lingkungan DJBC. masyarakat dimana secara periodik akan dievaluasi
“Jadi Kepatuhan Internal yang ada di Kantor Wilayah dan pelaksanaannya oleh Sekretariat Direktorat Jenderal dan unit
KPPBC secara umum sama dengan yang ada di KPU”, demi- yang membidangi pengawasan internal pada organisasi instansi
kian menurut Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana vertical DJBC.
Drs. Nofrial MA. Adapun unit kerja di bidang pengawasan internal tersebut
Menurutnya, sesuai dengan organisasi dan tata kerja instansi melaksanakan tugasnya melalui mekanisme sebagai berikut ;
vertikal DJBC, sebagaimana Peraturan Menteri Keuangan Nomor melakukan tugas monitoring terhadap pelaksanaan tugas
68/PMK.01/2007, pelaksanaan Kepatuhan Internal dilakukan individu, melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan tugas
secara hirarkis sesuai dengan struktur organisasi serta tanggung individu dan membuat rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi
jawab dan kewenangannya. Dan berdasarkan Peraturan Menteri terhadap pelaksanaan tugas individu.Untuk mengetahui bahwa
Keuangan Nomor 68/PMK.01/2007 tersebut, KPU adalah unit unit ini telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka
DJBC setingkat eselon II, dimana unit yang DOK. WBC
evaluasi atau review terhadap efektivitas dan
membidangi Kepatuhan Internal di KPU dan efisiensi organisasi akan selalu dilakukan,
Kantor Wilayah adalah sama yaitu Kepala dimana hasilnya nanti akan menjadi bahan
Bagian Umum (setingkat eselon III) sedang- masukan untuk menyempurnakan organisasi
kan di KPPBC dilaksanakan oleh Kepala dan tata kerja DJBC baik di tingkat pusat
Subbagian Umum (setingkat Eselon IV). maupun instansi vertikal.
Mengenai keberadaan Kepatuhan Internal Sekretaris Direktorat Jenderal yang dalam
apakah dapat menjamin meningkatnya hal ini dilaksanakan oleh Bagian Organisasi
kepatuhan pegawai terhadap pelaksanaan dan Tata Laksana, sesuai fungsinya akan
tugas-tugasnya, Nofrial menegaskan, melakukan evaluasi terhadap kinerja organisa-
peningkatan integritas termasuk dalam hal ini si. Disamping itu, Tenaga Pengkaji Bidang
kepatuhan pegawai, merupakan salah satu Peningkatan Kapasitas Organisasi, sesuai
komitmen Departemen Keuangan untuk me- dengan bidangnya akan melakukan monitor-
wujudkan reformasi birokrasi yang merupakan ing dan pengkajian terhadap efektivitas dan
janji kepada masyarakat untuk memberikan efisiensi organisasi.
kualitas pelayanan yang baik, dari segi waktu,
biaya, transparansi mengenai prosedur dan KEPATUHAN INTERNAL DI KPU
persyaratan administrasi. Mekanisme pengawasan bagi SDM di KPU
Upaya untuk mewujudkan reformasi bi- dilakukan sepenuhnya oleh Bidang Kepatuhan
rokrasi di lingkungan Departemen Keuang- Internal (Bidang KI. Red) dimana pimpinan bi-
an, khususnya DJBC dilakukan dengan BIDANG KI sudah melakukan tindakan dang ini melakukan penilaian terhadap setiap
sesuai tupoksinya. Untuk tindak lanjut
menerapkan strategi dan kebijakan seba- tergantung permasalahannya. Ada yang unsur satuan kerja dan pelaku organisasi me-
gai berikut: menerapkan fungsi pengawas- langsung pada bidang/bagian terkait di lalui suatu mekanisme yang sistimatik untuk
an internal pada setiap level birokrasi, me- KPU, atau melalui Kepala KPU. mengevaluasi dan meningkatkan efektifitias
nerapkan key performance indicator setiap dari risk management, kontrol dan proses
individu dan unit kerja serta, menerapkan sistim remunerasi bisnis dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Kepala
berbasis kinerja Bidang KI KPU Tipe A Tanjung Priok, Oza Olavia, Ssi, Apt, M.Si,
Dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi tersebut, Bidang KI mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
DJBC menerapkan formula untuk mencapai suatu program pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja di lingkungan Kantor
pelayanan unggulan dimana keberhasilannya sangat tergantung Pelayanan Utama. Mengenai uraian tugas dari Bidang KI adalah:
pada komitmen dari seluruh pegawai untuk senantiasa 1. melaksanakan pengawasan pelaksanaan tugas di bidang
meningkatkan integritasnya di dalam melaksanakan tugas di pelayanan kepabeanan dan cukai, melaksanakan
bidang pelayanan kepabeanan dan cukai. pengawasan pelaksanaan tugas di bidang intelijen,
Hal tersebut, menurut Nofrial tentunya merupakan pertaruhan penindakan dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai.
2. melaksanakan pengawasan pelaksanaan tugas di bidang di KPU, atau melalui Kepala KPU. Misalnya sampai akhir Juli
audit. telah menangani dan menindaklanjuti 144 keluhan pengguna
3. melaksanakan pengawasan pelaksanaan tugas di bidang jasa mengenai kinerja PFPD, Pemeriksa Barang, Penerimaan
administrasi. dokumen, Pabean, Manifest, Hanggar, Gate, Ekspor,
4. melaksanakan evaluasi kinerja di bidang pelayanan, Perbendaharaan, HICO, Fasilitas, P2, Konsul, Rumahtangga dan
pengawasan dan administrasi kepabeanan dan cukai. SDM. Bidang KI juga telah melakukan analisa kinerja personil
5. melaksanakan pemberian rekomendasi peningkatan seperti Bidang Kepabeanan, Perbendaharaan, Fasilitas,
pelaksanaan tugas. Pemeriksa Barang dan Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen.
6. melaksanakan pelaporan dan pemantauan tindak lanjut
hasil pemeriksaan kepatuhan internal dan hasil STANDAR TERUKUR DAN APPLICABLE
pemeriksaan aparat pengawasan fungsional. Yang menjadi tolok ukur bagi bidang ini dalam menjalankan
tugasnya, menurut Oza adalah standar yang terukur dan
Sebagai suatu bidang baru perlu adanya koordinasi atas tu- applicable (measures), meliputi: Key Performance Indicator (KPI)
gas dan kewenangan dari bidang ini. “Saya mencoba menindak- dan Nilai Dasar dan Kode Etik Jabatan Pegawai KPU, hasil
lanjuti dari tupoksi bidang ini dan terutama yang keterkaitannya Kinerja Pegawai (performance), penilaian / pengukuran (perfor-
dengan seluruh bidang/bagian di KPU. Bersama-sama dengan mance measurement), laporan dan tindak lanjut hasil penilaian
seluruh anggota bidang ini, kita coba laksanakan berbagai (measurement reporting) serta evaluasi dan monitoring hasil
kegiatan yang pada awalnya lebih mendukung seluruh kegiatan tindak lanjut (evaluation & monitoring)
KPU dalam rangka memberikan pelayanan kepabeanan dengan Mengenai SDM Bidang KI , menurut Oza, bidang yang dipim-
tetap memastikan sistim KPU berjalan sesuai dengan prosedur pinnya ini mempunyai tiga seksi yaitu : Seksi Kepatuhan Pelak-
dan tatanan yang telah ditetapkan,” lanjut Oza. sanaan Tugas Pelayanan, Seksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas
“Disisi lain dengan dukungan dan bantuan dari Tim Perce- Pengawasan, dan Seksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Adminis-
patan Reformasi yang di pimpin Bapak Thomas Sugijata dan trasi. Sedangkan pelaksana Bidang KI sebanyak 28 orang yang
Kepala KPU, berupaya untuk menetapkan standar operasi terdiri dari pelaksana administrasi dan pelaksana pemeriksa.
prosedur untuk Bidang KI dan keseluruhan bidang di KPU “Untuk saat ini jumlah SDM untuk KI sudah sesuai dengan
guna penentuan standar penilaian kinerja keseluruhan pega- yang diinginkan dan pegawai di Bidang KI harus mempunyai
wai di KPU,” tambah Oza. karakteristik objective, integrity, confidentiality dan competency
Mengenai action atau pelaksanaan di lapangan oleh Bidang yang saat ini hal tersebut sudah terpenuhi , namun perlu tetap
KI, dijelaskan Oza, awalnya anggota KI langsung turun kesemua motivasi dan pengembangan diri,” ujar Oza.
bidang untuk membantu kelancaran pelayanan di KPU. Bidang ini Sebagai suatu bidang baru di suatu kantor yang juga baru
langsung menyelesaikan permasalahan di lapangan yang terkait tentu ada permasalahan. Menurut Oza, suatu perubahan tentu
langsung dengan prosedur dan pelayanan kepada pengguna ja- perlu proses dan pemahaman dari seluruh pegawai KPU, bahwa
sa, mengingat pada saat awal memang masih ada beberapa ken- tugas Bidang KI adalah melakukan pengawasan dan mengeva-
dala dalam pelaksanaan tugas KPU. Dalam hal ada pengaduan luasi kerja semua pegawai KPU. Pada awalnya mungkin ada
atau komplain dari pengguna jasa, maka bidang ini langsung pegawai yang merasa “aneh” apabila aktifitas mereka diawasi
menindaklanjuti pengaduan dari pengguna jasa tersebut. atau “takut” dengan personil kepatuhan internal. Namun dengan
Setiap informasi yang ada dianalisa. Dalam hal pengaduan prinsip bahwa tugas KI bukan untuk menakut-nakuti pegawai tapi
menyangkut tugas bidang lainnya, maka langsung diinformasikan dalam arti menjamin semua proses berjalan sesuai prosedur dan
pada bidang yang bersangkutan untuk segera menyelesaikan ketentuan, maka Bidang KI mencoba memberikan pemahaman
permasalahan tersebut dan Bidang KI memantau hasil tindak tersebut, dan pada akhirnya dapat dipahami oleh personil KPU.
lanjut dari bidang tersebut, apabila terkait dengan masing-masing Permasalahan lainnya yang dihadapi bidang ini, mengingat
personil di KPU akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh semua penilaian yang ada berbasis kinerja, maka penentuan
Bidang KI. Bidang ini juga melakukan evaluasi atas keseluruhan suatu acuan/ standar penilaian yang tepat untuk masing-masing
kegiatan bagian/bidang di KPU dan menilai kinerja personil KPU, pegawai dalam melakukan penilaian kinerja pegawai masih perlu
lanjut Oza. koordinasi berkelanjutan dengan bidang/bagian lain di KPU untuk
Mengenai tindakan yang telah diambil oleh bidang ini menjamin semua pegawai mengerti apa yang akan dinilai dari
terutama berkaitan dengan KI, Oza mengungkapkan, pada pelaksanaan kegiatan KPU.
prinsipnya bidang ini sudah melakukan tindakan sesuai dengan Dengan adanya Bidang KI di KPU pada khususnya dan di
tupoksinya dan untuk tindak lanjut tergantung pada DJBC pada umumnya, Oza menyampaikan suatu masukan,
permasalahannya. Ada yang langsung pada bidang/bagian terkait menurutnya, semoga dengan adanya Bidang KI, mampu
DOK. WBC menjamin terlaksananya good governance. Keberhasilan KI yang
berfungsi sebagai pengaman dan penjaga tingkat kinerja prima
dari setiap bidang/bagian KPU akan mendukung tercapainya
tujuan dan misi KPU.
“Pada gilirannya keberhasilan KPU dapat menjadi ujung
tombak pembaharuan sekaligus menjadi pilot project reformasi
kepabeanan DJBC yang pada akhirnya diharapkan mampu
mengembalikan kepercayaan masyarakat, investor, dunia usaha
dan pemerintah. Dan kami mohon doa dan dukungan dari semua
jajaran Bea dan Cukai agar Bidang ini tetap amanah dalam
menjalankan tugas serta mampu melakukan kerja secara objektif
dan transparan,” ungkap Oza.
“Saya setuju adanya bidang seperti ini di DJBC, kalau kita
mengacu pada sistim administrasi yang baik dan benar untuk
setiap bidang kerja, maka perlu adanya suatu kontrol atas hasil
kerja apakah sudah sesuai dengan prosedur yang dipersyaratkan
atau belum. Jadi Bidang KI tidak hanya harus di KPU. Mungkin
yang perlu diperhatikan adalah prosedur, sarana dan SDM untuk
pelaksanaan tugas tersebut agar tujuan organisasi untuk
UNIT KERJA yang memberikan pelayanan diwajibkan menyusun Standard menciptakan sistim pengawasan internal dapat terselenggara
Operating Procedure dan Standar Pelayanan Publik yang berisi janji pela- dengan tepat dan benar,” demikian tanggapannya ketika ditanya
yanan kepada masyarakat. mengenai KI di Kanwil dan KPPBC. ris
Nama Kanwil dan Tipe KPPBC Seluruh Indonesia 1. KPPBC Tipe A3 Pekanbaru, meliputi; Pelabuhan udara
Berikut ini adalah Nama, Tipe Lokasi dan Wilayah Kerja Sultan Syarif Kasim II, Kantor Pos Lalu Bea Pekanbaru,
Kanwil DJBC, KPPBC dan Pos Pengawasan Bea dan Cukai, Pelabuhan Laut Pekanbaru, Pelabuhan Peti Kemas Teluk
sebagai berikut ; Lembu. Kantor Bantu: meliputi Perawang (PL), Rumbai
(PL), Rantau Panjang. Pos Pengawasan; Bandara I,
I. Kanwil DJBC Nangroe Aceh Darussalam Bandara II, Buatan (PL)
Lokasi : Banda Aceh (Aceh Darussalam). Terdiri dari 5 2. KPPBC Tipe A 3 Dumai, meliputi : Pelabuhan Laut
KPPBC, 7 Kantor Bantu dan 8 Pos Pengawasan, yaitu Dumai.Kantor Bantu; Tanjung Medang. Pos
1. KPPBC Tipe A4 Sabang Pengawasan: Selat Morong (PL), Tanah Putih (PL),
2. KPPBC Tipe A4 Banda Aceh (lokasi Banda Aceh), meliputi : Dumai (PL), Tanjung Medang (PL)
pelabuhan laut Malahayati, pelabuhan udara Iskandar 3. KPPBC Tipe A4 Tembilahan, meliputi Pelabuhan laut
Muda, Kantor Pos Lalu Bea Banda Aceh. Kantor Bantu: Tembilahan. Kantor Bantu: Sungai Guntung (PL),
Lhok Nga (Pelabuhan Laut/PL), Malahayati (PL), Iskandar Rengat, Kuala Enok. Pos Pengawasan; Perigi Raja (PL),
Muda (Pelabuhan Udara/PU) . Pos Pengawasan: Lam Concong Luar (PL), Sei Buluh Indragiri (PL) Pulau Kijang
Pulo (PL), Sigli (PL), Cot Bau (PL) (PL), Kuala Gadung (PL), Kuala Blaras (PL), Kuala Enok
3. KPPBC Tipe B Meulaboh (lokasi Meulaboh), terdiri dari : (PL), Kualacinaku (PL), Japura (PU), Pulau Cawan (PL),
Kantor Bantu; Sinabang, Tapak Tuan, Singkel. Pos Kuala Bayas (PL), Pulau Burung (PL)
Pengawasan : Susoh 4. KPPBC Tipe B Selat Panjang, meliputi; pelabuhan laut
4. KPPBC Tipe A4 Lhok Seumawe, meliputi : pelabuhan Selat Panjang. Pos Pengawasan; Tanjung Samak (PL),
laut Blang Lancang, PL Krueng Geukeuh, Kantor Pos Lalu Teluk Belitung (PL), Terus (PL), Tanjung Kedabu (PL),
Bea Lhok Seumawe. Pos Pengawasan : Blang Lancang Selat Panjang (PL), Penyalai (PL), Tanjung Motong (PL),
(PL) Krueng Geukeuh (PL) Serapung (PL)
5. KPPBC Tipe B Kuala Kangsa, meliputi 5. KPPBC Tipe B Bengkalis, meliputi; Pelabuhan laut
Pos Pengawasan : Sarang Jaya, Kuala Langsa. Bengkalis.Kantor Bantu; Sungai Pakning (PL), Bantan
Tengah (PL).. Pos Pengawasan: Siak Kecil (PL), Sei
II. Kanwil DJBC Sumatera Utara Kembung (PL), Bandul (PL), Bukit Batu (PL), Prapat
Lokasi : Medan (Sumatera Utara). Terdiri dari 7 KPPBC, 3 Tunggal (PL), Bengkalis (PL)
Kantor Bantu dan 32 Pos Pengawasan: 6. KPPBC Tipe B Bagan Siapiapi, meliputi; Pelabuhan
1. KPBC Tipe A1 Belawan, meliputi: pelabuhan laut Belawan. Bagan Siapiapi.Kantor Bantu; Panipahan. Pos
Pos Pengawasan: Percut Sei Tuan (PL), Pantai Cermin (PL), Pengawasan; Sinaboi (PL), Lumba-Lumba (PL), Pulau
Pantai Labu (PL), Lubuk Pakam, Binjai, Ujung Baru (PL), Halang (PL), Bagan Siapiapi (PL).
Gudang Merah (PL), Gabion (PL), Rantau Panjang (PL) 7. KPPBC Tipe B Siak Indrapura, meliputi; Pelabuhan Laut
2. KPBC Tipe A 3 Medan, meliputi; Pelabuhan Udara Siak Sri Indrapura. Pos Pengawasan; Sungai Apit (PL),
Polonia, Kantor Pos Lalu Bea Medan. Pos Pengawasan: Tanjung Buton (PL), Siak Sri Indrapura (PL)
Bandara I, Bandara II, Bandara III
3. KPPBC Tipe B Pangkalan Susu, meliputi: Pelabuhan Provinsi Sumatera Barat
Laut, Pangkalan Susu (Lokasi Pangkalan Susu). Kantor 8. KPPBC Tipe A3 Teluk Bayur, meliputi; Pelabuhan Laut
Bantu: Pangkalan Brandan. Pos Pengawasan: Tanjung Teluk Bayur, Pelabuhan udara Mingkabau, Kantor Pos
Pura (PL), Pangkalan Susu (PL) Lalu Bea Padang Kantor Bantu; Sikakap (PL), Tua Pejat
4. KPPBC Tipe B Pematang Siantar, meliputi : Kantor Pos (PL). Pos Pengawasan; Muara Padang (PL), Siberut
Lalu Bea Pematang Siantar. Pos Pengawasan; Porsea, Mentawai, Pariaman (PL), Painan (PL), Muara (PL),
Kabanjahe, Sidikalang Cubadak (PL), Teluk Bayur (PL), Tabing (PU), Air Bangis
5. KPPBC Tipe B Sibolga meliputi; Pelabuhan Laut Sibolga. (PL), Bungus (PL).
Kantor Bantu; Gunung Sitolo (PL). Pos Pengawasan: Barus
(PL), Natal (PL), Teluk Dalam (PL), Pulau Tello (PL), Sibolga (PL). IV. Kanwil DJBC Kepulauan Riau
6. KPPBC Tipe A4 Teluk Nibung, meliputi : Pelabuhan Lokasi : Tanjung Balai Karimun (Provinsi Riau). Terdiri
Teluk Nibung dan Bagan Asahan dari : 5 KPPBC, 4 Kantor Bantu dan 24 Pos Pengawasan :
Pos Pengawasan: Tanjung Tiram (PL), Tanjung Leidong 1. KPPBC Tipe A3 Tanjung Balai Karimun, meliputi :
(PL), Labuhan Bilik (PL), Rantau Prapat, Teluk Nibung (PL) Pelabuhan Laut Tanjung Balai Karimun, Pelabuhan Laut
7. KPPBC Tipe B Kuala Tanjung, meliputi; Pelabuhan Laut Pasir Panjang. Kantor Bantu : Moro Sulit (PL), Tanjung
Kuala Tanjung. Kantor Bantu : Tebing Tinggi. Pos Penga- Batu (PL), Teluk Paku (PL). Pos Pengawasan: Sawang
wasan ; Bandar Khalifah (PL), Teluk Mengkudu (PL), Tanjung (PL), Urung (PL), Tanjung Balai Karimun (PL), Pasir
Beringin (PL), Pangkalan Dodek (PL), Kuala Tanjung (PL) Panjang (PL).
2. KPPBC Tipe A3 Tanjung Pinang, meliputi; pelabuhan
III. Kanwil DJBC Riau dan Sumatera Barat Laut Tanjung Pinang, Pelabuhan Laut Kijang, Pelabuhan
Lokasi Pekanbaru (Provinsi Riau). Terdiri dari 8 KPPBC, Udara Kijang, Kantor Pos Lalu Bea Tanjung Pinang. Pos
12 Kantor Bantu dan 50 Pos Pengawasan : Pengawasan; Tanjung Pinang (PL), Kijang (PL), Kijang (PU)
3. KPPBC Tipe B Sambu Belakang Padang, meliputi; 2. KPPBC Tipe A4 Sunda Kelapa, meliputi; Sunda Kelapa
Pelabuhan Laut Sambu Belakang Padang. Pos (PL), Muara Baru (PL)
Pengawasan; Pulau Layang (PL), Pulau Pelambung Pos Pengawasan : Sunda Kelapa (PL), Marina Ancol,
(PL), Sambu Belakang Padang (PL) Muara Baru (PL), Widuri (PL), Arjuna (PL), Sinta, Cinta
4. KPPBC Tipe B Dabo Singkep, meliputi:Pelabuhan Laut Natomas, Cilincing, Pertamina, Bogasari, Marunda,
Dabo Singkep. Pos Pengawasan; Penuba (PL), Sungai Dharma Karya Perdana (PLK), Kalibaru, Ujung Kerawang.
Buluh (PL), Senayang (PL), Daik (PL), Dabo (PU), Dabo 3. KPPBC Tipe B Kantor Pos Pasar Baru, meliputi; Kantor
Singkep (PL) Pos Lalu Bea Jakarta
5. KPPBC Tipe B Tarempa. Kantor Bantu; Ranai. Pos
Pengawasan; udang natuna, matak, serasan, midai, VIII.Kanwil DJBC Jawa Barat
tambelan, jemaja, bunguran barat, bunguran timur Lokasi : Bandung (Provinsi Jawa Barat). Terdiri dari : 6
KPPBC, 1 Kantor Bantu dan 19 Pos Pengawasan:
V. Kanwil DJBC Sumatera Bagian Selatan 1. KPPBC Tipe A2 Bekasi, meliputi; Kawasan Industri MM
Lokasi : Palembang (Provinsi Sumatera Selatan). Terdiri 2100 Cibitung, Kawasan Industri MM Jababeka I
dari : 6 KPPBC, 7 Kantor Bantu, 44 Pos Pengawasan : Cikarang, Kawasan Industri Jababeka II Cikarang
1. KPPBC Tipe A3 Palembang, meliputi Pelabuhan Laut 2. KPPBC Tipe A2 Bogor. Pos Pengawasan : Sukabumi,
Boom Baru Palembang, Pelabuhan Laut Plaju, Pelabuhan Pelabuhan Ratu (PL), Depok, Cianjur, Cibinong.
Laut Sungai Gerong, Pelabuhan Laut Pusri, Pelabuhan 3. KPPBC Tipe A2 Purwakarta, meliputi; Terminal Peti
Udara Sultan Mahmud Badarudin II, Kantor Pos Lalu Bea Kemas Kota Bukit Indah, Kawasan Industri Kota Bukit
Palembang.Pos Pengawasan : Tanjung Buyut (PL), Indah, Kawasan Industri EJIP. Pos Pengawasan :
Muaraenim, Sekayu, Lubuklinggau, Baturaja, Palembang Purwakarta, Subang, Cilamaya (PL)
(PL), Plaju (PL), Sungai Gerong (PL), Pusri (PL), SM 4. KPPBC Tipe A2 Bandung, meliputi : Dry Port Gede
Badarudin II (PU). Bage, Pelabuhan Udara Husein Sastranegara, Kantor
2. KPPBC Tipe A3 Jambi, meliputi; Pelabuhan Laut Talang Pos Lalu Bea Bandung. Pos Pengawasan : Sumedang,
Duku, Pelabuhan Udara Sultan Thana, Kantor Pos Lalu Gede Bage, Bandara I, Bandara II
Bea Jambi. Kantor Bantu: Kuala Tungkal (PL), Muara 5. KPPBC Tipe A4 Cirebon, meliputi; Pelabuhan Laut
Sabak (PL). Pos Pengawasan : Pangkal Duri (PL), Cirebon, Kantor Pos Lalu Bea Cirebon.
Simbur Nair (PL), Kuala Mendara (PL), Kampung Laut Kantor Bantu : Balongan. Pos Pengawasan :
(PL), Nipah Panjang (PL), Jambi, Kuala Tungkal (PL) Palimanan, Cirebon, Nasasari
3. KPPBC Tipe A4 Bengkulu, meliputi; Pelabuhan laut P. 6. KPPBC Tipe B Tasikmalaya. Pos Pengawasan: Garut,
Baai, Pelabuhan Udara padang Kemiling, Kantor Pos Lalu Ciamis, Pengandaran (PL), Tasikmalaya
Bea Bengkulu Pos Pengawasan; Linau (PL), Muko-muko
(PL), Pulau Enggano (PL), P. Baai (PL), Padang Kemiling IX. Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
(PU). Lokasi : Semarang (Provinsi Jawa Tengah). Terdiri dari : 8
4. KPPBC Tipe A3 Bandar Lampung, meliputi; Pelabuhan KPPBC, 4 Kantor Bantu dan 48 Pos Pengawasan :
Laut Panjang, Pelabuhan Udara Branti, Kantor Pos Lalu 1. KPPBC Tipe A1 Tanjung Emas, meliputi; Pelabuhan Tanjung
Bea Tanjung Karang. Kantor Bantu : Kota Agung, Emas, Pelabuhan Udara Ahmad Yani, Kantor Pos Lalu Bea
Bratasena/Dipasena Pos Pengawasan : Bakauheni (PL), Semarang. Pos Pengawasan : LIK Semarang, Demak,
Pos Kantor Pos, Bandar Lampung, Dipasena, Way Sepu- Purwodadi, Salatiga, Tanjung Emas I (PL), Tanjung Emas II
tih (PL), Bratesena, Raden Inten (PU), Seputih Mataran. (PL), Tanjung Emas III (PL), Bandara I, Bandara II, Kaliwungu.
5. KPPBC Tipe A4 Pangkal Pinang, meliputi; Pelabuhan 2. KPPBC Tipe A3 Kudus. Kantor Bantu : Juwono (PL),
Laut Pangkal Balam, Kantor Pos Lalu Bea Pangkal Jepara (PL). Pos Pengawasan : Banyutowo, Rembang,
Pinang, Pelabuhan Udara Depati Amir. Kantor Bantu : Cepu, Blora, Karimun Jawa (PL).
Belinyu (PL), Muntok Pos Pengawasan : Kurau ( PL), Air 3. KPPBC Tipe A3 Surakarta, meliputi; Dry Port Jebres,
Itam (PL), Toboali (PL), Sungai Liat (PL), Lubuk Besar Pelabuhan Udara Adi Sumarmo, Kantor Pos Lalu Bea
(PL), Sungai Selan (PL), Depati Amir Bangka (PU), Solo. Pos Pengawasan : Kebak Kramat, Klaten,
Pangkal Balam (PL), Jebus (PL), Kayu Arang (PL), Karanganyar, Sragen, Sukohardjo, Wonogiri, Boyolali,
Tempilang (PL), Muntok (PL). Jebres, Bandara I, Bandara II
6. KPPBC Tipe B Tanjung Pandan, meliputi; Pelabuhan 4. KPPBC Tipe A4 Cilacap, meliputi; Pelabuhan Laut Tanjung
Tanjung Pandan, Kantor Pos Lalu Bea Tanjung Pandan. Intan, Pelabuhan Udara Tunggul Wulung. Pos Pengawasan :
Kantor Bantu : Manggar (PL). Pos Pengawasan : Tunggul Wulung (PU), Tanjung Intan (PL), Majenang, Kantor
Kampit, H.As Hanandjoeddin, Belitung (PU), Tanjung Bantu Kebumen
Pandan (PL). 5. KPPBC Tipe B Pekalongan. Pos Pengawasan: Batang
(PL), Pekalongan (PL).
VI. Kantor Wilayah DJBC Banten 6. KPPBC Tipe B Purwokerto, meliputi; Kantor Pos Lalu
Lokasi : Serang (Provinsi Banten). Terdiri dari 3 KPPBC Bea Purwokerto. Pos Pengawasan : Purbalingga,
dan 9 Pos Pengawasan, yaitu : Banjarnegara
1. KPPBC Tipe A1 Soekarno-Hatta, meliputi; Pelabuhan 7. KPPBC Tipe B Tegal, meliputi; Pelabuhan Laut Tegal, Kantor
Udara Soekarno-Hatta, Kantor Tukar Pos Udara Jakarta Pos Lalu Bea Tegal. Pos Pengawasan : Brebes, Pemalang,
Soekarno-Hatta. Pos Pengawasan : Bandara I, Bandara Slawi, Comal (PL), Surodadi, Tegal (PL), Sugih Waras
II, Bandara III
2. KPPBC Tipe A3 Merak, meliputi; Pelabuhan Laut Merak, Daerah Istimewa Yogyakarta
Pelabuhan Tanjung Leneng, Pelabuhan Laut Cigading. 8. Daerah Istimewa Yogyakarta. KPPBC Tipe A4
Pos Pengawasan : Chandra Asri, Merak (PL), Cigading Yogyakarta, meliputi; Pelabuhan Udara Adi Sutjipto, Kan-
(PL), Tanjung Leneng (PL), Ciwandan (PL). tor Pos Lalu Bea Yogyakarta, Kantor Pos Lalu Bea Magelang.
3. KPPBC Tipe A2 Tangerang. Pos Pengawasan : Kantor Bantu: Magelang. Pos Pengawasan: Sleman,
Tangerang Wates, Bantul, Wonosari, Bandara I, Bandara II,
VII.Kanwil DJBC Jakarta Temanggung, Wonosobo, Purworejo
Lokasi Jakarta (Provinsi DKI Jakarta). Terdiri dari ; 3
KPPBC dan 15 Pos Pengawasan: X. Kanwil DJBC Jawa Timur I
1. KPPBC Tipe A2 Jakarta, meliputi; Halim Perdana Lokasi : Surabaya (Provinsi Jawa Timur). Terdiri dari : 6
Kusuma. Pos Pengawasan : Halim Perdana Kusuma (PU) KPPBC dan 44 Pos Pengawasan;
Balikpapan Kantor Bantu : Tanah Grogot (PL). Pos Pengawasan Bea dan Cukai : Ampana (PL),
Pos Pengawasan : Balikpapan (PL), Tanjung Batu (PL), Kasiguncu (PU), Moahino/Bohumbelu (PL), Poso (PL),
Penajam (PL), Kampung Baru (PL), Kariangau(PL). Kolonedale (PL), Wakai.
2. KPPBC Tipe A3 Samarinda, meliputi; Pelabuhan Laut 9. KPPBC Tipe B Luwuk, meliputi ; Pelabuhan laut Luwuk.
Samarinda, Kantor Pos Lalu Bea Samarinda, Pelabuhan Pos Pengawasan : Pagimana (PL), Banggai (PL), Toili
Laut Tanjung Santan. Kantor Bantu: Senipah (PL), (PL), Bunta (PL), Bubung (PU), Luwuk (PL).
Tanjung Santan. Pos Pengawasan : Handil II (PL), Muara
Sanga-sanga (PL), Muara Badak (PL), Tenggarong (PL), Sulawesi Utara
Temindung (PU), Samarinda (PL). 10. KPPBC Tipe A4 Bitung, meliputi: Pelabuhan Laut Bitung.
3. KPPBC Tipe A4 Bontang, meliputi; Pelabuhan Laut Pos Pengawasan : Kema (PL), Belang (PL), Kotabunan
Bontang, Lhok Tuan (PL). Pos Pengawasan : Lhok Tuan (PL), Likupang (PL), Bitung (PL), Ratatotok.
(PL), Bontang (PL), Nyerangkat Sekambing (PL). 11. KPPBC tipe B Manado, meliputi; Pelabuhan Laut Manado,
4. KPPBC Tipe A4 Tarakan, meliputi: Pelabuhan Udara Pelabuhan Udara Sam Ratulangi, Kantor Pos Lalu Bea
Juata Tarakan, Kantor Pos Lalu Bea Tarakan, Pelabuhan Manado. Kantor Bantu : Labuhan Uki (PL), Tahuna (PL),
Laut Lingkas Tarakan. Kantor Bantu : Bunyu (PL), Hulu Siau (PL), Marore (PL), Miangas (PL), Amurang (PL),
Tanjung Redep. Pos Pengawasan : Bunyu (PL), Tanjung Lirung (PL). Pos Pengawasan : Inobonto (PL), Tagulandang
Selor (PL), Tarakan (PU), Tanjung Redep (PU), Tarakan (PL), Manado (PL), Sam Ratulangi(PU), Molibagu (PL).
(PL), Long Nawang, Long Bawan, Malino. 12. KPPBC tipe A4 Gorontalo, meliputi; Pelabuhan Laut
5. KPPBC Tipe A4 Nunukan. Meliputi; Pelabuhan Laut Gorontalo. Pos Pengawasan: Kuandang (PL), Paguat
Nunukan Kantor Bantu:Sei Nyamuk (PL). Pos (PL), Papayato (PL), Jalaluddin, Gorontalo (PL).
Pengawasan : Lamijung (PL), Nunukan (PL), Sungai
Pancang, Aji Kuning (PL). XVI.Kanwil DJBC Maluku, Papua dan Irian Jaya
6. KPPBC Tipe B Sangata, meliputi; Pelabuhan Laut Sangata Barat.
Lama, Pelabuhan Laut Sangata Baru. Pos Pengawasan : Lokasi : Ambon (Provinsi Maluku). Terdiri dari : 13
Sangkurilang (PL), Tanjung Bara Sangata (PL) KPPBC, 11 Kantor Bantu dan 63 Pos Pengawasan :
1. KPPBC Tipe A4 Ambon, meliputi: Pelabuhan laut Ambon,
Kalimantan Selatan Kantor Pos Lalu Bea Ambon. Kantor Bantu : Waisarisa (PL),
7. KPPBC Tipe A3 Banjarmasin, meliputi; Pelabuhan Laut Pattimura (PU). Pos Pengawasan : Banda (PL), Namlea
Banjarmasin, Kantor Pos Lalu Bea Banjarmasin Pos (PL), Masohi (PL), Geser (PL), Wainibe/ P. Buru (PL), Galala
Pengawasan : Samsudin Noor (PU), Warukin (PU), (PL), Tulehu (PL), Hitu (PL), Opini/Pasahari (PL), Ambon (PL).
Banjarmasin (PL), Jorong (PL), asam/Kintap (PL) 2. KPPBC Tipe B Tual, meliputi; Pelabuhan Laut Tual. Pos
8. KPPBC Tipe A4 Kota Baru, meliputi; Pelabuhan Laut Pengawasan : Dabo (PL), Benjina/ P. Kei (PL), Saurnlaki
Kotabaru. Kantor Bantu: Batu Licin (PL). Pos Pengawasan : (PL), Ngadi, Elat, Larat, Wonreli/Kisar, D. Dumatubun Langgur
Pegatan (PL), Tg. Pemancingan (PL), Mekar Putih (PL), Sta- (PU), Serwaru, Ilwaki/Wetar.
gen (PL), Kotabaru (PL), Tarjun (PL), Satui (PL), Stagen (PU).
Maluku Utara
XV. Kanwil DJBC Sulawesi 3. KPPBC Tipe A4 Ternate , meliputi; Pelabuhan Laut Ternate,
Lokasi : Makassar (Sulawesi Selatan). Terdiri dari : 12 Kantor Pos Lalu Bea Ternate. Kantor Bantu; Pulau Gebe
KPPBC, 12 Kantor Bantu dan 66 Pos Pengawasan : (PL), Galela/Tobelo (PL), P. Mangole (PL). Pos
1. KPPBC Tipe A3 Makassar, meliputi; Pelabuhan Laut Pengawasan : Labuha (PL), Bullah (PU), Bastiong (PL),
Soekarno, Pelabuhan Laut Hatta, Kantor Pos Lalu Bea Tanjung Barnabas (PL), Ternate (PL), Sanana (PL)
Makassar, Pelabuhan Udara Hasanuddin. Kantor Bantu:
Bantaeng/ Pulau Selayar (PL), Biringkassi (PL). Pos Peng- Irian Jaya Barat
awasan : Bantaeng (PL), Bulukumba (PL), Paotere (PL), 4. KPPBC Tipe A4 Sorong, meliputi; Pelabuhan Laut Sorong,
Sukarno I (PL), Soekarno II (PL), Hatta I (PL), Hatta II (PL). Kantor Pos Lalu Bea Sorong. Kantor Bantu : Teluk Kasim
2. KPPBC Tipe B Pare-pare, meliputi: Pelabuhan Laut (PL). Pos Pengawasan : Jefman (PU), Pulau Gak (PL),
Pare-Pare. Pos Pengawasan : Watansoppeng,Mamuju Dermaga Khusus Usaha Mina (PL), Arar (PL), Sorong (PL).
(PL), Barru (PL), Pare-pare. 5. KPPBC Tipe B Manokwari, meliputi; Pelabuhan laut
3. KPPBC Tipe B Malili, meliputi; Pelabuhan Laut Manokwari, Kantor Pos Lalu Bea Manokwari. Pos
Balantang. Kantor Bantu : Palopo. Pos Pengawasan : Pengawasan : Rendani (PU), Wimro, Manokwari (PL).
Siwa (PL), Balantang (PL), Soroako (PU), 6. KPPBC Tipe B Bintuni.
4. KPPBC Tipe B Bajo’e, meliputi: Pelabuhan Laut Bajo’e. 7. KPPBC Tipe B Fak-Fak, meliputi; Pelabuhan Laut Fak-
Pos Pengawasan : Bajo’e (PL), Areso’e (PL), Sinjai (PL), fak, Kantor Pos Lalu Bea Fak-Fak. Pos Pengawasan:
Uloe (PL), Pattiro. Kokas (PL), Pulau Adi (PL), Fak-fak (PU), Fak-fak (PL).
8. KPPBC Tipe B Kaimana
Sulawesi Tenggara 9. KPPBC Tipe A4 Jayapura, meliputi; Pelabuhan Laut
5. KPPBC Tipe A4 Kendari, meliputi : Pelabuhan Laut Jayapura, Kantor Pos Lalu Bea Jayapura. Kantor Bantu;
Kendari. Kantor Bantu : Bau-bau (PL), Pos Sentani (PU), Skouw (LBD). Pos Pengawasan : Sarmi
Pengawasan : Wawoni (P), Lasolo (PL), Wanci (PL), (PL), Kiwirok (PL), Sengai (PL), Waris (PL), Wembi (PL),
Raha (PL), Sikeli (PL), Banabuni (PL), Wolter Mongonsidi Demta (PL), Wamena, Jayapura (PL).
(PU), Kendari (PL), Ereke (PL). 10. KPPBC Tipe A4 Amamapare, meliputi; Pelabuhan Laut
6. KPPBC Tipe B Pomalaa, meliputi; Pelabuhan Laut Amapare. Kantor Bantu : Timika (PU), Kuala Kencana/ Kota
Pomalaa. Pos Pengawasan : Kolaka (PL), Pomalaa (PL), Baru. Pos Pengawasan; Corgodock, Pad XI, Teluk Etna,
Boepinang. Tembagapura, Pomako I, Amamapare (PL).
11. KPPBC Tipe B Biak, meliputi ; Pelabuhan Laut Biak,
Sulawesi Tengah Pelabuhan Udara Frans Kaisiepo, Kantor Pos Lalu Bea Biak.
7. KPPBC Tipe B Pantoloan, meliputi; Pelabuhan Laut Pos Pengawasan : Serui (PL), Dawai (PL), Biak (PL)
Pantoloan. Kantor Bantu : Toli-toli (PL). Pos 12. KPPBC Tipe B Nabire
Pengawasan : Wani (PL), Sabang (PL), Parigi (PL), Mu- 13. KPPBC Tipe B Merauke, meliputi: Pelabuhan Merauke,
tiara (PU), Loli (PL), Ogotua (PL), Leok, Palele (PL), Pan- Kantor Pos Lalu Bea Merauke. Pos Pengawasan : Sorta
toloan (PL), Pasang Kayu (PL), Moutong, Donggala (PL). (LBD), Bupul (LBD), Mindiptana (LBD), Agats (PL), Bade
8. KPPBC Tipe B Poso, meliputi : Pelbauhan Laut Poso. (PL), Mopah (PU), Merauke (PL), Wanam (PL).
Kementerian Negara PAN menyadari adanya perbedaan yang signifikan dalam penataan
kelembagaan pemerintah yang antara lain didasarkan pada kewenangan, ruang lingkup, dan
volume/beban kerja. Untuk mengakomodasi hal itu maka terdapat pengecualian kelembagaan
bagi Departemen Keuangan, khususnya unit-unit organisasi yang melaksanakan tugas dan fungsi
di bidang penerimaan seperti Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai. Pengecualian tersebut
berlaku bagi penataan organisasi instansi vertikal Departemen Keuangan yang bersifat “holding
company” yaitu Direktorat Jenderal tertentu memiliki Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan
masing-masing di daerah, termasuk pembentukan KPU Bea dan Cukai yang dinilai sebagai
‘breaktrough” (terobosan) dalam pelayanan kepabeanan dan cukai pada masyarakat yang diyakini
akan memberikan perubahan citra pelayanan yang lebih baik di bidang bea dan cukai. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai penataan organisasi, berikut wawancara yang dilakukan
Redaktur WBC, Aris Suryantini dengannya Deputi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (PAN) Bidang Kelembagaan, Drs. Ismadi Ananda, M.Si M.Si.
Apa peran lembaga yang Bapak pimpin dalam proses ruang lingkup, dan volume/beban kerja. Sebagaimana
reorganisasi di suatu instansi pemerintah ? diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor.9 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah bahwa urusan fiskal nasional
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan merupakan urusan Pemerintah (Pusat), maka kelembagaan
Tata Kerja Kementerian Negara RI khususnya pasal 100 dan Departemen Keuangan berbeda dengan departemen lainnya.
pasal 101, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Hal tersebut antara lain terlihat dari besaran organisasi,
Negara (PAN) mempunyai tugas membantu Presiden dalam baik di tingkat pusat maupun unit organisasi vertikal di tingkat
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang daerah. Di pusat, unit-unit organisasi yang mempunyai tugas
pendayagunaan aparatur negara dan pengawasan yang dan fungsi di bidang penerimaan negara mempunyai
termasuk didalamnya proses reorgansiasi di suatu instansi tantangan yang berat, di satu sisi terdapat tuntutan kinerja
pemerintah. yang tinggi untuk sebesar-sebesarnya memperoleh
Selain Peraturan Presiden tersebut, dalam hal penataan penerimaan negara. Di sisi lain, struktur organisasi
kelembagaan, Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 pemerintah dituntut untuk lebih efisien dan efektif. Di tingkat
tentang Pedoman Pelaksanaan APBN khususnya pasal 36 daerah, instansi vertikal Departemen Keuangan selain harus
menyatakan bahwa setiap perubahan atau penyempurnaan “in line” dengan alur pekerjaan dari unit-unit organisasi kantor
organisasi dan atau pembentukan kantor/ satuan kerja dalam pusat, disamping itu juga harus dapat beradaptasi dengan
lingkungan departemen/lembaga harus terlebih dahulu pemerintah daerah setempat dan unit-unit organisasi Pusat
mendapat persetujuan tertulis menteri yang berwenang di yang berada di daerah.
bidang pendayagunaan aparatur Negara. Maka, untuk mengakomodasikan hal tersebut, terdapat
Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bahwa pengecualian kelembagaan bagi Departemen Keuangan,
Kementerian Negara PAN mempunyai peranan penting dan khususnya unit-unit organisasi yang melaksanakan tugas dan
menentukan dalam pengendalian perkembangan organisasi fungsi di bidang penerimaan seperti Ditjen Pajak dan Ditjen
pemerintah. Bea dan Cukai sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden
Bagaimana tipe organisasi yang ideal pada umumnya ? Nomor 10 Tahun 2005 beserta perubahannya. Hal demikian
Penyusunan organisasi seharusnya didasarkan pada visi juga berlaku bagi penataan organisasi instansi vertikal
dan misi yang akan dicapai di masa mendatang. Apabila visi Departemen Keuangan yang bersifat “holding company” yaitu
dan misi tersebut telah diidentifikasikan secara jelas dalam Direktorat Jenderal tertentu memiliki Kantor Wilayah dan
strategi pencapaian tujuan, maka kemungkinan adanya Kantor Pelayanan masing-masing di daerah. Bentuk instansi
pemborosan dalam pembentukan organisasi dapat dielimina- vertikal semacam ini hanya berlaku bagi Departemen
si sekecil mungkin. Hal ini juga akan membantu dalam Keuangan saja.
proses perubahan dalam organisasi pemerintah, misalnya
perubahan terhadap struktur organisasi yang mengikuti Dalam melakukan suatu reorganisasi, faktor-faktor apa
tahap-tahap pencapaian tujuan. saja yang menjadi pertimbangan ?
Berkaitan dengan besaran organisasi yang akan Sebagaimana dikemukakan sebelumnya acuan utama
dibangun, idealnya diterapkan prinsip “rightsizing” yaitu penataan organisasi adalah visi dan misi lembaga yang
ukuran struktur organisasi sejalan dengan penjabaran visi bersangkutan. Reorganisasi dapat dilakukan apabila terdapat
dan misinya berupa fungsi-fungsi yang akan dilaksanakan. perubahan signifikan dalam strategi pencapaian tujuan dan
Hal ini juga sesuai dengan prinsip “structure follows strategy”, atau yang disertai dengan adanya kewenangan, tugas dan
artinya, penyusunan struktur organisasi harus selalu fungsi baru bagi organisasi tersebut.
mengikuti strategi yang telah ditetapkan. Dalam melakukan reorganisasi perlu diperhatikan pula
Selain kedua prinsip pengorganisasian di atas, dalam adanya pergeseran-pergeseran fungsi di antara unit-unit
penyusunan organisasi perlu diperhatikan pula hal-hal organisasi yang ditata ulang. Pemetaan organisasi perlu
sebagai berikut : pembagian habis tugas, koordinasi, dilakukan terlebih dahulu agar tidak ada fungsi yang hilang
keberlangsungan tugas, proporsionalitas, kejelasan atau fungsi yang tidak ditangani oleh unit organisasi apapun.
kewenangan, rentang kendali, kejelasan dan pembaganan
Untuk reorganisasi di DJBC yang baru-baru ini
Lantas bagaimana tipe organisasi yang paling ideal dilaksanakan, apa peran instansi Bapak dalam hal ini ?
bagi suatu instansi pemerintah yang mempunyai volume Sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Keputusan
kerja tinggi dan berorientasi pada penerimaan ? Presiden Nomor 42 Tahun 2002, Peraturan Presiden Nomor 9
Kementerian Negara PAN menyadari bahwa ada Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005),
perbedaan yang signifikan dalam penataan kelembagaan Menteri Negara PAN mempunyai tugas dan fungsi untuk
pemerintah yang antara lain didasarkan pada kewenangan, memberikan pertimbangan kepada Presiden terhadap unit
Strategi Koperasi
Sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional
Dalam meningkatkan
Kesejahteraan Anggota
Oleh : Beni Novri
P
erekonomian Indonesia disusun sebagai usaha ber- Menurut Pearce dan Robinson (1997), analisis SWOT
sama atas asas kekeluargaan, sebagaimana tercan- pada dasarnya merupakan suatu cara sistematis untuk
tum dalam UUD ’45 Pasal 33 ayat 1, dan bagian mengidentifikasi faktor-faktor terkait, guna menentukan
perusahaan yang sesuai dengan asas tersebut ada- strategi yang paling baik untuk diterapkan. Analisis ini
lah koperasi. UUD ’45 menempatkan koperasi pada didasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
kedudukannya sebagai sokoguru perekonomian nasional, memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan
mengingat bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat kelemahan dan ancaman. Adapun faktor-faktor yang terkait
yang dalam konsepnya bukan hanya sebagai organisasi dengan koperasi dapat diuraikan sebagai berikut :
ekonomi dan sosial, tetapi secara komprehensif mencermin-
kan norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku bagi bang- KEKUATAN KOPERASI
sa Indonesia. Menurut Hendar Kusnadi (2005), hal tersebut Faktor kekuatan koperasi harus selalu dioptimalkan,
tercermin dari fungsi dan peranan koperasi, antara lain: untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam
a. Sebagai alat untuk membangun dan mengembangkan koperasi. Adapun yang menjadi kekuatan koperasi, antara
potensi dan kemajuan ekonomi anggota pada khususnya lain sebagai berikut:
dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan 1. Kemampuan dalam menghadapi masa krisis dan
kesejahteraan ekonomi dan sosial. ketidakpastian perekonomian nasional, karena ditunjang
b. Sebagai alat untuk memperkokoh perekonomian rakyat seba- oleh kekuatan ekonomi para anggotanya dalam
gai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. melakukan transaksi di unit-unit usaha koperasi.
2. Kemampuan daya tawar yang kuat di pasar, apabila para
Dalam hal ini, koperasi menempatkan posisi anggota sebagai produsen suatu produk bergabung dalam sebuah
pemilik dan sekaligus pelanggan, sehingga selain bertujuan untuk koperasi, sehingga memiliki kekuatan dalam menetapkan
profit motive, juga melakukan pelayanan kepada anggotanya. Hal harga untuk kepentingan para anggotanya.
inilah yang membedakan dan merupakan keunggulan koperasi 3. Kegiatan koperasi bukan semata-mata sebagai profit
dibandingkan dengan unit ekonomi lainnya. motive, melainkan juga non profit motive, sehingga
Peran sentral anggota dalam berpartisipasi aktif untuk koperasi dapat lebih efisien dalam hal menurunkan biaya
memajukan koperasi, sangat tergantung atas nilai manfaat transaksi, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
yang dirasakan oleh anggotanya, dan harapan-harapannya di mendapatkan output, misalnya pembelian dalam jumlah
masa mendatang. Untuk itu selain anggota, peran banyak dengan harga yang lebih murah (economic of
manajemen koperasi sebagai pengelola bisnis koperasi scale), dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual
sangat strategis dalam rangka meningkatkan keunggulan output tersebut menjadi lebih rendah, karena hanya
komparatif koperasi dari organisasi ekonomi lainnya. sedikit biaya promosi yang dikeluarkan.
Agar memiliki keunggulan, koperasi harus memiliki strategi 4. Koperasi dapat membantu unit usaha anggotanya dengan
dengan melihat potensi kekuatan, kelemahan, peluang, dan memberikan pinjaman lunak, sehingga unit usaha
ancaman yang selama ini dihadapinya. Melalui analisis SWOT anggotanya lebih berkembang dan pengembalian
(Strenghts, Weaknesses, Opportunites, dan Threats) akan diulas pinjaman menjadi lebih lancar. Hasilnya dapat digunakan
secara mendetail mengenai faktor-faktor tersebut di atas. untuk menumbuhkembangkan usaha-usaha anggota
lainnya dengan social control dan management control
PEMBAHASAN dari para anggota koperasi sendiri. Secara umum, usaha
ini dapat membantu pemerintah untuk menggerakkan
sektor riil dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional.
5. Secara prinsip, cita-cita koperasi adalah semata-mata
untuk kepentingan para anggotanya, bukan hanya
kepentingan individual pemilik modal. Prinsip ini apabila
diterapkan secara luas dapat mengurangi dampak
kesenjangan sosial yang lebih jauh antara yang kuat dan
yang lemah.
KELEMAHAN KOPERASI
Secara umum, kelemahan klasik koperasi adalah dari sisi
sumberdayanya, baik berupa sumberdaya manusia (SDM)
atau sumberdaya permodalan dan sumberdaya lainnya.
GAMBAR 1. DIAGRAM ANALISIS SWOT Adapun alasannya, antara lain sebagai berikut :
“
anggota dapat merealisasikannya dengan te- kesejahteraan para pegawainya, yang sedikit
lah mempertimbangkan untung dan ruginya. membedakan hanya di prosentase kepemilikan
2. Dalam hal koperasi yang berdiri dalam suatu sahamnya. Hal ini dimaksudkan agar para
organisasi yang terdiri dari para anggota yang Faktor pegawai ikut merasa memiliki perusahaan
banyak, dengan ditunjang oleh aset yang (rumosohandarbeni), walaupun benefit utama
potensial, maka peranan koperasi dalam me- kekuatan paling banyak diperoleh oleh pemilik modalnya.
ngelola aset organisasi yang ada untuk tuju- Koperasi dalam hal ini melihat, bahwa
an peningkatan kesejahteraan para anggota- koperasi harus walaupun kontribusi para anggotanya berbeda-
nya, dapat lebih diberdayakan. Misalnya, beda dalam memberikan iuran sukarela, namun
organisasi memiliki aset tanah yang strategis
selalu untuk pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
dekat dengan kantor, sementara banyak para
pegawainya yang belum memiliki tempat ting-
dioptimalkan diupayakan tidak terlalu jauh berbeda, meng-
ingat prinsip-prinsip perkoperasian tersebut,
”
gal, maka koperasi dalam hal ini dapat sehingga bagi semua anggota koperasi dapat
mengusulkan pendirian rumah susun dengan merasakan manfaat dari kemajuan koperasinya.
biaya yang terjangkau bagi para anggota- Kemajuan dan pertumbuhan koperasi dalam
nya, sehingga dapat mengurangi biaya operasional pa- rangka meningkatkan manfaat bagi para anggotanya, dapat
ra anggotanya yang belum memiliki tempat tinggal. dilakukan melalui :
3. Peranan koperasi dalam meningkatkan Usaha Kecil dan 1. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan manajemen
Menengah (UKM) sangat berpeluang, mengingat jaringan koperasi, agar tercipta wirausaha koperasi yang memiliki
(network) usaha koperasi yang banyak bersentuhan de- daya inovasi yang mampu untuk direalisasikan.
ngan produsen kecil dan menengah di pedesaan maupun 2. Fokus terhadap usaha inti (core business), terlebih dahulu
di kota. Peningkatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan mengoptimalkan kinerja unit usahanya yang telah
melalui peranan koperasi merupakan faktor terpenting ada, baik sebagai koperasi konsumen atau sebagai
bagi kontribusi Gross Domestic Product (GDP) negara. koperasi simpan pinjam.
Pada tahun 2003 saja, konstribusi Usaha Mikro, Kecil, 3. Dalam rangka upaya meningkatkan daya saing usaha,
dan Menengah (UMKM) dalam GDP mencapai 56,7% koperasi dituntut untuk lebih efisien dalam hal menekan
(terdiri dari 41,1% Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan biaya (total cost), sehingga mampu untuk hasilkan profit.
15,6% Usaha Skala Menengah). Dalam hal ini hubungan Profit diperoleh dari selisih antara Total Revenue (TR)
antara koperasi dan UKM sangatlah erat, karena dengan Total Cost (TC). Walaupun semata-mata bukan
kemajuan koperasi banyak di tunjang oleh kegiatan UKM tujuan profit market, namun laba tersebut akan
dan bisnis UKM banyak ditopang oleh kekuatan koperasi. dikembalikan pula untuk kesejahteraan anggotanya,
selain untuk pengembangan usaha koperasi.
ANCAMAN KOPERASI 4. Pengembangan usaha koperasi lebih diarahkan guna
Beberapa kelemahan koperasi apabila tidak segera memenuhi kebutuhan dasar para anggotanya. Misalnya
diatasi, maka dapat menjadi ancaman di kemudian hari. kebutuhan perumahan, kesehatan, sandang, pangan dan
Beberapa ancaman bagi koperasi adalah sebagai berikut: lain-lainnya. Bagi para anggota yang tingkat ekonominya
1. Hengkangnya atau keluarnya anggota koperasi, karena lebih baik, maka motivasinya lebih diarahkan kepada
kurangnya manfaat yang di dapat dengan menjadi aktualisasi diri dan penghargaan, dalam hal ini tujuan non
anggota koperasi. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh unit profit market koperasi dalam rangka meningkatkan
usaha lainnya dengan merekrut anggota koperasi yang kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan dengan
potensial dan bergabung menjadi unit pesaing bagi melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang dimotori oleh
koperasi yang bersangkutan. para anggota koperasi itu sendiri.
2. Pada umumnya, koperasi yang tergolong masih baru, 5. Sejalan dengan upaya koperasi dalam meningkatkan citra
Iklan
dan kepercayaan para anggotanya, manajemen koperasi
dapat melakukan hal-hal internal sebagai berikut:
a. Meningkatkan pelayanan dari sisi kecepatan
pelayanan dan harga yang bersaing.
Keluarga
b. Menerapkan sistem door to door (pelayanan antar
barang sampai di tempat) dengan menyediakan
brosur/pamflet secara sederhana.
c. Dalam menerapkan kebijakan harga yang ditujukan
untuk peningkatan kesejahteraan anggota, maka pada
kondisi pasar persaingan sempurna, keseimbangan
antara supply dan demand akan terjadi pada saat
Mulai edisi Juni 2007, Majalah Warta Bea Cukai
Marginal Revenue (MR) sama dengan Marginal Cost
(MC). Pada situasi ini (gambar 2) koperasi dapat menyediakan halaman untuk mempublikasikan
menjual output sebanyak Q1 dan menetapkan harga
P1 sebagai harga jual produknya. Iklan Keluarga khusus bagi keluarga besar,
Pada kondisi tersebut, koperasi akan memperoleh profit kerabat atau pensiunan pegawai DJBC di
yang lebih rendah daripada kondisi profit maksimum yang
menjadi sasaran usaha non koperasi. Namun koperasi seluruh Indonesia tentang :
masih mendapatkan profit sepanjang harga yang
ditetapkan berada di atas biaya rata-rata (AC). Dalam hal
ini koperasi akan menjual produknya sampai tambahan u PERNIKAHAN
biaya per unit produknya (MC) sama dengan Price (P)
yang sanggup dibayar oleh para anggotanya. u KELAHIRAN ANAK
u UCAPAN TERIMA KASIH
u UCAPAN DUKA CITA
u INFORMASI LAINNYA
UKURAN HARGA
Halaman Cm Hitam/Putih Berwarna
1. 103/PMK.010/2005 23-03-07 Ralat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.010/2005 Tentang Pengenaan
Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Paracetamol.
2. 64/PMK.04/2007 20-06-07 Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 144/KMK.05/1997
Tentang Pembebasan Bea Masuk Dan Cukai Atas Impor Barang Kiriman Hadiah
Untuk Keperluan Ibadah Umum, Amal, Sosial, Dan Kebudayaan.
1. P-16/BC/2007 04-06-07 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 41/
PMK.010/2007 Tanggal 19 April 2007 Tentang Pemberian Pembebasan Bea Masuk
Atas Impor Bahan Baku Dan Bagian Tertentu Untuk Pembuatan Bagian Alat-alat
Besar Serta Bagian Tertentu Untuk Perakitan Alat-alat Besar Oleh Industri Alat-alat
Besar.
2. P-18/BC/2007 15-06-07 Pakta Integritas Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
3. P-19/BC/2007 27-07-07 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 34/
PMK.011/2007 Tanggal 3 April 2007 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor
Bahan Baku Untuk Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor.
4. P-21/BC/2007 29-06-07 Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor Pada Kantor
Pelayanan Utama Bea Dan Cukai Tanjung Priok
5. P-23/BC/2007 05-07-07 Label Tanda Pengawasan Cukai Untuk Barang Kena Cukai Yang Dijual Di Toko
Bebas Bea.
1. SE-07/BC/2007 24-04-07 Petunjuk Penyelesaian Pengalihan Tanggung Jawab Atas Barang-Barang Operasi
Perminyakan Dari Satu Kontraktor Perminyakan Kepada Kontraktor Perminyakan
yang lain.
2. SE-09/BC/2007 05-06-07 Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Dengan Penangguhan Pembayaran Bea
Masuk, Cukai Dan Pajak Dalam Rangka Impor Yang Akan Memperoleh Fasilitas
Pembebasan Atau Keringanan.
3. SE-12/BC/2007 06-07-07 Penyalahgunaan Nama Direktur Jenderal Untuk Kemudahan Dalam Pelayanan Di
Bidang Pabean dan Cukai.
4. SE-13/BC/2007 18-07-07 Pedoman Pelaksanaan Jangka Waktu Dan Biaya Pelayanan Di Bidang
Kepabeanan.
PELANTIKAN. Menkeu Sri Mulyani Indrawati saat membacakan sumpah jabatan pada para pejabat yang dilantik.
S
esuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. customers untuk memberikan bimbingan pada para stake-
314/KMK.01/UP.11/2007 dan No. 330/KMK.01/ holders sesuai kategori risiko agar dapat mencapai level
UP.11/2007, pada 27 Juli 2007, bertempat di ge- kepuasan yang lebih baik. Dengan demikian, diharapkan
dung Graha Sawala, Departemen Keuangan, agar para stakeholder yang memiliki risiko tinggi akan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik berkurang dan berangsur-angsur memiliki motivasi untuk
18 orang pejabat eselon II di lingkungan Direktorat dapat masuk ke kategori risiko rendah. “Semua itu
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). merupakan proses reformasi yang telah, sedang dan terus
Dalam sambutannya Menteri Keuangan (Menkeu) menga- dilakukan oleh Departemen Keuangan,” tandas Sri Mulyani.
takan, dalam acara pelantikan kali ini yang berubah hanya Ditemui WBC usai pelantikan, Agung Kuswandono,
nomenclatur dari jabatan, seperti perubahan nomenclatur Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung
Kantor Wilayah di lingkungan DJBC. Menurutnya, perubahan Priok mengakui bahwa pada dua minggu pertama
nomenclatur tersebut bukan hanya sekedar mengganti nama berjalannya KPU, terdapat keluhan-keluhan dari masyarakat.
tetapi memberikan kefokusan serta mempertajam unit yang Hal itu terjadi karena masa itu merupakan masa transisi
bersangkutan. dimana orang-orang yang duduk di KPU merupakan orang
“Pada prinsipnya, kita mengedepankan pelayanan yang baru dengan sistem yang baru dan masyarakat pun belum
terbaik bagi masyarakat. Pelayanan yang dilakukan banyak yang tahu akan hal itu.
diharapkan tidak menjadi beban bagi masyarakat tetapi bisa “Tetapi pada minggu ketiga, keluhan-keluhan tersebut
menjadi salah satu secure bagi masyarakat untuk mendapat- sudah dibereskan, sehingga sebagian besar pekerjaan sudah
kan pelayanan yang baik. Masyarakat bisa dan berhak lancar. Jadi masa transisinya tersebut yang membuat
memahami prosedur yang harus dan akan dilakukan dalam terjadinya kelambatan. Tapi sekarang sudah mulai beranjak
mengurus barang-barang dan dalam menghadapi atau ber- normal,” tambah Agung.
urusan dengan Ditjen Bea dan Cukai,” tambah Sri Mulyani.
Ia juga berharap agar praktek-praktek pungutan liar dapat SEBANYAK 13 ORANG PEJABAT ESELON III DILANTIK
dihapuskan dan pelayanan di Bea dan Cukai dapat Sementara itu, selasa, 24 Juli 2007, bertempat di aula
ditingkatkan hingga lebih transparan. Untuk memperbaiki gedung B, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
kinerja Ditjen Bea dan Cukai, kini telah dibentuk Kantor diselenggarakan acara pelantikan pegawai eselon III dan IV
Pelayanan Utama (KPU) sebagai bagian dari reformasi di di lingkungan DJBC. Sebanyak 16 orang pegawai eselon III
lingkungan DJBC. Tugas dan fungsi KPU adalah memberikan dan sejumlah 13 orang pegawai eselon IV, dilantik dan
pelayanan prima dan pengawasan yang efektif kepada diambil sumpahnya. Acara yang dimulai sekitar pukul 09.00
pengguna jasa. Dengan demikian, proses pembentukan KPU WIB tersebut, dipimpin langsung oleh Direktur Jenderal Bea
dilakukan atas dasar manajemen risiko dimana tingkat dan Cukai, Anwar Suprijadi.
pelayanan dan pengawasan berdasarkan pada kategori Dalam sambutannya, Anwar berpesan pada pejabat yang
stakeholder yang memiliki resiko rendah, sedang dan tinggi. baru dilantik bahwa reformasi birokrasi di lingkungan Bea dan
Selain itu, lanjut Menkeu, telah dibentuk suatu unit Cukai antara lain dengan terbentuknya KPU di Tanjung Priok.
kepatuhan dan layanan informasi dengan prinsip know your Sejak uji coba KPU Tanjung Priok dilakukan, mulai 1 April -
1. Drs. Achmad Riyadi / 060060032 Kepala Kanwil DJBC Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh
2. Heryanto Budi Santoso, S.H.,M.M / 060034937 Kepala Kanwil DJBC Sumatera Utara, Medan
3. Drs. Djoko Sutojo Riyadi / 060044386 Kepala Kanwil DJBC Riau dan Sumatera Barat, Pekanbaru
4. Drs. R.P. Jusuf Indarto / 060061439 Kepala Kanwil DJBC Kepulauan Riau, Tanjung Balai Karimun
5. Drs. Kushari Suprianto, Ak. / 060079942 Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam
6. dr. Djuneidy Djusan / 060041333 Kepala Kanwil DJBC Sumatera Bagian Selatan, Palembang
7. Drs. Iswan Ramdana, M.Si / 060044391 Kepala Kanwil DJBC Banten, Serang
8. Drs. Nasir Adenan, M.M / 060062022 Pj. Kepala Kanwil DJBC Jakarta
9. Ir. Agung Kuswandono, M.A / 060079971 Pj. Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung
Priok, Jakarta
10. Drs. Jody Koesmendro / 060054087 Kepala Kanwil DJBC Jawa Barat, Bandung
11. Drs. Zeth Abraham Likumahwa / 060027823 Kepala Kanwil DJBC Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,
Semarang
12. Drs. Djasman Sutedjo / 060044457 Kepala Kanwil DJBC Jawa Timur I, Surabaya
13. Cyrus Fidelis Sidjabat, S.H.,M.P.A / 060034127 Pj. Kepala Kanwil DJBC Jawa Timur II, Malang
14. Drs. Faried Syibli Barchia, M.A / 060044379 Kepala Kanwil DJBC Bali, NTB, dan NTT, Denpasar
15. Drs. Muhammad Chariri / 060044383 Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat, Pontianak
16. Drs. Ismartono / 060044469 Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur, Balikpapan
17. Drs. Bachtiar, M.Si / 060034182 Kepala Kanwil DJBC Sulawesi, Makassar
18. Drs. Nasar Salim, M.Si / 060062027 Kepala Kanwil DJBC Maluku, Papua, dan Irian Jaya Barat, Ambon
1. Sugeng Apriyanto / 060078253 Pj. Kepala Subdirektorat Penyidikan, Direktorat Penindakan dan
Penyidikan
2. Effendy Saleh / 060035755 Kepala Subdirektorat Manajemen Resiko, Direktorat Informasi
Kepabeanan dan Cukai
3. Maimun / 060040158 Kepala Subdirektorat Perencanaan Sistem dan Sarana Otomasi,
Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
4. Julius Johny Da Costa / 060044384 Kepala Subdirektorat Kerjasama Internasional I, Direktorat
Kepabeanan Internasional
5. Hendi Budi Santosa / 060079938 Kepala Subdirektorat Kerjasama Internasional II, Direktorat
Kepabeanan Internasional
6. Dwi Restu Nugroho / 060079941 Kepala Subdirektorat Kerjasama Internasional III, Direktorat
Kepabeanan Internasional
7. Efrizal / 060079935 Kepala Subdirektorat Penerimaan, Direktorat PPKC
8. Murjady / 060044466 Kepala Subdirektorat Penyuluhan dan Publikasi, Direktorat PPKC
9. Rahmat Subagio / 060079871 Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe
A1 Soekarno Hatta
10. Iskandar / 060079965 Kepala KPPBC Tipe A3 Merak
11. Joseph Didit Krisnadi / 060035376 Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah DJBC Banten
12. R. Fajar Donny Tjahjadi / 060077603 Pj. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe
A2 Jakarta
13. Sucipto / 060079891 Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Kanwil DJBC Jakarta
14. Heru Pambudi / 060078154 Pj. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe A4 Sunda Kelapa
15. Guntur Cahyo Purnomo / 060076049 Pj. Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Kanwil DJBC Jawa
Barat
16. Martediansyah / 060079904 Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A2
Purwakarta
Terpenuhi
Masa transisi Kantor Pelayanan Utama (KPU) memberi warna lain dalam beban target
penerimaan semester I Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
T
WBC/ATS
arget penerimaan baik bea masuk maan periode yang sama pada tahun ang-
maupun cukai yang dibebankan garan 2006.
kepada DJBC tiap tahunnya sela- Lalu faktor apakah yang menyebabkan
lu mengalami kenaikan. Hal ini kedua penerimaan ini dapat terpenuhi?
dapat dilihat dari peningkatan ke- Menurut Hanafi, meningkatnya penerimaan
naikan beban target sejak tahun 2000 hing- bea masuk periode Januari hingga Juni
ga saat ini yang menunjukan angka yang 2007 dibanding periode yang sama tahun
cukup signifikan. 2006, disebabkan oleh beberapa faktor,
Untuk tahun 2007, DJBC kembali me- antara lain karena kondisi perekonomian
nerima target bea masuk dan cukai yang yang lebih kondusif, menguatnya nilai
lebih tinggi dari tahun 2006, dan untuk pro- rupiah terhadap dolar Amerika,
sentase kenaikannya juga dirasakan cukup peningkatan peran analis intelijen,
tinggi khususnya untuk target yang dibe- peningkatan efektifitas verifikasi dan audit,
bankan kepada cukai. Sebagai perbanding- pengefektifan penagihan tunggakan, serta
an, tahun 2006 target bea masuk sesuai dengan adanya komitmen perbaikan
dengan APBN-P, adalah sebesar Rp. kinerja DJBC antara lain melalui uji coba
13.583.300.000.000, dan cukai dibebankan program Kantor Pelayanan Utama (KPU).
sebesar Rp. 38. 522.600.000.000. Di tahun “Dengan program KPU, DJBC dituntut
2007, penerimaan dari bea masuk ditarget- untuk lebih meningkatkan akurasi
kan menjadi Rp. 14. 417.600.000.000, penelitian nilai pabean dan klasifikasi
sedangkan cukai menjadi Rp. 42. 034.700. FRANS RUPANG. Kebijakan kenaikan sehingga diharapkan lebih mengoptimalkan
HJE mempengaruhi penerimaan cukai
000.000. (Lihat Tabel-I). tahun 2007. penerimaan bea masuk. Disisi lain dengan
Dengan penetapan beban tersebut, adanya komitmen perbaikan kerja DJBC,
maka di tahun 2007, untuk bea masuk mengalami kenaikan pelaku dunia usaha mendapatkan pelayanan prima sehingga
sebesar Rp. 834.300.000.000, sementara cukai mengalami mendorong pelaku dunia usaha untuk meningkatkan volume
kenaikan Rp. 3. 512. 100.000.000. Menurut Direktur importasinya, dan terbukti dengan meningkatkan devisa
Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai (PPKC), bayar, yang berdampak dengan meningkatnya penerimaan
Hanafi Usman, sampai dengan berakhirnya semester I tahun bea masuk,” jelas Hanafi.
anggaran 2007 pada 29 Juni 2007, penerimaan negara yang Namun demikian Hanafi menambahkan, pada dua
bersumber dari pendapatan bea masuk telah mencapai Rp. minggu pertama masa transisi KPU di Tanjung Priok,
7,75 triliun atau mencapai 53,77 persen dari target yang telah penerimaan justru menurun, namun pada minggu ketiga dan
ditetapkan sebesar Rp. 14.417.600.000.000. Sehingga ke empat sudah berjalan normal kembali. Hal ini disebabkan
secara nominal, penerimaan bea masuk WBC/ATS karena penerapan suatu peraturan baru
meningkat sebesar Rp. 2,060 triliun atau memang akan mengalami kendala. Secara
sekitar 36,20 persen dibandingkan dengan internal di KPU masih banyak pegawai
penerimaan bea masuk untuk periode yang yang baru serta pertama kali ditempatkan
sama pada tahun anggaran 2006. di Tanjung Priok sehingga harus
“Untuk cukai, sampai dengan semester menyesuaikan dengan frekuensi pekerjaan
I tahun anggaran 2007 telah mencapai yang lebih banyak. Disamping itu, adanya
Rp.20,09 triliun atau mencapai 49,82 peraturan-peraturan baru yang diterapkan
persen dari target yang ditetapkan sebesar di KPU juga menjadi kendala internal.
Rp. 42.034.700.000.000. Dengan demikian Sedangkan untuk eksternal, pada dua
secara nominal penerimaan cukai mening- minggu pertama penerapan KPU para
kat sebesar Rp. 2,86 triliun atau sekitar pelaku usaha ingin melihat perkembangan
15,84 persen dibandingkan dengan periode dari KPU tersebut, karena mereka yang
yang sama pada tahun anggaran 2006 (Li- sifat bisnisnya profit oriented tentunya tidak
hat Tabel-II),” ujar Hanafi. ingin pelayanannya terhambat, sehingga
Masih menurut Hanafi, hingga semester menunggu KPU berjalan dengan lancar
I 2007, total penerimaan bea masuk dan baru kemudian kembali melakukan aktifitas
cukai telah mencapai Rp.28,69 triliun atau importasinya.
50,83 persen dari target yang ditetapkan “Dua minggu pertama KPU di Tanjung
sebesar Rp. 56.452.300.000.000. Dengan Priok memang tidak ada peningkatan
demikian penerimaan bea masuk dan cukai HANAFI USMAN. Optimis, optimis target malah cenderung turun, karena untuk Priok
meningkat sebesar Rp.4,92 triliun atau penerimaan bea masuk dan cukai tahun itu kita targetkan average-nya Rp.700 sam-
20,71 persen dibandingkan dengan peneri- 2007 dapat tercapai. pai 800 milyar, tapi dua minggu pertama
CUKAI
Sama halnya dengan penerimaan bea masuk, untuk pe-
nerimaan target cukai pada semester I tahun 2007, juga
mengalami peningkatan, artinya dari beban yang ditargetkan
hingga saat ini sudah mencapai 49,82 persen. Menurut Di-
rektur Cukai, Frans Rupang, kekurangan 0,5 persen tersebut
lebih dikarenakan oleh masa penundaan yang cukup lama
oleh pemesanan pita.”Kalau penundaannya tidak terlalu lama
semustinya target tersebut bisa terlewati, tapi karena kita
menghitungnya pada saat jatuh tempo, harusnya cukai yang
dipesan pada Mei sudah terlihat cukainya pada April, tapi
karena adanya ketentuan bisa mundur sampai tiga bulan ya
akhirnya bayarnya baru Juli nanti, sehingga angka tersebut komitmen dengan market forces melalui registrasi importir,
tidak masuk,” jelas Frans Rupang. pelayanan jalur hijau, pelayanan jalur prioritas, dan pemberi-
Lebih lanjut Frans Rupang menjelaskan, kenaikan penerima- an fasilitas lainnya. Sementara untuk komitmen dengan
an ini juga dipengaruhi oleh adanya kebijakan kenaikan cukai di pegawai dilakukan melalui pembinaan mental dan keterampil-
bulan Maret dan awal Juni 2007, dengan adanya kenaikan tarif an, program peningkatan integritas, dan pemberian reward
tersebut maka beban target yang ditentukan kepada DJBC dapat and punishment.
tercapai, namun jika tidak ada kebijakan kenaikan tarif maka be- Langkah lainnya yaitu, intensifikasi dalam bidang pabean
ban target yang ditentukan akan sangat berat sekali untuk dapat dan cukai. Untuk bidang pabean, dilakukan melalui
tercapai (lihat tabel- IV dan V) peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi,
Ketika ditanyakan mengenai prediksi semester II, Hanafi peningkatan efektifitas verifikasi dan audit (Lihat Tabel-VI),
Usman menjelaskan, untuk periode semester II, diprediksi peningkatan akurasi intelijen dengan melakukan risk man-
penerimaan bea masuk akan mencapai Rp. 7,32 triliun atau agement, targeting dan profiling, dan peningkatan operasi
50,75 persen dari target, sehingga sampai akhir tahun 2007 pemberantasan penyelundupan dengan mengoptimalkan
penerimaan bea masuk diperkirakan akan mencapai Rp.15,07 penggunaan sarana operasi seperti, kapal patroli, X-Ray
triliun atau 104,52 persen dari target yang dibebankan. machine, dan operasi terbatas pada pelabuhan utama dan
Sedangkan untuk cukai pada semester II tahun 2007 diprediksi daerah rawan penyelundupan (daerah perbatasan dan gugus
akan mencapai 21,33 triliun atau 50,75 persen dari target, se- kepulauan terluar).
hingga sampai akhir tahun 2007 penerimaan cukai diperkira- Sementara itu untuk bidang cukai juga dilakukan langkah
kan akan mencapai Rp. 42,27 triliun atau 100,57 persen. konkrit, diantaranya operasi intelijen, operasi pemberantasan pita
Dengan demikian secara keseluruhan penerimaan bea cukai palsu dan rokok tanpa pita cukai, peningkatan audit bidang
masuk dan cukai pada akhir tahun 2007 diperkirakan akan cukai, personalisasi pita cukai, pembaharuan dan
mencapai Rp.57, 34 triliun atau 101,58 persen dari target penyempurnaan design dan security pita cukai, kelancaran
yang ditetapkan sebesar Rp. 56,45 triliun, yang berarti target penyediaan pita cukai tepat waktu, sosialisasi peraturan di bidang
yang dibebankan diharapkan akan terpenuhi. cukai, dan kebijakan kenaikan harga jual eceran dan tarif.
Dan, untuk dapat tercapainya itu semua DJBC pun telah “Untuk tahun 2007, APBN-P tidak mengubah target yang
melakukan langkah-langkah konkrit, diantaranya peningkatan ditetapkan kepada DJBC, dan Alhamdulillah itu tidak terjadi,
TABEL 4
TABEL 5
TABEL 6
UNIT KERJA
namun jika itu terjadi tentunya akan sangat berat DJBC dapat sehingga baik dari pelayanan maupun pengawasan yang
memenuhi target yang sudah ditentukan tersebut,” ungkap dilaksanakan dapat berjalan dengan lebih baik lagi dan
Hanafi. semuanya dapat terwujud dengan tercapainya target
Baik Hanafi maupun Frans Rupang, turut berharap agar penerimaan bea masuk dan cukai yang dibebankan kepada
seluruh pegawai DJBC dapat bekerja lebih optimal lagi, DJBC pada tahun 2007. adi
2 M. ANSJARI A.R, SM.HK 060035403 III/d Kepala Subbagian Umum Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai Tipe A3 Surakarta
3 SALAMAH INDRA MEGA, Dra. 060061973 III/d Kepala Seksi Kepabeanan Kantor Pelayanan Bea dan
dan Cukai I Cukai Tipe A1 Soekarno Hatta
4 SUKARNO 060040538 III/d Kepala Seksi Kepabeanan I Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai Tipe A3 Bandung
5 TUKIRAN 060041379 III/c Kepala Seksi Kepabeanan Kantor Pelayanan Bea dan
dan Cukai II Cukai Tipe A2 Pasuruan
6 RACHJANA BIN R RACHMAT 060032092 III/b Pelaksana Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai Tipe A2 Tangerang
7 SAYUTI BASRI 060032089 III/b Koordinator Pelaksana Kantor Pelayanan Bea dan
Administrasi Tempat Cukai Tipe A Khusus Tanjung
Penimbunan Berikat Priok
10 JOLANDA LIANDO 060052269 III/a Koordinator Pelaksana Kantor Pelayanan Bea dan
Administrasi Umum Cukai Tipe C Manado
12 SUPARLAN DJOJO 060058658 II/d Koordinator Pelaksana Kantor Pelayanan Bea dan
Administrasi Kepabeanan Cukai Tipe C Fak-Fak
dan Cukai
Telah meninggal dunia, Suegino Wigno Sumarto (60), Ayahanda dari David Purwosusilo, Kasubbag Umum KPBC
Tipe A4 Gorontalo, pada hari Rabu, 01 Agustus 2007 pukul 01.00 dinihari di RS. Kasih Ibu Solo.
Jenazah telah dimakamkan pada hari Rabu, 01 Agustus 2007 pukul 14.00 WIB di Solo.
Segenap jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyatakan duka yang sedalam-dalamnya. Bagi keluarga yang
ditinggalkan semoga diberikan ketabahan dan kekuatan oleh Tuhan Yang maha Esa. Amin.
Rapat Kerja
Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur
Mendukung perubahan menjadi Bea Cukai Modern untuk mencetak Sumber Daya
Manusia (SDM) yang profesional dan berintegritas tinggi
FOTO : MUQSITH HAMIDI
permasalahan yang ada serta
melakukan koordinasi dan
konsolidasi mendalam antar
kantor pelayanan di lingkung-
an Kanwil DJBC Kalimantan
Bagian Timur, sekaligus seba-
gai evaluasi semester pertama
pada tahun ini seperti yang di-
jelaskan Kepala Kanwil DJBC
Kalimantan Bagian Timur,
Ismartono dalam sambutannya.
Selain itu rapat kerja merupa-
kan sarana komunikasi dianta-
ra para pejabat dan pegawai di
lingkungan Kanwil DJBC
Kalimantan Bagian Timur.
Tepat pukul 08.30 WITA
Rakerwil dimulai dengan sam-
butan dari Kepala Bagian
Umum, Hery Susanto sekali-
gus yang menjadi ketua panitia
acara tersebut. Dilanjutkan
dengan sambutan oleh Kepala
Kanwil DJBC Kalimantan Bagi-
an Timur Ismartono sekaligus
membuka Rakerwil.
Dalam sambutannya Ka-
kanwil menjelaskan latar bela-
kang dari Rakerwil antara lain :
1. Untuk menyamakan
RAPAT KERJA (RAKERWIL). Membahas permasalahan-permasalahan yang ada dilingkungan Kantor Wilayah XV
DJBC Kalimantan Bagian Timur untuk mencari solusinya. persepsi atau pandangan
terhadap permasalahan-
P
permasalahan yang ada di
agi itu (28/6) sekitar pukul 08.00 WITA, Kantor Wila- lingkungan Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur se-
yah DJBC Kalimantan Bagian Timur yang terletak hingga menemukan solusi pemecahan dari permasalahan
dipusat kota Balikpapan tepatnya di Jalan Jenderal tersebut.
Sudirman No.546 terlihat tidak seperti biasanya. 2. Untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi internal
Para pegawai terlihat begitu sibuk dengan persiapan Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur sehingga dapat
Rapat Kerja Kantor Wilayah (Rakerwil) DJBC Kalimantan mencapai target penerimaan yang telah ditetapkan.
Bagian Timur yang diselenggarakan selama 2 (dua) hari yak- 3. Sebagai Evaluasi kinerja selama semester pertama yang
ni tanggal 28-29 Juni 2007, bertempat di gedung Aula Kanwil. telah dilalui sehingga kinerja kedepan dapat lebih
Rakerwil diikuti oleh Kepala Kantor Wilayah, Kepala Bagian ditingkatkan lagi dalam hal pelayanan Kepabeanan dan
Umum, Kabid Kepabeanan dan Cukai, Kabid P2, Kabid Audit, Cukai.
Kabid IKC, Kepala Kantor Pelayanan di lingkungan Kantor
Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur beserta Kepala Sek- Berdasarkan realisasi penerimaan Tahun Anggaran (TA)
si & Korlak yang mewakili. Ada delapan kantor pelayanan 2006 yang sebesar Rp.250.980.595 juta (88,95%) dari target
yang berada di bawah wilayah kerja Kanwil DJBC Kalimantan yang ditentukan sebesar Rp.282.151.893 juta, maka pada TA
bagian Timur antara lain : KPBC Tipe A3 Balikpapan, KPBC 2007 target penerimaan Kanwil DJBC Kalimantan Bagian
Tipe A3 Samarinda, KPBC A3 Banjarmasin, KPBC Tipe A4 Timur ke kas negara sebesar Rp.301.898.000 juta. Menurut
Bontang, KPBC Tipe A4 Sangatta, KPBC Tipe A4 Tarakan, Kakanwil, Ismartono untuk semester I TA 2007 target tersebut
KPBC Tipe A4 Nunukan dan KPBC Tipe A4 Kotabaru. telah mencapai sebesar 53 persen. Target yang dibebankan
Mengusung tema, ”Dengan semangat reformasi Kepa- tersebut menurutnya merupakan amanah yang harus
beanan dan Cukai melalui Profesionalisme, Integritas dan dijalankan sebagai bentuk kepercayaan pimpinan kepada
Akuntabilitas kita tingkatkan Kinerja dan Citra Bea dan seluruh jajaran Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur.
Cukai”, Rapat Kerja Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur Oleh karena itu Ismartono bertutur agar segenap pegawai
yang diadakan tahun ini bertujuan untuk menyatukan di lingkungan Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur untuk
persepsi dan pendapat dalam menghadapi permasalahan- bahu-membahu dan mengerahkan segala kemampuan untuk
FOTO BERSAMA. Para peserta Rakerwil berfoto bersama di depan Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur.
an khususnya di laut sudah terkoordinasi dengan baik meski- PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN RAPAT KERJA
pun dengan sarana dan prasarana yang dinilai masih minim (RAKERWIL)
namun harus dimaksimalkan penggunaannya. ”Semua demi Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur, Ismartono
melaksanakan tugas dan amanah yang sudah diberikan kepa- menjelaskan memang banyak permasalahan yang dievaluasi
da kita sebagai aparat bea cukai yakni melindungi pemasuk- enam bulan terakhir dalam Rapat Kerja (Rakerwil) ini, tapi perma-
an (bea masuk) yang merupakan hak negara kita” ujarnya. salahan-permasalahan tersebut tidak terlalu signifikan dalam
Lebih lanjut, Ismartono menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan masih bisa diatasi oleh masing-masing
pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh Bidang Penindakan KPBC sehingga pelayanan yang diberikan tetap dapat berjalan.
dan Penyidikan dan Bidang Audit. Dimana hasil-hasil yang Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Kanwil DJBC
dicapai dalam Bidang Pengawasan antara lain : Kalimantan Bagian Timur dan dibahas dalam Rapat kerja
(Rakerwil) antara lain :
Penindakan dan Penyidikan a. Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dinilai
Pengawasan untuk di laut dan darat diperbatasan masih kurang, dimana tidak meratanya jumlah pegawai di
Tarakan-Nunukan dengan Malaysia menggunakan kapal masing-masing KPBC. Selain itu masih kurangnya tenaga
patroli yang di-BKO-kan dari Pantoloan (Sulawesi). teknis di bidang-bidang tertentu seperti tidak adanya
Pengawasan dengan kapal patroli ini sangat penting seiring PPNS dimasing-masing KPBC, sehingga pelaksanaan
dengan banyaknya aksi penyelundupan yang berhasil tugas menjadi kurang optimal.
digagalkan oleh aparat bea cukai di wilayah perbatasan b. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai mengenai
dalam beberapa bulan terakhir. Barang-barang yang biasa otomatisasi komputer dibeberapa KPBC untuk kelancaran
diselundupkan berupa kayu, pakaian bekas (cakar) maupun pelaksanaan tugas. Masih ada beberapa KPBC yang
penyu yang sudah jelas dilindungi keberadaannya oleh manual dalam pengerjaan tugasnya, misalnya : PDE
undang-undang. manifest yang belum semua KPBC menggunakannya.
Untuk itu, kegiatan di bidang ini yang harus ditingkatkan Masalah lain yakni tidak adanya TPB / TPS di KPBC Tipe
antara lain : A3 Banjarmasin, sehingga pengaturan barang impor /
a. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait terutama ekspor dan antar pulau tidak tertata sebagaimana
guna mewujudkan kesepahaman terhadap larangan mestinya. Masalah-masalah tersebut apabila tidak segera
importasi barang-barang tertentu (misal : cakar) ditangani dapat mengganggu kinerja pegawai.
b. Meningkatkan pengawasan terhadap pemeriksaan sarana c. Permasalahan teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengangkut, terutama dikawasan perbatasan. ketentuan dibidang kepabeanan dan cukai yang
c. Pengawasan pemeriksaan fisik barang, memerlukan koordinasi sehingga ada kesamaan persepsi
d. Meningkatkan boatzoeking untuk operasi pencegahan dalam penyelesaiannya pada masing-masing KPBC.
penyelundupan d. Target penerimaan Bea Masuk (BM) terus meningkat,
sedangkan volume kegiatan impor dibeberapa KPBC
Audit mengalami penurunan yang cukup drastis sehingga ada
Selama semester pertama ini Bidang Audit Kanwil KPBC yang over target (KPBC Bontang) namun banyak
DJBC Kalimantan Bagian Timur telah menerbitkan Lapor- yang under target karena penurunan volume tersebut.
an Hasil Audit (LHA) sebanyak 23 LHA dengan berbagai e. Masih adanya masyarakat usaha (importir/eksportir) yang
temuan diantaranya uraian barang yang tidak lengkap, beritikad kurang baik dengan maksud menghindar dari
dokumen pendukung yang tidak lengkap maupun nilai pungutan Negara (Bea Masuk, Bea Keluar dan PDRI lainnya).
pabean yang diragukan. Dan telah dilakukan audit
terhadap 20 perusahaaan sesuai Daftar Rencana Obyek Sehingga diperlukan langkah-langkah yang diambil untuk
Audit (DROA) yang ditetapkan pada semester I TA 2007 mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, antara lain :
ini, dengan total tagihan sebesar Rp.1.628.195.528. a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang ada
Kudus
pemerataan jumlah pegawai di wilayah ini
dengan melaksanakan mutasi pegawai pada
masing-masing KPBC (sistem tambal sulam).
b. Mengoptimalkan dana yang ada untuk meningkat-
kan sarana dan prasarana dalam menunjang ke-
lancaran tugas sambil menunggu dana kebutuhan
anggaran direalisasi oleh Kantor Pusat DJBC
sesuai Daftar Usulan Proyek (DUK) tahun 2007
yang telah diajukan. ”Namun selama ini pekerjaan Untuk mengetahui peran dan fungsi Kantor
dari KPBC-KPBC yang ada di wilayah ini masih Pelayanan Bea dan Cukai Kudus serta untuk melihat
dapat berjalan optimal dengan memaksimalkan
penggunaan peralatan yang ada” ujar Ismartono. lebih dekat tentang proses pembuatan pengaman
c. Untuk permasalahan teknis dilakukannya (hologram) pada pita cukai.
koordinasi antara masing-masing KPBC sehingga
B
ada kesamaan persepsi dalam penyelesaiannya
sesuai dengan prosedur yang berlaku dan juga iro Hubungan Media Departemen Keuangan, bersama
berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait wartawan Forum Komunikasi Ekonomi, Keuangan dan
sehingga menemukan solusi setiap masalah yang Moneter (Forkem) melakukan kunjungan (press tour) ke
terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Kudus, kota yang terkenal dengan industri rokok
d. Perlu adanya proyeksi target penerimaan dari kreteknya.
masing-masing kantor pelayanan dengan dasar Tujuan kunjungan itu adalah untuk mengetahui secara langsung
pertimbangan yang jelas sehingga dapat proses yang terjadi dari hulu ke hilir mengenai penerimaan cukai
ditentukan besarnya beban penerimaan yang rokok sebagai salah satu kontribusi dalam penerimaan negara.
diberikan pada masing-masing KPBC. Selain itu Kunjungan diarahkan ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)
dengan melakukan audit terhadap perusahaan- Tipe A3 Kudus sebagai kantor pengumpul cukai hasil tembakau bagi
perusahaan tertentu sesuai Daftar Rencana industri rokok di Kota Kudus, dan PT Pura Grup Indonesia selaku
Obyek Audit (DROA) serta melakukan penagihan pembuat hologram untuk pengamanan pita cukai, sebagai alat bukti
kembali atas kekurangan pembayaran bea masuk pembayaran cukai bagi para pengusaha pabrik rokok.
dengan cara menerbitkan SPKPBM. Jumat 20 Juli 2007, rombongan berangkat pukul 17.30 WIB dari
e. Dalam hal pengawasan agar lebih ditingkatkan gedung Departemen Keuangan di Lapangan Banteng. Rombongan
baik patroli laut dan darat, baik intern maupun berjumlah kurang lebih 40 orang yang merupakan wartawan
koordinasi dengan instansi terkait. beberapa surat kabar dan media elektronik ibu kota, melakukan
f. Melakukan pelayanan kepabeanan yang lebih kunjungan kerja selama dua hari, yaitu mulai 21 sampai 22 Juli
baik kepada para pengguna jasa agar mereka 2007.
taat membayar bea masuk dan pajak-pajak Tiba di Kudus tanggal 21 Juli 2007, pukul 5.30 WIB. Setelah
yang diwajibkan serta melakukan sosialisasi / istirahat melepas lelah sejenak dan mempersiapkan diri, pukul 9.00
penyuluhan peraturan-peraturan kepabeanan WIB, rombongan diterima Kepala KPBC Kudus, Amin Shofwan (di
yang baru kepada para pengguna jasa. WBC/RIS
Patkor Kastima
Borneo ke-6
Lindungi Perdagangan Legal, Perangi
Perdagangan Ilegal
“Berat sama dipikul ringan sama dijinjing” Itulah kiranya pribahasa yang tepat untuk melukiskan
kesamaan visi dan misi dalam memerangi masalah penyelundupan yang cukup berat, sehingga
kesulitan dapat ditangani dengan kerjasama yang baik antar dua instansi kepabeanan serumpun
yaitu Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) dengan Kastam Diraja Malaysia (KDRM).
P
ada awalnya perdagangan lintas negara yang terjadi perdagangan antara Tarakan dengan Tawao yang sudah
di wilayah Kalimantan umumnya dan Kalimantan berlangsung sejak lama. Namun kini perdagangan tersebut
Bagian Timur pada khususnya berawal dari diatur dengan berbagai peraturan, baik yang dikeluarkan
perdagangan yang sifatnya tradisional yang telah pemerintah pusat maupun daerah.
berlangsung secara turun temurun dan berlangsung Udin mengapresiasi langkah-langkah yang diambil oleh
sejak lama. Namun seiring dengan perjalanan waktu, maka Kantor Pelayanan dan Pengawasan (KPPBC) Tipe A4
perdagangan tersebut dibatasi dan tidak dapat dilakukan Tarakan dan instansi pemerintah yang ada di Tarakan dalam
seperti jaman dahulu ketika masyarakat dari kedua negara mengamankan penerimaan negara dan juga perdagangan
Indonesia dan Malaysia keluar masuk melawati wilayah dengan cara melakukan penegahan terhadap kegiatan
perbatasan dengan bebasnya untuk berdagang. Kini baik penyelundupan termasuk perdagangan illegal, disamping
pemerintah Indonesia maupun pemerintah Malaysia menge- pembinaan terhadap masyarakat. “Kalau dari sisi aturan Bea
luarkan berbagai peraturan yang mengatur perdagangan Cukai tidak bisa mengizinkan perdagangan tersebut
lintas negara. (illegal.red) karena melanggar aturan perdagangan
Hal tersebut juga disampaikan Ketua Dewan Perwakilan internasional walaupun antar tetangga dan sudah berjalan
Daerah (DPRD) Tarakan Kalimantan Timur Udin Hianggio. sejak puluhan tahun lalu,”ungkap Udin.
Menurutnya kebutuhan masyarakat Tarakan diperoleh dari Ia mengakui memang masih banyak aturan-aturan yang
6
38 WARTA BEA CUKAI EDISI 394 SEPTEMBER 2007
WBC/KY WBC/KY
MAKE OVER yang dilakukan Kepala Kantor bersama staf bukan semata-mata karena adanya penilaian kantor yang dilakukan Kantor Pusat DJBC,
tetapi untuk menjawab tantangan untuk merubah paradigma.
P
embenahan bukan hanya untuk menghadapi penilaian yang ada di depan, ini mirip di bank, dimana nasabah yang akan
kantor saja, namun lebih mengarah pada pembuktian mengajukan kredit akan bertemu dengan Customer Service,
komitmen kantor ini kepada pengguna jasa kepabeanan selebihnya dilakukan oleh sistem. Untuk mendukung kelancaran
untuk memberikan pelayanan prima sesuai moto yaitu dan kecepatan pelayanan, penerapan pemeriksaan dokumen
Melayani Dengan Hati. Mengenai moto yang diterapkan dan fisik barang dilakukan secara selektif, sehingga pengawasan
kantor ini, menurut Kepala KPPBC Tipe A3 Merak Agus dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi intelijen dan
Sudarmadi (yang kini menjabat sebagai Kepala KPPBC Tipe A1 manajemen risiko terhadap pelayanan dan pengawasan.
Tanjung Perak) ia peroleh ketika melihat kegiatan perbankan, Keinginan Agus membuat suasana KPPBC Merak yang
dimana setiap nasabah yang datang selalu dilayani dengan baik nyaman bagi pengguna jasa tidak terlepas dari dukungan seluruh
oleh para petugas. Tidak heran jika kini memasuki KPPBC Merak stafnya. Begitu semangat melakukan pembenahan kantor tidak
sapaan hangat para petugas dirasakan oleh pengguna jasa, dan jarang setelah kantor dilakukan make over, para pegawai
petugas dilini depan siap sedia membantu pengguna jasa berinisiatif untuk memperindah ruang kerjanya dengan cara
melakukan pengurusan kepabeanan. swadaya. “Make over yang dilakukan bersama staf bukan
Tata letak kantor yang memberi kenyamanan para semata-mata karena adanya penilaian kantor yang dilakukan
pengguna jasa, pelayanan cepat dan transparan tidak luput Kantor Pusat DJBC, tetapi karena tantangan yang ada dihadapan
dari perhatiannya. Di kantor ini tidak ditemui loket untuk harus dijawab. Sebagian tantangan tersebut sudah terjawab
pengurusan melainkan sederetan meja para petugas sebagai walaupun masih ada kekurangan diberbagai sisi.”
awal untuk melakukan kegiatan pelayanan kepabeanan Ruangan pelayanan dibuat senyaman mungkin mengikuti
kepada pengguna jasa. konsep Bank, sehingga para pengguna jasa tidak merasa bosan
Petugas dilini depan bertugas melayani pengguna jasa, lalu ketika menunggu proses kepabeanan. Untuk menghindari
ditindaklanjuti oleh petugas di lini belakang. Pengguna jasa dapat kebosanan, deretan sofa dengan warna cerah dengan ruangan
melihat sejauhmana pergerakkan dokumennya melalui komputer yang berpendingin bisa dijadikan pengguna jasa sebagai tempat
8
40 WARTA BEA CUKAI EDISI 394 SEPTEMBER 2007
WBC/ZAP
untuk melepas lelah wa-
lau hanya sejenak sambil PIAGAM KOMITMEN PELAYANAN
melihat siaran televisi KPPBC TIPE A3 MERAK
kabel yang ada di ruang
pelayanan. Tak lupa ia
menyediakan ruang un- Kami menyadari bahwa :
tuk merokok di lokasi 1. Pengguna jasa adalah orang yang paling penting
taman, karena di dalam dalam instansi kami;
ruang pelayanan para 2. Pengguna jasa adalah bukan beban pekerjaan kami;
pengunjung dilarang me- 3. Pengguna jasa adalah tujuan dan alas an mengapa
rokok. kami bekerja. Kami bukan diharuskan melakukan
Awalnya para peng- sesuatu pekerjaan untuk mereka tetapi merekalah
guna jasa merasa yang memberi kesempatan kepada kami untuk
terkejut karena adanya bekerja;
perubahan pada model 4. Pengguna jasa tidak bergantung pada kami, tetapi
pelayanan di KPPBC kami lah yang bergantung kepada mereka;
Merak, walaupun peru- 5. Pengguna jasa adalah bukan “orang luar” dari
bahan fisik kantor tidak instansi kami, tetapi mereka adalah bagian utama
mengalami perubahan. dari institusi kami;
Berbagai masukkan 6. Penguna jasa adalah bukan sekedar deretan nama,
MENINGKATNYA kegiatan kepabeanan di dari pengguna jasa me- tetapi adalah pribadi-pribadi yang mempunyai
Merak bukanlah suatu kebetulan. Kalau perasaan, kemauan dan prangka;
kebetulan, maka kegiatan tersebut hanya ngenai hal lain yang di-
bersifat insidentil saja, sementara yang butuhkan untuk mening- 7. Pengguna jasa datang kekantor kami tidak untuk
terjadi di Merak sifatnya rutin. katkan pelayanan juga diajak bertengkar, atau disakiti hatinya tetapi untuk
disampaikan, caranya dilayani dan di hormati. Tidak seorangpun dari kami
dengan menyebar angket untuk dijawab oleh para pengguna berhak untuk berbuat semena-mena terhadap
jasa. Usul tersebut tidak dapat dijalankan secara bersamaan mereka;
karena berbagai pertimbangan, namun usulan dari mereka 8. Pengguna jasa dalah orang yang berhak dating ke
mengenai kecepatan pelayanan, pemeriksaan dokumen dan institusi kami dengan berbagai kehendak, tugas kami
lain sebagainya tetap diperhatikan dengan mengacu pada adalah melaksanakan kehendaknya dengan baik;
aturan yang ada. 9. Pengguna jasalah yang membayar kami melalui
Sementara itu, Kasubbag Umum KPPBC Merak Maulidyah pajak yang dibayarkannya, tanpa mereka tidak
yang turut dalam proses perubahan kantor mengatakan, ia hanya mungkin ada institusi ini dan tidak ada pekerjaan
menjalankan apa yang diinginkan oleh kepala kantor melalui yang kami tangani sekarang.
diskusi dan juga konsultasi mengenai konsep ruang kantor.
Koordinasi dengan staf juga dilakukan Lily sapaan akrab Untuk itu mari bantulah kami melayani anda dengan
Maulidyah baik itu mengenai warna ruangan, pencahayaan dan hati, patuhilah sistem dan prosedur yang ada.
lain sebagainya.”Semua pihak terlibat, tidak hanya kepala kantor
tapi semuanya memberikan masukan,”ujarnya.
Pembenahan untuk ruang pelayanan, ruang kerja petugas karena walaupun dalam relatif waktu yang sangat singkat da-
dan juga aula menjadi perhatiannya dimana setiap ruangan pat menyelesaikan tugas ini dan meraih juara pertama Kantor
semuanya berfungsi dan tidak ada yang kosong. Untuk Pelayanan Percontohan ditingkat DJBC.
memperindah kantor, Lily bersama dengan korlak Keuangan “Ini adalah kerja keras kami semua terutama pimpinan dan
dan Rumah Tangga, Noviyanti. juga berusaha seluruh karyawan/ karyawati. Ini adalah prestasi kami bersa-
memaksimalkan ruang kosong yang ada di belakang dengan ma. Tugas saya di Merak tidaklah lama, hanya sekitar 2 bulan,
membuat taman yang disertai dengan air mancur sehingga oleh sebab itu, saya ingin meninggalkan kesan dan contoh ke-
kantor semakin tampil menarik. pada teman-teman bahwa beginilah kita seharusnya bekerja.
“Waktu yang diperlukan untuk itu semua dilakukan dalam Inilah sumbangsih saya pada KPPBC Merak, ,” ujar Lily.
waktu dua minggu dan dilakukan secara terus menerus. Untuk membenahi paradigma yang melekat pada KPPBC
WBC/ZAP Dukungan dari teman- Merak bukanlan suatu WBC/ZAP
teman sangat baik, me- pekerjaan yang mudah.
reka punya semangat Menurut Agus, kantor
yang luar biasa,” ujar yang dipimpinnya pernah
Yanti, panggilan akrab identik dengan kegiatan-
Noviyanti. nya yang sedikit, berbeda
Menjelang penilaian dengan KPPBC lain yang
kantor yang dilakukan ada di Indonesia. Bahkan
oleh Departemen Keu- ketika Dirjen Bea dan
angan pada 21 Agustus Cukai, Anwar Suprijadi
2007 untuk lomba mengunjungi KPPBC
tingkat nasional Depar- Merak, hal pertama yang
temen Keuangan, tam- ditanyakan kepada Agus
pak semua fasilitas dan adalah kemampuan un-
ruangan yang ada di da- tuk merubah stigma.
lam lingkungan KPPBC Untuk menjawab perta-
Merak berfungsi dengan nyaan yang disampaikan
maksimal. Ketika dita- Dirjen untuk merubah
nya bagaimana perasa- paradigma tersebut, Agus
an mereka berdua memulainya dari penata-
dapat menyelesaikan an ruang kantor yang MENJALANKAN apa yang diinginkan oleh
DUKUNGAN dari teman-teman sangat baik, tugas keduanya menga- berorientasi pada keny- kepala kantor melalui diskusi dan juga
mereka punya semangat yang luar biasa. ku senang dan bahagia amanan dan pelayanan konsultasi mengenai konsep ruang kantor.
D
maan sebesar Rp.198.554.543.039 atau 193 persen. Se-
dangkan cukai, penerimaannya mencapai Rp89.280.000 irektorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) kembali
atau terjadi peningkatan 109 persen. “Sehingga dengan menunjukan prestasinya kepada masyakarat,
adanya pencapaian peningkatan penerimaan tersebut melalui Kanwil Jakarta yang berhasil menegah
secara akuntabilitas KPPBC tipe A3 Merak telah berhasil ratusan ball tekstil dan ratusan minuman MMEA
melaksanakan peningkatan kinerja dibidang pelayanan yang dilengkapi pita cukai palsu. Keberhasilan yang
dan pengawasan kepabeanan dan cukai,”papar Agus. cukup signifikan ini, merupakan upaya keras dari Kanwil
Tidak hanya pembenahan fisik gedung dan pembenahan Jakarta walaupun usianya relatif masih muda.
pelayanan, Agus juga mencoba menjalin kerjasama dengan Menurut Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Jakarta, Nasir
instansi terkait di kawasan pelabuhan guna mendukung Adenan, tegahan ini merupakan hasil operasi rutin yang
kinerja pelayanan dan pengawasan di KPPBC Merak. dilakukan oleh unit Penindakan dan Penyidikan (P2) Kanwil
Pihaknya bekerjasama dengan pengelola pelabuhan, Dinas Jakarta, sesuai yang diamanatkan oleh Direktur Jenderal Bea
Perhubungan (dishub) bahkan dengan Pemda untuk dan Cukai, yang secara garis besar, selain untuk menunjang
meningkatkan pelayanan kepada para pengguna jasa, kinerja dari Kanwil Jakarta, juga dapat memaksimalkan
sehingga nantinya kawasan pelabuhan Merak bisa menjadi pelayanan dan pengawasan saat ini.
besar, sehingga kegiatan perekonomian berjalan. “Operasi yang kami lakukan juga telah berkoordinasi dengan
Mengenai pembenahan yang telah dilakukannya bersama wilayah lain, seperti Bandung, Banten dan KPU sendiri, dan
dengan seluruh stafnya, Agus mengatakan belum dapat dengan hasil ini kami mengharapkan DJBC dapat memberikan
melihat hasilnya secara keseluruhan. Namun secara perlahan pelayanan dan pengawasan yang baik, sehingga bea cukai
diakui Agus telah menunjukkan hasil seperti semakin semakin diakui bahkan dibutuhkan oleh masyarakat dan tidak
meningkatnya kegiatan kepabeanan di Merak yang hal ini hanya dijadikan kambing hitam,” ujar Nasir Adenan.
bukanlah suatu kebetulan karena sifatnya tidak insidentil saja
melainkan rutin. Ini terjadi karena adanya perubahan TEKSTIL DAN MMEA
paradigma KPPBC Merak. Kalau sebelumnya rata-rata 200 Sementara itu menurut Kepala Bidang P2 Kanwil Jakarta,
kontainer per bulan dilayani oleh KKPBC Merak, kini lanjutnya Septia Atma, untuk 14 kasus tegahan yang berhasil didapat oleh
bisa mencapai 500 sampai 700 kontainer/ perbulan. Kanwil Jakarta, keseluruhannya memiliki modus yang berbeda,
Sementara untuk Pejabat Fungsional Pemeriksa WBC/ATS
yaitu untuk kasus
Dokumen (PFPD) di KPPBC Merak saat ini berjumlah tegahan tekstil sebanyak
empat orang, padahal idealnya seiring dengan 877 karung woman pants
meningkatnya kegiatan, dibutuhkan sekitar enam sampai yang dilakukan oleh
tujuh PFPD. Untuk menyiasatinya lanjut Agus, jumlah jam PT.TEI, modus yang
kerjanya bertambah, biasanya sampai jam 5 sore, kini dilakukan adalah dengan
mencapai jam 9 malam. Ini semua ditempuhnya guna pemberitahuan tidak
mencapai kepuasan pengguna jasa. benar pada dokumen.
Agus mengakui masih ada hal-hal yang belum terlaksana Pada dokumen yang
untuk meningkatkan mutu kinerja pelayanan, pengawasan diajukan oleh PT.TEI
dan juga penerimaan mengingat dirinya akan pindah tugas yang terletak di Jalan
sebagai Kepala KPPBC Tanjung Perak Jawa Timur, namun Narogong Raya Bekasi
para staf bisa meneruskan apa yang telah dirintisnya dibawah dan merupakan perusa-
kepala KPPBC yang baru, bahkan dapat lebih meningkatkan haan penerima fasilitas
hal-hal yang telah dilakukannya untuk kepentingan negara. kawasan berikat, perusa-
Ia pun juga menepis anggapan bahwa maraknya kegiatan haan ini memberitahukan
di Merak karena adanya Kantor Pelayanan Utama (KPU) di di PIB pada 7 Agustus
Tanjung Priok, sehingga beberapa proses kepabeanan 2007, untuk mengeluar-
pindah ke Merak. Menurutnya mungkin perubahan paradigma kan barang yang telah
yang dilakukannya telah menstimulus pengusaha untuk rusak akibat banjir.
memindahkan kegiatannya ke Merak terutama kegiatan impor Namun setelah dilakukan
curah seperti kacang kedelai. Dari segi biaya dan waktu pemeriksaan fisik oleh
kegiatan yang dilakukan di kawasan Merak cukup murah dan NASIR ADENAN. Hasil tegahan yang petugas Bea Cukai,
cepat sehingga jadi pertimbangan bagi pengusaha untuk didapat merupakan hasil operasi rutin kedapatan barang yang
memindahkan kegiatannya ke kawasan Merak ris yang dilakukan selama ini. dikeluarkan adalah
10
42 WARTA BEA CUKAI EDISI 394 SEPTEMBER 2007
WBC/ATS
barang-barang dalam kondisi baru. Ada- mengakibatkan tidak terpenuhinya pungut-
pun barang yang rusak karena banjir ha- an negara.
nya sekitar 20 persen saja. Kasus tersebut bermula dari kecuri-
Dengan kasus tersebut, maka PT. gaan petugas intelijen Kanwil Jakarta,
TEI dinyatakan telah melanggar pasal pada 15 Agustus 2007, terhadap satu
102 huruf F dan/atau hufuf H Undang- mobil boks yang memuat 95 ball (3.400
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Kg) 100 persen cotton woven fabric. Mo-
Kepabeanan. Dalam kasus ini, masih bil boks tersebut mengeluarkan barang
dilakukan proses penyidikkan guna me- dari tempat penimbunan sementara
nentukan tindak pidana dan tersangka- lapangan 207 Pelabuhan Tanjung Priok,
nya. Sementara itu, terhadap barang yang diberitahukan dengan dokumen BC
bukti disimpan di tempat penimbunan 2.3 atas nama PT. GA yang beralamat di
pabean Kantor Pengawasan dan Pela- KBN Cakung.
yanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jakarta Atas kecurigaan tersebut, petugas
yang berlokasi di Kawasan Berikat Nu- mengikuti mobil boks tersebut, dan ke-
santara (KBN) Cakung. dapatan barang tidak dibawa ke KBN
Untuk tegahan Minuman Mengan- Cakung, akan tetapi langsung dibawa
dung Etil Alkohol (MMEA), Kanwil Jakarta menuju arah Bandung, dengan surat
hingga saat ini masih melakukan proses jalan ke PT. IDMP yang beralamat di
penyelidikan atas tindak pidana di bidang Bandung. Melihat gelagat tidak benar
cukai, yang dilakukan oleh 14 tempat tersebut, petugas langsung melaku-
penjualan eceran yang diduga melaku- kan penegahan dan mengamankan
kan tindak pidana penjualan MMEA barang bukti ke Kanwil Jakarta.
tanpa ijin (tidak memiliki NPPBKC) dan Dengan pelanggaran tersebut, Kan-
MMEA tersebut dilekati oleh pita cukai wil Jakarta kini masih melakukan proses
palsu. penyidikan guna menentukan tindak pida-
“Hingga saat ini kami masih terus na dan tersangkanya, karena pada ka-
melakukan penyelidikan dari mana sus tersebut nyata-nyata telah melang-
mereka mendapatkan pita cukai palsu gar pasal 102 huruf F Undang-Undang
tersebut, karena MMEA yang kami tegah MMEA. Ditegah karena dilengkapi oleh pita cukai palsu. Nomor 17 tahun 2007 tentang Kepabeanan.
seluruhnya telah dilekati oleh pita cukai “Dari 14 kasus yang kami tangani
palsu, dan atas kepalsuannya ini, kami juga telah berkoordinasi dua kasus telah dinyatakan lengkap (P21) oleh penuntut umum,
dengan pihak PERURI, yang menyatakan kalau pita cukai terse- satu kasus dalam proses di Kejaksaan Negeri, dan 11 kasus
but memang benar-benar palsu,” kata Septia Atma. masih dalam proses penyidikan,” kata Nasir Adenan.
Lebih lanjut Septia Atma menjelaskan, dari kasus Masih menurut Nasir Adenan, walaupun misi DJBC adalah
tersebut, satu orang warga negara asing dinyatakan sebagai memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,
tersangka sementara yang lainnya adalah warga negara perdagangan dan industri, namun DJBC tetap tidak lupa untuk
Indonesia. Dan terhadap barang bukti MMEA tersebut, saat melakukan pengawasan terhadap importasi barang larangan dan
ini disimpan di gudang Kanwil Jakarta. pembatasan. Dalam melakukan pengawasan, Kanwil Jakarta
menerapkan strategi “planning the worst, expecting the best”.
OPERASI CUKAI Artinya, dalam merencanakan suatu operasi, Kanwil Jakarta
Selain itu, Kanwil Jakarta bersama KPPBC Jakarta, kini membuat rencana operasi dengan mengantisipasi kemungkinan
tengah melakukan operasi peredaran cerutu dan telah terburuk, dan tentunya mengharapkan hasil yang terbaik.
melakukan penindakan terhadap dua tempat penjualan eceran “Dengan SDM yang terbatas, hasil tegahan yang dicapai
yang mana telah melakukan penjualan atau menyediakan cerutu selama tiga bulan belakangan ini merupakan hasil terbaik
untuk dijual tanpa dilekati dengan pita cukai. Untuk kasusnya kini yang dapat dicapai oleh Kanwil Jakarta. Semoga hal tersebut
tengah dilakukan proses penyidikan oleh PPNS KPPBC Jakarta. dapat memicu semangat para petugas agar dapat lebih me-
Untuk kasus tegahan terbaru yang didapatkan oleh Kanwil ningkatkan kinerjanya yang selama ini memang sudah baik.
Jakarta, adalah kasus pengeluaran barang impor yang belum Untuk itu, pada kesempatan ini pula, saya ingin menyampai-
diselesaikan kewajiban pabeannya dari kawasan pabean atau kan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua
dari tempat penimbunan berikat atau dari tempat lain di bawah petugas di jajaran Kanwil Jakarta yang ikut terlibat dalam pro-
pengawasan pabean, tanpa persetujuan pejabat bea cukai yang ses penegahan tersebut,” tandas Nasir Adenan. adi
WBC/ATS WBC/ATS
EX BANJIR. Diberitahukan sebagai barang ex banjir kedapatan 80 persen baru. PITA CUKAI PALSU. Masih dalam proses penyidikan peredarannya untuk MMEA.
A D R I N S Y A H B A N A
Saat WBC sedang bertugas mengambil gambar tentang
pemeriksaan barang penumpang di Bandara Soekarno-Hatta pada awal
bulan Juli, WBC melihat penampilan pegawai yang satu ini saat
melayani dan memeriksa barang bawaan penumpang. Dengan postur
tubuh yang tinggi dan murah senyum, pegawai yang satu ini memang
sangat tepat bekerja dibagian tersebut.
Saat diwawancara WBC, Adrin mengaku bahwa bertugas di bagian P2,
khususnya bandara, penampilan harus prima, fresh dan penuh senyum, di-
samping diimbangi dengan fisik dan stamina yang kuat. “Karena itu kita ha-
rus mempunyai pola makan yang teratur, istirahat juga teratur dan didukung
juga dengan berolahraga. Selain itu, yang bisa dianggap paling utama dalam
bertugas adalah kita harus mempunyai pola berpikir yang positif, tenang,
serta jangan mempunyai pikiran curiga terhadap seseorang,” terangnya.
Pria yang menikah tahun 1997 dengan Gustina ini melanjutkan, dalam
menjalankan tugas yang paling utama adalah disiplin dan kekompakan.
Kalau dalam instansi tidak ada kekompakan yang solid, maka instansi lain
akan menganggap remeh sehingga kewibawaan Bea dan Cukai menjadi
berkurang.
Pegawai lulusan Prodip III Bea dan Cukai angkatan 9 tahun 1992 ini mulai
meniti karir di Bea dan Cukai tahun 1993. Penempatan pertamanya di Kanwil X
Balikpapan (sekarang Kanwil Kalimantan Bagian Timur, Balikpapan-red)
dibagian Verifikator selama kurang lebih 4 tahun. Kemudian, awal tahun 2001 ia
dipindahkan ke KPPBC Bandar Lampung sebagai pemeriksa barang. Saat
bertugas di KPPBC Bandar Lampung ia dipromosi menjadi Korlak Impor.
Setelah berjalan empat tahun, tepatnya awal tahun 2005, ia dipindahkan lagi ke
KPPBC tipe A Khusus Soekarno-Hatta sebagai Korlak Impor hingga sekarang.
S U K A T N O
Korlak Keuangan dari KPPBC Tipe A3 Tanjung Pinang ini, selama
bekerja di bea cukai belum pernah berpindah dari Tanjung Pinang.
Walaupun begitu, pria kelahiran Tanjung Pinang 3 Mei 1959 mengaku
siap jika suatu saat harus dimutasikan dari Tanjung Pinang. Berasal dari
Pacitan, ayah tiga anak ini terbilang cukup ketat dalam mendidik anak,
hal ini terbukti dari kedua anaknya yang saat ini hampir lulus dari
Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Riau, Pekanbaru.
Masuk menjadi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)
pada tahun 1983, Sukatno yang sebelumnya memang sudah mengerti
akan pekerjaan bea cukai, langsung ditempatkan di KPBC Tanjung
Pinang sebagai pemeriksa di gate. Pengalaman menariknya saat
menjadi pemeriksa, adalah ketika tahun 1985 dimana Tanjung Pinang
menjadi tujuan para pedagang yang mencari barang-barang luar negeri
yang masuk secara ilegal.
“Saat itu para pedagang atau yang kita sebut inang-inang sangat banyak
sekali membawa barang-barang dari luar untuk dimasukan ke Tanjung
Rp. 120.000
ya kita kerjakan tugas sebagai ibu rumah tangga,
tinggal bagaimana kita membagi waktunya saja,”
ujar istri dari petugas polisi ini merendah. ats
KPBC AMAMAPARE DI TIMIKA, PAPUA. Kantor pelayanan yang berada di wilayah Kanwil XVII DJBC.
T
* Berdasarkan Surat Kakanwil ke KPBC (Bln September
ahap awal sebelum dilakukannya pemeriksaan ke- 2006), tentang perusahaan yang melakukan kegiatan
mudian tersebut adalah menentukan Daftar Kepabeanan dan Cukai untuk dijadikan profiling Bidang
Rencana Objek Audit (DROA) enam bulanan, se- Audit.
dangkan untuk pelaksanaan tugas yang lain dapat
melalui audit insidentil, sehingga perlu dibuat suatu Bagaimanakah menentukan perusahaan yang didahulu-
analisis situasi agar tugas yang diamanahkan dapat dilaksa- kan untuk diaudit terhadap perusahaan lainnya, masih
nakan dengan sedikit bekerja banyak mencapai sasaran. aktifkah perusahaan tersebut, terhadap komoditi apa atas
Kelemahan (W) :
l Pengambilan data yang tidak cepat pada
waktu pelaksanaan tugas
Pelatihan Pemeliharaan
l Sumber daya manusia yang tidak
memenuhi standar KEP 12/BC/1997.
dan Penggunaan
l Jarak yang jauh antara perusahaan dengan
KWBC XVII.
Analisis OT :
Peluang (O) :
l Jumlah perusahaan yang sedikit memudahkan
Senjata Api
profiling perusahaan untuk dibuatkan prosedur Dalam hal pemakaian, senjata api tersebut perlu
tetapnya, baik nilai, komoditi, jenis dilakukan pemeliharaan/perawatan dan penggunaan
perusahaan, lokasi, keringanan/pembebasan yang sesuai prosedur atau petunjuk yang ada.
yang dimiliki.
S
Ancaman(T) :
l Jarak yang jauh antara KPBC dengan enjata api (fire arms) adalah suatu alat untuk melepas amunisi
Kanwil sehingga koordinasi memakan ke arah sasaran dengan tujuan untuk melumpuhkan. Saat ini,
waktu yang lama. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) memiliki senjata api
dinas yang baru. Senjata api tersebut berasal dari pengadaan
Dari analisis situasi yang sudah dicoba diterap- barang tahun 2006. Senjata api baru yang dimiliki DJBC
kan pada Kanwil XVII DJBC, dapat dilihat bahwa merupakan produksi PT. Pindad (Persero).
profiling objek audit berdasarkan lokalisasi per Pengadaan senjata api tersebut dipandang perlu dalam rangka mendu-
KPBC yang membawahinya sangat perlu dibuat kung pelaksanaan tugas operasional DJBC khususnya di bidang penindakan
prosedur tetapnya untuk menghindari kesulitan pa- dan penyidikan. Dalam hal pemakaian, perlu dilakukan pemeliharaan/
da waktu konfirmasi data, waktu yang lama, jarak perawatan terhadap senjata api tersebut. Penggunaannya pun harus sesuai
yang berjauhan, biaya yang dikeluarkan untuk pe- dengan prosedur/petunjuk yang ada. Sehingga, akan selalu tersedia senjata
nyelesaian tugas Bidang Audit. api yang siap pakai dan mempunyai masa pemakaian yang panjang.
Rencananya, senjata api yang baru tersebut akan didistribusikan ke
KESIMPULAN seluruh Kantor Wilayah DJBC di seluruh Indonesia. Sehubungan dengan hal
Penyusunan audit insidentil dan DROA tersebut, diperlukan pemberian pengetahuan dan keterampilan untuk
berdasarkan analisis situasi yang digunakan di meningkatkan kemampuan sumber daya manusia bagi pegawai DJBC
Kanwil XVII Maluku, Papua, Irian Jaya barat dalam hal pemeliharaan dan penggunaan sarana senjata api.
adalah melihat profiling perusahaan yang Oleh karena itu untuk pertama kalinya, pada 9 – 20 Juli 2007, dengan
dibagi per KPBC, dan agar dijadikan prosedur mengambil lokasi di PT. Pindad, Bandung, Jawa Barat, sebanyak 60 orang
tetap melalui tahapan sebagai berikut : pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengikuti pelatihan pemeliha-
raan dan penggunaan senjata api. Pelatihan tersebut dibuka oleh Sofyan
1. Perusahaan yang masuk audit insidentil Hidayat, Bagian Depdiklat PT. Pindad (Persero). Hadir pada kesempatan itu,
didahulukan diaudit sesuai hasil analisis Suprapto, Bagian Divisi Senjata PT. Pindad (Persero) dan G.H. Sutejo, Kepa-
dan rekomendasi yang ada. la Bidang Penindakan dan Penyidikan Kanwil DJBC Jawa Barat, Bandung.
2. Perusahaan importir umum diaudit secara Pelatihan tersebut diikuti oleh dua gelombang, gelombang I dimulai
reguler 2 tahunan. tanggal 9 - 13 Juli 2007 dan gelombang II dimulai tanggal 16 – 20 Juli 2007.
3. Perusahaan yang memasukkan bea masuk Masing-masing gelombang diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari seluruh
dari yang tinggi ke rendah. Kantor Wilayah DJBC yang ada di Indonesia, khususnya bidang P2.
4. Perusahaan dipisahkan berdasarkan Mengingat senjata api DJBC tersebut merupakan produksi PT. Pindad
komoditi tertentu yang mengkontribusikan (Persero) maka tenaga instruktur yang memberikan pelatihan pemeliharaan
penerimaan bea masuk dari yang tinggi ke DOK. P2 KP. DJBC
rendah.
5. Perusahaan yang memiliki fasilitas
penangguhan bea masuk dengan jaminan
dari yang tinggi ke rendah.
6. Perusahaan yang berlokasi satu tujuan
pemberangkatan dan dukungan kemudahan
alat transportasi udara/laut yang ada.
7. Anggaran dihitung dahulu untuk mencukupi
pelaksanaan tugas.
FOTO BERSAMA. Para peserta pelatihan gelombang I berpose bersama di depan gedung Divisi Senjata.
senjata api berasal dari dari PT. Pindad (Persero). Pelatihan penggunaan sarana senjata api DJBC. Diharapkan sarana senja-
penggunaan senjata api itu pun dilakukan di PT. Pindad (Persero) ta api DJBC akan selalu terpelihara dan terpakai sebagaimana
karena perusahaan tersebut memiliki sarana dan prasarana yang mestinya.
memadai untuk melakukan pelatihan. Ada tiga orang instruktur Manfaat pelatihan tersebut sangat dirasakan bagi
yang membimbing para peserta pelatihan, masing-masing didam- pegawai yang bertugas di lapangan, seperti mengetahui cara
pingi oleh tiga orang asisten. perawatan senjata, cara pemakaian dan bagaimana
Adapun senjata api baru yang dibeli oleh DJBC dan diguna- membongkar pasang senjata. Diharapkan, usai pelatihan
kan dalam pelatihan ini terdiri dari dua jenis senjata api. Pertama, tersebut, para pegawai dapat membagi ilmu yang diperoleh-
senjata bahu jenis SBC-1 Kaliber 222 (5,64mm) sebanyak 1.000 nya pada pegawai DJBC lainnya di tempat ia ditugaskan.
pucuk senjata dengan peluru/cartridges sebanyak 200.000 butir. Adapun materi yang diberikan pada saat pelatihan antara lain
Kedua, senjata api genggam jenis pistol P-3A kaliber 32 (7,65 penjelasan umum tentang senjata api produk PT. Pindad (Perse-
mm) sejumlah 1.500 pucuk senjata dengan peluru/cartridges se- ro), peninjauan ke fasilitas produksi senjata, teori data teknis sen-
banyak 200.000 butir. jata, teknik bongkar pasang dan pemeliharaan SBC-1 Kal.222,
praktek SBC-1 Kal.222, teknik bongkar pasang dan pemeliharaan
MENINGKATKAN SDM pistol P-3A, praktek pistol P-3A, penggunaan senjata api
Pelatihan itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kemampu- (menembak), praktek menembak dan evaluasi.
an sumber daya manusia DJBC dalam hal pemeliharaan dan Pada saat peninjauan ke fasilitas produksi senjata, para
DOK. P2 KP. DJBC peserta diarahkan ke bagian divisi senjata untuk melihat
bagaimana cara pembuatan senjata. Setelah itu para peserta
menuju ruangan pengepakan(packaging), ruangan
penembakan (firing), tempat penembakan kering dan lokasi
latihan tembak jarak 200 m.
Untuk uji coba pelatihan menembak dengan menggunakan
Pistol P-3A kaliber 7.65 mm, dilakukan dengan posisi berdiri,
dengan jarak tembak 20 m. Sedangkan untuk uji coba pelatihan
menembak dengan menggunakan laras panjang SBC-1 Kal.222,
peserta harus melakukannya dengan posisi tiarap, duduk/jongkok
dan berdiri dengan jarak tembak 50 m. Dalam kegiatan ini,
peserta diajarkan untuk selalu melakukan tindakan pengamanan
senjata. Kemudian, cara menggunakan senjata api dan membidik
sasaran dengan benar dan tepat.
Pada hari terakhir pelatihan, para peserta di beri kesempatan
untuk mencoba menggunakan senjata api bahu produksi PT.
Pindad yaitu jenis SS1 Varian 1 dengan menggunakan teleskop
optics. Jarak tembak uji coba senjata tersebut sepanjang 200 m
dengan posisi duduk di kursi dengan tangan memegang senjata
di atas meja.
Setelah itu, pelatihan ditutup oleh Triyono, Deputi Bidang
Pemasaran dan Penjualan PT. Pindad (Persero) dan dihadiri
oleh Sofyan Hidayat, Bagian Diklat PT. Pindad (Persero) dan
PRAKTEK MENEMBAK. Dengan jarak sasaran 50 m, peserta membidik Nurkiswar Eddy, Kepala Bagian Umum Kanwil DJBC Jawa
sasarannya dengan menggunakan senjata api SBC-1 kaliber.222. Barat, Bandung. ifa
FOTO BERSAMA. Dengan mengambil lokasi di depan Gedung Utama, KP DJBC, rombongan Kastam Diraja Malaysia, Sabah berpose bersama dengan pegawai DJBC.
R
abu, 13 Agustus 2007, sejumlah 20 orang yang ber- ingin melakukan studi banding dalam hal best practices anta-
asal dari rombongan Kastam Diraja Malaysia, ra Customs Malaysia dan Indonesia.
Sabah, mengunjungi Kantor Pusat Direktorat Jen- Ia melanjutkan, pertemuan ini juga bertujuan
deral Bea dan Cukai, di Jakarta. Rombongan sejak meningkatkan pengetahuan pada pegawai Malaysia Customs
tanggal 11 Agustus 2007 telah berada di Bandung tentang tata kerja Bea dan Cukai Indonesia, khususnya yang
untuk melakukan lawatan ke beberapa lokasi di Bandung. ada di Bandung dan Jakarta. Saat ditanya tentang
Usai mengunjungi Bandung, rombongan bergerak menuju patkorkastima (patroli bersama antara DJBC dan Kastam
Jakarta, tepatnya Kantor Pusat DJBC. Pagi itu, bertempat di Diraja Malaysia) yang dilaksanakan pada 21 - 28 Agustus
ruang rapat Menteri Keuangan, rombongan diterima oleh 2007, Durahim menjelaskan, patkorkastima merupakan
Bambang Prasodjo, Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan dan agenda rutin yang dilakukan antara Customs Malaysia dan
Penerangan Kepabeanan dan Cukai, yang didampingi bebe- Indonesia, yang akan dimulai di Tarakan dan berakhir di
rapa orang pejabat eselon III dan eselon IV di lingkungan KP Tawau, Malaysia, Sabah.
DJBC. Sebelumnya, rombongan sempat mengunjungi bebe- Durahim juga menjelaskan bahwa pada dasarnya antara
rapa sarana yang ada di KP DJBC, seperti tempat pelatihan Malaysia dan Indonesia memiliki persamaan. Malaysia juga
anjing pelacak narkotika dan gudang tempat penyimpanan memiliki jalur merah, kuning dan hijau dalam kegiatan
barang-barang hasil tegahan petugas bea cukai. impornya. Hanya saja yang membedakan adalah, kalau
Pada kesempatan itu, perwakilan dari Kastam Diraja DJBC memiliki jalur prioritas maka Malaysia memiliki sistem
Malaysia, Sabah, menerima pemaparan yang diberikan oleh baru yang diberi nama customs golden clients, yang
para pejabat bea cukai, diantaranya mengenai sistem dan diberikan khusus pada importir yang masuk dalam kategori
prosedur kepabeanan di bidang impor, sistem dan prosedur baik, dimana mereka (importir-red) diijinkan untuk
kepabeanan di bidang ekspor, pengawasan terhadap barang melakukan impor secara terus menerus tanpa perlu dilakukan
impor dan ekspor serta pemaparan mengenai pusdiklat di pemeriksaan.
Bea dan Cukai. Usai pemaparan, rombongan bergerak Hal lain yang juga membedakan adalah konsep penang-
menuju Gedung Pusdiklat Bea dan Cukai untuk melihat lebih guhan pembayaran cukai. Kastam Diraja Malaysia tidak se-
dekat fasilitas yang ada di tempat itu. cara reguler memberikan kemudahan terhadap penangguhan
Saat di wawancara WBC, Durahim Bin Tutin, Senior As- pembayaran cukai. Menurut Durahim, penangguhan tersebut
sistant Director of Customs, Kastam Diraja Malaysia, Sabah, hanya diberikan pada pihak yang mengajukan permohonan.
mengatakan, tujuannya datang ke DJBC adalah untuk “Sementara untuk bagian pengawasan atau pencegahan,
mempererat tali silaturahmi antara Kastam Diraja Malaysia, Malaysia memiliki unit baru yang dikenal dengan nama unit
Sabah, dengan DJBC Indonesia. Selain itu, pihaknya juga verifikasi impor. Maksudnya, setelah dilakukan penilaian,
National
kai. Hal itu dapat dilihat di tata cara pengawasan impor,”
jelas Durahim yang mengaku setelah mengunjungi KP
DJBC, rombongan yang dipimpinnya juga akan mendata-
ngi tempat-tempat wisata dan tempat-tempat menarik
lainnya yang ada di Jakarta.
Dari segi kemudahan, mereka juga memiliki fasili-
Single
tas yang memudahkan pengguna jasa diantaranya
adalah pemeriksaan bergerak. Maksudnya,
pemeriksaan dokumen bisa dilakukan langsung di
pabrik atau di pusat-pusat pengimpor sehingga barang
bisa segera direlease. Ia menambahkan, untuk
barang-barang darurat atau barang-barang yang
Window
mudah rusak, juga dipermudah dalam hal
pengeluarannya. Mengenai pelatihan pegawai Kastam
Diraja Malaysia, selain pelatihan fisik dengan mendaki
gunung Kinabalu, pelatihan juga dilakukan dengan
menggunakan e-learning, dengan demikian pelatihan
jarak jauh (distance learning) dapat dilaksanakan.
Ketika ditanya harapannya dengan adanya
pertemuan ini, Durahim mengatakan bahwa Akhir tahun 2007, implementasi
pertemuan ini dapat menjadi suatu titik permulaan ke
arah peningkatakan hubungan kedua negara, pilot project NSW akan dilakukan di
khususnya antara Customs Malaysia, Sabah, dengan Pelabuhan Tanjung Priok.
Customs Indonesia. Selain itu, diharapakan dari
P
pertemuan ini akan tercipta kesepahaman antar dua
pihak sehingga bisa mencari penyelesaian dari ada 14 Agustus 2007, bertempat di ruang Loka
permasalahan yang ada. Muda, Gedung B, Kantor Pusat Direktorat
“Melalui patkorkastima kita punya operasi bersama Jenderal Bea dan Cukai (KP DJBC),
untuk menangani masalah-masalah penyelundupan di diselenggarakan rapat pembahasan awal rencana
perbatasan, khususnya di Tarakan dan Tawau. Kita kerja pelaksanaan ujicoba sistem National Single
hidup serumpun, sebahasa, walaupun jauh tapi dekat Window (NSW) di Pelabuhan Tanjung Priok oleh Tim
di hati,” kata Durahim seraya berharap bahwa Persiapan NSW dan Tim Kerja Pelaksanaan Ujicoba
kerjasama ini akan terus terjalin dan berkelanjutan di Sistem NSW.
masa yang akan datang. ifa Hadir dalam kesempatan itu lima perwakilan dari
WBC/IFA government agencies (GA) yakni Bea dan Cukai, Badan
POM, Puskari (Pusat Karantina Ikan), BKP (Badan
Karantina Pertanian) dan Direktorat Jenderal
Perdagangan Luar Negeri. Juga hadir asosiasi dari
pengguna jasa kepabeanan, Departemen Komunikasi dan
Informasi, Departemen Perhubungan serta Port Operator.
Dari rapat pembahasan tersebut, Direktur Jenderal
Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi, mengambil kesimpulan
bahwa tim kerja yang terdiri dari tim pelaksana dan tim
pengawas akan ditetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan. “Kemudian, dari diskusi tadi, ada yang
mengatakan bahwa dibutuhkan tim pendukung atau tim
support. Hal ini akan ditetapkan oleh Tim Pelaksana
supaya tidak menambah jalur birokrasi,” tambah Anwar.
Ia melanjutkan, yang tak kalah penting adalah perlu
adanya call center, yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan kontak atau bertanya jika user mengalami
masalah. Kemudian, telah dicapai kata sepakat bahwa uji
coba NSW di Tanjung Priok masih terbatas pada 5 (lima)
GA (Bea dan Cukai, Badan POM, Puskari, BKP dan Ditjen
Daglu) ditambah 3 (tiga) TPS (tempat penimbunan
sementara) yakni JICT, Koja, dan MTI.
“Sedangkan dari aspek sistem, seratus persen sudah
memenuhi minimal requirement dari Asean Single
Window. Kemudian, pada bulan September 2007 kita
akan melakukan uji coba integrasi sistem antara Badan
POM dengan in house system di KPU DJBC,” kata Anwar.
Tak hanya itu, lanjut Anwar, perlu adanya sosialisasi
di tingkat nasional dan juga di Tanjung Priok. Ujicoba
NSW di Tanjung Priok itu sendiri hanya untuk prosedur
impor, yakni untuk PIB yang ditujukan pada importir jalur
BERTUKAR CENDERAMATA. Usai pemaparan, acara dilanjutkan prioritas. “Ini harus disampaikan agar tidak timbul over
dengan saling bertukar cendera mata. Pihak Kastam Diraja Malaysia,
Sabah, diwakili oleh Durahim Bin Tutin, Assistant Director of estimate dari publik atau pihak-pihak yang terkait,” tandas
Customs, dan dari DJBC diwakili oleh Bambang Prasodjo, Tenaga Anwar.
Pengkaji Bidang Pelayanan dan Penerangan Kepabeanan dan Cukai. Di akhir kata ia berharap agar single window ini tidak
HASIL PERTEMUAN
akan menambah beban user atau pengguna jasa. Ia pun Dalam pertemuan tersebut, hal-hal yang harus
meminta agar semua pihak optimis bahwa NSW ini dapat dilakukan lima pimpinan GA agar jadwal tim kerja menjadi
terwujud. tepat waktu adalah:
Sementara itu, dalam pemaparannya pada peserta ra- - Segera menunjuk salah satu pejabat (setingkat eselon
pat, Susiwijono, Kasubdit Otomasi Sistem dan Prosedur, III) untuk menjadi anggota pelaksana operasional
Dit. IKC, mengatakan, akhir Agustus ini blue print NSW yang akan menjadi perwakilan GA dan port yang
rencananya akan ditandatangani oleh Menteri Keuangan. dedicated dan secara penuh bertugas bersama-sama
Ia melanjutkan, sesuai dengan scope entitas dan kegiat- GA yang lain.
an yang ada, pada tahap awal uji coba NSW akan dilaku- - Kepastian mengenai telah diselesaikannya proses stan-
kan di Pelabuhan Tanjung Priok pada akhir Desember darisasi elemen data dan harmonisasi bisnis proses.
WBC/ATS - Kepastian menge-
nai batas waktu
penyelesaian pem-
bangunan in-house
system di masing-
masing GA dan pe-
nyesuaian in-house
system dengan ke-
butuhan sistem
NSW.
- Sesuai jadwal ren-
cana kegiatan,
mulai awal Oktober
2007 agar
menugaskan unit
yang menangani IT
sistem, untuk ber-
koordinasi dengan
tim kerja dalam
melakukan penyiap-
an model interface
antara sistem pada
GA dengan sistem
NSW.
- Sesuai jadwal ren-
cana kegiatan, mu-
lai awal Oktober
RAPAT PEMBAHASAN. Suasana rapat pembahasan Ujicoba sistem NSW di Tanjung Priok yang diselenggarakan di 2007 agar menugas-
ruang Loka Muda, Gedung B, KP DJBC. kan unit yang mena-
KAMBOJA
l Kamboja telah menggabungkan NSW dalam customs reforms dan rencana modernisasinya.
l NSW Steering Committee (NSWSC) akan berdiri segera, dipimpin oleh Customs.
INDONESIA
l Telah menyelesaikan pilot project NSW di Batam, menggunakan SAD, pada Desember 2006.
l Indonesia juga telah menyelesaikan draft blue print NSW untuk diimplementasikan.
l Implementasi NSW pilot project akan dioperasikan pada akhir 2007 di Pelabuhan Tanjung Priok.
LAO PDR
l Tim untuk menyiapkan pengaktifan NSW telah disetujui oleh Menteri Keuangannya.
l National Steering Committee akan memulai fungsinya pada beberapa bulan kedepan.
MALAYSIA
l Kastam Diraja Malaysia telah bekerja keras dan mendukung MITI dalam mengaplikasikan NSW.
l Customs portal project dimulai dengan dua fundamental modul ekspor dan impor.
l ACDD akan digunakan secara spesifik sesuai dengan ASW Protokol dengan beberapa adaptasi sesuai kebutuhan.
MYANMAR
l National Single Window Steering Committee (NSWSC) telah berdiri.
l Proposal project untuk implementasi ICT akan disusun dalam waktu dekat.
PHILIPINA
l Philipina telah melakukan konsultasi dengan pihak pengguna jasa dan para menterinya untuk tujuan NSW.
SINGAPURA
l Terus melakukan pembaharuan sistem NSW tiap dua atau tiga tahun sekali.
l Upgrade terbaru akan di operasikan pada oktober 2007 (TradeXchange).
l Singapura juga telah memiliki jaringan yang eksis antara para pebisnis dengan model B to B.
THAILAND
l Telah membuat kemajuan yang penting dengan kerjasama antara para pengguna jasa dan pemerintah untuk NSW.
VIETNAM
l Steering Committee untuk implementasi NSW telah berdiri.
l Master plan untuk pengembangan NSW dan roadmap-nya sedang dikembangkan.
ngani IT sistem, untuk koordinasi dengan tim kerja tiga yang selama ini telah digunakan dalam pengem-
dalam melakukan penyiapan coding untuk interface bangan sistem di DJBC.
antara sistem pada GA dengan sistem NSW. - Memanfaatkan sumber daya lain yang sudah ada dan
atau yang diperlukan untuk pelaksanaan ujicoba sis-
Kebijakan pemerintah dalam rangka ujicoba sistem tem NSW tersebut. ifa
NSW:
- Uji coba sistem NSW di Indonesia akan dilaksanakan
di pelabuhan Tanjung Priok pada akhir Desember Do you require any services ?
2007 dan akan dilakukan secara bertahap.
- Untuk keperluan pelaksanaan ujicoba sistem NSW, If you require the following services.
pembangunan dan pengembangan sistem NSW l Translation Indonesia – English v. v
dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam hal ini
oleh Tim Persiapan NSW, dengan melibatkan semua lTraining:
unsur pemerintah dan unsur lainnya yang terkait Leadership:
dengan sistem NSW. * Situational Leadership
- Untuk pelaksanaan ujicoba sistem NSW tersebut * Personnal Leadership
maka tim persiapan NSW: menunjuk DJBC sebagai * Interpersonal Leadership
koordinator pelaksana ujicoba sistem NSW di * Managerial Leadership
Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan membentuk Tim * Change management
Kerja Pelaksanaan Ujicoba Sistem NSW di Pelabuhan Technical:
Tanjung Priok Jakarta melalui keputusan ketua tim * Telephone Technique
persiapan NSW. * Customer Service
- Untuk melaksanakan tugas ujicoba sistem NSW di * English Conversation
Tanjung Priok tersebut, DJBC dapat: memanfaatkan * Grooming & Deportment
sistem dan infrastruktur IT yang sudah dimiliki DJBC
dan memanfaatkan sumber daya manusia dan tenaga Please contact Mrs. Hilda on +62812 8729 399
ahli yang sudah ada, termasuk bantuan dari pihak ke-
T
WBC/ATS
erkait dengan tututan masyarakat Sosialisasi jalur MITA dibuka oleh Direktur
usaha akan kepastian dalam proses Audit, Thomas Sugijata dan didampingi oleh
bisnis mereka, Direktorat Jenderal Tim Percepatan Reformasi Kebijakan Bidang
Bea dan Cukai (DJBC) sebagai tra- Pelayanan Bea Cukai, Lutfi Hartono dan
de facilitator, saat ini telah melaku- Kukuh Sumardono Basuki. Dijelaskan oleh
kan reformasi birokrasi yang maksud dan Thomas Sugijata, kedepan nanti interaksi an-
tujuannya adalah dalam rangka memperbaiki tara DJBC dan pengusaha yang dulu sangat
proses bisnis pelayanan kepada masyarakat kurang, maka dengan KPU akan diimplemen-
usaha, sehingga pelayanan tersebut menca- tasikan transparansi yang dibangun tidak ha-
pai tingkat yang benar-benar bisa memenuhi nya komunikasi satu arah tapi ditengahi oleh
harapan masyarakat usaha. Client Coordinator yang kini telah ada di KPU.
Untuk mewujudkan itu semua, maka “Harapan DJBC, para pengguna jasa yang
DJBC telah membentuk dan mengimplemen- baik dalam menjalankan bisnisnya harus di-
tasikannya melalui Kantor Pelayanan Utama pertahankan kalau perlu ditingkatkan, dengan
(KPU) yang ditetapkan di Tanjung Priok. demikian produktifitas kerja DJBC juga akan
Dengan KPU ini bertujuan, dapat meningkat- tinggi, sehingga arus barang impor menjadi
kan pelayanan atau mewujudkan tingkat pela- lebih baik, dan proses produksi menjadi lebih
yanan yang ideal. Selain itu, KPU juga efisien,” ujar Thomas Sugijata.
merupakan upaya-upaya yang dilakukan Sementara itu, dalam sosialisasi MITA
DJBC untuk melakukan perubahan secara THOMAS SUGIJATA. MITA akan yang disampaikan oleh Lutfi Hartono, dijelas-
fundamental, yang tidak hanya dari sisi proses mendukung kinerja KPU sehingga baik kan bahwa yang di maksud dengan MITA
bisnis atau ketatalaksanaan, tapi juga DJBC maupun pengusaha akan adalah perusahaan yang memenuhi persya-
merubah dari sisi kelembagaan dan SDM mendapatkan manfaat yang lebih baik. ratan dan ditetapkan sebagai mitra utama
yang melaksanakan atau melayani di KPU. berdasarkan keputusan Direktur Jenderal.
Dengan tujuan yang telah jelas tersebut, maka untuk mendu- Sedangkan Client Coordinator adalah pejabat Bea Cukai yang
kung itu semua DJBC sesuai dengan perubahan fundamental ditunjuk oleh Kepala Kantor untuk menjadi penghubung antara
yang dilakukan, berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Nomor DJBC dengan pengusaha.
P-24/BC/2007, telah menetapkan lima jalur pelayanan impor Selain itu dijelaskan juga mengenai sistem pengawasan
untuk wilayah kerja KPU. Adapun kelima jalur tersebut adalah proaktif untuk MITA, dimana sistem pengawasan yang dila-
Merah, Kuning, Hijau, Mitra Utama (MITA), dan MITA Prioritas. kukan tanpa intervensi yang memadukan manajemen risiko,
aplikasi komputer dan hubungan masyarakat, yang secara
SOSIALISASI KEPADA PENGGUNA JASA otomatis memonitor pola transaksi pengguna jasa kepabean-
Terkait dengan jalur MITA, DJBC kini mulai an dan/atau cukai, memberikan laporan adanya pola penyim-
mensosialisasikannya dan hal tersebut telah berlangsung pangan yang berlaku (transaksi tidak biasa) dan menindak-
pada 13 Agustus 2007, bertempat di Auditorium Gedung lanjuti laporan transaksi tidak biasa secara persuasif berda-
Utama Kantor Pusat DJBC. Sosialisasi yang diikuti oleh 500 sarkan prinsip-prnsip kemitraan.
perusahaan yang terpilih karena selama ini telah sesuai Dengan demikian, jalur Mitra Utama akan memberikan jalur
dalam melakukan importasinya, diharapkan juga dapat penyelesaian pabean tanpa intervensi, melakukan analisis risiko
menjadi peserta uji coba jalur MITA yang rencananya mulai secara sistematik terhadap entitas (bukan transaksi), melakukan
dilaksanakan tepat pada 17 Agustus 2007. monitoring transaksi secara proaktif untuk mencegah risiko
KEWAJIBAN MITA
INTERVENSI Dengan diberikan hak tersebut, maka per-
usahaan penerima jalur MITA juga memiliki
penyalagunaan, dan penyederhanaan prosedur pelayanan dan kewajiban, antara lain (1) MITA wajib memenuhi kewajiban yang
pengawasan paska penyelesaian pabean. ditentukan oleh instansi teknis terkait sebelum mengajukan PIB.
(2) MITA wajib menandatangani surat pernyataan tentang kesang-
SYARAT MENJADI MITA gupan untuk memenuhi kewajiban dan mematuhi peraturan yang
Lalu persyaratan apa yang harus dipenuhi oleh perusahaan ditetapkan serta menerima sanksi akibat pelanggaran. (3) MITA
agar dapat menjadi MITA? Terhadap perusahaan-perusahaan wajib menyampaikan pemberitahuan impor atau eskpor secara
yang telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai MITA elektronik. (4) MITA dilarang memberikan dan/atau meminjamkan
diharuskan menyerahkan persyaratan administrasi, antara lain: modul importir kepada pihak perusahaan lain. (5) MITA wajib
(a) Surat pernyataan sesuai dengan sebagaimana ditetapkan melaporkan kehilangan dan/atau penyalagunaan modul importir
dalam lampiran Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai pada kesempatan pertama. (6) MITA wajib menyerahkan surat
tentang Mitra Utama. kuasa penunjukkan nama-nama PPJK yang diberi kuasa untuk
(b) Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh mengajukan pemberitahuan pabean dalam hal MITA mengguna-
kantor akuntan publik. kan jasa PPJK. (7) MITA wajib memberitahukan perubahan
(c) Dalam hal perusahaan menggunakan PPJK, menyerahkan nama-nama PPJK yang diberi kuasa kepada kepala kantor.
daftar nama PPJK yang diberi kuasa dan identitas modul Dari penjelasan yang disampaikan pada acara sosialisasi
PPJK yang diberi kuasa. tersebut, para pengusaha masih banyak yang menanyakan akan
(d) Modul importir dan/atau modul PPJK. keunggulan jalur MITA dengan jalur yang ada sekarang ini. Akan
(e) Nama pegawai perusahaan yang ditunjuk untuk berhubungan pertanyaan tersebut, tim menjelaskan jalur MITA hanya ada di
dengan Client Coordinator. kantor yang telah dijadikan KPU, dengan demikian bagi perusa-
(f) Foto copy API/APIT. haan yang telah tergabung dalam MITA akan lebih mendapatkan
Selain hal tersebut, untuk menjadi MITA juga ada subjek dan kepastian baik waktu maupun biaya dalam kegiatan importasi,
persyaratan sebagai orang yang ditetapkan oleh Direktur walaupun dengan jalur yang ada sekarang juga telah ada kepas-
Jenderal Bea dan Cukai yang harus dipenuhi, yaitu (1) dapat tian, namun dengan MITA akan lebih baik lagi. adi
berkomunikasi secara elektronik dengan DJBC. WBC/ATS
(2) Mempunyai sifat bisnis (nature of business)
yang jelas. (3) Memiliki sistem pengendalian
yang memadai untuk menjamin keakuratan data
yang disajikan. (4) Memiliki rekam jejak keakurat-
an pemberitahuan pabean dan/atau cukai yang
baik. (5) Telah diaudit oleh kantor akuntan publik
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
atau wajar dengan pengecualian untuk dua
tahun terakhir: dan (6) Selalu dapat memenuhi
pemenuhan ketentuan tentang perijinan dan
persyaratan ekspor/impor dari instansi terkait.
Selain itu untuk subjek dan persyaratan
MITA, ada syarat tambahan untuk penerima
fasilitas kepabeanan, yaitu dalam hal
perusahaan mendapatkan fasilitas pembebasan,
keringanan dan/atau penangguhan bea masuk,
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(I) P-24/BC/2007, ditambah dengan melakukan
penatausahaan dan pengelolaan sediaan
barang yang dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat diketahui jenis, spesifikasi, jumlah SOSIALISASI MITA. Sebanyak 500 perusahaan yang terpilih menjadi peserta uji coba MITA
pemasukan dan pengeluaran sediaan barang mendapatkan sosialisasi dari DJBC.
Pemerintah Berlakukan
Registrasi PPJK WBC/ATS
Penetapan jumlah jaminan yang bervariasi sebut sudah cukup, na-
kepada Pengusaha Pengurusan Jasa mun menurutnya itu
dikembalikan lagi pada
Kepabeanan, (PPJK) ditetapkan berdasarkan kemampuan suatu PPJK.
jumlah kegiatan dan risiko PPJK yang berada di Selain registrasi,
KPPBC tempat PPJK melakukan kegiatan peraturan tersebut juga
menetapkan jumlah
P
jaminan yang harus
emerintah mulai 20 Juni 2007 memberlakukan Peratur- diserahkan PPJK kepada
an Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.04/2007 tentang Kantor Pelayanan dan
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, dan 20 Juli Pengawasan Bea Cukai
2007 untuk Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai (KPPBC) untuk dapat
Nomor.P-22/BC/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan menjalankan usahanya.
pemberian Nomor Pokok dan Pengawasan Pengusaha Pengu- Teguh menyebut angka-
rusan Jasa Kepabeanan. Peraturan tersebut menurut Direktur angka yang harus
Teknis Kepabeanan Teguh Indrayana merupakan penyempurna- dipenuhi PPJK sebesar
an dari peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Keuangan Rp. 250 juta pada
(PMK) nomor 65/PMK.04/2007 tentang Pengusaha Pengurusan KPPBC tipe A1, Rp150
Jasa Kepabeanan (PPJK) dan Peraturan Direktur Jenderal Bea juta pada KPPBC tipe A2,
dan Cukai Nomor P-22/BC/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Rp.100 juta pada KPPBC
Pemberian Nomor Pokok dan Pengawasan PPJK. TEGUH INDRAYANA. P Peraturan dibuat dan Tipe A3, Rp.50 juta Pada
Menurut Direktur Teknis Kepabeanan, Teguh Indrayana, dalam berlaku untuk semua pihak KPPBC Tipe A4 dan
peraturan yang disempurnakan tersebut, pemberian nomor pokok Rp.25 juta pada KPPBC
diberikan kepada PPJK yang telah melakukan registrasi melalui tipe lainnya yang bentuknya dapat berupa uang tunai, jaminan
website DJBC. “Jadi kunci untuk mendapatkan nomor pokok bank dan atau jaminan dari perusahaan asuransi.
tersebut adalah dengan cara registrasi secara elektronik melalui Penerapan jaminan yang jumlahnya bervariasi tersebut me-
website kita (www.beacukai.go.id), jadi kalau tidak registrasi maka nurut Teguh, lebih mengarah pada tanggung jawab PPJK terha-
PPJK tidak dapat nomor pokok dan tidak dapat melakukan akses dap bea masuk sebagaimana yang diatur dalam pasal 31 UU.
kepabeanan,” tegasnya kembali. No.17/2006, dimana PPJK yang mendapat kuasa sebagaimana
Registrasi PPJK lanjut Teguh merupakan upaya untuk mener- dimaksud dalam pasal 29 ayat 2 bertanggung jawab terhadap
tibkan PPJK yang jumlahnya semakin banyak, yang tidak jarang Bea Masuk yang terutang dalam hal importir tidak ditemukan
ada PPJK yang menyalahgunakan usahanya untuk melakukan Lebih lanjut ia mengatakan, besarnya jaminan tersebut
kegiatan illegal terutama dibidang kepabeanan,”Kalau dikatakan ditetapkan dengan memperhatikan jumlah kegiatan dan tingkat
penertiban bisa dikatakan seperti itu, karena salah satu tujuannya risiko PPJK. Hal tersebut tercermin dari KPPBC dimana PPJK
mengarah kesana (penertiban.red),”terang Teguh. melakukan kegiatan sehingga penetapan jaminan berbeda untuk
Kepala Kantor Pelayanan Utama Tanjung Priok Agung Kus- setiap tipe KPPBC.”Tidak fair apabila PPJK yang melakukan
wandono mengatakan waktu 90 hari bagi PPJK untuk melakukan kegiatan di KPPBC tipe A4 disamakan dengan PPJK yang
registrasi secara on-line itu merupakan waktu yang cukup dimana melakukan kegiatan di KPPBC tipe A1,”kata Teguh.
jauh-jauh hari sebelumnya sudah ada pemberitahuan mengenai Jaminan tersebut harus dipenuhi PPJK walaupun PPJK
registrasi tersebut,”90 hari waktu yang cukup untuk registrasi, dan tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memberikan
registrasi ini bisa juga WBC/ATS jaminan kepada KPPBC.
dikatakan sebagai upaya “Kedepannya DJBC bersama dengan Gabungan Forwarder
untuk mencegah muncul- Ekspor Impor Indonesia (Gafeksi) akan bertemu untuk mengha-
nya PPJK yang mempu- silkan suatu kesepakatan mengenai masalah jaminan ini bagi
nyai niat tidak baik dalam PPJK yang bentuknya Usaha Kecil Menengah (UKM), bentuk
menjalankan usahanya,” kesepakatan itu seperti apa kita belum tahu,”ujarnya kembali.
terang Agung. Dengan adanya aturan yang mengatur mengenai jaminan
Salah satu PPJK tersebut, maka Gafeksi tidak termasuk sebagai pihak yang
yang WBC temui untuk diijinkan untuk mempertaruhkan jaminan tertulis seperti yang
dimintai tanggapan pada diatur pada aturan sebelumnya.
6Agustus 2007 yaitu PT. Mengenai jumlah jaminan yang ditetapkan, Darjono berpen-
Bina Satria Sejati melalui dapat, hal itu tidak mencerminkan rasa keadilan di kalangan
Direktur Utamanya Dar- PPJK. Darjono pada prinsipnya setuju dengan adanya jaminan
jono ES mengatakan, pi- yang harus diberikan PPJK kepada KPPBC, namun jumlahnya
haknya belum melaku- setidaknya disesuaikan dengan banyak tidaknya kegiatan yang
kan registrasi tersebut ka- dilakukan oleh suatu PPJK,
rena masih ada beberapa “Jadi jaminan bagi PPJK yang kegiatannya banyak tidak
dokumen yang harus di- sama dengan PPJK yang kegiatannya sedikit. Kalau dalam
lengkapi, dan menurut- aturan baru ini dipatok berdasarkan tipe kantor, baik PPJK yang
nya waktu yang diperlu- kegiatannya banyak dan yang sedikit, jaminannya sama, ini yang
kan selama 90 hari untuk DARJONO ES. Prinsipnya setuju dengan menurut saya kurang adil,”terangnya.
melakukan registrasi ter- adanya jaminan. Selanjutnya Darjono juga menyoroti mengenai tanggung
HAL BARU
Ada hal-hal baru yang tercantum dalam per-
aturan tersebut dimana kewajiban PPJK untuk
melakukan registrasi merupakan hal yang diama-
natkan dalam pasal 6A Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2006 (UU No.17/2006) tentang Peruba-
han terhadap Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan, termasuk persyarat-
an untuk registrasi yang mencakup existence, WEBSITE BEA CUKAI. S
Sarana bagi PPJK untuk melakukan registrasi PPJK melalui website
responsibility, competence, dan auditable.
Selain itu, nomor pokok PPJK berlaku diseluruh Kantor Pela- untuk semua pihak,termasuk didalamnya mantan pegawai DJBC
yanan dan Pengawasan (KPPBC) diseluruh Indonesia. Hal ini yang bekerja sebagai ahli kepabeanan di suatu PPJK. Jadi
berbeda dengan peraturan sebelumnya dimana PPJK harus mem- mantan pegawai yang bekerja di PPJK sebagai ahli pabean harus
punyai nomor pokok PPJK sendiri-sendiri untuk setiap Kantor memiliki sertifikat ahli kepabeanan yang diterbitkan oleh BBPK.
Bea Cukai tempat PPJK melakukan kegiatan. Sebagai informasi, selama ini BPPK juga melakukan diklat terha-
Hal baru lainnya adalah keberadaan PPJK yang menjadi dap para mantan pegawai Bea Cukai, dan diterbitkan sertifikat
salah satu unsur yang mendapatkan pelayanan dan pengawasan ahli kepabeanan,”tegas Teguh.
kepabeanan, seperti kewajiban PPJK yang lebih detail, kewajiban Hal ini pun juga mendapat tanggapan dari Darjono. Menurut-
menggunakan perangkat dan modul sistem Pertukaran Data nya waktu yang diperlukan untuk mengikuti kursus kepabeanan
Elektronik (PDE) untuk pembuatan dan penyerahan yang diselenggarakan oleh BBPK itu sangat singkat, sehingga ia
pemberitahuan pabean,serta pengenaan sanksi kepada PPJK merasa belum bisa dijadikan bahwa seseorang yang telah mengi-
secara bertahap mulai dari blokir dan pencabutan kuti kursus kepabeanan itu dikatakan ahli, setidaknya waktu yang
Teguh memaparkan, ada beberapa keuntungan yang diper- diperlukan cukup lama agar bisa dikatakan sebagai ahli pabean
oleh dengan adanya peraturan tersebut, seperti adanya database Sementara itu sosialisasi terhadap Peraturan Menteri Keua-
seluruh PPJK, dimana didalamnya terdapat profil masing-masing ngan Nomor 65/PMK.04/2007 tentang Pengusaha Pengurusan
PPJK. Jasa Kepabeanan dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cu-
Dengan adanya profil PPJK tersebut, maka dapat diterapkan kai Nomor.P-22/BC/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan pemberi-
manajemen risiko yang lebih komprehensif untuk pelayanan dan an Nomor Pokok dan Pengawasan Pengusaha Pengurusan Jasa
pengawasan kepabeanan atas barang impor dan barang ekspor, Kepabeanan telah dilakukan di KP DJBC Jakarta pada 12 Juli
yang pada akhirnya akan memperlancar arus barang impor mau- 2007 yang diikuti di beberapa daerah lainnya seperti Medan,
pun ekspor. Untuk itu lanjut Teguh pihaknya sudah mempersiap- Surabaya dengan para pembicara dari pusat maupun daerah
kan segala hal termasuk didalamnya aplikasi, sarana maupun yang telah mengikuti Training of Trainers yang diikuti oleh PPJK
Sumber Daya Manusia (SDM) guna mendukung aturan yang me- menjelang diberlakukannya pada 20 Juli 2007. zap
rupakan penyempurnaan dari aturan terdahulu. WBC/ATS
Hal lain dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 65/PMK.04/2007 dan Peraturan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai Nomor.P-22/BC/2007,
adalah keberadaan seorang ahli pabean di PPJK
dimana keberadaannya hanya bisa berada di
satu PPJK dan tidak dapat merangkap di suatu
PPJK lain, dengan tujuan agar tanggung jawab
ahli pabean itu menjadi jelas.
Seorang ahli pabean di suatu PPJK harus
memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)
Departemen Keuangan, sedangkan mekanisme
penerbitan sertifikat ahli kepabeanan dan diklat
kepabeanan kewenangannya diatur oleh BPPK.
Sertifikat tersebut menurut Direktur Teknis
Kepabeanan Teguh Indrayana, juga harus dimiliki
oleh para mantan pegawai Bea Cukai yang
bekerja sebagai ahli pabean pada suatu PPJK,
walaupun mantan pegawai tersebut pernah
menjabat suatu posisi tertentu di DJBC. SOSIALISASI. Salah satu acara sosialisasi yang dilakukan di KP-DJBC dengan mengundang
“Pada prinsipnya, peraturan dibuat berlaku para pengusaha PPJK.
“
Saat ini
banyak
dihembuskan
Manfaat Oleh :
Listrijono,
S.Hut.,
berbagai pihak
bahwa fasilitas
KITE
M.A KITE banyak
merugikan
negara...
“
an adalah fasilitas Kemudahan Impor Tujuan KITE tersebut sehingga pada waktu pengajuan
Ekspor (KITE) dan Kawasan Berikat (KB). BC 2.4 di KPBC sering terjadi kesalahan dan
Fasilitas KITE sendiri hanya disebutkan se- hal ini baru diketahui apabila BC 2.4 tersebut
cara singkat pada bagian ayat (1) huruf k Pasal Jumlah dipertanggungjawabkan di Tim KITE.
26 yang berbunyi, “Pembebasan atau keringan- Saat ini banyak dihembuskan berbagai
an bea masuk dapat diberikan atas impor pengguna pihak bahwa fasilitas KITE banyak merugikan
barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau negara sehingga muncul mitos bahwa fasilitas
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk fasilitas tersebut dijadikan sarang penyelundup dan
diekspor. Sedangkan fasilitas KB diuraikan le- sebaiknya dihapuskan. Sebenarnya hal ini tidak
bih luas dalam Pasal 44 s.d. 47. KITE di sepenuhnya benar apabila kita menelaah
FASILITAS KITE
Jawa Timur mengenai fungsi DJBC sebagai industrial
assistance. Fasilitas ini pada dasarnya ada di
Dalam tulisan ini akan difokuskan kepada
fasilitas KITE yang dulunya kerap disebut
ada 336 banyak negara guna merangsang industri
dalam negeri untuk melakukan ekspor
fasilitas Bapeksta Keuangan dan mulai tahun
2004 diubah namanya menjadi fasilitas KITE
perusahaan sebanyak-banyaknya dan meningkatkan daya
saing produk dalam negeri di pasar
dengan mengacu kepada Keputusan Menteri internasional.
Keuangan Nomor: 580/KMK.04/2003 tanggal 31
Desember 2003.
Secara umum fasilitas KITE terbagi menjadi 2 (dua)
yaitu fasilitas Pembebasan KITE dan fasilitas
Pengembalian KITE. Yang membedakan keduanya hanya
pada waktu pengimporan barang dan atau bahan baku
dimana pada fasilitas Pembebasan KITE barang dan atau
bahan baku yang diimpor memperoleh fasilitas
” Ada perumpamaan yang sering kita dengar
bahwa mengapa untuk membunuh tikus yang
sering memakan padi di lumbung padi harus membakar
lumbung padinya? Hal ini sama dengan fasilitas KITE,
hanya beberapa perusahaan yang melanggar fasilitas
KITE kemudian kita mengambil kesimpulan bahwa
fasilitas ini harus dihapuskan. Apakah kita sudah
memikirkan akibat hal ini? Berapa perusahaan yang akan
Pembebasan BM dan PPN dengan cara mempertaruhkan kembang kempis? Berapa buruh yang di PHK?
jaminan. Sedangkan fasilitas Pengembalian KITE, barang Bagaimana dengan kinerja ekspor kita?. Pertanyaan-
diimpor dilakukan pembayaran BM dan PPN terlebih pertanyaan ini yang memang harus dipikirkan lebih
dahulu baru mengajukan pengembalian. Juga pada waktu mendalam sebelum mengambil tindakan tersebut.
ekspor, untuk fasilitas Pembebasan KITE tidak harus
diperiksa fisik namun untuk fasilitas Pengembalian KITE MANFAAT KITE
wajib dilakukan pemeriksaan fisik. Secara gamblang sebenarnya dapat dilihat bahwa
Pada kenyataannya fasilitas pembebasan KITE-lah selama ini perusahaan yang memanfaatkan fasilitas KITE
yang paling banyak dimanfaatkan oleh perusahaan. Hal berjumlah ribuan dimana pengguna terbanyak ada di
ini memang didasari pada kemampuan masing-masing KITE Jakarta. Ribuan perusahaan tersebut sudah belasan
”
melekat pada barang jadi. Hal ini juga mencerminkan
peningkatan nilai kualitas barang dan atau bahan
baku lokal yang melekat pada barang jadi yang
Peluang
berimplikasi pada peningkatan daya saing mutu
produk ekspor di pasar internasional. (Tabel 2)
A
Tjiwi Kimia menyumbang hampir
banyak separo nilai tambah dari total. Dan danya hak pejabat Bea dan Cukai untuk
apabila melihat komposisi bahan memeriksa kapal yang lego jangkar di perairan
dipahami baku yang diimpor oleh PT. Pabrik daerah pabean ternyata mengandung aspek
Kertas Tjiwi Kimia bukan berbeda selain menjalankan peraturan dalam
oleh merupakan bahan baku utama Kep-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
karena bahan baku utama berupa
pegawai pulp disuplai oleh perusahaan-
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Impor. Dalam pasal
tiga disebutkan bahwa, “Pejabat dapat melakukan
perusahaan lain yang berafiliasi
bea cukai dengan PT. Pabrik Kertas Tjiwi pemeriksaan atas sarana pengangkut yang datang dari
Kimia. luar daerah pabean”. Perhatian utama atas kutipan ayat
sendiri diatas bukanlah kata dapat ataupun kata-kata
KESIMPULAN pemeriksaan atas sarana pengangkut. Arti ayat diatas
“
limbah antar Negara sebagai mana diatur ekspor/impor benda-benda yang berpenga-
dalam Kep. Memperindag No. 231/MPP/Kep/ ruh pada lingkungan. Inti pengawasannya
7/1997 tentang Tata Cara Impor Limbah. adalah boleh, tidak boleh, atau boleh
Pasal 1 ayat 4 diatas juga menyiratkan bahwa Selama dengan syarat. Untuk memutuskan boleh,
limbah hasil operasi normal sebuah kapal tidak boleh, boleh dengan syarat memang
kargo konvensional bukan merupakan Hazar- berlangsung bukan wewenang Bea dan Cukai tetapi hal
dous Wastes.
Ditengarai berdasarkan pengalaman di
pelayanan ini menyangkut barang yang keluar/masuk
daerah pabean. Jadi boleh, atau boleh
lapangan limbah yang dihasilkan dari suatu pemeriksaan, dengan syarat tetap memerlukan dokumen
operasi normal sebuah kapal adalah used oil kepabeanan sekalipun nilai pabeannya nol,
dari mesin kapal, Sludge dari rembesan oli sering timbul jadi ada barang turun selain yang disebut
atau solar, sampah-sampah dapur, tali-temali, dalam manifest. Dan untuk yang tidak boleh
kain-kain lap mesin (rag), dll. Tentunya akan
permohonan tanggung jawab customs hanya memastikan
lebih menarik apabila dilakukan penelitian
yang lebih mendalam tentang jenis-jenis
nahkoda kapal barang itu tidak masuk DPIL.
Manfaat ekonomis dari pelayanan menu-
limbah ini. untuk runkan limbah kapal adalah adanya ke-
Secara awam limbah-limbah tersebut dia- mungkinan penerimaan Negara dan adanya
tas bukanlah limbah yang memerlukan pena- menurunkan pekerjaan bagi sektor swasta. Sebab ada
nganan khusus atau Berbahaya dan Beracun dana jasa yang disediakan oleh pemilik
(B3, Impornya telah dilarang melalui Kep.
limbah yang kapal lewat nahkoda untuk limbah kapal
Memperindag No. 520/MPP/Kep/2003. Pena- dihasilkan kapal pada operasi normal. Dimana untuk me-
nganan yang digunakan mungkin berkisar pa- nyimpan limbah ini, minimal ada biaya be-
da Recovery, Recycling, Direct re-use, seba- selama rupa freight yang dibebankan pada pembeli
gaimana sebagian cara-cara penanganan yang kargo kapal oleh pemilik.
disebutkan dalam Basel Convention Annex IV pelayaran
Chapter B tentang Disposal Operation. KESIMPULAN :
Kembali kepada Basel Convention Article 1
ayat 4 pada kalimat “… another international
instrument…” mengacu kepada limbah kapal. Menurut
kami yang dimaksud dengan another international
instrument itu adalah MARPOL Convention, 1973. Yaitu
konvensi internasional untuk pencegahan polusi dari
kapal laut. Dimana dalam Annex I disebutkan bahwa
” 1. Berdasarkan Basel Convention dan
Marpol Convention terdapat kemungkinan
limbah non-B3 yang berasal dari operasi normal
sebuah kapal laut diturunkan sepanjang conform
dengan national law. Jadi aspek-aspek dan imbas-
imbas yang mungkin terjadi sudah terprediksikan.
2. Adanya dana biaya freight yang disiapkan owner untuk
sebagai langkah preventive bagi pencemaran oli bekas, setiap limbah yang berasal dari operasi sebuah kapal.
maka oli tersebut dapat diturunkan/discharging sepanjang 3. Adanya potensi penerimaan negara dan pekerjaan
memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain adanya swasta atas pelayanan penurunan barang ini, jadi
fasilitas penampung, adanya alat discharging, adanya perlu dibuat dokumennya sebagai alat pengawasan.
netralisasi/pengolahan standard dan yang tidak kalah 4. Adanya kemungkinan inverse factor apabila
penting adanya documenting dari instansi terkait seperti permohonan penurunan limbah tidak dilayani yaitu
Kementrian Lingkungan Hidup dan Customs. dibuang kelaut.
Konvensi Marpol menyebutkan possibility bagi
nahkoda menurunkan limbah operasi normal sebuah Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi usaha-
kapal demi kenyamanan bahkan mungkin keselamatan usaha kita fungsi customs to control, to facilitate and to
perjalanan kapal. Aturan ini juga sejalan dengan larangan collect lewat kata kunci to serve.
membuang limbah ke laut. Secara psikologis apabila Penulis adalah Pelaksana pada KPBC Merak
“
Keberhasilan
reformasi
sangat
Reformasi Oleh :
Abdul
Rachman
ditentukan
oleh dukungan
SDM
Bea Cukai ”
S
udah lama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dikenal dengan konsep Customs Services System
(DJBC) melakukan reformasi birokrasi walaupun (CSS) dan Customs Inteligence System (CIS). Konsep ini
mungkin hanya secara parsial dan tidak bahkan akan dibiayai oleh JICA, karena dalam
dipublikasikan sebagai reformasi birokrasi. pembahasannya terjadi pro dan kontra sehingga tidak jadi
Reformasi yang dilakukan selama ini antara lain dilaksanakan. Konsep seperti ini dikembangkan oleh
yang dikenal sebagai Customs Fast Release System Administrasi Pabean Jepang dan beberapa negara
(CFRS) di tahun 1990, bahkan sebelum itu DJBC lainnya.
direformasi oleh pemerintah melalui INPRES IV pada Reformasi birokrasi bertujuan memperbaiki
tahun 1985 yang mencabut sebagian tugas dan kualitas‘pelayanan kepada publik dan meningkatkan
wewenamg DJBC. Reformasi tata kerja berikutnya yaitu kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dan juga
penerapan Pertukaran Data Elektronik (PDE), pelayanan untuk menciptakan aparatur yang bersih, profesional dan
secara professional oleh Pejabat Fungsional (PFPD dan bertanggung jawab (Kompas, Senin 9 Juli 2007).
PFPB), kemudian beberapa kali dilakukan simplifikasi Bagaimana kualitas pelayanan yang baik menurut
prosedur yang diikuti perubahan struktur organisasi, masyarakat pengguna jasa Bea Cukai ? Sekali lagi DJBC
terakhir dengan pembentukan Kantor Pelayanan Utama bahkan sudah sampai pada tahap menetapkan dan
(KPU). menerapkan Bench Mark Pelayanan Prima dan kode etik
Itu adalah sebagian dari reformasi birokrasi yang telah pegawai pada waktu Dirjen Bea dan Cukai dijabat oleh
dilaksanakan, mungkin yang belum memadai adalah Bapak Dr. R.B. Permana Agung. Upaya membangun
perbaikan gaji dan tunjangan pegawai, tetapi itupun kepercayaan masyarakat, menciptakan aparatur yang
selama ini juga dilakukan dan saat ini konon telah dimulai bersih, profesional dan bertanggung jawab juga terus
diterapkan dalam jumlah yang memadai pada KPU. dilakukan. Namun usaha tersebut belum mencapai target
Apakah pembentukan KPU dan pemberian tunjangan yang diharapkan. Pertanyaan yang timbul, apa faktor
yang memadai ini yang dianggap sebagai awal reformasi penghambat sehingga target tersebut tidak tercapai ?
birokrasi di DJBC ? Sebelumnya tidak dianggap sebagai Untuk memberikan pelayanan yang prima (efisien)
awal dari reformasi birokrasi, barangkali karena dianggap sekaligus melaksanakan pengawasan yang efektif sangat
belum berhasil mencapai target yang diharapkan tergantung pada peraturan perundang-undangan yang
sehingga reformasi kali ini haruslah mencapai hasil yang menjadi dasar dari tugas dan kewenangan suatu
diharapkan. birokrasi. Dari peraturan perundang-undangan tersebut
Fungsi pelayanan dan pengawasan sudah lama ditetapkan sistem dan prosedur (sisdur) pelayanan dan
dipisahkan walaupun tidak secara tegas dengan kantor pengawasan. DJBC mempunyai fungsi pengawasan
terpisah namun di lapangan pelaksanaannya hampir terhadap lalu lintas barang dan pelayanan dalam
berhimpitan, contohnya antara lain pemeriksaan fisik pemungutan bea masuk dan keluar (Pasal 1 ayat (1)
barang oleh pejabat fungsional selalu meminta Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 Tentang
persetujuan atau diawasi oleh pejabat pengawasan (P2) Perubahan Undang-undang Nomor 10 tahun 1995
yang belum fungsional. Pelaksanaan tugas yang Tentang Kepabeanan –selanjutnya ditulis UU No. 17).
berhimpit ini juga terjadi pada pelayanan penumpang Selanjutnya berdasarkan sisdur yang diinginkan
internasional. dibuat struktur organisasi yang diperlukan untuk
Contoh ini adalah salah satu tata kerja yang tidak menetapkan tingkat-tingkat dan jenis jabatan, tugas dan
efisien dan bahkan kadang-kadang tidak efektif karena wewenang serta jumlah dan kualifikasi sumber daya
terpusatnya perhatian petugas pada satu obyek yang manusia (SDM) yang diperlukan dengan memperhatikan
tidak berisiko tinggi sehingga kesempatan bagi high risk beban kerja. Tidak hanya jumlah SDM yang perlu
target untuk melepaskan diri dari pengamatan petugas. ditetapkan tetapi juga kualitasnya dan keahlian apa saja
Pada tahun 1997 Direktur Jenderal Bea dan Cukai dari SDM yang diperlukan merupakan faktor yang harus
(waktu itu dijabat Bapak Soehardjo) mencoba dipertimbangkan.
mereformasi sistem kerja Bea dan Cukai melalui konsep Faktor pendukung lainnya dari keberhasilan
pemisahan antara fungsi pelayanan dan pengawasan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan dari
“
orang kepala. 2. para pejabat yang mengurus sehingga tidak rancu bagi orang awam.
biro pemerintah. 3. pemusatan wewenang pa- Konsep KPU harus bukan merupakan uji coba
da biro-biro administratif. 4. penekanan yang seperti Kantor Inspeksi Tipe Khusus Tg. Priok
terlalu banyak pada pekerjaan rutin yang Kultur di masa lalu atau tidak mengalami nasib yang
kaku, mengakibatkan keterlambatan dalam sama.
mengambil keputusan. melakukan Beban kerja KPU Tg. Priok dapat
Jika kita berpedoman pada pengertian ini
maka yang perlu dilakukan perubahan radikal
reorganisasi dipastikan bahwa akan terjadi overload
sehingga masih diperlukan adanya Kantor
adalah sistem dan kelompok (pelayanan dan
pengawasan), pejabatnya, wewenang pejabat
yang bukan Wilayah untuk melakukan pengawasan
sebelum dan setelah persetujuan impor/
dan implementasi sisdur yang kaku.
Buntut dari pro-kontra konsep CSS dan
untuk ekspor, sehingga KPU itu cukup melakukan
fungsi pelayanan saja. Sebagai ilustrasi
CIS tersebut diatas menghasilkan dua sub kepentingan Kantor Kastam dan Eksais Diraja Malaysia di
direktorat (subdit) yang sering dipertanyakan Port Klang (level eselon II di Indonesia) yang
banyak orang, yaitu subdit Manajemen Risiko penyederhanan melakukan pelayanan seperti KPBC Tipe A Tg
dan subdit Intelijen. Beberapa pengamat Priok (dulu) sedangkan tugas pengawasan
kinerja DJBC bertanya kepada penulis bahwa prosedur atau dilakukan oleh Kantor Wilayah Pencegahan
apa beda kedua subdit tersebut. Dengan lan- (eselon II) yang berkedudukan di Kuala
tang penulis menjawab bahwa bedanya ada- perubahan Lumpur, jadi unit pelayanan dan pengawasan
lah subdit Manajemen Risiko tugasnya meng- terpisah.
olah data sedangkan subdit Intelijen tugas- sistem perlu Pembentukan KPU harus diikuti
nya mengolah informasi. Penanya dengan simplifikasi dan transparansi prosedur,
sedikit mengejek dan tertawa sinis karena dia dihentikan kejelasan sistem dan prosedur yang tidak
tahu bahwa penulis sulit menjawab standar ganda dan harus
pertanyaan tersebut, harus diakui bahwa inti
dari Manajemen Risiko dan Intelijen dalam
lingkup Administrasi Pabean (Customs Environment) ada-
lah sama. Sekedar contoh lain dari belum efisiennya
birokrasi Bea Cukai seperti adanya pekerjaan atau tugas
sejenis yang masih dipecah menjadi kelompok pekerjaan
seperti pemisahaan pejabat Manifest dan pejabat Informa-
si pada tingkat front line (KPBC).
” dipertanggungjawabkan. Seperti dikemukakan
di atas bahwa berdasarkan UU No 17, fungsi
DJBC ada dua yaitu pelayanan dan pengawasan. Di
bidang pelayanan DJBC menerapkan sistem self assess-
ment (sedikit sekali pelayanan kepada publik dengan
sistem official assessment) dan dibidang pengawasan
DJBC menerapkan sistem sebelum dan sesudah
persetujuan impor/ekspor.
Perubahan struktur organisasi DJBC memiliki sejarah Pengawasan sebelum persetujuan impor atau ekspor
panjang, sampai era ‘70-an Nomenklaturnya Kantor dapat berbentuk operasi pencegahan (patroli),
Besar DJBC (ada direktorat-direktorat - eselon II), Kantor penegahan, pemeriksaan atau investigasi, sedangkan
Inspektorat (eselon II), Kantor Inspeksi (eselon III), pengawasan setelah persetujuan impor atau ekspor
Kantor Cabang Tingkat I (eselon IV) dan Tingkat II (ese- diberikan oleh pejabat Bea dan Cukai adalah dengan
lon V), Kantor Bantu dan Pos. Pada periode ini masih melakukan verifikasi dokumen impor/ekspor atau audit.
nampak bahwa penggolongan kantor-kantor dan direk- Dari sistem ini (sesuai UU No 17), akan lebih efisien dan
torat-direktorat sesuai dengan fungsi dan kepentingan efektif jika kantor pelayanan dipisah dengan kantor
untuk melaksanakan pengawasan dan pelayanan. Pada pengawasan dalam arti struktur organisasi (garis
era ‘70 sampai tahun 1985 (4 April 1985) strukturnya perintah).
menjadi Kantor Pusat DJBC (ada direktorat-direktorat dan Beritanya masih akan ada KPU, satu hal yang juga
BINTEK-BINTEK – eselon II), Kantor Wilayah (ada perlu dipertimbangkan bahwa tidak semua wilayah sama
Koordinator - eselon II), Kantor Inspeksi Tipe A (eselon karakteristiknya. Batam misalnya (konon akan menjadi
III), Kantor Inspeksi tipe B (eselon IV?) dan Pos. Pada wilayah dan pelabuhan bebas) tentu struktur organisasi
KPU-nya berbeda dengan KPU Jakarta, begitu juga Soe- diverifikasi atau diaudit tetapi akibat hukumnya harus di-
karno-Hatta. KPBC Soekarno-Hatta melayani penumpang pertangungjawabkan oleh Pejabat Bea Cukai yang
internasional yang harus dipisahkan dari pelayanan kargo memberikan persetujuan impor karena telah dilakukan
impor dan ekspor, bahkan tidak hanya struktur oganisasi- pemeriksaan dokumen dan fisik barang artinya status
nya tetapi juga sisdurnya. dokumen impornya sebagai official assessment.
DJBC dalam memberikan pelayanan banyak menim- Ilustrasi lain dalam reformasi DJBC yaitu komponen
bulkan tugas pengawasan sebagai akibat dari prinsip data dalam manifest terutama akan diberlakukannya
pelayanan sederhana dan memuaskan. Salah satu NSW, sebagian stakeholder yang akan menggunakan
contoh pelayanan yang memerlukan pengawasan lebih data manifest melalui NSW itu memerlukan data harga
lanjut adalah pelayanan terhadap importasi yang menda- barang, mungkin perlu dipikirkan untuk mewajibkan
pat faslitas KITE. Sudah terungkap bahwa pada saat importir memberitahukan harga barangnya kepada
barang impor dikeluarkan dari gudang penerima fasilitas pengangkut dan pengangkut mencantumkannya dalam
KITE tujuan gudang pelaksana pekerjaan kontraktor/sub manifest. Teori manajemen risiko/intelijen mengajarkan
kontraktor untuk dikerjakan menjadi barang finished kita untuk mengajak stakeholder untuk ikut bertanggung
product untuk diekspor, ternyata diselundupkan. Ini ada- jawab agar tercapai tujuan pelayanan yang memuaskan
lah akibat dari sisdur pengawasan yang tidak jelas dan dan pencegahan yang efektif, untuk itu ada baiknya
tuntas. Importir memang telah diwajibkan untuk registrasi barang-barang impor tujuan Kawasan Berikat, Gudang
(SRP) tetapi penerima order pekerjaan (kontraktor/sub Berikat dan Gudang importir yang mendapat fasilitas
kontraktor) yang mengerjakan bahan baku menjadi finis- KITE menjadi tanggung jawab pengangkut sampai
hed product yang harus diekspor oleh importir penerima barang-barang tersebut ditimbun di gudang yang bersang-
fasilitas KITE tidak diwajikan untuk registrasi di DJBC kutan.
sehingga tidak pernah diverifikasi kebenaran dari Pengawasannya juga lebih mudah yaitu unit penga-
keberadaannya apalagi kemampuannya melaksanaan wasan memberitahukan kepada importir berdasarkan
pekerjaan. manifest bahwa barang impornya akan dikirim oleh
Walaupun sisdur fasilitas KITE sudah sangat pengangkut ke alamat yang tercantum dalam manifest.
sederhana namun masih ada keluhan sering terjadinya Dengan cara ini manipulasi impor tujuan Kawasan
keterlambatan release barang sehingga Berikat yang beberapa kali terungkap
“
importir menyampaikan keluhan terlambatnya dengan cara di bawa ke peredaran bebas dan
realisasi ekspor. Akibatnya ada yang memple- tidak diakui oleh PDKB sebagai miliknya
setkan huruf “K” bukan kemudahan tapi dapat dicegah.
“kesulitan”. Keluhan itu masih berlanjut bukan Bagaimana Sektor yang juga menentukan adalah
hanya sampai disitu yaitu kebijakan pelaksa- sarana/fasilitas kerja dalam melakukan
naan audit masih tidak jelas menurut penggu- kualitas reformasi seperti kapal patroli, x-ray,
na jasa DJBC. Keluhan lain dari pengguna kendaraan bermotor dan lain-lain untuk
jasa Bea Cukai adalah penerapan penetapan pelayanan yang sementara cukup walaupun perlu ditambah
nilai pabean, mereka menganggap DJBC me- dan di upgrade.
laksanakan standar ganda dalam penetapan
baik menurut Keberhasilan reformasi sangat ditentukan
nilai pabean.
Penyelesaian impor umum juga masih per-
masyarakat oleh dukungan SDM. DJBC sudah lama
mengembangkan pejabat fungsional tetapi
lu direformasi dari segi sisdur. Sebagai con-
toh pelayanan dengan jalur merah, setelah di-
pengguna jasa jalan ditempat istilah populernya karena
sampai sekarang belum diterapkan pejabat
tetapkan sebagai jalur merah, PFPD membe-
rikan instruksi pemeriksaan fisik dan setelah
Bea Cukai ? fungsional verifikasi dokumen, audit,
patroli, pencegahan, penyidikan, administra-
”
pemeriksaan fisik ditetapkan HS dan harga- si kantor dan lain-lain. Sudah saatnya
nya dan seterusnya sampai pada persetujuan DJBC mempertimbangkan untuk memisah-
impor (SPPB). Pada prosedur ini terdapat kan atau mengelompokkan pegawai seperti,
jalur/pejabat yang dilalui dokumen sebanyak dua kali, ya- auditor, PFPD, PFPB, penyidik, verifikator, auditor,
itu PFPD. Dokumen yang telah diperiksa/diberi keputusan administrator dan tugas fungsional lainnya untuk penu-
pemeriksaan fisik/jalur merah kemudian diteruskan gasan dan pendidikannya, dalam arti mereka berkarya
kepada pemeriksa fisik barang untuk pemeriksaan jumlah dibidang tersebut dalam jangka waktu yang panjang
dan jenis barang. Setelah pemeriksaan fisik selesai misalnya 10 sampai 15 tahun sehingga pola mutasinya
dokumen dikembalikan lagi ke PFPD untuk penetapan HS juga jelas.
dan harga serta segala persyaratan impor yang diperlukan, Pada era ‘60-an pegawai DJBC ada dua kelompok
barulah diberikan persetujuan impor. yaitu pegawai teknis dengan lambang tongkat (seperti
Prosedur ini tidak sederhana. Ini juga harus pada badge di lengan sebelah kiri baju dinas pegawai
direformasi, sebaiknya setelah PFPD menetapkan harus DJBC sekarang) dan pegawai administrasi dengan
diperiksa fisik maka dokumen tersebut harus diselesaikan lambang bulu ayam. Karena beban kerja di lapangan
oleh Pejabat berikutnya yang dilalui dokumen tersebut semakin bertambah sehinga pegawai administasi tadi
(PFPB), PFPB setelah melakukan pemeriksaan fisik ditekniskan melalui diklat. Bukan hanya pola mutasinya
selanjutnya menetapkan HS, harga dan lain-lain, jelas tetapi penghematan anggaran, sebagai ilustrasi
kemudian menerbitkan SPPB. Tidak hanya itu dokumen pegawai administrasi terutama pegawai sekretariat kantor
impor yang dilayani dengan jalur merah berarti statusnya pusat, wilayah dan pelayanan tidak perlu dimutasi dalam
sebagai self assessment berubah menjadi official assess- masa yang cukup lama.
ment karena baik HS, harga dan persyaratan lainnya Catatan yang juga perlu diperhatikan dalam reformasi
sudah ditetapkan oleh Pejabat Bea dan Cukai walaupun adalah DJBC perlu melakukan kerjasama DJP dan Akuntan
kadang-kadang apa yang diberitahukan importir sama Publik dalam hal pelaksanaan audit. Harus diakui bahwa
dengan pendapat PFPD. kedua stakeholder tersebut diperlukan oleh DJBC agar
Pelayanan dengan jalur merah ini lebih lanjut masih tercapai efisiensi, efektivitas dan kepuasan pengguna jasa
perlu direformasi karena sering importir yang selamanya mengingat besarnya jumlah klien auditor DJBC. Hal ini
dilayani dengan jalur merah tetapi dokumen impornya sekaligus mengeliminir keluhan dibidang pelaksanaan audit
masih diverifikasi dan kadang-kadang dikenai tambah oleh DJBC yang kadang-kadang hasil auditnya diperotes/
bayar bahkan yang ekstrim masih diaudit. Boleh saja keberatan atau banding dan dimenangkan oleh Auditee.
DJBC
kelompok tertentu naik eselon maka
penerbitan SPPB menjadi wewenang
Kasi Pabean (eselon IV).
Kultur pemeriksaan fisik barang
atas impor jalur merah selalu
meminta pendapat P2 perlu
dihentikan, alasannya petugas
S
pemeriksa dan petugas P2 sama-
sama PNS DJBC yang telah dididik eorang pegawai tampak sedang sibuk membenahi dokumen-
dan dilatih dengan bekal dokumen PIB dan PEB yang belum diverifikasi, rutinitas yang dia
pengetahuan yang sama, juga sama- jalani sehari-hari sebagai verifikator. Tampak seperti tidak ada
sama telah disumpah pada saat sesuatu yang berbeda, dia belum mengetahui kalau bidang verifi-
diangkat menjadi PNS atau kasi sudah dilikuidasi dari struktur organisasi Direktorat Jenderal
menduduki jabatan. Dan yang aneh Bea dan Cukai (DJBC) yang baru. Ditempat lain ada pegawai yang sibuk
kadang-kadang petugas pemeriksa browsing internet mengecek kabar terbaru tentang KPU, mencari kalau-
barang lebih tinggi pangkatnya dan kalau ada undangan diklat ’pertanda’ yang ditunggu-tunggu oleh pegawai
pendidikan teknisnya lebih memadai yang dinyatakan lulus tes KPU, eh yang ada malah pembukaan lowongan
dari pada petugas P2. KPU bagi yang belum tes untuk menutupi kekurangan pegawai yang
Kultur memperpanjang prosedur direkomendasikan dari hasil tes sebelumnya.
sehingga nampak berkuasa dan Awal tahun 2007 ini arus perubahan di DJBC memang mulai tampak
kultur penempatan pegawai sesuai mencuat ke permukaan, setelah menjalani masa inkubasi yang panjang.
selera hubungan baik bukan karena Idealnya setiap pegawai menjadi bagian dari arus besar perubahan ini bu-
prestasi dan keahlian, berapa banyak kan menjadi penonton apalagi tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.
pegawai yang penempatannya tidak
sesuai pendidikan dan pelatihan LOKOMOTIF PERUBAHAN
yang telah diperolehnya juga harus Derasnya tuntutan masyarakat yang menginginkan adanya perubahan
direformasi. yang signifikan atas institusi DJBC, mendorong pemerintah bersama DJBC
SDM yang dimiliki DJBC sudah melakukan upaya-upaya serius bekerja keras untuk menuntaskan program
memadai baik dari segi jumlah, reformasi di tubuh DJBC. Reformasi yang kini sedang dijalankan DJBC
kualitas dan kemampuan teknis di antara lain dilakukan menyangkut tiga aspek yaitu, reorganisasi, reposisi
bidang kepabeanan dan cukai, tidak dan revitalisasi.
sulit untuk mereformasinya. Mereka Reorganisasi dilakukan dengan menata dan menyempurnakan struktur
perlu ditanya mereka ingin bekerja kelembagaan yang ada. Reposisi dilakukan dengan pergantian kepemim-
dimana dan bidang apa, sembari pinan yang baru dalam berbagai level serta penyiapan SDM berkualitas.
menilai jawaban/alasan pegawai Revitalisasi dilakukan melalui tahap implementasi sistem pelayanan dan
tersebut juga perlu mempertimbang- pengawasan modern. Ketiga hal ini menjadi sinyalemen kuat komitmen
kan rekam jejaknya. Dari jawabannya manajemen untuk melakukan percepatan reformasi di tubuh DJBC, untuk
itu dan past record-nya akan menjawab tuntuan masyarakat yang masih menaruh kepercayaan sekali-
menentukan reformasi bagi dirinya. gus harapan kepada DJBC untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Selamat bekerja dengan struktur dan Dinamika perubahan terhadap sistem yang sudah melembaga dengan
sisdur yang baru. kultur yang sudah terbentuk cukup lama memang bukan perkara gampang.
Penulis adalah Pensiunan Bea Cukai/ Setidaknya ada tiga elemen dasar yang harus menjadi perhatian apabila
Staf Khusus Gubernur NAD DJBC ke depan ingin maju, yaitu instrumen, struktur dan kultur. Dari sisi
instrumen saat ini eksistensi DJBC tidak perlu dikhawa- an. Persoalan sistem menjadi penting sebagai instrumen
tirkan. UU No. 17 tahun 2006 yang mengamandemen UU yang mengatur pergerakan mesin perubahan, mengantar
No. 10 tahun 1995 masih memberikan kewenangan kepa- perubahan sampai pada tujuannya. Sistem menjadi safe-
da DJBC untuk menjalankan kebijakan dibidang guard yang menjaga sub-subnya berjalan dalam koridor
kepabeanan, dan amandemen UU No. 11 tahun 1995 ten- yang telah ditentukan.
tang cukai yang memberikan kewenangan menjalankan
kebijakan dibidang cukai kepada DJBC. MERIT SISTEM YANG ADIL DAN TRANSPARAN
Kedua, yang berhubungan dengan struktur saat ini proses Harus kita akui sistem yang ada selama ini belum da-
reorganisasi DJBC sudah rampung melalui Peraturan Presi- pat menciptakan kultur kerja yang produktif dan berkua-
den No. 95 tahun 2006 tentang kedudukan, tugas pokok, litas, besarnya kewenangan yang ada tidak ditopang oleh
fungsi, susunan organisasi vertikal Depkeu dan Reorganisa- merit sistem yang adil dan transparan sehingga dampak
si instansi pusat telah disahkan melalui Keputusan Menteri yang terjadi adalah munculnya berbagai tindak
Keuangan No. 466/KMK.01/2006. Struktur DJBC disesuaikan penyimpangan. Sepertinya merit sistem menjadi agenda
dengan kebutuhan dan penyempurnaan prosedur pelayanan yang perlu memperoleh prioritas dalam proyek perubahan
dan pengawasan. Ketiga, masalah yang paling sulit adalah untuk menstimulus perubahan kultur kerja DJBC. Ada
perubahan kultur yang terus dituntut masyarakat. Selama ini empat komponen dari merit sistem tersebut yaitu perfor-
yang menjadi keluhan masyarakat terhadap DJBC antara lain mance apprasial, compensation, career, training.
dianggap tidak mampu mengakomodasi kebutuhan steakhol- Pertama performance appraisal, harus diakui sebagian
der, menimbulkan ekonomi biaya tinggi, waktu pelayanan besar pegawai masih bekerja dibawah performa, mereka
yang lama, birokratis serta membiarkan ilegal trading. bekerja cendrung apa adanya dan sekedar melaksanakan
kewajiban. Ploting sistem pemberdayaan pegawai belum
TRANSFORMASI KULTUR efektif. Kemampuan dan potensi besar yang dimiliki para
Kultur atau budaya adalah sesuatu yang bersifat pegawai belum terpetakan dengan baik. Suasana
masif, berlaku dominan dalam sebuah komunitas. Agar kompetitif diantara pegawai untuk meningkatkan kinerja
kultur di DJBC dapat berubah menyesuaikan diri dengan dan memperoleh prestasi kerja belum terbangun. Tidak
semangat reformasi, mendukung agenda-agenda adanya evaluasi yang objektif atas penilaian kinerja
reformasi yang diusung, mengalami proses akselerasi, bedasarkan sejumlah key performance indicator. Sistem
maka prasyaratnya arus besar perubahan yang ada seperti penilaian DP3 sudah tidak
“
tersebut seharusnya bisa menjadi gerakan efektif lagi dan sangat tidak mencerminkan
kolektif dan menjadi kebutuhan bagi semua kinerja yang ada.
unsur di dalamnya.
Sebuah perubahan dapat menjadi gerak-
Reformasi Kedua compensation, sistem renumerasi
yang ada dinilai belum mencerminkan kea-
an kolektif ketika, pertama, ide/gagasan
dalam visi yang diusung proyek perubahan
yang kini sedang dilan kalau dibandingkan antara kewenang-
an yang dimiliki DJBC sebagai revenue
adalah nilai-nilai yang menjadi keyakinan
serta memberikan garansi pemenuhan
dijalankan DJBC collector dan trade fasilitator dengan take
home pay yang diperoleh. Sistem reward
harapan atas kontribusi dan komitmen yang
mereka berikan. Visi perubahan menjadi
antara lain and punishment belum berjalan efektif. Hal
ini ditengarai sebagai penyebab tumbuh
inspirasi para pegawai untuk dilakukan suburnya korupsi dan penyalahgunaan
mengimplementasikan misi-misi perubahan. wewenang. Sudah saatnya sistem renume-
Kedua, eksistensi dan aspirasi mereka menyangkut tiga rasi ditata dengan berbasis pada kinerja,
diakomodasi, sebagian besar pegawai yang menyangkut aspek prestasi kerja, risi-
merasa menjadi bagian dari gerbong yang aspek yaitu, ko kerja dan beban kerja.
ditarik oleh lokomotif perubahan, ini penting Ketiga career, sistem pengelolaan karir
untuk menumbuhkan rasa memiliki (self be- reorganisasi, pegawai yang menyangkut aspek kenaikan
longing) terhadap proyek perubahan. pangkat, pola promosi, alur mutasi, kesem-
Ketiga, arus perubahan tersebut dapat lan- reposisi dan patan memperoleh jenjang pendidikan yang
car mengalir mulai dari level pimpinan ter- lebih tinggi (beasiswa) hendaknya dilakukan
tinggi kepada pimpinan di setiap level sam- revitalisasi secara transparan dan accountable
pai kepada para pegawai di tingkat bawah, sehingga dapat menciptakan iklim kompetisi
tidak ada missing. Perlu komitmen kuat dari
para pimpinan (strong leader) yang
tercermin dalam sikap, perilaku dan tindakan sehingga
mereka menjadi rule model yang menghembuskan
semangat dan nafas perubahan kepada para pegawai.
Pimpinan menjadi opinion leader yang mampu
mengkomunikasikan proyek perubahan sehingga
ujungnya setiap pegawai dapat menyanyikan bersama
” yang sehat diantara pegawai. Para pegawai
satu sama lain akan bersaing secara fair
untuk meningkatkan karir mereka dengan tolok ukur
kinerja, prestasi dan kompetensi mereka.
Kempat training, diklat masih menjadi barang istimewa
bagi sebagian pegawai DJBC. Masih banyak pegawai
yang belum mengikuti DTSD, padahal DTSD merupakan
diklat yang sangat mendasar dan sudah selayaknya
lagu perubahan dengan suara merdu, tidak ada yang menjadi sesuatu yang wajib diikuti oleh setiap pegawai
menyuarakan nada sumbang, bersikap skeptis, dan sebelum bekerja di DJBC. Usulan diselenggarakan diklat-
hanya berpangku tangan. diklat tertentu dilaksanakan di daerah, seperti DTSD un-
Dalam teori perubahan ada dua komponen klasik yang tuk efektifitas dan efesiensi serta memungkinkan seluruh
menjadi fokus perubahan yakni masalah manusia dan pegawai dapat memperoleh basic knowledge pelaksana-
sistem. Persoalan kultur adalah persoalan yang an tugas mereka di lapangan. Sistem diklat idealnya
menyangkut diri manusia yang menjadi komponen yang dirancang berbasis kompetensi untuk meningkatkan per-
menciptakan kultur sebuah komunitas. Merubah manusia formance pegawai di lapangan untuk memenuhi kebutuh-
memiliki tingkat kerumitan ekstra dibanding merubah sis- an DJBC untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
tem. Sosok manusia yang dibutuhkan DJBC untuk menja- masyarakat.
di aktor-aktor perubahan adalah pegawai yang memenuhi
kreteria integritas, kompetensi dan insiatif. LEVERAGE KPU
Semakin banyak pegawai yang memenuhi kreteria ini Pembentukan Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai
maka proses perubahan kultur akan mengalami percepat- (KPU) pada dasarnya menjadi semacam prototype bagi
Permintaan
Tenaga Pengajar
Dengan hormat,
Berkaitan dengan telah terbitnya Surat Edaran dari kepada pegawai/pejabat Bea dan Cukai harus ada ijin
Menteri Keuangan RI No: SE-551/MK.1/2006 tanggal 7 dari pejabat eselon I. Bukankah hal tersebut tidak
Nopember 2006, apabila : sama dengan kegiatan seminar, workshop atau
1. Dari instansi teknis terkait di daerah sering lokakarya
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan, misalnya dari
Dinas Perindagkop yang dalam materi pelatihan itu Jawab : Pada prinsipnya kepada semua pegawai/
juga memberikan materi tentang kepabeanan, peserta pejabat Bea dan Cukai yang terlibat dalam kegiatan
pelatihan biasanya pengusaha atau calon pengusaha seminar/lokakarya/workshop atau kegiatan sejenis
yang menjadi binaan Disperindagkop tersebut. lainnya yang diselenggarakan oleh instansi lain,
2. Dari institusi pendidikan biasanya berusaha untuk sesuai amanat SE-551/MK.1/2006, harus mendapat
memberikan bekal kepada anak didiknya diantaranya ijin tertulis dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
juga dari Bea dan Cukai dengan materi tentang Kegiatan pengajaran/pelatihan memang tidak disebut
Kepabeanan. Disamping itu juga ada beberapa secara jelas, namun termasuk dalam salah satu
institusi pendidikan misalnya Akademi Maritim yang kegiatan sejenis lainnya. Sehingga Apabila ada
memasukkan dalam kurikulumnya materi Kepabeanan. pegawai/pejabat DJBC yang melakukan tugas sebagai
pembicara, pembahas, atau moderator dalam kegiatan
Pertanyaannya : seminar/lokakarya/workshop atau kegiatan lainnya di
a. Terhadap permintaan dari institusi-institusi seperti luar kedinasan, tanpa mendapat ijin tertulis dari
tersebut di atas sebagai pengajar, apakah juga harus Direktur Jenderal, akan dikenakan sanksi hukuman
ada ijin dari pejabat eselon I seperti yang dimaksud disiplin sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
surat edaran tersebut ? Menurut pendapat kami hal 30 Tahun 1980.
tersebut tidak sama dengan kegiatan seminar, work-
shop maupun lokakarya. 2) Tanya : Latar belakang keluarnya Surat Edaran
b. Mungkin bisa diinformasikan latar belakang keluarnya Menteri Keuangan Nomor: SE-551/MK.1/2006 tanggal
surat edaran tersebut. 7 November 2006
Demikian pertanyaan kami untuk mendapat perhatian Jawab : Latar belakang diterbitkannya SE-551/MK.1/
dan jawaban seperlunya. 2006 tanggal 7 November 2006 adalah dalam rangka
menjaga ketertiban atas ajakan kerja sama dari pihak
PARIYO ketiga, baik yang mengatasnamakan individu, instansi,
KPBC Yogyakarta yayasan, koperasi, atau lembaga lainnya, kepada
pejabat/pegawai Departemen Keuangan, untuk
menyelenggarakan atau menjadi pembicara dalam
Tanggapan : kegiatan seminar/lokakarya/workshop atau kegiatan
lainnya.
Sehubungan dengan surat pertanyaan konsultasi Sdr.
Pariyo dari KPBC Yogyakarta mengenai Surat Edaran Demikian disampaikan.
Menteri Keuangan Nomor : SE-551/MK.1/2006 tanggal 7
November 2007, disampaikan hal-hal sebagai berikut : Direktur PPKC,
Bentuk Gigi
D
okter, saya sering memperhatikan beberapa orang dengan veneer atau dapat juga dilakukan dimahkotai gigi
yang mempunyai warna gigi serta bentuk gigi yang ber- (crown and bridge).
beda dengan gigi normal. Ada yang berwarna abu-abu, c. Cekungan dangkal di email gigi dapat berupa celah-celah
kekuningan, kecoklatan, berbintik putih terang, berber- sempit saja atau berbentuk garis. Hal ini disebabkan oleh :
cak-bercak coklat bahkan email giginya ada yang - Kelainan genetika
cekung membentuk garis. Apakah yang menyebabkan adanya - Trauma atau infeksi pada gigi yang sedang bertumbuh
perbedaan tersebut dan apakah hal tersebut dapat diperbaiki atau - Lahir prematur (lahir dini)
dilakukan tindakan perawatan ? - Infeksi intra uterus, (misalnya oleh Rubella (cacar
jerman), sipilis.
Jawab : - Kekurangan vitamin D
Memang banyak sekali variasi kelainan bentuk dan warna - Down sindrom
gigi yang ada serta penyebabnya juga sangat banyak. Bila - Hipokal semia (kekurangan kalsium)
tidak terlalu diperhatikan kelainan tersebut morfologinya - Radioterapi (Rontgen) dengan radiasi cukup tinggi
kadang-kadang sangat mirip. yang mengenai gigi yang sedang bertumbuh
Saya akan menjabarkan beberapa kelainan saja yang - Chemoterapy
sering kita jumpai. - Fluorosis yang hebat (kekurangan fluor)
a. Gigi berwarna abu-abu, kuning, coklat warna abu-abu bias Perawatan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi adalah
agak muda atau abu-abu tua demikian juga dengan yang sedapat mungkin memperbaiki bentuk giginya dengan
kekuningan dan coklat. Hal ini disebabkan oleh pemberian penambalan gigi.
obat Tetra Siklin pada anak-anak atau ibu hamil. Warna d. Amelogenesis Imperfekta
abnormal tersebut terutama di leher gigi depan. Perbedaan Warna gigi kekuningan sampai kuning kecoklatan,
dengan kelainan genetic yang giginya berwarna juga adalah; menyeluruh di semua gigi.
bila gigi berwarna karena Tetracyclin disinari dengan sinar tipe 1 : Gigi biasanya tidak beraturan (crowded) semakin
ultraviolet, maka gigi-gigi tersebut akan berfluoresensi bertambahnya usia warna gigi semakin gelap. Gigi
(memancarkan warna khas). bentuknya normal, lunak mudah dicungkil emailnya
Perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan therapy tipe 2 : Gigi mempunyai email yang keras, mengkilat
pemutihan gigi (bleaching), veneer (melapisi permukaan fasial tetapi bentuknya tidak normal, sering memiliki celah kecil.
gigi) dan mahkota gigi. Amelogenesis Imperfekta disebabkan oleh kelainan
b. Berwarna coklat, berbercak coklat dan putih atau bercak genetik (cacat bawaan). Perawatan yang dapat dilakukan
putih terang. dengan melapisi gigi atau memahkotai giginya.
Hal ini disebabkan oleh cacat email, karena kadar Fluoride e. Bentuk gigi-gigi rahang atas depan sangat khas yaitu
yang terlalu tinggi dalam air yang di minum. Kejadian ini conus atau berbentuk obeng. Ada celah diantara rahang
sangat sering ditemukan di berbagai Negara Timur Tengah, atas dengan rahang bawah. Kelainan ini disebabkan oleh
India, Afrika. Di Indonesia kadang-kadang dapat kita jumpai karena pada masa di kandungan, ibunya terkena penyakit
juga. Fluorosis (kelebihan kadar Fluoride dalam air minum) sipilis.
mengenai beberapa buah gigi, bentuk yang paling ringan
adalah noda-noda bercak putih atau selaput putih. Yang lebih Demikian sekilas mengenai beberapa kelainan warna gigi
parah adalah bila terdapat garis atau bercak coklat serta bentuk gigi yang dapat kita jumpai, tetapi semua hal di
kekuningan. Yang sangat parah adalah bila selain adanya atas sedapat mungkin masih dapat dilakukan perawatan atau
noda warna disertai pula dengan celah-celah pada email gigi. perbaikan oleh dokter gigi.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi adalah Drg. IG. A. Heni Haryanti, Poliklinik Kantor Pusat Ditjen Bea dan Cukai Jakarta
Merdeka
Indonesia telah merdeka, sejak diproklamirkan dapat ia tuangkan pada gambar. Ayah dan ibunya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan berprofesi sebagai dokter spesialis yang potensial dan
berdedikasi di bidangnya. Ayah dan ibunya tentu saja
kemerdekaan kita dapat melangkah tanpa rasa berharap anaknya dapat hidup mapan mandiri, dan
ketakutan dalam cengkraman penjajahan. mengarahkan anak untuk mampu mandiri. Tidak pernah
K
terbayangkan bahwa anaknya akan dapat menikmati
alau negaranya saja sudah merdeka, maka rakyat hidup dari gambarnya. Namun ibunya yang psikiater dan
pun merdeka. Jika rakyat merdeka, maka demikian- ayahnya yang dokter anestesi, berembug untuk
lah para individunya, merdeka berpikir, merdeka mendukung kemerdekaan Shinta menentukan karirnya.
bertindak, merdeka menentukan diri dan merdeka Kini ia telah menghasilkan komik edukasi, dan berkarya
mengujudkan cita-citanya. Suatu kemerdekaan mantap di bidang animasi gambar menggambar.
individu matang, yang senantiasa mempertimbangkan bahwa
setiap langkah selalu diiringi konsekuensi dan risiko. Artinya Keluarga dokter Sindu (bukan nama sebenarnya, ber-
manusia dewasa yang merdeka, berani menentukan pilihan, karya di Jakarta) sukses dalam bidang usaha kesehatan.
berani bertindak mengujudkan pilihan dan berani bertang- Bapak dan ibu Sindu menetapkan bahwa semua anaknya
gung jawab atas pilihan. harus menjadi dokter dan mensyaratkan menantu-
Hidup adalah pilihan, sebuah kata yang sangat sering menantunya juga dokter. Tidak menjadi dokter disimbol-
kita dengar dan lontarkan. Untuk memilih apa yang akan kan sebagai kegagalan hidup dan kehilangan hubungan
dilakukan dan berani bertanggung jawab atas pilihan di- kekerabatan. Dalam suatu sesi terapi keluarga terungkap
perlukan keberanian. Keberanian tidak datang se- bahwa bapak dan ibu Sindu sangat yakin bahwa
“
gera, keberanian dibangun sejak kita ada. Hidup di- hanya dokter seperti dirinya yang tidak akan
buka dengan tangisan kala seorang bayi melepas- mengalami kesulitan dalam hidup. Ia memaksakan
kan diri dari rahim ketergantungan ibunya menuju setiap anak menjalani kuliah di fakultas kedokteran.
hidup bebas dengan pelajaran kemandirian. Fase Hidup Jika gagal di fakultas kedokteran favorit, ia akan
demi fase dalam kehidupan dilalui, sejak fase me- pindahkan anaknya masuk fakultas kedokteran
nyusui, disapih, belajar berjalan, menanggung rasa adalah lainnya yang kurang favorit. Memang kemudian se-
cemburu ketika ibu juga memberi perhatian pada mua anak-anaknya menjadi dokter, dan para anak
orang lain seperti ayah atau kakak, sampai mampu pilihan menyerahkan ijazahnya pada bapak dan ibu Sindu,
mencintai ibu dan mengatasi kecemburuan pada lalu mereka memilih jalan hidup mereka sendiri
orang yang memiliki ibunya, berani menatap masa
depan memasuki pergaulan sosial yang lebih luas.
Freud (ahli psikiatri) mengatakan, berani mena tap ke-
hidupan masuk dalam pergaulan luas memerlukan keper-
cayaan bahwa dunia adalah tempat indah, dipercaya
dapat menumbuhkan kematangan diri dan semua yang
pahit adalah pelajaran untuk meningkatkan kemampuan
diri. Ibu adalah guru yang baik dalam hal ini. Anak yang
” sing.
dengan tidak menjalani profesi dokter. Syarat ke-
merdekaan mereka telah dipenuhi, menjadi dokter
memerdekakan mereka dalam memilih karir masing-ma-
Hamba Tuhan
vs Hamba Hantu
Di dalam kehidupan yang serba modern ini, banyak perubahan-perubahan
yang terjadi. Perubahan-perubahan itu dapat
berdampak kepada yang membawa sikap positif atau negatif.
S
ecara positif banyak pekerjaan manusia secara dan pola hidup orang-orang yang memilih status sebagai
signifikan dapat dikerjakan dengan efektif dan hamba hantu ini. Sebagai contoh, ketika Tuhan Yesus
efisien. Maksud secara efektif adalah segala se- menghardik pohon ara yang tidak berbuah. Di dalam
suatu dapat dibenahi dengan tepat dan benar, cerita itu Tuhan Yesus sedang berjalan-jalan pada waktu
lebih lanjut, secara efisien segala sesuatu dibe- pagi dan ia lapar untuk mencari makan. Namun, ia tidak
nahi dengan tidak mengeluarkan banyak biaya. menemukan makanan yang ada selain melihat pohon ara.
Namun demikian ada berbagai perubahan-perubahan Pohon ara itu tidak ada buah saja melainkan dedaunan
juga yang bersifat negatif yang kita lihat di kehidupan saja (Baca Matius 21:18-20).
yang serba modern ini. Perilaku manusia semakin meng- Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kehidupan
klaim bahwa dirinya sebagai seseorang yang egois dan pada jaman Tuhan Yesus hidup adalah jaman dimana
tidak mau menghargai satu dengan yang lain. Perilaku ini penguasa yang berkuasa adalah orang-orang Romawi.
jika terus-menerus dikembangkan maka yang terjadi Dalam hal ini bangsa Israel yang merupakan tawanan
sikap-sikap yang mengidolakan dan menyembah kemam- dan penguasaan bangsa Romawi itu. Selanjutnya, dalam
puan diri sendiri melebihi Tuhan Allah di surga. Sudah keberadaannya bangsa Israel itu dipimpin oleh para tua-
barang tentu, jika ini dilakukan ada akibat yang menerpa tua adat dan pemimpin-pemimpin agama yakni orang-
sebagai contoh bencana alam, sakit penyakit, korupsi, orang Farisi. Kegiatan keagamaan dari bangsa Israel se-
kolusi, nepotisme dan lain sebagainya yang merebak dan telah Perjanjian Lama praktis mengalami ketidakpastian.
mengelontorkan iman, harap, dan kasih yang murni dari Hal ini disebabkan mereka masih menantikan Mesias
Allah. yang luar biasa yang mampu menyelamatkan mereka dari
Dalam perspektif Rohani Kristiani, sikap yang mengelon- tangan para tirani Romawi yang berkuasa. Lebih jauh,
tor iman, harap dan kasih Tuhan berakibat pada seiring dengan waktu berjalan, Mesias pun
“
gugurnya pemahaman dan pengenalan akan datang yang kita kenal sebagai Tuhan Yesus
Tuhan. Ditambah lagi, dengan menjadi tidak Kristus.
percaya akhirnya berkembang menjadi orang-
orang yang semakin anti dengan Tuhan alias
Manusia Hal ini menimbulkan permasalahan yang
pelik. Karena di satu sisi orang Farisi
Anti Christ. Oleh sebab itu kita harus tetap was-
pada terhadap segala hal yang buruk dan tidak
akan mencintai menantikan sang juruselamat yang dahsyat
dan hebat yang dapat melepaskan mereka
menguntungkan tersebut. dirinya sendiri dari belenggu penjajah Romawi. Sementara
Artinya kita harus mampu membedakan Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai
dan mengevaluasi diri kita sendiri apakah ki- dan menjadi Tuhan yang hidup padahal Kristus adalah
ta hamba Tuhan atau hamba hantu. Sebelum manusia biasa. Konflik antara Tuhan Yesus
kita masuk tentang menjadi hamba Tuhan, ki- hamba uang dengan orang Farisi pun menyebabkan
ta akan membahas atau berbicara hamba terjadinya jurang dualisme kepemimpinan
”
hantu atau anti Kristus. Hamba-hamba hantu dalam kehidupan masyarakat Yahudi.
atau anti Kristus memiliki sikap yang menolak Sebagian dari mereka memilih orang-orang
terhadap semua ajaran-ajaran tentang kebenaran Kristus. Farisi dan sebagian lagi memilih Tuhan Yesus sebagai
Ciri-ciri yang dapat kita lihat adalah perilaku yang Juruselamat.
dilihat lewat II Timotius 3:2-5 yakni Manusia akan Pohon ara yang tidak berbuah adalah orang-orang
mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. yang tidak memilih untuk mencari dan mengenal
Mereka akan membual dan menyombongkan diri, kebenaran Allah. Orang-orang Farisi itu memilih untuk
mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan tidak mengenal maupun mencari kebenaran Firman Allah
berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima yang asli didalam Kristus. Alhasil, tidak ada buah-buah
kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu menga- roh yang dapat dipancarluaskan dalam kehidupan
sihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, mereka. Buah-buah roh yang dimaksud: kasih, sukacita,
tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berla- kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia
gak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada 5:22-23).
menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan Tetapi sebaliknya, yang ada adalah perbuatan daging
ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
memungkiri kekuatannya. penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
Ciri-ciri ini sudah merebak di babak baru dalam era perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
ke-21 bahkan membahayakan dan sudah merasuk ke percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan,
dalam umat Tuhan. Tuhan Yesus dan pengikut-pengikut- pesta pora dan sebagainya (Galatia 5:19-21). Inilah
nya pun pernah diperhadapkan sebelumnya dengan sikap yang mengakibatkan Tuhan Yesus marah dan menghar-
P
ara biker Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang tergabung dalam
Customs Cycling Club (CCC), memang tak bosan-bosannya menjelajah alam
Indonesia yang kaya akan tantangan dan rintangan. Kegiatan bersepeda bersama
yang kian hari kian banyak peminatnya ini, membuat CCC semakin aktif dalam
menyelenggarakan kegiatan sepeda bersama di kalangan pegawai DJBC.
Salah satu kegiatan CCC yang baru saja dilaksanakan adalah, menjelajahi Gunung
Batur Kintamani, Bali sejauh 36 kilometer dengan rute off road, pada 11 Agustus 2007.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT RI ke-62 serta perpisahan
Kepala Bidang Audit Kantor Wilayah Bali, NTB dan NTT- Denpasar, Siswa Murwono yang
dimutasikan sebagai Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan (P2) Kantor Wilayah Jawa
Tengah dan Yogyakarta, banyak diminati para peserta dari berbagai daerah.
Hal ini dapat dilihat dari ragamnya peserta yang mengikuti kegiatan CCC di
Kintamani ini, yaitu dari Kanwil dan KPBC Denpasar, Bandung, Semarang, Surabaya,
Kupang, Tarakan, dan juga dari Kantor Pusat DJBC, dengan jumlah keseluruhan
peserta mencapai 30 orang.
Diambilnya rute off road di daerah Gunung Batur Kintamani Bali, adalah karena rute
yang ditempuh dirasakan cukup menantang sehingga para peserta dapat membuktikan
kepiawaiannya dalam bersepeda. Selain itu para peserta pun disuguhi dengan
pemandangan Danau Batur Kintamani yang sangat indah, sehingga rasa lelah yang dialami
para peserta dapat terobati dengan pemandangan yang menakjubkan.
Dengan mengambil lokasi start di atas lokasi wisata Danau Batur, para peserta pun
melalui jalur menurun dan menanjak hingga mencapai Danau Batur yang terletak di bawah.
Setelah istirahat di pos pertama, para peserta melanjutkan perjalanan yang sesungguhnya,
dimana mereka diharuskan mengitari Gunung Batur dengan medan off road yang sangat
menantang yang sebelumnya memang tidak diduga medannya.
Akhirnya setelah menjelajahi Gunung Batur selama tiga jam, para peserta pun finish di
tempat pemandian air panas Toyabungka Danau Batur. Sekalipun dalam kondisi lelah,
namun para peserta tetap terlihat sangat senang, karena mereka tidak menyangka dapat
mengitari Gunung Batur yang jika dilihat dari atas sangat tidak mungkin untuk dijelajahi.
“Kami memang sengaja memilih jalur ini karena jika sebelum-sebelumnya CCC
selalu mengadakan rute biasa, kali ini kami menginginkan rute yang cukup
menantang. Dan terbukti para peserta pun banyak yang berminat, dan rencana
kedepan CCC pun akan kembali mengambil rute off road di pulau Jawa,” jelas Siswa.
Lebih lanjut Siswa mengutarakan, untuk rute off road selanjutnya kemungkinan
akan diadakan di daerah Jawa Tengah dengan mengambil rute antara Magelang
hingga Boyolali dengan jarak sekitar 40 kilometer. Sementara itu, CCC juga telah
DIHIBUR PANORAMA ALAM. Walaupun
memiliki agenda di daerah Bandung yang rencananya akan dilaksanakan pada 26 medan yang dilalui cukup berat, namun para
Agustus 2007. Dengan dua agenda CCC tersebut, diharapkan para peserta juga akan peserta tetap merasa senang karena dihibur
semakin mencintai kegiatan sepeda bersama di kalangan pegawai DJBC. adi oleh panorama alam yang sangat indah.
JAKARTA. Upacara bendera Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-62 di Departemen Keuangan Lapangan Banteng Jakarta Pusat dipimpin langsung
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada 17 Agustus 2006. Pelaksanaan upacara dikoordinir oleh petugas dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
diantaranya dalam pembacaan naskah Proklamasi, pembacaan naskah Pancasila, sebagai komandan upacara yaitu Kasubdit Perencanaan dan Evaluasi
Audit Direktorat Audit, Azis Syamsu Arifin, dan dimeriahkan dengan Marching Band Bea dan Cukai. Upacara dihadiri pejabat eselon I, II, III dan IV
dilingkungan Departemen Keuangan. Upacara yang dimulai pada pukul 08.00 WIB berlangsung secara khidmat dan berakhir pada pukul 09.30 WIB.
WBC/ADI
JAKARTA. Untuk yang kesekian kalinya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) menghibahkan hasil tegahan mobil kepada instansi terkait lainnya
untuk mendukung kinerja dan operasional instansi tersebut. Untuk hibah kali ini, DJBC pada 3 Agustus 2007, menghibahkan dua unit mobil Honda kepada
Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) yang acara penyerahannya secara simbolis dilaksanakan di ruang Loka Utama Kantor Pusat
DJBC. Acara penyerahan hibah ditandatangani oleh Kasubdit Penyidikan Direktorat P2, Sugeng Apriyanto, dan Mayor Infantri Eko Budi Santoso, dan
bertindak sebagai saksi Direktur P2, Heru Santoso, dan Irjen Polri, Drs. Ansyaad. Acara hibah ini juga disaksikan langsung oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai, Anwar Suprijadi, Kasubdit Penindakan, dan Kasubdit Intelijen Direktorat P2.
WBC/ATS WBC/ATS
WBC/ATS s
JAKARTA. Rumah Bersalin Pasar Minggu milik Ditjen
Bea dan Cukai (diresmikan pada 20 Januari 1970) yang
dikelola oleh Dharma Wanita Persatuan KP-DJBC pada 7
Agustus 2007 diserahkan pengelolaannya kepada Kantor
Pusat DJBC. Acara diawali dengan beberapa sambutan
dan dilakukan penandatanganan serah terima yang
dilakukan oleh ketua pengelola rumah bersalin Pasar
Minggu Ny. Ibrahim A. Karim kepada Sekretaris DJBC yang
dalam hal ini diwakilkan oleh Kepala Bagian Umum Sonny
Subagio, disaksikan oleh Ny. Anwar Suprijadi. Selain itu
acara juga diisi dengan pemberian cinderamata dari Ny.
Anwar Suprijadi dan Ny. Erlangga Mantik kepada 2 orang
dokter, 1 bidan, 5 perawat dan 5 karyawan.
JAKARTA. Dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-62, KP-DJBC menyelenggarakan berbagai pertandingan olahraga yang melibatkan para pegawai dari 10
Direktorat yang ada di KP-DJBC. Pertandingan tersebut diantaranya adalah tenis lapangan, bulu tangkis, sepak bola dan pertandingan voli. Final voli diselenggarakan
di belakang gedung utama KP-DJBC pada 10 Agustus 2007. Sebelumnya dilakukan pertandingan eksibisi bola voli antara Tim voli Eksekutif DJBC yang terdiri dari
pejabat eselon II (kostum putih) melawan tim putri pegawai DJBC (kostum kuning) yang dimenangkan tim putri dengan skor 2 – 1. Usai pertandingan final antara tim
Direktorat P2 melawan tim Direktorat IKC dilakukan penyerahan piala kepada para juara lomba, yang diserahkan oleh Direktur Audit Thomas Sugijata, Tenaga
Pengkaji Bidang Pelayanan dan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Bambang Prasodjo, dan Kepala Bagian Umum Sonny Subagio.
FOTO : KIRIMAN
TELUK BAYUR. Pada tanggal 27 – 29 Juni Kepala Kanwil DJBC Riau dan Sumatera Barat, Djoko Sutojo Riyadi beserta rombongan melakukan
kunjungan kerja ke KPPBC Tipe A3 Teluk Bayur. Dalam Acara yang berlangsung di aula gedung KPPBC Teluk Bayur tampak Kepala KPBC Teluk Bayur
Buhari Sirait, SE, MM sedang menyampaikan penjelasan mengenai situasi/kondisi daerah yang berada dalam pengawasan KPPBC Tipe A3 Teluk Bayur
dengan diakhiri foto bersama. Kiriman KPPBC Teluk Bayur Henry Tresman Situmorang
s
FOTO : BAMBANG WICAKSONO
s
SURABAYA. Pengambilan sumpah
jabatan dan pelantikan eselon IV serta
pengambilan sumpah jabatan pegawai
negeri sipil di lingkungan Kanwil DJBC
Jawa Timur I dilakukan oleh Kepala
Kantor Wilayah Djasman Soetedjo pada
7 Agustus 2007. Bambang Wicaksono,
Surabaya
s
BANDA ACEH. Kanwil DJBC Nanggroe Aceh Darusalam (NAD)
menyelenggarakan pekan olah raga pada 10 – 12 Agutus 2007 yang
diikuti kontingen dari seluruh kantor di lingkungan Kanwil DJBC NAD
yakni KPPBC Sabang, KPPBC Lhokseumawe, KPPBC Kuala Langsa,
Ulee Lheue, KPPBC Iskandar Muda dan KPPBC Maulaboh. Sebelum
acara pertandingan dimulai dilakukan upacara pembukaan POR yang
dilakukan oleh Drs. Achmad Riyadi selaku Kepala Kanwil DJBC NAD.
Tampak pada gambar, foto bersama dengan Kepala Kanwil Achmad
Riyadi (berdiri nomor 5 dari kiri) DJBC NAD sebelum pertandingan
sepakbola antara tim Kanwil DJBC NAD melawan KPPBC s
Lhokseumawe. Kiriman Amir Hasan A. - Kanwil DJBC NAD
FOTO : KIRIMAN
FOTO : KIRIMAN
BANDA ACEH. KPPBC Sabang pada 30 Juli 2007
menerima kunjungan kerja Sekretaris Ditjen Bea dan
Cukai Kamil Sjoeib dan Kepala Bagian Kepegawaian
Azhar Rasyidi KP-DJBC. Kunjungan ini diterima oleh
Kepala Kanwil DJBC NAD Achmad Riyadi dan
beberapa pejabat lainnya. Tampak Pada gambar foto
bersama Sekretaris Ditjen Bea dan Cukai dan Kepala
Bagian Kepegawaian dengan Kepala Kanwil DJBC
NAD Achmad Riyadi dengan beberapa pejabat KPPBC
Sabang. Kiriman Amir Hasan A. - Kanwil DJBC NAD
s
14
78 WARTA BEA CUKAI EDISI 394 SEPTEMBER 2007
FOTO : KIRIMAN
BANDA ACEH. Pada 12 Juli 2007 Kepala Kanwil DJBC NAD. Drs. Achmad Riyadi meresmikan Dermaga Sementara Kapal Patroli BC 15021 Kanwil
DJBC NAD yang berlokasi didaerah Keudah ditepi Sungai Krueng Aceh yakni Sungai yang membelah kota Banda Aceh (gambar kiri). Selain peresmian,
acara diisi syukuran dengan menyantuni anak yatim-piatu yang berada disekitar dermaga (gambar kanan). Kiriman Amir Hasan A. - Kanwil DJBC NAD
FOTO : KIRIMAN
s
BANDA ACEH. Dengan menggunakan kapal patroli Kepala Kanwil DJBC NAD Achmad Riyadi
melakukan kunjungan kerja ke KPPBC Sabang pada 16 Juli 2007. Kapal patroli bersandar di
Pelabuhan Bebas Sabang dan diterima oleh Kepala KPPBC Sabang dan beberapa staf. Dalam
kunjungan tersebut Kakanwil berdialog dengan para pegawai yang dipimpin oleh Kepala KPPBC
Sabang dan diakhiri dengan foto bersama. Kiriman Amir Hasan A. - Kanwil DJBC NAD
JAKARTA. Upacara Bendera Merah Putih juga diselenggarakan di Sekolah Yayasan Bhakti
Tugas Cabang Pasar Minggu Jakarta Selatan yang berada di komplek Bea dan Cukai pada 17
Agustus 2005 lalu. Upacara dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-62 dipimpin
oleh Kepala Sekolah dan dihadiri seluruh murid Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah Pertama
(SMP) serta para guru. Selain itu upacara juga dihadiri oleh pengurus sekolah Yayasan Bhakti
Tugas dan para mantan pegawai Bea dan Cukai yang pernah menjadi tentara dalam membela
negara RI serta para Pengurus Pusat Yayasan Kesejahteraan Bhakti Tugas. Pada kesempatan
yang sama bertepatan dengan memperingati hari kemerdekaan Sekolah SMP Yayasan Bhakti
Tugas Cabang Pasar Minggu Jakarta memperingati hari ulang tahun yang ke-21. Dalam acara
dilakukan pemotongan tumpeng oleh Ketua Yayasan Kesejahteraan Bhakti Tugas Cabang
Jakarta Selatan Sri Soemaryati (Yayok) dan diserahkan kepada Kepala Sekolah SMP Katena
Spd. Setelah itu acara dilanjutkan dengan penyerahan hadiah kepada juara I, II, III dari masing-
masing kelas dalam lomba baca puisi, menggambar peta, menata ruangan dan lain-lainnya. s
WBC/ATS
WBC/KY
TARAKAN. Pada 19 Agustus 2007, bertempat di stadion olahraga Datu Adil, Tarakan, berlangsung pertandingan sepakbola persahabatan antara tim sepakbola DPRD Kota
Tarakan melawan tim sepakbola gabungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dengan Kastam Diraja Malaysia (KDRM) Negeri Sabah. Pertandingan tersebut
dimenangkan oleh tim gabungan dengan skor 4-1. Pertandingan sepakbola ini adalah salah satu rangkaian kegiatan olahraga persahabatan antar kedua institusi pabean, selain
pertandingan bola voli dan bulutungkis. Tampak pada gambar kiri penyerahan plakat oleh Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Timur Ismartono kepada Ketua DPRD Tarakan Udin
Hianggio usai pertandingan, sedangkan gambar kanan foto bersama kedua tim, berdiri tim DJBC dan KDRM, dan duduk tim DPRD.
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
mendapatkan peran antagonis
pada beberapa sinteron yang
dibintangi, namun pada kenya-
taannya pria kelahiran Palem-
bang ini tidak sama dengan
perannya di sinetron yang
diperaninya. Itulah Anwar Fuadi
pemain sinetron yang identik
dengan peran antagonis dalam
beberapa sinteron yang
dibintanginya. Ia mengatakan
peran antagonis yang ia lakoni
tidak jarang berimbas sampai ke
kehidupan nyata. Ia menceri-
Anwar Fuadi
dan penduduknya ramah-
baik walaupun ada juga yang ramah, itu tercermin dari
agak sangar, tapi saya perilaku petugas yang ramah di
mengerti tugas mereka yang
cukup melelahkan menurut bandara sebagai pintu gerbang
saya, tapi yang penting masuknya turis asing ke Indo-
ramah kepada penumpang,”
terangnya. zap
nesia,”ujarnya menutup pembi-
caraan dengan WBC. zap Disapa Ramah oleh Petugas
80 WARTA BEA CUKAI EDISI 394 SEPTEMBER 2007
K E P U T U S A N & K E T E T A P A N
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 65/PMK.04/2007
TENTANG
PENGUSAHA PENGURUSAN
JASA KEPABEANAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2006, dalam hal importir atau eksportir tidak dapat melakukan
sendiri pengurusan pemberitahuan pabean, importir dan eksportir tersebut dapat
menguasakan kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan;
b. bahwa Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, mempunyai peranan yang penting dalam pelayanan kepabeanan kepada
masyarakat, sehingga dipandang perlu untuk menyempurnakan ketentuan yang
mengatur persyaratan untuk menjadi Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan
antara lain keharusan memiliki kejelasan dan kebenaran kedudukan, identitas
pengurus dan penanggung jawab, dan kompetensi ahli kepabeanan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c,
dan d perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengusaha
Pengurusan Jasa Kepabeanan;
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);
2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3613);
3. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.04/2002 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 112/KMK.04/2003;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557/KMK.04/2002 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Ekspor;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGUSAHA PENGURUSAN
JASA KEPABEANAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :
Pasal 2
(1) Pengurusan Pemberitahuan Pabean atas barang impor atau ekspor dilakukan
oleh pengangkut, importir, atau eksportir.
(2) Dalam hal pengurusan Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak dilakukan sendiri, importir, atau eksportir dapat memberikan
kuasanya kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan.
Pasal 3
(1) Untuk dapat melakukan pengurusan jasa kepabeanan, Pengusaha
Pengurusan Jasa Kepabeanan wajib memiliki nomor identitas berupa
Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan dalam rangka
akses kepabeanan.
(2) Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuknya.
Pasal 4
(1) Untuk mendapatkan Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pengusaha Pengurusan Jasa
Kepabeanan wajib melakukan registrasi melalui media elektronik kepada
Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya.
(2) Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang akan melakukan registrasi,
wajib memenuhi persyaratan:
a. kejelasan dan kebenaran alamat (existence);
b. kejelasan dan kebenaran identitas pengurus dan penanggung jawab
(responsibility);
c. mempunyai pegawai yang berkualifikasi Ahli Kepabeanan (competency); dan
d. kepastian penyelenggaraan pembukuan (auditable).
(3) Pejabat Bea dan Cukai melakukan penelitian dan penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 5
(1) Hasil registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk
Pasal 6
(1) Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya memberikan keputusan atas
registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, paling lama 45 (empat puluh
lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya data registrasi secara lengkap dan
benar.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Pemberian Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, dalam
hal registrasi memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 4;
atau
b. Surat penolakan dengan menyebutkan alasannya.
(3) Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a berlaku di seluruh Kantor Pabean di Indonesia
dan berlaku sampai dengan ada pencabutan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat
yang ditunjuknya.
Pasal 7
(1) Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang telah mendapatkan Nomor
Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a, sebelum melakukan kegiatannya wajib
menyerahkan jaminan kepada Kantor Pabean yang mengawasi.
(2) Besarnya jumlah jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan memperhatikan jumlah kegiatan dan tingkat risiko Pengusaha
Pengurusan Jasa Kepabeanan.
(3) Bentuk jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. uang tunai;
b. jaminan bank; dan/atau
c. jaminan dari perusahaan asuransi.
Pasal 8
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang akan melakukan kegiatan
pengurusan jasa kepabeanan di Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem
Pertukaran Data Elektronik (PDE) Kepabeanan, wajib menggunakan perangkat dan
modul Pertukaran Data Elektronik (PDE) milik sendiri untuk pembuatan dan
penyerahan pemberitahuan pabean.
Pasal 9
(1) Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang telah mendapat Nomor Pokok
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan wajib memberitahukan perubahan
data Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan kepada Direktur Jenderal atau
Pejabat yang ditunjuknya.
(2) Pemberitahuan perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui media elektronik.
Pasal 10
(1) Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang telah mendapat Nomor Pokok
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan wajib memenuhi seluruh peraturan
perundang-undangan di bidang kepabeanan, cukai, dan perpajakan, serta
ketentuan lain di bidang impor dan ekspor.
(2) Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan bertanggung jawab terhadap
pungutan negara dalam rangka impor atau ekspor dalam hal importir, atau
eksportir tidak ditemukan.
(3) Segala isi dan bentuk perjanjian antara Pengusaha Pengurusan Jasa
Kepabeanan dan importir, atau eksportir tidak mengurangi tanggung jawab
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan dan cukai.
Pasal 11
(1) Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan diblokir dalam hal :
a. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang sedang menjalani proses
penyelidikan atau penyidikan atas suatu pelanggaran pidana di bidang
kepabeanan yang berkaitan dengan jasa kepabeanan yang dilakukannya;
b. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan tidak menyerahkan hardcopy
Pemberitahuan Pabean dan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan;
c. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan tidak memenuhi kewajiban
memberitahukan perubahan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1);
d. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan tidak lagi memiliki jaminan yang
cukup dalam hal adanya pencairan jaminan sebagai akibat tanggung jawab
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2);
e. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan tidak lagi memiliki pegawai yang
mempunyai Sertifikat Ahli Kepabeanan; dan/atau
f. berdasarkan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit dan/atau Unit
Pengawasan lainnya.
(2) Pemblokiran Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dicabut dalam hal:
a. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan telah selesai menjalani proses
penyelidikan atau penyidikan atas suatu pelanggaran pidana di bidang
kepabeanan yang berkaitan dengan jasa kepabeanan yang dilakukannya dan
telah dinyatakan terbukti tidak bersalah;
b. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan telah menyerahkan hardcopy
Pemberitahuan Pabean dan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan;
c. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan telah menyerahkan laporan
perubahan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);
d. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan telah menaruhkan jaminan yang
cukup atau telah memenuhi jaminan yang ditetapkan;
e. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan telah memiliki pegawai yang
mempunyai Sertifikat Ahli Kepabeanan; dan/atau
f. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan telah melaksanakan rekomendasi
berdasarkan Laporan Hasil Audit dan/atau Unit Pengawasan lainnya.
Pasal 13
Pemblokiran Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan
Jasa Kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, tidak menggugurkan
tanggung jawab Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan terhadap pungutan
negara dalam rangka impor atau ekspor dalam hal importir, atau eksportir tidak
ditemukan.
Pasal 14
(1) Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang telah memiliki Nomor Pokok
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan sebelum berlakunya Peraturan
Menteri Keuangan ini, wajib melakukan registrasi ke Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai untuk mendapatkan Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa
Kepabeanan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini.
(2) Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini masih berlaku dan dapat
dipergunakan untuk pengurusan jasa kepabeanan sampai dengan 90 (sembilan
puluh) hari sejak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 15
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri
Keuangan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 16
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2007
MENTERI KEUANGAN,
ttd
SRI MULYANI INDRAWATI
TENTANG
Menimbang :
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A ayat (9),
Pasal 11A ayat (7), Pasal 32 ayat (4), dan Pasal 43 ayat (4) Undangundang Nomor
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan
tentang Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementara;
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3481);
2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3493);
3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indone-
sia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4661);
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3613);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 127);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128);
7. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KAWASAN PABEAN DAN
TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :
BAB II
KAWASAN PABEAN
Bagian Kesatu
Persyaratan dan Tatacara Penetapan
Sebagai Kawasan Pabean
Pasal 2
Penetapan suatu kawasan sebagai Kawasan Pabean ditetapkan oleh Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan.
Pasal 3
(1) Untuk memperoleh penetapan sebagai Kawasan Pabean sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pengelola Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau Tempat
Lain mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuknya.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
Pasal 4
(1) Atas permohonan penetapan sebagai Kawasan Pabean sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya
atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan
dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak
permohonan diterima secara lengkap dan benar. (2) Persetujuan atas
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menerbitkan Keputusan Penetapan sebagai Kawasan Pabean oleh Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan.
Pasal 5
(1) Untuk kepentingan pengawasan di bidang kepabeanan, Direktur Jenderal
atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan menetapkan
batas-batas kawasan dan pintu masuk/keluar atas suatu tempat atau
kawasan yang diajukan permohonan untuk penetapan sebagai Kawasan
Pabean.
Bagian Kedua
Larangan Penimbunan
di Kawasan Pabean
Pasal 6
Barang selain untuk tujuan impor dan/atau ekspor dilarang untuk ditimbun,
dimasukkan, dan/atau dikeluarkan ke dan/atau dari Kawasan Pabean, kecuali
untuk tujuan pengangkutan selanjutnya.
Pasal 7
(1) Penetapan sebagai Kawasan Pabean dicabut dalam hal :
a. Kawasan Pabean tidak menjalankan kegiatan/usaha dalam jangka waktu 1
(satu) tahun secara terus-menerus;
b. pengelola Kawasan Pabean terbukti bersalah telah melakukan pelanggaran
tindak pidana di bidang kepabeanan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
c. pengelola Kawasan Pabean dinyatakan pailit; dan/atau
d. Pengelola Kawasan Pabean mengajukan permohonan sendiri untuk
dilakukan pencabutan.
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai.
BAB III
TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA
Bagian Kesatu
Penetapan dan Jenis Tempat
Penimbunan Sementara
Pasal 8
(1) Penetapan suatu kawasan, bangunan, dan/atau lapangan sebagai Tempat
Penimbunan Sementara ditetapkan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan.
(2) Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Lapangan Penimbunan;
b. Lapangan Penimbunan Peti Kemas;
c. Gudang Penimbunan; dan/atau
d. Tangki penimbunan.
Bagian Kedua
Persyaratan dan Tatacara Penetapan
Sebagai Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 9
(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Tempat Penimbunan Sementara, Pengusaha
tempat penimbunan harus mengajukan permohonan penetapan suatu kawasan,
bangunan, dan/atau lapangan sebagai Tempat Penimbunan Sementara kepada
Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan:
Pasal 10
(1) Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri
Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan terhadap permohonan
penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari
sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.
(2) Persetujuan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan menerbitkan Keputusan Penetapan Sebagai Tempat
Penimbunan Sementara oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan.
(3) Penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan menerbitkan surat pemberitahuan penolakan oleh
Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri
Keuangan yang disertai dengan alasan penolakan.
(4) Keputusan penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sejak tanggal ditetapkan
sampai dengan adanya pencabutan.
Bagian Ketiga
Penimbunan Barang di Tempat
Penimbunan Sementara
Pasal 11
(1) Penimbunan barang impor dan barang ekspor sementara menunggu
pengeluaran atau pemuatannya, dilakukan di tempat penimbunan yang telah
mendapatkan penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara.
Pasal 12
(1) Penimbunan barang di dalam Tempat Penimbunan Sementara wajib dipisahkan
antara barang impor, barang ekspor, dan barang untuk diangkut ke dalam
daerah pabean lainnya melalui luar daerah pabean.
(2) Barang-barang berbahaya, merusak, dan/atau yang memiliki sifat dapat
mempengaruhi barang-barang lain atau yang memerlukan instalasi atau
penanganan khusus, wajib ditimbun di tempat khusus yang disediakan
untuk itu.
(3) Peti kemas kosong wajib ditimbun di tempat khusus yang disediakan untuk itu.
(4) Barang impor, ekspor, atau untuk diangkut ke dalam daerah pabean lainnya
melalui luar daerah pabean yang ditimbun di gudang penimbunan, wajib diberi
identitas secara jelas.
Pasal 13
(1) Peti kemas atau kemasan barang-barang lainnya yang ditimbun dalam
Tempat Penimbunan Sementara hanya dapat dibuka untuk kepentingan
pemeriksaan fisik barang dalam rangka pemeriksaan pabean.
(2) Dalam hal terdapat permohonan tertulis dari pemilik barang atau kuasanya,
Pejabat Bea dan Cukai dapat memberikan persetujuan untuk membuka
peti kemas atau kemasan barang untuk tujuan selain yang dimaksud pada
ayat (1).
Pasal 14
(1) Penimbunan barang di Tempat Penimbunan Sementara yang berada di
dalam area pelabuhan laut atau bandar udara ditetapkan paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal penimbunan.
(2) Penimbunan barang di Tempat Penimbunan Sementara yang berada di
tempat lain, ditetapkan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
penimbunan.
(3) Barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara yang tidak
dikeluarkan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan sebagai Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai.
Bagian Keempat
Kewajiban dan Tanggung Jawab
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 15
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyediakan tempat atau
bangunan dan sarana yang memadai untuk tempat pemeriksaan barang
yang ditimbun di dalam Tempat Penimbunan Sementara.
(2) Tempat, bangunan, dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memenuhi persyaratan yang memungkinkan dapat dilakukannya
Pasal 16
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang telah mendapatkan
Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), sebelum memulai
operasional kegiatan sebagai Tempat Penimbunan Sementara wajib
menyerahkan jaminan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi
Tempat Penimbunan Sementara.
(2) Besarnya jumlah jaminan ditetapkan dengan memperhatikan kapasitas,
jenis, dan/atau volume Tempat Penimbunan Sementara.
(3) Bentuk jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. uang tunai;
b. jaminan bank; dan/atau
c. jaminan dari perusahaan asuransi.
Pasal 17
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang akan memulai operasional
kegiatan sebagai Tempat Penimbunan Sementara wajib memberitahukan
secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi.
Pasal 18
Tempat Penimbunan Sementara yang berada di bawah pengawasan Kantor
Pabean yang telah menerapkan sistem Pertukaran Data Elektronik (PDE)
Kepabeanan wajib memiliki aplikasi pengelolaan barang di Tempat Penimbunan
Sementara dan menyediakan media komunikasi data elektronik yang terhubung
(on-line computer) dengan aplikasi kepabeanan Kantor Pabean.
Pasal 19
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib memberitahukan setiap
perubahan data, tata letak lapangan atau bangunan, dan/atau pengalihan
pengusahaan Tempat Penimbunan Sementara kepada Direktur Jenderal
atau Pejabat yang ditunjuknya.
(2) Dalam hal perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut
perubahan terhadap kapasitas, jenis, dan/atau volume Tempat Penimbunan
Sementara yang mengakibatkan perubahan besarnya jaminan, Pengusaha
Tempat Penimbunan Sementara wajib melakukan penyesuaian besarnya
jaminan ke Kantor Pabean yang mengawasi.
Pasal 20
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyampaikan daftar barang
yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara yang telah melewati jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) kepada
Kepala Kantor Pabean.
Pasal 21
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyelenggarakan
pembukuan dan menyimpan catatan dan dokumen, termasuk data
Pasal 22
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara bertanggung jawab atas bea masuk
dan/atau cukai serta pajak dalam rangka impor yang terutang atas barang yang
ditimbun dalam Tempat Penimbunan Sementara terhitung sejak saat
penimbunan sampai dengan tanggal Pemberitahuan Pabean atas Impor.
(2) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara dibebaskan dari tanggung
jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal barang yang
ditimbun di Tempat Penimbunan Sementaranya:
a. musnah tanpa sengaja;
b. telah diekspor kembali, diimpor untuk dipakai, atau diimpor sementara;
atau
c. telah dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sementara lain, Tempat
Penimbunan Berikat atau Tempat Penimbunan Pabean.
(3) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya berada di tempat
penimbunannya, wajib membayar bea masuk dan/atau cukai serta pajak
dalam rangka impor yang terutang dan dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
(4) Perhitungan bea masuk dan/atau cukai serta pajak dalam rangka impor
yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang tidak dapat
didasarkan pada tarif dan nilai pabean barang yang bersangkutan,
didasarkan pada tarif tertinggi untuk golongan barang yang tertera dalam
pemberitahuan pabean pada saat barang tersebut ditimbun di Tempat
Penimbunan Sementara dan nilai pabean ditetapkan oleh Pejabat Bea dan
Cukai.
Bagian Kelima
Sanksi Pengusaha Tempat
Penimbunan Sementara
Pasal 23
Kapala Kantor Pabean yang mengawasi Tempat Penimbunan Sementara
memberikan peringatan tertulis kepada Pengusaha Tempat Penimbunan
Sementara dalam hal pengusaha Tempat Penimbunan Sementara:
a. tidak mengindahkan ketentuan pemisahan penimbunan barang impor,
barang ekspor, dan barang untuk diangkut ke dalam daerah pabean
lainnya melalui luar daerah pabean, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1);
b. menimbun barang-barang berbahaya, merusak, dan yang karena sifatnya
dapat mempengaruhi barang-barang lain atau yang memerlukan instalasi
Pasal 24
(1) Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dibekukan dalam hal
pengusaha Tempat Penimbunan Sementara:
a. menimbun barang selain yang diijinkan untuk ditimbun di Tempat
Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2);
b. tidak lagi memiliki dan menyelenggarakan sistem Pertukaran Data
Elektronik (PDE) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18;
c. tidak menyelenggarakan pembukuan dan tidak bersedia menyerahkan
dokumen dan pembukuan lainnya sehubungan dengan audit di bidang
kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;
d. tidak memenuhi kewajiban pelunasan bea masuk dan/atau cukai serta
pajak dalam rangka impor, dan sanksi administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah penagihan;
e. tidak memenuhi ketentuan yang menjadi alasan diterbitkannya surat
peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal surat peringatan; dan/atau
f. direkomendasikan oleh unit pengawasan untuk dibekukan.
(2) Pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan
dengan Surat Pemberitahuan Pembekuan atas Keputusan Penetapan
Sebagai Tempat Penimbunan Sementara berdasarkan hasil penelitian atau
audit yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai.
(3) Selama dalam status pembekuan, Pengusaha Tempat Penimbunan
Sementara dilarang memasukkan barang ke dalam Tempat Penimbunan
Sementara.
Pasal 25
(1) Pembekuan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 26
(1) Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri Keuangan
melakukan pencabutan Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan
Sementara berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pejabat Bea
dan Cukai.
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:
a. Tempat Penimbunan Sementara dalam status pembekuan dalam waktu
selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus;
b. Tempat Penimbunan Sementara tidak menjalankan kegiatan/usaha
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun secara terus-menerus;
c. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara terbukti bersalah telah
melakukan pelanggaran tindak pidana di bidang kepabeanan
berdasarkan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
d. Tempat Penimbunan Sementara dinyatakan pailit; dan/atau
e. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara mengajukan permohonan
sendiri untuk dilakukan pencabutan.
(3) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi
tanggung jawab Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara untuk
menyelesaikan kewajiban pabean.
(4) Atas pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Pencabutan atas Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan
Sementara.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
(1) Terhadap Kawasan Pabean yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Pabean
BAB V
PENUTUP
Pasal 28
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan
Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.
Pasal 29
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku maka :
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 573/KMK.05/1996 tentang Tempat
Penimbunan Sementara;
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 131/KMK.05/1997 tentang Kawasan
Pabean; dan
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 147/KMK.05/1997 tentang Penunjukan
Tempat Penimbunan Sementara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 30
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2007.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juni 2007
MENTERI KEUANGAN,
ttd