You are on page 1of 11

MAKALAH HUBUNGAN HATI NURANI DENGAN KESADARAN MORAL, MORALITAS DAN PERILAKU

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : etika Dosen : yulisma

DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................................. 2 A. Hati Nurani ............................................................................................................. 2 1. Pengertian Hati Nurani ..................................................................................... 2 2. Bentuk Hati Nurani .......................................................................................... 2 3. Sifat-sifat hati Nurani ....................................................................................... 3 B. Pengertian Kesadaran Moral, Moralitas dan Perilaku ........................................... 5 1. Pengertian Kesadaran Moral ........................................................................... 5 2. Pengertian Moralitas ......................................................................................... 7 3. Pengertian Perilaku .......................................................................................... 8 BAB III. KESIMPULAN ................................................................................................. 9 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

BAB I PENDAHULUAN
Pada dasarnya hidup ini adalah perbuatan, dan segala perbuatan baik lahir maupun batin adalah kontrol dari hati nurani kita. Makalah yang kami beri judul Hubungan Hati Nurani dengan Kesadaran Moral, Moralitas dan Perilaku ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak, lebih jauh lagi agar mahasiswa dapat memahami dan mempelajari isi makalah ini sehingga dalam pengamalannya kita dapat memiliki hati nurani yang baik dan memunculkan moral, moralitas dan perilaku yan baik pula, kerena hubungan hati nurani dengan masing-masing sub tadi sangat erat, dimana hati nurani ini adalah sebagai kontrol bagi moral, moralitas dan perilaku kita. Makalah ini juga disusun berdasarkan bahan pengambilan yang sebagian besar mengacu pada buku-buku pedoman yang sudah ada, kemudian kami saring lagi agar mudah dipahami. Sebagai suatu pengantar, yang patut didasari bahwa moral, moralitas dan perilaku adalah semua aspek yang akan dinilai oleh orang lain terhadap kita. Oleh karena itu hati nurani sebagai instansi dalam hati kita, perlu diberi pupuk agar menumbuhkan moral, moralitas dan perilaku yang baik bagi manusia. Seperti yang disabdakan Nabi SAW. Dalam sabdanya : Hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling baik budi pekertinya. Maka kita harus menjadi manusia yang mempunyai akhlak yang baik agar dicintai Allah dan mahluknya.

BAB II PEMBAHASAN
A. HATI NURANI Ketika kita harus memilih di dalam bidang moral maka nyatalah fungsi hati nurani sangat rumit. Hukum Allah memang tidak berubah untuk selamanya. Namun disamping taat kepada hukum-hukum ini kita juga perlu mengusahakan agar hukum-hukum ini mencapai keharmonisan dalam hati kita. Standar dari organ intern ini disebut "hati nurani". Ada orang melukiskan suar a intern yang samar-samar ini sebagai suara Allah di dalam diri manusia. Di dalam hati nurani manusia, yaitu tempat yang sangat tersembunyi terdapat keberadaan pribadi, karena ini bersifat tersembunyi sehingga kita sangat sulit mengenal fungsinya. Freud telah memasukkan psikologi ke dalam istana ilmiah sehingga manusia mulai menyelidiki alam bawah sadar, menggali lubanglubang yang paling dalam di dalam pribadi manusia. Sehingga manusia takut dan kagum waktu menghadapi hati nurani. Apa yang dinyatakan oleh suara intern ini mungkin seperti komentar seorang psikolog sebagai "menemukan neraka." Namun kita harus memandang hati nurani sebagai sesuatu yang bersifat surgawi, sesuatu yang berhubungan dengan Allah dan bukanlah organ yang berasal dari neraka. Mari kita membayangkan tokoh di dalam film karton, p ada waktu ia diperhadapkan untuk memilih dalam bidang moral maka ada malaikat dan setan, yang masing-masing hinggap di kiri kanan bahunya. Keduanya berusaha manarik dia seperti menarik gergaji untuk memperoleh otak manusia yang malang ini. Hati nurani dapat merupakan suara dari surga dan juga dapat berasal dari neraka. Dia mungkin berbohong, juga mungkin mendorong kita mencapai kebenaran. Dua macam hal yang dapat keluar dari satu mulut. Jika bukan melakukan tuduhan maka ia melakukan pengampunan. Slogan Walt Disney yang terkenal: "Biarlah hati nuranimu memimpin engkau" sangat populer. Namun ini paling banyak hanya bisa dipandang sebagai teologi untuk anak kecil. Sedangkan terhadap orang Kristen hati nurani bukanlah pengadilan tertinggi untuk memutuskan kelakukan yang benar. Hati nurani sangat pent ing tetapi tidak cukup sebagai standar, dia selalu berkemungkinan untuk menjadi bengkok dan salah memimpin. Di dalam Perjanjian Baru 31 kali menyebut tentang hati nurani sepenuhnya menyatakan kemungkinan terjadi perubahan hati

nurani. Hati nurani juga mungkin telah digerogoti menjadi keropos atau karena kerap kali berdosa sehingga kebal. Yeremia melukiskan orang Israel dengan istilah "bermuka pelacur." Ini disebabkan orang Israel terus menerus berdosa sehingga kehilangan perasaan malu di dalam hatinya. Mereka menegarkan tengkuk, membekukan hati, sehingga hati nurani mereka tidak berfungsi lagi. Demikian juga orang-orang yang anti masyarakat mungkin setelah membunuh manusia tetap tidak merasa menyesal dan hilanglah fungsi teguran hati nurani yang normal. Meskipun hati nurani bukan hakim tertinggi di dalam prinsip moral, namun melakukan sesuatu yang melanggar hati nurani tetap suatu hal yang berbahaya. Ingatlah pada waktu Martin Luther di dalam sidang Worms menghadapi tekanan moral yang luar biasa besarnya dan gentar di tengah kepahitan yang optimal itu. Ada orang menganjurkan untuk menyerahkan iman, maka di antara jawabannya terdapat, "Hati nuraniku telah ditawan oleh Firman Allah." Melakukan sesuatu yang melanggar hati nurani adalah tidak benar dan merupakan hal yang tidak aman dan berbahaya sekali. Begitu hidup Luther melukiskan dinamika emosi semacam ini pada waktu ia mempergunakan istilah "ditawan." Hati nurani dapat bekerja secara penuh di dalam diri manusia. Pada saat manusia dipegang oleh suara hati nurani sehingga menghasilkan kekuatan maka dengan sendirinya timbul keberanian yang luarbiasa. Hati nurani yang ditawan oleh Firman Allah adalah hati nurani yang anggun dan berdinamika. "Bertindak melanggar hati nurani adalah tidak benar dan bahaya." Benarkah kalimat Luther ini? Kita harus berhati-hati menjelajahinya sehingga dapat mencegah langkah-langkah yang dapat melukai jari kaki kita yang berjalan di tepi pisau cukur kriteria moral ini. Jikalau hati nurani mungkin disalahtafsirkan atau salah arah mengapa kita harus tidak berani bertindak melanggarnya? Apakah kita harus masuk ke dalam dosa karena mengikuti hati nurani? Kita berada di tengah-tengah kedua bahaya ini sehingga bergerak, maju maupun mundur. Jikalau kita dikatakan berdosa menurut hati nurani, perlu diingat meskipun sudah bertobat hati nurani tetap memerlukan Firman Tuhan untuk memberikan pimpinan yang benar. Namun jikalau kita bertindak melanggar hati nurani kita tetap telah melakukan dosa. Dosa ini mungkin tidak tergantung apa yang sudah kita perbuat tetapi tergantung fakta bahwa kita yang sudah mengetahui dengan jelas sesuatu yang jahat tetap terjun ke dalamnya, ini menyangkut prinsip Alkitab yang menyatakann "segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa." Misalnya (sekal i lagi misalnya) ada orang diajar dan percaya bahwa memakai lipstick adalah berdosa tetapi ia tetap memakainya maka orang ini sudah

berbuat dosa. Sebenarnya dosa bukan tergantung pada lipstick itu tetapi tergantung pada usahanya untuk melanggar perintah Allah. Penguasaan terhadap hati nurani merupakan semacam kekuatan dengan daya pemusnahan di dalam gereja. Orang legalis selalu menitikberatkan penguasaan dosa, sedangkan orang antilegalis selalu secara diam-diam menyangkal dosa. Hati nurani adalah semacam alat yang rumit yang harus kita hargai. Jikalau seseorang mau mempengaruhi hati nurani orang lain maka ia menghadapi tugas berat, ia harus memelihara kepribadian orang lain menjadi sempurna seperti pada saat diciptakan Allah. J ikalau kita mempersalahkan orang lain dengan penghakiman yang bersifat memaksa dan tidak benar maka kita mengakibatkan tetangga kita terikat kaki tangannya berarti kita memberikan rantai kepada mereka yang sudah dibebaskan Allah. Tetapi jikalau kita secara paksa mengakibatkan orang berdosa, menganggap diri tidak bersalah maka kita akan mendorong mereka lebih terjerumus ke dalam dosa. Dan akan menerima hukum Allah yang seharusnya dapat dihindarkan. 1. Pengertian Hati Nurani Hati nurani dalam bahasa arab di sebut dlamir atau wijdan sedang dalam bahasa inggris di sebut dengan conscience. Hatinurani adalah suatu kekuatan dalam hati seseorang yang selalu memberikan penilaian benar dan salahnya atau baik dan buruknya atau perbuatan yang akan di lakukan. Kemutlakan Hati Nurani : a. Tuntunan mutlak, tidak dapat di tawar-tawar b. c. d. e. f. Memerintahkan tanpa syarat Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi setiap orang Hati nurani adalah norma terakhir bagi perbuatan-perbuatan kita Hati nurani bisa keliru Tuntutannya mutlak tapi belum tentu benar (bisa benar bisa salah)

2. Bentuk Hati Nurani Dapat di bedakan menjadi dua yaitu hati nurani retrospektif dan prospektif a. Hati nurani retrospektif

Yaitu hati nurani yang memberikan penilaian perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau, hati nurani dalam arti retrospektif menuduh atau mencela bila perbuatanya jelek dan menuju atau memberi rasa puas, bila perbuatanya di anggap baik . jadi hati nurani ini merupakan semacam instansi ke hakiman dalam batin kita tentang perbuatan yang telah berlangsung. b. Hati nurani prospektif Yaitu hati nurani yang melihat ke masa depan dan menilai perbuatan-perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu atau -seperti barang kali lebih banyak terjadi- mengatakan jangan dan melarang untuk melakukan sesuatu . Dalam hati nurani ini sebenarnya terkadang semacam ramalan ia mengatakan, hati nurani pasti akan menghukum kita, andai kata kita melakukan perbuatan itu. Dalam arti ini hati nurani prospektif menunjuk kepada hati nurani retrospektif yang akan datang , jika perbuatan menjadi kenyataan. 3. Sifat Hati Nurani Hati nurani bersifat personal dan adi personal

a. Bersifat personal Artinya, selalu berkaitan erat dengan pribadi bersangkutan. Norma-norma dan cita yang saya terima dalam hidup sahari-hari dan seolah-olah melekat pada pribadi saya, akan tampak juga dalam ucapan-ucapan hati nurani saya. Seperti kita katakan bahwa tidak ada dua manusia yang sama, begitu pula tidak ada hati nurani yang bersifat sama. Ada alasan lain lagi untuk mengatakan bahwa hati nurani bersifat personal yaitu hati nurani hanya memberi penilaianya tentang perbuatan saya sendiri, maksudnya hati nurani tidak memberikan penilaianya tentang perbuatan orang lain. Saya hanya memperhatikan norma-norma dan cita-cita yang juga di ikuti hati nurani saya b. Bersifat Adi personal Selain bersifat pribadi hati nurani juga seolah-olah melebihi pribadi kita, seolah-olah merupakan instansi di atas kita. Aspek hati nuraniberarti hati yang diterangi (nur cahaya) .hati nurani seolah-olah ada cahaya dari sinar yang menerangi budi dan hati kita.aspek yang sama tampak juga dalam nama-nama lain untuk menunjukan hati nurani suara hati,kata hati,suara batin. aspek ini sangat mangesankan hingga terungkap banyak nama,tarhadap hati nuran ,kita

seakan - akan menjadi pendengar kita seakan-akan membuka diri terhadap suara yang datang dari luar. Hati nurani mempunyai satu aspek teransenden artinya melebihi pribadi kita. Aspek adi personal, orang beragama kerap kali mengatakan bahwa hati nurani adalah suara tuhan atau bahwa tuhan berbicara melalui hati nurani, sehingga bagi orang beragama hati nurani memiliki suatu dimensi religious.

B. Pengertian Kesadaran Moral, Moralitas dan Perilaku 1. Pengertian Kesadaran Moral Moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia di katakana bahwa moral adalah peruntuhanperuntuhan baik dan buruk terhadap perbuatan dan kelak. Dalam perkembangan selanjuynya, istilah moral sering pula di dahului oleh kata kesadaran moral, sehingga menjadi istilah kesadaran moral.

Kesadaran moral atau moral sense adalah suatu kesadaran dalam hati yang mengharuskan seseorang untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan. Mengharuskan suatu perbuatan apabila perbuatan tersebut di nilai sesuai dengan norma akhlak yang barlaku dan di terima dalam hatinya. Melarang suatu perbuatan, apabila perbuatan tersebut di anggap bertentangan dengan norma akhlak yang di terima hatinya dan berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian kesadaran moral adalah kesadaran seorang untuk melakukan suatu perbuatan yang di nilai baik dan meninggalkan suatu perbuatn yang di nilai buruk. Magnis suseno berpendapat bahwa kesadaran moral berlaku umum, terbuka pada

pembenaran atau penyangkalan, dan harus dapat di pertanggung jawabkan dengan argumentasi yang masuk akal. Kesadaran moral yang di miliki oleh seseorang pada umumnya bersifat rasional atau obyektif, walaupun dapat juga bersifat subyektif. Bersifat rasional karena pada umumnya kesadaran moral yang ada pada seseorang tidak muncul dengan tiba-tiba, tetapi lahir melalui proses pertimbangan akal yang cukup mendalam. Bersifat obyektif karena umumnya kesadaran tersebut berdasar nilai-nilai moral yang di terima dan di jadikan sebagai pedoman dalam kehidupan seharhari oleh masyarakat. Sedang kesadaran moral yang bersifat subyektif apabila kesadaran yang di miliki oleh seseorang hanya di dasarkan atas pertimbangan yang menekankan

kepada kepentingan atau keuntungan diri sendiri tanpa mempertimbangkan bagaimana kepentingan orang lain dan masyarakat dalam masalah tersebut.

MenurutVon Magnis menyebutkan ada 3 unsur kesadaran moral : a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan bermoral b. Kesadaran moral juga dapat berwujud rasional dan objektif c. Kesadaran moral dapat juga muncul dalam bentuk kebebasan. 2. Pengertian Moralitas Pada saat dilahirkan, anak sama sekali belum memiliki pengetahuan, termasuk pengetahuan yang dapat digunakan oleh anak untuk membedakan nilai yang baik dan yang buruk atau antara yang bener dan yang salah. Jika anak kecil dapat membedakan mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, hanyalah suatu kebetulan. Sebab anak kecil belum memiliki kemampuan untuk membedakan struktur moralitas yang jelas. Moralitas adalah batasan kualitas dalam tindakan manusia. Dengan batasan tersebut seseorang dapat membedakan baik dan buruknya atau benar dan salahnya suatu perbuatan. Moralitas dapat bersifat objektif dan subjektif. Moralitas bersifat objektif apabila batasan nilai suatu perbuatan terlepas dari pandangan dan keinginan pelaku. Sedang moralitas bersifat subjektif apabila nilai suatu perbuatan sangat dipengaruri oleh pandangan dan keinginan pelakunya. Disamping itu moralitas dapat juga bersifat instrinsik dan ekstrinsik. Moralitas instrinsik memandang suatu perbuatan pada hakekatnya bebas dari intervensi hukum positif. Sedang moralitas ekstrinsik memandang bahwa suatu perbuatan merupakan suatu yang diperintahkan oleh hukum positif. 3. Pengertian Perilaku  Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.  Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan Hatinurani manusia.Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah pemikiran didalam hatinuraninya yang menyebabkan perilaku tersebut bisa berubah sesuai kehendaknya atau hatinuraninya.  Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt - overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat),dan covert artiya tersembunyi.

BAB III KESIMPULAN


Berdasarkan urutan diatas, dapat sampai pada satu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sistem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan atau perilaku yang tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar dengan kata lain sesuai dengan hati nuraninya sendiri, karena sesuatu yang tidak dilandasi dengan hati nurani akan menimbulkan ketidak tenangan. Jadi hati nurani sangat berhubungan dengan kesadaran moral, moralitas dan perilaku.

DAFTAR PUSTAKA
Suraji,Imam. Etika dalam persepektif al quran dan al hadist. 2006. Jakarta: PT.Pustaka Al Husna Baru. Bertens, K. ETIKA.2007. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama AS,Asmaran.Pengantar Studi Akhlak.1992. Jakarta: rajawali pers Poerwudawinta,Wjs. kamus umum bahasa indonesia. Von magnis,Franz.Etika umum. 1985.Yogyakarta: Kanisius, Charis Zubair,Achmad.Kuliah Etika.1995.jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Poespoprojo, L.Filsafat Moral, kesusilaan Dalam Teori dan Praktek. 1986.bandung Remaja Karya,

You might also like