You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

Islam dan iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hokum keduanya. Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih u m u m daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandungmakna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia relah merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin. Iman lebih umum daripada Islam dari maknanya; karena ia mengandungI s l a m . M a k a , s e o r a n g h a m b a t i d a k a k a n s a m p a i k e p a d a t i n g k a t a n i m a n kecuali apabila telah merealisasikan Islam dan iman lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli iman adalah segolongan dari ahli Islam (muslim), b u k a n s e m u a n y a . M a k a , s e t i a p m u k m i n a d a l a h m u s l i m d a n t i d a k s e t i a p muslim adalah mukmin. Rukun iman yang pertama dan kedua adalah Iman Kepada Allah SWT dan Iman Kepada Malaikat. Maka dalam makalah ini yang akan kami sampaikan adalah pengertian Iman kepada Allah SWT dan Iman Kepada Malaikat.

BAB II DEFINISI

Iman Kepada Allah


Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan anggota badan (beramal). Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT itu ada, Allah Maha Esa. Keyakinan itu diucapkan dalam kalimat :

Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Sebagai perwujudan dari keyakinan dan ucapan itu, harus diikuti dengan perbuatan, yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Rukun Iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT yang merupakan dasar dari seluruh ajaran Islam. Orang yang akan memeluk agama Islam terlebih dahulu harus mengucapkan kalimat syahadat. Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah SWT sudah dimiliki manusia sejak ia lahir. Bahkan manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah SWT sejak ia berada di alam arwah. Firman Allah SWT :

Dan ingatlah, ketika TuhanMu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab : Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi. (QS. Al-A raf : 172)

Iman Kepada Malaikat


Dalam Islam, iman kepada malaikat adalah salah satu rukun iman. Iman kepada malaikat adalah percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa malaikat Allah SWT benarbenar ada. Keberadaan malaikat bersifat gaib, artinya tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi keberadaannya dapat diketahui dan dipahami, seperti adanya wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. Para nabi dan rasul tersebut menerima wahyu melalui perantara malaikat Allah SWT. Iman kepada malaikat adalah rukun iman yang ke-2. Rukun iman yang jumlahnya ada 6 merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, juga tidak dapat dipilih-pilih. Sehingga tidak disebut orang beriman jika tidak meyakini salah satu dari rukum iman tersebut. Malaikat adalah makhluk yang hidup di alam ghaib dan senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta ala. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan rububiyah danuluhiyah sedikit pun. Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,

Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan adam Alaihissalam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.

Allah Subhanahu wa ta ala berfirman, Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisiNya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.

BAB III PEMECAHAN MASALAH

Cara Beriman Kepada Allah SWT


Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada diri seseorang. Sebab jika iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha dan qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara keseluruhan. Di masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama Islam.

Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada Allah SWT : 1. Bersifat Ijmali Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-Qur an sebagai suber ajaran pokok Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah SWT. Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa, Maha Suci. Dia Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna.

2. Bersifat Tafshili Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya. Sebagai bukti adalah adanya

Asmaul Husna yang kita dianjurkan untuk berdoa dengan Asmaul Husna serta menghafal dan juga meresapi dalam hati dengan menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Dasar Beriman Kepada Allah : a. Kecenderungan dan pengakuan hati b. Wahyu Allah atau Al-Qur an c. Petunjuk Rasulullah atau Hadits Setiap manusia secara fitrah, ada kecenderungan hatinya untuk percaya kepada kekuatan ghaib yang bersifat Maha Kuasa. Tetapi dengan rasa kecenderungan hati secara fitrah itu tidak cukup. Pengakuan hati merupakan dasar iman. Namun dengan pengakuan hati tidak akan ada artinya, tanpa ucapan lisan dan pengalaman anggota tubuh. Sebab antara pengakuan hati, pengucapan lisan, dan pengalaman anggota tubuh merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Untuk mencapai keimanan yang benar tidak hanya berdasarkan fitrah pengakuan hati nurani saja, tetapi harus dipadukan dengan Al-Qur an dan Hadits.

Metode Pembuktian Wujud Allah


Untuk pembuktian wujud Allah, Qur an menunjukan suatu metode yaitu dengan menyelidiki kepada kejadian manusia dan alam semesta. Alam ini adalah bukti-bukti kebenaran dan wujud Allah SWT. Filosof Ibnu Rusyd (1126-1198) berkata : Untuk membuktian wujud Allah itu ada dua cara: yang pertama, dinamakan dalil al-inayah (the proof of providence) ; dan kedua, dinamakan dalil al-ikhtira (the prof of creation). Kesimpulan dari dalil pertama ialah bahwa sesungguhnya tentang kesempurnaan stuktur susunan alam semesta ini menunjukan adanya suatu tujuan tertentu pada alam. Dan tidaklah mungkin bahwa alam semesta yang kita lihat itu, sempurna struktur kejadiannya adalah suatu barang yang wujudnya kebetulan, tapi pasti telah ditentukan tujuannya, bahwa ia adalah

natijah daripada hikmah ketuhanan. Dan mengenai dalil yang kedua, berkesimpulan bahwa semua yang ada (maujud) yang kita lihat ini adalah mahluk hidup, dimana manusia sangat lemah untuk dapat menciptakan walaupun seekor binatang kecil. Ibnu Rusyd menunjukan itu memberikan arti bahwa ada Tuhan yang telah menjadikan seluruh mahluk ini. Dalam Al-qur an Surah Al-Haj (22) ayat 73, Allah berfirman : Hai manusia, telah ditunjukan satu perumpamaan. Sebab itu dengarkanlah! Sesungguhnya yang kamu seru selain Allah, tidaj akan bisa membikin lalat, walaupun mereka bersatu menjadikannya . Menurut ajaran islam, wujud (ada) itu ada dua, yaitu, Allah dan alam, Allah adalah khalik, Pencipta alam, dimana Dia sendiri tidak diciptakan. Eksitensi Allah adalah wajib, karena itu Dia adalah wajibul wujud, artinya ada-Nya adalah wajib. Dia tidak mungkin tidak ada. Tidak adanya Dia itu mustahil. Dia Suci dan berbeda dari alam dengan segala hal laisa kamitslihi syaiun . Ini adalah akidah agama Islam dan kaum muslim. Yang dimaksud alam dalam ilmu tauhid ialah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera kita atau oleh perasaan dan pikiran kita. Alam itu mempunyai keadaan dan sifat-sifat yang khas. Pertama, ia takluk kepada hokum gerak, berubah dan berkembang. Dari tiada lalu ada, dari kecil kepada besar, dari keadaan lemah menjadi kuat, kemudian kembali lemah lagi, kebenaran yang diperolehnya nisbi, dan akhirnya ia mati dan musnah. Kedua, alam itu dapat disusun atau tersusun (murakkab), karena ia adalah maddah (materi) dan susunan atom-atom dan molekul-molekul. Ketiga, alam itu takluk kepada ruang dan waktu, walaupun ruan dan waktu itu adalah alam juga. Keempat, alam itu dapat ditangkap dengan panca indera, perasaan dan pikiran kita.

Beriman kepada malaikat


Beriman kepada malaikat dapat meningkatkan pengetahuan indra manusia kepada pengetahuan yang berada dibelakang benda atau materi yang disebut dengan pengetahuan

metafisika. Namun, terkadang terjadi salah penafsiran yang mengakibatkan mereka terjerumus dalam cerita khurafat, dan tahayul yang pada akhirnya menimbulkan rasa takut yang tidak beralasan. Untuk menghilangkan rasa takut itu, mereka menyediakan bermacam-macam sesajian, seperti melalui upacara menanam kepala kerbau yang di yakini dapat menyelamatkan manusia. Oleh karena itu, dengan mengimani adanya malaikat dan hal-hal ghaib lainnya yang diterangkan dalam Al Qur an dan hadist Nabi Saw. jiwa manusia akan terbebas dari rasa takut yang tidak beralasan, khurafat, dan tahayul.

Iman kepada malaikat menjadikan manusia berhati-hati dalam tindak-tanduknya karena mereka yakin ada dan akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Iman kepada malaikat mempunyai pengaruh positif dan manfaat yang besar bagi kehidupan seseorang, antara lain sebagai berikut: a. Semakin meyakini kebesaran, kekuatan dan kemahakuasaan Allah SWT. b. Bersyukur kepada-Nya, karena telah menciptakan para malaikat untuk membantu kehidupan dan kepentingan manusia dan jin. c. Menumbuhkan cinta kepada amal shalih, karena mengetahui ibadah para malaikat d. Merasa takut bermaksiat karena meyakini berbagai tugas malaikat seperti mencatat perbuatannya, mencabut nyawa dan menyiksa di naar. e. Cinta kepada malaikat karena kedekatan ibadahnya kepada Allah SWT, dan karena mereka selalu membantu dan mendoakan kita.

Jumlah malaikat yang diciptakan oleh Allah SWT sangatlah banyak, hal ini dijelaskan Rasulullah SAW dalam 2 buah hadits berikut: k Bersabda Nabi SAW: Sesungguhnya aku mendengar langit berkeriut Dan bergemeretak, Dan tidaklah ada satu tempat sebesar sejengkal kecuali ada seorang malaikat meletakkan dahinya sedang bersujud atau berdiri shalat.

k Bersabda Nabi SAW: Masuk ke dalam Baitul Ma mur pada setiap harinya 70.000 malaikat dan tidak pernah keluar lagi sampai hari kiamat.

Tapi jumlah malaikat yang patut diketahui manusia hanyalah 10 nama, yaitu: 1. Jibril 2. Mikal atau sering disebut Mikail 3. Israfil 4. Izrail atau sering disebut dengan Malakul Maut 5. Munkar 6. Nakir 7. Raqib 8. Atid 9. Malik atau Zabaniyah 10. Ridwan

Tanda-tanda Beriman kepada Malaikat a. Taat kepada Allah dan rasul-Nya b. Tidak mempersekutukan Allah c. Mematuhi ajaran-ajaran yang disampaikan al-Qur an d. Melaksanakan segala tuntunan syariat Islam

Perilaku Orang yang Beriman kepada Malaikat a. Selalu berhati-hati dalam segala macam perbuatan b. Selalu berbuat positif c. Rajin mempelajari ilmu pengetahuan d. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

You might also like