You are on page 1of 68

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Dunia teknik dewasa ini semakin berkembang seiring berkembangnya teknologi, hal itu terlihat pula pada industri otomotif terutama pada industri otomotif roda dua / sepeda motor. Dari tahun ke tahun produsen kendaraan roda dua selalu melakukan inovasi terhadap produk produk yang mereka produksi. Bila kita amati, perkembangan sepeda motor dewasa ini mengikuti trend kenyamanan dalam berkendara, terbukti dari dikeluarkannya motor dengan teknologi CVT (Continuously Variable Transmition) yang merupakan teknologi percepatan transmisi secara berkelanjutan sesuai dengan kecepatan putaran mesin. Berkat penggunaan teknologi CVT pengendara tidak direpotkan dengan pengoperasian tuas perseneleng (otomatis) yang sering kali membingungkan dan menyulitkan pengendara pemula. Dengan kenyamanan yang ditawarkan, kendaraan dengan teknologi CVT / Transmisi Otomatis merupakan pilihan yang tepat bagi pengguna yang menginginkan kenyamanan berkendara. Teknologi CVT merupakan teknologi yang baru diterapkan pada kendaraan roda dua dimana teknologi ini menggunakan komponen dan mekanisme kerja yang berbeda dengan transmisi konvensional, transmisi dengan menggunakan teknologi CVT secara garis besar memanfaatkan perubahan diameter pully yang secara dinamis dapat membesar dan mengecil sesuai dengan

gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh roller roller yang terdapat didalam pully sehingga terjadilah perubahan kecepatan. Sedangkan pada transmisi konvensional terdiri dari susunan beberapa roda gigi yang tersusun sedemikian rupa dan tidak terdapat mekanisme penggerak secara otomatis didalamnya (digeser secara manual). Dari perbedaan mekanisme dan komponen pendukung, tentunya kendaraan dengan teknologi CVT memerlukan perawatan yang berbeda dengan kendaraan yang menggunakan transmisi konvensional. Dengan teknologi yang relatif baru dan fitur-fitur yang diberikan juga lebih menyamankan pengguna, menyebabkan cara perawatan yang sedikit berbeda dengan kendaraan konvensional lainnya yang tentunya akan memerlukan waktu beberapa lama untuk memahami tentang teknologi CVT, dan sesuai pengalaman penulis tidak semua teknisi mengerti dalam menangani motor dengan transmisi berteknologi CVT. Untuk menutupi kekurangan tersebut, maka munculah ide penulis untuk mengembangkan sebuah sistem pakar / expert system yang mampu memberikan diagnosa sehubungan dengan permasalahan yang timbul pada sepeda motor dengan teknologi CVT yang tentunya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh kepala teknisi resmi dari brand sepeda motor tersebut, sehingga pengetahuan yang diberikan kepada sistem terjamin kebenarannya. Dengan adanya sistem pakar yang mampu mendiagnosa masalah yang terjadi pada sepeda motor dengan transmisi otomatis / CVT, diharapkan terjadi pendokumentasian ilmu yang dimiliki oleh pakar sehingga ilmu tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang lain / lembaga lain yang membutuhkan, seperti

untuk keperluan pengajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Teknik Otomotif, teknisi junior yang baru bekerja, maupun teknisi teknisi yang ingin mendalami teknologi CVT, sistem ini dapat dijadikan salah satu referensi pengetahuan.

1.2

Perumusan Masalah Dari pemaparan diatas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana merancang dan membangun sebuah sistem pakar untuk mendiagnosa kerusakan pada sepeda motor matic.

1.3

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah membangun sebuah sistem pakar / expert system yang bertujuan : a) Melakukan trouble shooting seputar masalah sepeda motor dengan teknologi CVT (Automatic Transmission). b) Meringankan beban pakar dalam hal intensitas pekerjaan, sehingga seorang pakar dapat melakukan pekerjaan yang lebih penting. c) Mendokumentasikan pengetahuan pakar agar dapat dipelajari oleh orangorang yang belum pakar.

1.4

Ruang Lingkup Penelitian Untuk memfokuskan pembahasan, maka ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada : a) Sistem melakukan diagnosa permasalahan yang terjadi pada sepeda motor berteknologi CVT atau yang lebih dikenal dengan motor matic dengan mengkhususkan pada bagian transmisi / CVT. b) Hasil yang akan diberikan oleh sistem hanya berupa solusi, bukan merupakan jawaban pasti / mutlak, namun hal ini setidaknya dapat dijadikan acuan awal dalam melakukan trouble shooting. c) Proses diagnosa kerusakan akan dibagi berdasarkan merk dan tipe motor yang bersangkutan / yang diinginkan oleh pengguna. d) Diagnosa dilakukan dengan cara tanya jawab antara user dan sistem, dengan ya atau tidak sebagai jawabannya pada metode penelusuran forward chaining. e) Metode yang dipergunakan adalah forward chaining dan backward chaining. f) Output dari sistem ini berupa informasi diagnosa kerusakan dan cara menangani kerusakan yang nantinya dapat dicetak / print out. g) Arsitektur aplikasi yang akan dibangun berupa aplikasi desktop.

1.5

Metodologi Penelitian Untuk melakukan penelitian, penulis menggunakan beberapa metode dalam melakukan penelitian, antara lain :

1.5.1

Studi pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mendalami ilmu tentang sistem pakar

beserta teori teori yang melandasi sistem pakar tersebut, selain itu studi pustaka juga merupakan cara yang paling mudah dalam mendapatkan data mengenai obyek yang dijadikan penelitian yakni motor berteknologi CVT.

1.5.2

Pengumpulan Data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dari beberapa pakar yang

berkompeten di bidang otomotif khususnya motor berteknologi CVT untuk mengumpulkan data-data yang yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam perancangan dan pembangunan sistem.

1.5.3

Analisa Sistem Pada tahap ini penulis melakukan analisa terhadap kebutuhan sistem

berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahapan ini pula ditentukan ruang lingkup sistem yang akan dibangun.

1.5.4

Perancangan Sistem Pada tahap ini dilakukan pemodelan terhadap sistem yang akan

dibangun, pada tahap ini dibuatkan blue print atau gambaran sistem secara abstrak dengan menggunakan DFD, ERD serta konseptual database sehingga diperoleh gambaran tentang alur kerja sistem nantinya.

1.5.5

Implementasi Sistem Pada tahapan ini dilakukan pengimplementasian sistem yang telah

dirancang sebelumnya. Pada tahap ini pula dilakukan debugging terhadap kode sistem untuk diketahui hasil coding yang telah dilakukan.

1.5.6

Uji Coba dan Evaluasi Sistem Pada tahapan ini dilakukan uji coba sistem yang telah selesai dibangun

oleh pengguna.

1.5.7

Penyusunan Laporan Pada tahap ini semua aktivitas penelitian ini akan dicatat dalam sebuah

laporan skripsi yang nantinya akan dipertanggung jawabkan pada saat ujian skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem Pakar Sistem pakar adalah program komputer yang merupakan cabang dari penelitian ilmu komputer yang disebut Artificial Intelligence (AI). Tujuan Artificial Intelligence adalah membuat sesuatu menjadi cerdas dalam hal pemahaman, melalui program komputer yang merepresentasikan perilaku cerdas kedalam mesin (Citra Effendi, 2008). Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk merepresentasikan pengetahuan adalah dalam bentuk tipe aturan Jika..Maka (IF..THEN). Keuntungan dari sistem pakar antara lain : 1. Konsisten

Karena merupakan mesin yang memiliki kemampuan pakar, maka system pakar dapat bekerja secara terus menerus dan konsisten. 2. Ketersediaan

Sistem pakar merupakan software yang dapat dengan mudah digandakan sehingga dapat menangani lebih banyak pemakai. 3. Dokumentasi

Pengetahuan yang dimiliki oleh sistem pakar tidak bisa hilang karena tersimpan dalam sebuah basis pengetahuan yang berupa database, tentunya diiringi dengan perawatan sistem secara berkesinambungan. Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan masalah yang dihadapi oleh pengguna sistem tersebut. Adapun aktivitas pemecahan masalah yang dimaksud antara lain : Decission Making (Pembuatan Keputusan), Knowledge Fusing (Pemaduan Pengetahuan), Designing (Perancangan), Planning (Perencanaan), Forecasting (Perkiraan), Regulating (Pengaturan), Controlling (Pengendalian), Advising (Diagnosis Nasehat), dan Tutoring (Pelatihan) (Muslimah, 2009). Kemampuan sistem pakar yang dibangun dipengaruhi basis pengetahuan yang didapatkan dari pakar yang menjadi sumber pengetahuannya yang berupa pengetahuan non formal yang sebagian besar berasal dari pengalaman dari suatu bidang keahlian tertentu yang telah ditekuni secara mendalam (Arhammi, 2005). Untuk mendapatkan pengetahuan dari seorang pakar, diperlukan akuisi pengetahuan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Wawancara Metode ini paling banyak digunakan, metode ini melibatkan pembicaraan secara langsung dengan pakar sehingga didapatkan pengetahuan secara pasti langsung dari pakar. 2. Analisis Protokol

Dalam metode ini, pakar diminta melakukan suatu pekerjaan sambil menjelaskan apa yang menjadi pemikirannya dengan kata kata, semua proses tersebut kemudian direkam dan dianalisa.

3. Observasi Dalam metode ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pekerjaan pakar. 4. Induksi Aturan dari Contoh Metode ini dibatasi sistem berbasis aturan. Induksi adalah suatu proses

penalaran dari khusus ke umum. Suatu sistem induksi aturan diberi contoh contoh dari suatu masalah yang hasilnya telah diketahui.

2.2 Struktur Sistem Pakar Lingkungan pada sistem pakar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu lingkungan pengembangan dan lingkungan konsultasi. Lingkungan

pengembangan digunakan untuk melakukan perawatan terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh sistem, lingkungan ini lebih banyak digunakan oleh Knowledge Engineer / Administrator sistem. Pembagian lingkungan ini akan terlihat bila sistem telah dibangun secara lengkap (Muslimah, 2009).

2.3 Arsitektur Sistem Pakar

10

2.3.1. Basis Pengetahuan Basis pengetahuan berisi pengetahuan-pengetahuan, pemahaman,

formulasi, dan penyelesaian masalah yang tentu saja dibatasi pada domain tertentu yang ditetapkan oleh perancang sistem pakar. Didalam basis pengetahuan terdapat dua elemen pembentuk yaitu fakta dan aturan. 1. Fakta Fakta merupakan data yang menyatakan sebuah objek gejala yang menjadi petujuk untuk menyusun rule atau aturan. 2. Rule Rule merupakan aturan-aturan yang membentuk basis pengetahuan yang dimiliki oleh sistem, rule direpresentasikan dengan aturan berbentuk IFTHEN, IF melambangkan kondisi dimana kondisi tersebut bisa bernilai benar, bisa bernilai salah sedangkan THEN melambangkan tindakan yang dilakukan jika kondisi bernilai benar.

2.3.2 Mesin Inferensi Mesin inferensi adalah program komputer yang mengikuti suatu algoritma tertentu yang memberikan metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace dan untuk memformulasi kesimpulan (Arhammi 2005). Bila membicarakan mesin inferensi, tentu tidak terlepas dari metode inferensi, metode inferensi / metode penalaran merupakan topik yang sangat penting dalam sistem pakar, karena penalaran

11

adalah teknik yang umum digunakan dalam sistem pakar untuk menyelesaikan masalah (Citra Effendi, 2008). Ada banyak metode inferensi yang digunakan pada sistem pakar, dan pada kesempatan ini penulis akan menggunakan metode forward chaining dan backward chaining.

2.3.2.1. Forward chaining Metode ini melakukan pencarian atau pelacakan berdasakan fakta fakta yang ditemukan untuk kemudian menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Metode penalaran ini digunakan bila user sama sekali tidak mengetahui / memiliki gambaran tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Metode penalaran forward chaining dimulai dengan menentukan aturan mana yang akan digunakan dalam menguji hipotesis. Untuk mencapai hasil hipotesis dilakukan penelusuran dengan menggunakan logika IF-THEN secara berulangulang sampai ditemukan kesimpulan yang cocok dengan kondisi / fakta-fakta yang sesuai dengan jawaban user.

2.3.2.2. Backward chaining Metode ini melakukan trace / pelacakan kembali dari hipotesa yang dilakukan user untuk menemukan fakta fakta yang menjadi pendukung hipotesa tersebut. Metode ini mendukung dugaan user dengan memberikan alasan terhadap hasil hipotesa serta memberikan solusi yang dapat digunakan oleh user untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

12

2.4 CVT (Continuously Variable Transmission) CVT merupakan teknologi perpindahan tenaga dengan menggunakan dua buah puli yang dihubungkan dengan sebuah V-belt (2W Training Dept, 2007). Dimana diameter puli tersebut dapat berubah ubah secara dinamis sesuai dengan putaran mesin. Pada CVT terdapat dua buah puli, yang pertama adalah drive face karena puli ini bertautan dengan crank shaft secara langsung sehingga mendapatkan tenaga mesin secara langsung, drive face ini bertugas menggerakkan puli kedua yang disebut dengan driven face melalui v-belt / sabuk penggerak untuk kemudian menyalurkan tenaga mesin ke roda belakang. Untuk merubah perbandingan reduksi yang terjadi, maka pada drive face dilengkapi dengan centrifugal weight / pemberat yang berbentuk silinder. Pemberat inilah yang nantinya bertugas untuk mendesak moveable drive face untuk bergerak mendekati fixed drive face, pergerakan ini menyebabkan v-belt terdesak menjauhi pusat putaran dan diikuti pula oleh diameter puli driven face yang mengecil akibat perubahan diameter yang terjadi pada drive face. Bila terjadi percepatan secara tiba tiba atau beban berlebih, CVT akan mengantisipasi dengan ikut merubah perbandingan reduksi dengan cepat melalui mekanisme kick-down yang memperbesar perbandingan reduksi secara instant. Mekanisme ini terdapat pada driven face yang berupa torque cam, torque cam menekan belahan driven face / moveable driven face sehingga diameter driven

13

face bertambah dan menyebabkan perbandingan reduksi bertambah pula (Yamaha co., ltd, 2003). Seperti yang penulis paparkan diatas, dimana komponen pendukung CVT sangatlah banyak dan kebanyakan merupakan komponen bergerak, semakin banyak komponen yang bergerak pada sistem tranmisi, maka semakin banyak komponen yang memiliki usia pakai yang pendek / fast moving component yang berimbas pada frekuensi timbulnya masalah pada CVT menjadi semakin sering disamping kerusakan pada komponen sepeda motor yang lainnya.

2.5 Alat Bantu Pemodelan Sistem

2.5.1 DFD (Data Flow Diagram) Sebelum mulai membangun sistem ini, penulis terlebih dahulu melakukan pemodelan terhadap sistem yang akan dibangun. Untuk

mempermudah dalam mendesain sistem, penulis menggunakan pemodelan sistem yang berdasarkan aliran data yang lebih dikenal dengan nama Data Flow Diagram (DFD), pada kesempatan ini penulis menggunakan standar DFD Yourdon. Dalam DFD ini terdapat beberapa simbol yang digunakan antara lain :

Terminator / Entitas luar

14

Gambar 2.1 Simbol Entitas Luar Sistem Entitas luar sistem adalah penerima informasi / output dari sistem ataupun pemberi data / input kepada sistem. Aliran Data / Data Flow

Gambar 2.2 Simbol Aliran Data Aliran Data yang disimbolkan dengan tanda panah merepresentasikan arah data atau informasi yang mengalir dari terminator menuju proses dalam sistem maupun aliran data di dalam sistem itu sendiri. Proses

Gambar 2.3 Simbol Proses

15

Proses menggambarkan prosedur-prosedur yang berjalan didalam sistem. Suatu proses dapat terdiri dari beberapa sub proses yang dapat di-levelkan / dipecah dalam beberapa level proses tergantung kompleksitas dari proses tersebut.

Penyimpanan Data / Data Store

Gambar 2.4 Simbol Penyimpanan Data / Data Store Data Store menggambarkan database yang digunakan sebagai

penyimpanan data dalam sistem, dalam hal ini merujuk pada tabel-tabel yang digunakan oleh prosedur-prosedur yang melakukan pengolahan data.

2.5.2 ERD (Entity Relationship Diagram) Untuk memodelkan bentuk database, penulis menggunakan ERD sebagai alat bantu pemodelan. Hasil pemodelan dengan ERD ini nantinya akan merepresentasikan struktur tabel dalam database pada proses implementasi sistem. Pada kesempatan ini penulis menggunakan standar ERD Martin. Berikut ini adalah simbol-simbol yang sering dipergunakan pada standar ERD Martin :

a.

Simbol Entitas / Entity

16

Gambar 2.5 Simbol Entitas Dalam ERD Martin Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata (eksistensinya) dan dapat dibedakan dari individu yang lainnya. Entitas nantinya akan diterjemahkkan kedalam bentuk tabel dalam database.

b.

Simbol Derajat Relasi

Gambar 2.6 Simbol Derajat Relasi Masing-masing entitas dihubungkan dengan garis untuk melambangkan hubungannya. Dengan menggambarkan dalam bentuk grafik, akan memudahkan kita untuk menentukan penempatan field kunci / primary key dalam tabel nantinya.

2.5 Alat Bantu Pembangunan Sistem

2.5.1 Microsoft Visual Studio 6.0 Dan SQL Server 2000 Untuk membangun sistem tersebut penulis menggunakan Visual Basic 6 sebagai bahasa pemrograman. Visual Studio 6 menjadi pilihan karena kemampuannya yang sudah teruji dan terbukti sebagai tools pemrograman yang cukup handal dan masih relevan terhadap perkembangan software dewasa ini.

17

Dalam pengembangan aplikasi, Visual Studio 6 memiliki IDE (Integrated Development Environment) yang menggunakan pendekatan visual untuk merancang user interface dalam bentuk form, button, serta berbagai macam kontrol yang ada didalamnya, sedangkan untuk coding menggunakan bahasa basic yang cenderung mudah untuk dipelajari. Visual Studio 6 sudah mendukung akses database ke berbagai server database dengan penggunaan teknologi ADO (ActiveX Data Object). ADO merupakan antar muka pengaksesan data yang digunakan untuk mengakses data pada berbagai DBMS (Djuandi, 2002), salah satunya adalah SQL Server 2000. SQL Server 2000 adalah salah satu RDBMS yang cukup populer di dunia saat ini. SQL Server 2000 telah didukung sepenuhnya oleh Visual Studio 6 melalui teknologi ADO yang diimplementasikan pada ADODC (ADO Data Control). Beberapa versi SQL Server 2000 antara lain : SQL Server Personal Edition, SQL Developer Edition, SQL Server Enterprise Edition, SQL Server Standart Edition, SQL Server Desktop Engine, dan SQL Server For Windows CE Edition (Choirul, 2003). Dengan segala kelebihan yang penulis paparkan diatas, maka penulis memilih software-software diatas sebagai alat pengembangan sistem ini dengan harapan proses pengimplementasian sistem dapat dilakukan dengan baik.

18

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisa Data Analisa data yang dimaksud disini adalah perancangan format data yang keluar (output) dan masuk (input). Perancangan data disini merupakan awal dari perancangan sistem karena dengan menetapkan standar data yang diproses, kita dapat dengan mudah menentukan algoritma / alur kerja sistem yang akan dibangun. Adapun data-data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

3.1.1

Input Data yang masukkan kedalam sistem oleh administrator adalah data fakta, data rule, data kerusakan, data solusi, data merk motor, dan data type motor. Sedangkan data yang diberikan oleh pengguna kepada sistem adalah jawaban, dan pilihan kerusakan

3.1.2

Output

19

Sistem

memproduksi

output

berdasarkan

data-data

yang

telah

dimasukkan kedalam sistem, output ini nantinya berupa informasi kerusakan dan solusi baik berupa informasi digital maupun berupa hard copy atau cetakan kertas.

3.2 Analisa Proses Analisa proses bertujuan untuk mengidentifikasi proses-proses yang akan dipergunakan oleh sistem dalam operasionalnya, mulai dari proses input sampai proses output. Analisa proses ini penulis rangkum dalam sebuah diagram arus data (Data Flow Diagram) yang penulis tampilkan pada sub bab berikutnya.

3.3 Analisa Antarmuka Analisa antarmuka bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran awal tentang tampilan sistem pada masing-masing proses. Dengan demikian pada saat implementasi sistem akan lebih mudah diimplementasikan. Antarmuka sistem terbagi menjadi dua bagian yaitu antarmuka pengembangan dan antarmuka konsultasi.

3.4 Analisa Struktur Sistem Pakar Sistem pakar terbagi dalam dua bagian utama dalam pembuatannya, knowledge base merupakan inti dari sistem pakar ini dan mesin inferensi merupakan penerjemah pengetahuan yang ada pada knowledge base. Adapun

20

pada knowledge base berupa tabel-tabel fakta dan kerusakan yang direlasikan dengan tabel rule.

3.5 Analisa Struktur Basis Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki oleh sistem dapat penulis gambarkan secara visual dengan menggunakan diagram tree, dibawah ini adalah diagram tree untuk struktur pengetahuan pada sistem pakar. Hal yang perlu penulis jelaskan disini adalah struktur basis pengetahuan ini merupakan struktur yang sama untuk semua merk dan tipe motor. Yang berbeda hanyalah spesifikasi gejala yang harus dibuktikan pada masing-masing merk dan tipe, sedangkan spesifikasi kerusakan untuk semua merk sama sehingga penulis hanya melapirkan satu buah diagram tree dengan empat buah tabel gejala dengan spesifikasi yang berbeda sesuai dengan merk dan tipe motor dan satu buah tabel kerusakan. Pada diagram tree gambar lingkaran melambangkan gejala dan segi empat melambangkan hipotesa. Pada proses penelusuran dengan metode forward chaining penelusuran dimulai dari puncak diagram kebawah menuju simpul yang merupakan hipotesa. Sedangkan pada proses penelusuran dengan metode backward chaining penelusuran dimulai dari simpul hipotesa kemudian mengikuti path / jalur sampai dipuncak diagram, gejala yang merupakan ciri-ciri hipotesa

21

tersebut merupakan node yang memiliki jalur kebawah dengan tanda Y sedangkan yang memiliki tanda T dapat diabaikan.

Gambar 3.1 Diagram Tree Basis Pengetahuan

22

Untuk mempermudah pembacaan dan melengkapi data spesifikasi gejala yang ada pada masing-masing merk dan tipe, berikut ini adalah Tabel Nama Gejala untuk masing-masing merk dan tipe. Tabel 3.1 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Kymco Dengan Tipe Easy Varian
NO GEJALA G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 G18 G19 G20 G21 G22 G23 G24 G25 G26 G27 G28 G29 NAMA GEJALA Motor Tidak Mau Bergerak Mesin Menyala Timbul Bunyi Berdecit Lebar Drive Belt Kurang Dari Atau Sama Dengan 16,5mm Bentuk Ramp Plate Tidak Sempurna Driven Face Tidak Menjepit Drive Belt Drive Belt Terlepas Dari Pully Tenaga Motor Kurang Timbul Bau Karet Terbakar Permukaan Pully Berminyak Saat Digas Tinggi Kemudian Dilepas, Muncul Suara Benturan Dari CVT Driven Face Lemah Saat Ditekan Panjang Pegas Driven Face Kurang Dari Atau Sama Dengan 154,6mm Moveable Driven Face Seret Saat Digerakkan Weight Roller Tidak Silinder Tarikan Menghentak-hentak Permukaan Drive Face Tidak Rata Warna Clucth Outer Biru Gelap Diameter Dalam Clucth Outer Kurang Dari Atau Sama Dengan 107,5mm Motor Sehabis Terkena Banjir Terdapat Air Pada Ruang CVT Ketebalan Clucth Shoe Kurang Dari Atau Sama Dengan 1,5mm Timbul Bunyi Ngorok Dari CVT Filter Udara CVT Kotor Ruang CVT Dipenuhi Debu / Kotoran Mesin Mati Saat Langsam Motor Berjalan Sendiri Walaupun Tidak Digas Tenaga Kurang Hanya Ditanjakan Alur Torque Cam Menjadi Lebih Landai

23

Pada tabel diatas tertulis sebanyak dua puluh sembilan gejala kerusakan yang terjadi pada motor merk Kymco dengan tipe Easy Varian yang memiliki spesifikasi gejala yang berbeda dengan merk lain.

Tabel 3.2 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Yamaha Dengan Tipe Mio
NO GEJALA NAMA GEJALA G1 Motor Tidak Mau Bergerak G2 Mesin Menyala G3 Timbul Bunyi Berdecit G4 Lebar Drive Belt Kurang Dari Atau Sama Dengan 17,5mm G5 Bentuk Ramp Plate Tidak Sempurna G6 Driven Face Tidak Menekan Drive Belt G7 Drive Belt Terlepas Dari Pully G8 Tenaga Motor Kurang G9 Timbul Bau Karet Terbakar G10 Permukaan Pully Berminyak G11 Saat Digas Tinggi Kemudian Dilepas, Muncul Suara Benturan Dari CVT G12 Driven Face Lemah Saat Ditekan G13 Panjang Pegas Driven Face < 121,4mm G14 Moveable Driven Face Seret Saat Digerakkan G15 Weight Roller Tidak Silinder G16 Tarikan Motor Menghetak-hentak G17 Permukaan Drive Face Tidak Rata G18 Warna Clucth Outter Biru Gelap G19 Diameter Dalam Clucth Outer Kurang Dari Atau Sama Dengan 112,5mm G20 Motor Habis Terkena Banjir G21 Terdapat Air Pada Ruang CVT G22 Ketebalan Clucth Shoe Kurang Dari Atau Sama Dengan 1,5mm G23 Timbul Bunyi Ngorok Dari CVT G24 Filter Udara CVT Kotor G25 Ruang CVT Dipenuhi Debu / Kotoran G26 Mesin Mati Saat Langsam G27 Motor Berjalan Sendiri Walaupun Tidak Digas G28 Tarikan Motor Kurang Ditanjakan Seperti yang kita lihat pada tabel diatas, tercantum pula dua puluh G29 Alur Torque Cam Menjadi Lebih Landai

sembilan gejala kerusakan untuk motor merk Yamaha dengan tipe Mio. Gejala

24

kerusakannya hampir mirip dengan yang lain, hanya saja berbeda pada spesifikasi pengukuran.

Tabel 3.3 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Suzuki Dengan Tipe Spin/Skywave
NO GEJALA NAMA GEJALA G1 Motor Tidak Mau Bergerak G2 Mesin Menyala G3 Timbul Bunyi Berdecit G4 Lebar Drive Belt Kurang Dari Atau Sama Dengan 18,9mm G5 Bentuk Ramp Plate Tidak Sempurna G6 Driven Face Tidak Menekan Drive Belt G7 Drive Belt Terlepas Dari Pully G8 Tenaga Motor Kurang G9 Timbul Bau Karet Terbakar G10 Permukaan Pully Berminyak G11 Saat Digas Tinggi Kemudian Dilepas, Muncul Suara Benturan Dari CVT G12 Driven Face Lemah Saat Ditekan G13 Panjang Pegas Driven Face < 99,8mm G14 Moveable Driven Face Seret Saat Digerakkan G15 Weight Roller Tidak Silinder Lagi G16 Tarikan Motor Menghentak-hentak G17 Permukaan Drive Face Tidak Rata G18 Warna Clutch Outter Biru Gelap G19 Diameter Dalam Clucth Outer Kurang Dari Atau Sama Dengan 125,5mm G20 Motor Habis Terkena Banjir G21 Terdapat Air Pada Ruang CVT G22 Ketebalan Clucth Shoe Kurang Dari Atau Sama Dengan 2,5mm G23 Timbul Bunyi Ngorok Dari CVT G24 Filter Udara CVT Kotor G25 Ruang CVT Dipenuhi Debu / Kotoran G26 Mesin Mati Saat Langsam G27 Motor Berjalan Sendiri Walaupun Tidak Digas G28 Tenaga Motor Kurang Ditanjakan Pada tabel diatas tercantum pula dua puluh sembilan gejala kerusakan G29 Alur Torque Cam Menjadi Lebih Landai

yang terjadi pada motor merk Suzuki dengan tipe Spin dan Skywave, karena

25

kedua tipe motor ini memiliki spesifikasi yang sama pada komponen CVT sehingga penulis cantumkan dalam satu tabel.

Tabel 3.4 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Honda Dengan Tipe Vario/Beat
NO GEJALA G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 G18 G19 G20 G21 G22 G23 G24 G25 G26 G27 G28 Pada G29 NAMA GEJALA Motor Tidak Mau Bergerak Mesin Menyala Timbul Bunyi Berdecit Lebar Drive Belt Kurang Dari Atau Sama Dengan 17,5mm Bentuk Ramp Plate Tidak Sempurna Driven Face Tidak Menekan Drive Belt Drive Belt Terlepas Dari Pully Tenaga Motor Kurang Timbul Bau Karet Terbakar Permukaan Pully Berminyak Saat Digas Tinggi Kemudian Dilepas, Muncul Suara Benturan Dari CVT Driven Face Lemah Saat Ditekan Panjang Pegas Driven Face Kurang Dari 121,4mm Moveable Driven Face Seret Digerakan Tanpa Pegas Weight Roller Tidak Silinder Lagi Tarikan Motor Menghentak-Hentak Permukaan Drive Face Tidak Rata Warna Clutch Outter Biru Gelap Diameter Dalam Clucth Outer Kurang Dari Atau Sama Dengan 112,5mm Motor Sehabis Terkena Banjir Terdapat Air Pada Ruang CVT Ketebalan Clucth Shoe Kurang Dari Atau Sama Dengan 1,5mm Timbul Bunyi Ngorok Dari CVT Filter Udara CVT Kotor Ruang CVT Dipenuhi Debu / Kotoran Mesin Mati Saat Langsam Motor Berjalan Sendiri Walaupun Tidak Digas Tenaga Kurang Hanya Ditanjakan tabel diatas tercantum pula dua puluh sembilan gejala kerusakan Alur Torque Cam Menjadi Lebih Landai

untuk motor merk Honda dengan tipe Vario dan Beat. Seperti pada tabel gejala

26

yang lainnya, secara teknis yang membedakan hanyalah pada spesifikasi pengukuran yang digunakan dalam melakukan diagnosa kerusakan.

Tabel 3.5 Tabel Nama Kerusakan Untuk Semua Merk Dan Tipe
NO KERUSAKAN K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 NAMA KERUSAKAN Drive Belt Aus Ramp Plate Rusak Pegas Driven Face Patah Ringan Drive Belt Putus Drive Belt Terkontaminasi Minyak Pegas Driven Face Lemah Poros Moveable Driven Face Kurang Pelumas Weight Roller Rusak Drive Face Rusak Cluth Outter Rusak Cvt Kemasukan Air Clucth Shoe Aus Cvt Terkontaminasi Kotoran Pegas Clucth Weight Patah Torque Cam Rusak

Pada tabel diatas penulis mencantumkan nama-nama kerusakan yang terjadi pada sepeda motor dengan teknologi CVT. Karena secara teknis kerusakan yang terjadi pada CVT merupakan kerusakan yang sama dengan solusi yang sama pula, maka penulis menggabungkan nama-nama kerusakan tersebut menjadi satu tabel, sehingga dapat lebih mudah dibaca. Dengan dicantumkannya tabel-tabel bantuan ini, diharapkan pembaca dapat lebih mudah memahami diagram tree yang penulis sertakan pada pembahasan kali ini, utamanya pada bagian pembahasan struktur basis

27

pengetahuan sistem. Isi dari tabel-tabel tersebut tidaklah mutlak, karena teknologi terus berkembang dan memunculkan teknik baru untuk mengatasi masalah serta memunculkan masalah baru lagi.

3.6 Perancangan Sistem 3.6.1 Diagram Konteks


print_out_ciri_kerusakan print_out_solusi

user

informasi_ciri_kerusakan pertanyaan jawaban solusi

1 sistem pakar kerusakan cvt

nama_kerusakan merk_motor type_motor

data_fakta data_rule data_kerusakan data_solusi data_merk data_type

admin

Gambar 3.2 Diagram Konteks Seperti terlihat pada gambar diatas, admin merupakan pemelihara sistem yang selalu melakukan maintenance data dalam hal ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari pakar baik berupa data-data kerusakan, data-data fakta maupun data-data rule yang dibentuk untuk merepresentasikan pengetahuan. Selain itu admin juga memasukkan data-data kendaraan yang dapat ditangani oleh sistem. Sedangkan dari segi user, data yang diinputkan berupa data kendaraan yang diinginkan, kemudian pada mode konsultasi dengan menggunakan metode forward chainning sistem akan memberikan pertanyaan berupa fakta-fakta /

28

gejala-gejala yang mungkin terjadi dan user hanya cukup menjawab ya atau tidak sehingga pada akhir proses konsultasi akan muncul suatu kesimpulan beserta solusi yang dibuat oleh sistem berdasarkan pengetahuan yang ada pada basis data pengetahuan sistem. Sedangkan pada mode konsultasi dengan menggunakan metode backward chaining sistem akan memberikan pilihan kepada user untuk memilih kerusakan-kerusakan yang ingin diketahui gejala-gejala kerusakannya serta solusi penanganannya, dengan demikian user dapat mempelajari gejala-gejala tersebut untuk belajar menganalisa kerusakan dimasa yang akan datang tanpa bantuan sistem. Untuk mendokumentasikan hasil konsultasi yang telah dilakukan, pengguna dapat melakukan pencetakan terhadap hasil diagnosa yang dilakukan oleh sistem. Diamana sistem memberikan pilihan pencetakan baik untuk proses konsultasi dengan metode forward chaining maupun dengan metode backward chaining. Namun bila pengguna tidak menginginkanya, pengguna dapat melewati proses pencetakan dan kembali ke menu konsultasi. Pada level ini belum terlihat proses-proses yang mendukung kinerja sistem, untuk memperjelas kembali bagian-bagian proses sistem penulis akan menjelaskannya melalui penggambaran DFD Level 0 yang dicantumkan pada sub bab berikutnya, dimana pada level 0 akan terlihat proses-proses sistem secara umum.

29

informasi_ciri_kerusakan type_motor data_solusi

t_solusi

user

merk_motor nama_kerusakan jawaban pertanyaan solusi

1.1 proses konsultasi data_rule t_rule

data_kerusakan t_kerusakan data_solusi data_rule print_out_ciri_kerusakan 1.3 print_out_solusi proses pencetakan solusi informasi_ciri_kerusakan data_fakta t_fakta data_kerusakan

data_type data_merk 1.2 proses pengelolaan data_fakta pengetahuan data_fakta data_kerusakan data_rule data_solusi

admin

data_merk

t_merk

t_type data_type 1.4 proses pengelolaan jenis motor data_type data_merk

data_type data_merk

30

Pada level ini, sub-sub sistem dari sistem pakar ini mulai terlihat. Pada gambar diatas terlihat bahwa terdapat empat sub proses pada sistem ini, yaitu pengelolaan pengetahuan, proses konsultasi, proses pengelolaan jenis motor dan proses pencetakan. Proses konsultasi merupakan mesin inferensi yang bertugas

menerjemahkan data fakta-fakta, data rule dan data kerusakan yang ada menjadi sebuah informasi/pertanyaan yang diterima oleh user. Proses konsultasi ini akan dibagi kedalam dua bagian sesuai dengan metode yang digunakan dan akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Proses pengelolaan pengetahuan merupakan proses yang digunakan untuk memelihara pengetahuan yang dimiliki oleh sistem, proses ini dilakukan oleh Knowledge Engineer atau Administrator sistem untuk memelihara pengetahuan sistem. Proses pengelolaan jenis motor merupakan sub sistem yang berfungsi mengelola data-data motor yang dapat ditangani oleh sistem karena kita tahu setiap saat muncul motor berteknologi matic yang terbaru yang mungkin memiliki karakteristik yang berbeda dengan motor matic sebelumnya. Proses pencetakan merupakan proses pendukung sistem ini, karena proses ini akan mendokumentasikan hasil konsultasi berbentuk print out. Proses ini menangani data yang dihasilkan oleh proses konsultasi, dimana proses konsultasi menghasilkan dua data yang berbeda sesuai dengan metode yang digunakan..

31

3.6.3 DFD Level 1 Proses Konsultasi Proses konsultasi level 1 ini menjelaskan bahwa ada tiga sub proses yang membentuk proses konsultasi, dengan proses utama adalah forward chaining dan proses backward chaining. Masing-masing proses tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda, dimana pada proses inferensi forward chaining terjadi dialog tanya jawab antara user dan sistem sampai sistem menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh user. Sedangkan pada proses inferensi backward chaining juga terjadi dialog antara user dengan sistem, namun pada proses ini tidak terjadi tanya jawab antara user dengan sistem, user hanya memberi masukan berupa nama kerusakan yang ingin diketahuinya, kemudian sistem memberikan informasi berupa ciri-ciri yang menjadi penyebab kerusakan tersebut disertai solusi penanganan kerusakan tersebut. Proses pendukung pada level ini yaitu proses pengelompokan jenis motor, dimana proses ini bertugas untuk melakukan pemisahan atau

pengelompokan data-data pengetahuan yang ada pada basis pengetahuan sistem, agar pada saat proses konsultasi data yang digunakan menjadi lebih efisien. Proses pengelompokan jenis motor menghasilkan data untuk proses forward chaining dan backward chaining. Hal ini bertujuan agar pada proses konsultasi tersebut menjadi lebih sederhana tanpa adanya proses pengelompokan data lagi, ini nantinya akan berpengaruh pada kecepatan sistem dalam melakukan proses eksekusi proses. Dibawah ini adalah gambar DFD Level 1 Proses Konsultasi.

32

user

solusi jawaban pertanyaan

1.1.1 proses forward chaining

data_jenis_motor

data_solusi data_rule

data_fakta data_kerusakan

t_solusi

t_rule

t_kerusakan

t_fakta

data_fakta

data_rule data_kerusakan data_solusi 1.1.2 informasi_ciri_kerusakan P 1.3 informasi_ciri_kerusakan solusi nama_kerusakan merk_motor type_motor 1.1.3 data_jenis_motor proses pengelompokan jenis motor proses backward chaining

data_merk

data_type

t_merk

t_type

Gambar 3.4 DFD Level 1 Proses Konsultasi

33

3.6.4 DFD Level 1 Proses Representasi Pengetahuan


1.2.4 proses data_solusi pengelolaan solusi

t_solusi

data_solusi

index_solusi

1.2.2 admin data_kerusakan data_rule proses pengelolaan kerusakan

data_kerusakan t_kerusakan

index_kerusakan

1.2.3 proses pengelolaan rule data_rule t_rule

index_fakta data_fakta

1.2.1 proses pengelolaan data_fakta fakta

t_fakta

t_merk

index_merk

t_type

data_merk

1.2.5 proses penghubungan data motor

data_type

Gambar 3.5 DFD Level 1 Proses Representasi Pengetahuan

34

Pada DFD level 1 proses representasi pengetahuan diatas dapat dijelaskan bahwa admin harus menginputkan data-data fakta, data-data kerusakan serta data-data rule untuk kemudian disusun oleh sistem secara otomatis agar didapatkan sebuah basis pengetahuan yang baik. Basis pengetahuan ini nantinya akan disimpan dalam tabel-tabel yang bersesuaian untuk menyimpan data tersebut.

3.6.5 DFD Level 1 Proses Pencetakan


1.3.1 solusi pencetakan solusi print_out_solusi

P 1.1 user

ciri_ciri_kerusakan

1.3.2 pencetakan ciri--ciri kerusakan

print_out_ciri_ciri_kerusakan

Gambar 3.6 DFD Level 1 Proses Pencetakan Pada Level ini terlihat bahwa terdapat dua sub proses yang membentuk proses pencetakan informasi yang dihasilkan oleh sistem. Kedua proses tersebut masing-masing menangani permintaan pencetakan dari proses konsultasi baik dari proses konsultasi dengan menggunakan metode forward chaining maupun proses

35

konsultasi backward chaining. Proses ini memberikan output kepada user berupa print out hasil konsultasi. Proses ini cukup penting dalam sistem ini karena batasan sistem yang tidak melakukan penyimpanan hasil konsultasi, maka diberikanlah pilihan untuk melakukan pencetakan hasil konsultasi yang dapat disimpan oleh user.

3.6.6 DFD Level 2 Proses Inferensi Forward Chaining


P 1.1.3 data_jenis_motor

user

1.1.1.1 proses pembentukan pengetahuan

data_fakta

t_fakta

data_rule data_pengetahuan

t_rule

pertanyaan jawaban

1.1.1.2 proses penelusuran gejala

index_fakta_dan_kerusakan

solusi

1.1.1.3 proses penyusunan hasil diagnosa

data_solusi

t_solusi

P 1.3 solusi data_kerusakan t_kerusakan

Gambar 3.7 DFD Level 2 Proses Inferensi Forward Chainning

36

Pada gambar diatas dapat kita lihat proses-proses yang membentuk proses inferensi forward chaining yaitu proses pembentukan pengetahuan, proses ini melakukan pemilahan pengetahuan mana saja yang akan digunakan dalam proses konsultasi sehingga data yang dimuat ke memori menjadi lebih efisien, data yang telah dimuat ke memori kerja diproses oleh proses penelusuran gejala, proses ini yang mengatur fakta-fakta yang ditampilkan sebagai pertanyaan yang kemudian dijawab oleh user, proses ini diulang sampai ditemukan sebuah kesimpulan yang relevan dengan hasil tanya jawab. Selanjutnya hasil penelusuran gejala tersebut diberikan kepada proses penyusunan hasil diagnosa untuk dibuatkan rangkuman hasil konsultasi beserta solusi yang ditawarkan oleh sistem.

3.6.7 DFD Level 2 Proses Backward Chaining Pada level 2 proses backward chaining terlihat proses-proses pendukung backward chaining, user melakukan input nama kerusakan yang diinginkan, data tersebut diterima oleh proses identifikasi pengetahuan untuk mendapatkan data kerusakan yang ada kemudian proses penelusuran melakukan pelacakan data kerusakan. Selanjutnya data tersebut dikirimkan kepada proses penyusunan hasil diagnosa yang bertugas menggabungkan hasil pelacakan agar menjadi sebuah informasi yang tersusun dengan baik. Berikut ini adalah gambar DFD Level 2 Proses Backward Chaninng.

37

nama_kerusakan user

1.1.2.3 proses identifikasi pengetahuan data_jenis_motor P 1.1.3

data_kerusakan_terpilih data_kerusakan

1.1.2.1 t_rule data_rule proses penelusuran t_kerusakan

data_fakta data_hipotesa

t_fakta

1.1.2.2 proses penyusunan hasil diagnosa data_solusi t_solusi

informasi_ciri_kerusakan P 1.3 informasi_ciri_kerusakan

Gambar 3.8 DFD Level 2 Proses Backward Chainning

38

3.6.8 ERD (Entity Relationship Diagram)

t_fakta

t_rule

t_kerusakan

t_merk

t_type

t_solusi

Gambar 3.9 Entity Relationship Diagram Pada relasi antar entitas diatas menggambarkan relasi antar tabel dalam database. t_merk berelasi dengan t_type dengan derajat relasi one-to-many karena satu merk dapat memiliki lebih dari satu tipe sepeda motor. t_type berelasi dengan t_rule dengan derajat relasi adalah one-to-many dimana satu tipe sepeda motor mewakili satu merk dengan lebih dari satu rule yang tersimpan dalam t_rule. Pada sistem pakar, yang menjadi point penting adalah menghubungkan t_fakta dengan t_kerusakan, untuk itu kita membutuhkan satu tabel lagi yang selanjutnya disebut dengan t_rule. t_rule berelasi dengan t_fakta dengan derajat

39

one-to-many dimana satu fakta pada t_fakta dapat dimiliki oleh lebih dari satu rule pada t_rule, demikian pula dengan relasi t_rule dengan t_kerusakan. t_kerusakan juga berelasi dengan t_solusi dengan derajat relasi one-tomany karena satu buah solusi juga dapat dimiliki oleh lebih dari satu kerusakan.

3.6.9 Koseptual Database


t_rule id_rule id_fakta <FK> id_kerusakan <FK> id_type <FK> t_kerusakan id_kerusakan nama_kerusakan id_solusi <FK>

t_fakta id_fakta nama_fakta

t_merk id_merk nama_merk

t_type id_type nama_type id_merk <FK>

t_solusi id_solusi solusi

Gambar 3.10 Koseptual Database Pada diagram diatas terlihat primary key masing-masing tabel yang berelasi, suatu tabel dapat dikatakan berelasi bila tabel yang direlasikan memiliki keterkaitan dalam hal ini keterkaitan pada primary key yang ada pada tabel.

40

3.6.10 Struktur Basis Data a. Desain Tabel t_kerusakan Tabel 3.6 Desain Tabel t_kerusakan
Field id_kerusakan nama_kerusakan id_solusi Type int varchar int Keterangan PK FK

b. Desain Tabel t_solusi Tabel 3.7 Desain Tabel t_solusi


Field id_solusi solusi Type int text Keterangan PK

c. Desain Tabel t_rule Tabel 3.8 Desain Tabel t_rule


Field id_rule id_fakta id_kerusakan id_type Type int int int int Keterangan PK FK FK FK

d. Desain Tabel t_fakta Tabel 3.9 Desain Tabel t_fakta


Field id_fakta nama_fakta Type int varchar Keterangan PK

41

e. Desain Tabel t_type Tabel 3.10 Desain Tabel t_type


Field id_type nama_type id_merk Type int varchar int Keterangan PK FK

f. Desain Tabel t_merk Tabel 3.11 Desain Tabel t_merk


Field id_merk nama_merk Type int varchar Keterangan PK

42

3.6.11 Diagram Alir Proses Input Data Mulai

Input Data Tidak Data Valid Ya Input Data Baru Pada Tabel

Tampilka n Hasil

Ya Ulangi Tidak Selesai

Gambar 3.11 Diagram Alir Penambahan Data

43

Diagram alir diatas menggambarkan proses input data secara umum yang terjadi pada sistem ini, karena secara prinsip proses input data tiap-tiap proses memiliki algoritma yang sama. Disini dapat penulis jelaskan proses dimulai saat pengguna melakukan input data melalui keyboard secara manual, data tersebut kemudian diverifikasi untuk memastikan sah atau tidaknya data tersebut bila tidak sah, pengguna akan diminta memasukkan data yang sah. Proses ini akan berulang sampai pengguna memasukan data yang benar bagi sistem. Bila data yang dimasukan sudah benar bagi sistem, proses dilanjutkan pada proses penyimpanan data dan pengguna diberikan notifikasi status penyimpanan data. Pengguna dapat mengulangi proses ini bila menghendaki demikian. Proses input data ini banyak dipergunakan pada sisi administrator, karena administrator bertugas untuk melakukan pemeliharaan data pada sistem dalam hal ini adalah basis pengetahuan sistem yang mungkin suatu saat perlu ditambahkan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada saat itu sehiungga pengetahuan sistem menjadi selalu baru dan dapat melayani pengguna dengan baik.

44

3.6.12 Diagram Alir Pengubahan Data Mulai

Input Perubahan Data

Tidak

Perubahan Valid Ya Masukan Data Kedalam Tabel

Tampilkan Hasil Perubahan

Ya Ulangi Tidak

Selesai

Gambar 3.12 Diagram Alir Perubahan Data

45

Seperti halnya pada proses penyimpanan data, proses perubahan data pada sistem ini secara umum memiliki algoritma yang sama yaitu proses verifikasi data yang diubah apakah sah atau tidak, bila tidak sah perubahan akan dibatalkan dan pengguna diminta untuk memasukan data yang sah. Bila data yang diubah sah dan data yang menggantikannya juga sah, perubahan akan dilakukan dan pengguna akan diberitahukan keberhasilan proses tersebut. Diakhir proses pengguna dapat mengulangi proses perubahan data bila menghendaki demikian.

3.6.13 Diagram Alir Penghapusan Data Pada proses penghapusan data ini yang perlu diperhatikan pada saat proses verifikasi data yang akan dihapus, pada proses ini pengguna akan

diyakinkan apakah akan menghapus data yang bersangkutan, hal ini diperlukan karena data yang telah dihapus tidak dapat dikembalikan lagi karena akan dihapus secara permanen oleh sistem. Kemudian dipastikan pula bahwa data yang akan dihapus memang ada dalam tabel untuk memastikan proses penghapusan data berjalan dengan baik, jika data yang akan dihapus tidak ditemukan oleh sistem pada tabel, maka sistem akan meminta pengguna untuk memasukan data yang benar. Ini dilakukan secara berulang-ulang sampai pengguna memasukan data yang benar.

46

Mulai

Input Data Yang Akan Dihapus Tidak Verifika si Data Ya Hapus Data Dari Tabel

Tampilkan Status Penghapusan Ya Ulangi Tidak Selesai

Gambar 3.13 Diagram Alir Penghapusan Data

47

3.6.14 Diagram Alir Konsultasi Forward Chaining Mulai

Input Nama Motor

Tampilkan Pertanyaan

Input Jawaban

Ada Pertanyaan Lagi Tidak Tampilkan Hasil Konsultasi

Ya

Cetak Hasil Tidak Ya Ulangi Tidak Selesai

Ya

Cetak Hasil Konsultasi

Printout Hasil Konsultasi

Gambar 3.15 Diagram Alir Proses Forward Chaining

48

Pada diagram diatas dapat dijelaskan proses forward chaining dimulai dari pengguna memasukan nama motor dan tipe motor, kemudian sistem menampilkan pertanyaan yang berhubungan dengan jenis motor yang dimasukan oleh pengguna, proses ini diulang sampai tidak ada pertanyaan lagi yang ditanyakan oleh sistem. Pada proses ini alur kerja sistem lebih kompleks daripada pada proses Backward Chaining karena sistem harus menanyakan gejala-gejala yang dirasakan oleh pengguna. Pada proses ini juga dilakukan pengujian rule sesuai dengan jawaban pengguna. Pada akhir pertanyaan sistem menampilkan hasil konsultasi dan menanyakan pengguna apakah ingin mencetak hasil konsultasi, bila pengguna memilih mencetak hasil konsultasi maka sistem akan memberikan output berupa printout, bila pengguna tidak ingin mencetak hasil konsultasi, sistem akan menanyakan apakah pengguna ingin mengulangi konsultasi, proses akan berhenti saat pengguna menjawab tidak. Pada program, saat pengguna telah selesai melakukan proses konsultasi, pengguna akan kembali dihadapkan pada menu konsultasi yang terdiri dari dua menu yaitu pilihan konsultasi dengan menggunakan metode Forward Chaining dan pilihan konsultasi dengan menggunakan metode Backward Chaining. Pengguna juga bisa langsung keluar dari program tanpa harus memilih menu yang dihadapkan oleh sistem.

49

3.6.15 Diagram Alir Proses Backward Chaining Mulai

Input Nama Motor

Input Nama Kerusakan Tampilkan Hasil Penelusuran Ya

Cetak Hasil Penelusuran Tidak Ya Ulangi Tidak Selesai

Cetak Hasil Konsultasi

Printout Gejala Kerusakan

Gambar 3.16 Diagram Alir Proses Backward Chaining Pada diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pengguna hanya perlu memasukan nama motor dan nama kerusakan yang diinginkan, kemudian sistem akan menampilkan hasil penelusuran berdasarkan basis pengetahuan yang ada,

50

bila pengguna menginginkan, hasil konsultasi dapat dicetak dan konsultasi dapat diulangi kembali.

3.7

Perancangan Struktur Menu Sistem Pada sistem ini terdapat dua struktur menu sesuai dengan pembagian

pengguna, antara lain : struktur menu untuk pengguna umum dan struktur menu untuk administrator sistem. Berikut adalah gambar struktur menu masing-masing pengguna.

3.7.1 Menu Utama

Struktur Menu Pengguna Umum

Konsultasi Forward Chaining Backward Chaining Pengaturan Keluar Program Gambar 3.17 Struktur Menu Pengguna Umum Struktur menu untuk pengguna umum terdiri dari menu utama, konsultasi, pengaturan, keluar program, forward chaining dan backward chaining. Struktur menu ini merupakan pintu masuk administrator sistem untuk mengelola sistem dengan menempatkan opsi pengaturan pada menu utama. Untuk mengakses menu ini pengguna harus memasukan username dan password.

51

3.7.2 Menu Utama Konsultasi

Struktur Menu Administrator Admin Panel Merk & Type Forward Chaining Backward Chaining Logout Keluar Program Gambar 3.18 Struktur Menu Pengguna Administrator Pengetahuan Account

Pada pengguna level administrator menu ditambahkan, yaitu menu Admin Panel yang memuat beberapa sub menu yaitu : a. Merk & Type : Memuat antarmuka pengelolaan jenis motor yang mampu ditangani oleh sistem. b. Pengetahuan : Memuat antarmuka pengelolaan basis pengetahuan yang dimiliki oleh sistem. c. Account : Memuat antar muka pengelolaan username dan password yang dimiliki oleh administrator untuk memasuki bagian pengaturan. d. Logout : Merupakan pintu keluar administrator untuk kembali ke mode pengguna umum. Sedangkan pada menu utama, menu pengaturan dihilangkan karena secara logika pengguna tidak memerlukannya lagi.

52

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM

4.1 Sistem Pendukung

4.1.1 Hardware Dan Sistem Operasi Yang Digunakan Spesifikasi hardware yang digunakan tidak terlalu tinggi, spesifikasi yang digunakan masih tergolong terjangkau untuk komputer pada umumnya. Berikut ini adalah spesifikasi hardware komputer yang digunakan untuk menjalankan sistem : a. b. c. d. e. f. Processor 2,0 Ghz Ram 256 MB VGA dan Monitor beresolusi minimal 1024 x 760 pixel Hardisk 20 GB Mouse dan Keyboard Printer Sedangkan untuk sistem operasi, pada kesempatan ini penulis menggunakan Microsoft Windows XP Proffesional SP2 sebagai sistem operasi. Dipilihnya sistem operasi ini karena kompatibilitasnya dengan perangkat lunak yang penulis gunakan sebagai alat bantu pembangunan sistem sangat baik serta dapat dijalankan pada perangkat keras dengan spesifikasi yang telah penulis sebutkan diatas.

53

4.2

Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan pada komputer dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun hasil pengujian sistem adalah sebagai berikut ini.

4.2.1

Halaman Utama

Gambar 4.1 Halaman Utama Sistem Pakar Pada halaman utama sistem, hanya ditampilkan satu buah menu utama yang dapat diakses oleh pengguna. Pengguna dapat memilih untuk berkonsultasi dengan sistem, masuk ke pengaturan sistem / halaman admin dan keluar dari sistem. Bila pengguna memilih menu konsultasi, halaman konsultasi akan ditampilkan kemudian pengguna dapat memilih metode yang digunakan, tampilan

54

halaman kosultasi dengan pilihan metodenya akan ditampilkan pada sub bab selanjutnya.

4.2.2

Halaman Konsultasi

Halaman ini terbagi menjadi dua bagian yaitu konsultasi dengan menggunakan metode forward chaining dan metode backward chaining. Pengguna dapat memilih tombol yang tersedia untuk menentukan metode penelusuran yang digunakan dalam proses konsultasi. Berikut ini adalah tampilan halaman awal konsultasi.

Gambar 4.2 Halaman Awal Proses Konsultasi

55

Bila saat ditengah-tengah proses pengguna ingin mengulangi proses konsultasi, pengguna dapat memilih tombol ulangi konsultasi, dengan demikian sistem akan mengulang proses konsultasi dari proses pemilihan jenis kendaraan.

4.2.3

Halaman Pemilihan Jenis Kendaraan

Sebelum melangkah lebih lanjut ke proses konsultasi / tanya jawab, pengguna diwajibkan memilih jenis kendaraan yang akan dijadikan objek konsultasi. Pemilihan jenis kendaraan dimaksudkan untuk memfokuskan permasalahan kepada satu tipe kendaraan, sehingga proses penelusuran menjadi lebih efisien.

Gambar 4.3 Halaman Proses Pemilihan Jenis Kendaraan

56

Terlihat pada gambar diatas pengguna harus memilih merk motor terlebih dahulu, barulah kemudian dapat memilih tipe motor yang dimaksud. Setelah memilih tipe motor pengguna akan langsung dihadapkan dengan halaman konsultasi baik menggunakan metode forward chaining maupun backward chaining.

4.2.4

Halaman Konsultasi Forward Chaining

Halaman ini merupakan kelanjutan dari proses pemilihan merk dan tipe kendaraan. Pada halaman ini pengguna akan diberikan pertanyaan oleh sistem, kemudian harus dijawab oleh pengguna dengan menekan tombol ya atau tidak.

57

Gambar 4.4 Halaman Konsultasi Forward Chaining 4.2.5 Halaman Konsultasi Backward Chaining

Halaman ini juga merupakan kelanjutan dari proses pemilihan jenis kendaraan, dimana pengguna akan dihadapkan pada pilihan kerusakan yang ingin diketahui kerusakannya. Setelah pengguna menentukan pilihannya, sistem akan segera melakukan pelacakan gejala-gejala yang terkait dengan kerusakan tersebut. Berikut ini adalah gambar halaman konsultasi backward chaining.

Gambar 4.5 Halaman Konsultasi Backward Chaining Pada gambar diatas terlihat bahwa pengguna harus memilih nama kerusakan yang diinginkan, namun bila pengguna ingin membatalkan atau mengubah metode yang digunakan untuk melakukan konsultasi, pengguna cukup

58

memilih tombol Ulangi Konsultasi maka sistem akan segera menset tampilan halaman ke tampilan awal halaman konsultasi.

4.2.6

Halaman Login

Halaman ini akan muncul saat pengguna memilih menu pengaturan, menu pengaturan merupakan pintu masuk pengguna kedalam sistem sehingga pengguna dapat melakukan pengaturan tingkah laku sistem. Demikian pentingnya menu pengaturan ini, maka pengamanan pengguna harus dilakukan untuk menghindari pengguna yang tidak bertanggung jawab untuk dapat melakukan perubahan pengaturan sistem. Pada halaman ini pengguna harus memasukan username dan password yang benar untuk dapat melanjutkan proses pengaturan. Berikut ini adalah gambar tampilan halaman login.

Gambar 4.6 Halaman Login Bila username atau password yang diberikan oleh pengguna salah, sistem akan memberikan pesan kesalahan dan meminta pengguna untuk memasukan username dan password yang benar.

59

4.2.7

Halaman Admin / Halaman Pengaturan

Bila pengguna berhasil login ke sistem, pengguna akan dihadapkan dengan halaman pengaturan yang memiliki tampilan sedikit berbeda dengan tampilan halaman awal sistem. Berikut ini adalah gambar halaman admin / halaman pengaturan sistem.

Gambar 4.7 Halaman Admin / Pengaturan Bila diperhatikan terdapat tambahan menu pada menu bar di pojok kiri atas halaman ini. Isi dari menu tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

4.2.8

Halaman Pengelolaan Data Motor

Halaman ini berada pada sub menu Admin Panel, pada halaman ini pengguna dapat melakukan perubahan pada data kendaraan yang ditangani oleh sistem. Pengguna harus berhati-hati dalam melakukan perubahan dihalaman ini,

60

karena bila salah melakukan perubahan dapat mempengaruhi pengetahuan sistem pada bagian basis pengetahuan. Berikut ini adalah gambar halaman pengelolaan data motor.

Gambar 4.8 Halaman Pengelolaan Data Motor Pada gambar diatas terlihat bahwa pengguna dapat melakukan penambahan, perubahan, dan penghapusan merk dan tipe kendaraan yang ada.

4.2.9

Halaman Pengelolaan Basis Pengetahuan

Pada halaman ini pengguna diwajibkan untuk memilih merk dan tipe kendaraan yang akan dikelola basis pengetahuannya, pada halaman ini pengguna dapat memasukan, menghapus, dan mengubah data fakta, kerusakan, dan solusi.

61

Gambar 4.9 Halaman Pengelolaan Basis Pengetahuan Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa pengguna sama sekali tidak dihadapkan dengan kode-kode penanda gejala atau kerusakan, hal ini bertujuan membuat sistem lebih user friendly sehingga dalam pengoperasiannya pengguna dapat dimudahkan. Demikian pula saat melakukan penghubungan data kerusakan dengan data solusi, pengguna cukup melakukan pemilihan secara visual dengan melakukan klik pada Mouse tanpa diharuskan mengetahui kode-kode. Pengelolaan basis pengetahuan dibagi menjadi dua halaman yaitu : halaman pengelolaan rule dan halaman pengelolaan fakta, kerusakan dan solusi untuk mengurangi kompleksitas terutama dari segi penempatan tabel-tabel yang cukup banyak.

62

4.2.10 Halaman Pengelolaan Rule Pada halaman ini pengguna dapat melakukan penyusunan, penghapusan, dan pengubahan rule yang ada. Berikut ini adalah gambar halaman pengelolaan rule.

Gambar 4.10 Halaman Pengelolaan Rule Pada gambar diatas terlihat proses penambahan rule, yaitu dengan cara memindahkan data fakta pada tabel kanan ke tabel ciri-ciri / gejala yang berada ditengah. Dan diakhiri dengan menekan tombol Simpan Rule untuk menyimpan rule atau Batalkan Operasi untuk membatalkan tanpa melakukan penyimpanan rule.

63

4.2.11 Pengaturan Account Username dan password untuk masuk ke halaman pengaturan dapat diubah oleh pengguna pada halaman ini. Sebelum melakukan penyimpanan perubahan sistem akan meminta pengguna untuk memverifikasi password yang baru untuk meyakinkan pengguna bahwa password tersebut telah diingat oleh pengguna. Berikut ini adalah tampilan halaman pengaturan account.

Gambar 4.11 Halaman Pengaturan Account 4.2.12 Hasil Konsultasi Forward Chaining Setelah pengguna selesai melakukan konsultasi, dan sistem menemukan kesimpulan atas permasalahan yang dihadapi oleh pengguna maka halaman hasil diagnosa akan ditampilkan. Berikut ini adalah tampilan hasil diagnosa dengan metode forward chaining.

64

Gambar 4.12 Halaman Hasil Diagnosa Forward Chaining Dari halaman ini pengguna dapat melakukan pencetakan hasil konsultasi bila menginginkannya.

4.2.13 Hasil Konsultasi Backward Chaining Halaman ini akan ditampilkan saat pengguna sudah memilih salah satu nama kerusakan yang diinginkannya. Berikut ini adalah tampilan hasil diagnosa dengan metode backward chaining.

65

Gambar 4.13 Hasil Diagnosa Backward Chaining Seperti halnya pada hasil diagnosa dengan menggunakan metode forward chaining, dari halaman ini pengguna dapat melakukan pencetakan hasil diagnosa bila menginginkannya.

66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Kerusakan Pada Sepeda Motor Matic, dapat disimpulkan bahwa : a. Sistem yang dibangun telah mampu melakukan diagnosa terhadap kerusakan yang terjadi pada sepeda motor matic dimana dalam penelitian ini diagnosa dikhususkan pada bagian transmisi. b. Implementasi metode forward chaining dapat dimanfaatkan untuk melakukan diagnosa saat pengguna tidak memiliki bayangan terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya. c. Implementasi metode Backward Chaining dapat dimanfaatkan untuk mencocokan pengetahuan yang dimiliki pengguna dengan pengetahuan pada sistem serta solusi yang seharusnya dilakukan oleh pengguna untuk menangani permasalahan tersebut.

5.2 Saran Dari pengetahuan dan pengalaman selama melakukan penelitian, dapat dikemukakan saran-saran untuk pengembangan sistem ini dimasa yang akan datang. Berikut ini adalah saran-saran yang dapat penulis kemukakan

67

a. Sistem yang dibangun saat ini hanya menggunakan metode forward chaining dan Backward Chaining dalam proses diagnosa, penambahan fitur faktor ketidakpastian / Uncertainty Factor akan menjadi nilai lebih jika dapat diimplementasikan dimasa yang akan datang. b. Saat deadline penelitian ini masih ada jenis motor yang belum diambil datanya untuk dimasukan ke dalam pengetahuan sistem, performa sistem akan menjadi lebih baik bila data baru terus ditambahkan kedalam sistem. c. Arsitektur aplikasi dapat dikembangkan menjadi arsitektur client server sehingga beban operasional sistem dapat dibagi dan pengetahuan sistem dapat difokuskan pada satu server yang khusus menangani database. d. Untuk Selanjutnya objek diagnosa dapat dikembangkan menjadi lebih luas ke bagian-bagian yang belum tercakup dalam penelitian ini, seperti kelistrikan, mesin dan rangka.

68

DAFTAR PUSTAKA

2W Training Department. 2007. Hand Out Training Mechanic New Product Initial Information Spin 125 R. Jakarta : PT. Indomobil Niaga International. Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar.Yogyakarta : Andi. Astra Honda Motor. 2008. Buku Pedoman Reparasi Honda Beat. Jakarta. Choirul Amri, Muhammad. 2003. Pengantar Administrasi SQL Server 2000. http://ikc.depsos.go.id/umum/choirul/choirul-dasarsql.zip. Terakhir diakses tanggal 27 agustus 2009, pukul 22:58 wita Citra Effendi, Kadek. 2008. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Kerusakan Pada Mesin (Engine) Sepeda Motor Yamaha Tipe 2-Tak dan 4-Tak. Denpasar : Skripsi S1 STIKOM -BALI. Djuandi, Feri. 2002. SQL Server 2000 untuk Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo. Kymco Lippo Motor Indonesia. 2000. Kymco Service Manual Easy 100. Jakarta Muslimah. 2009. Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Lupus Berbasis Web. Denpasar : Skripsi S1 STIKOM-BALI. Yamaha Motor co., ltd. 2003. Mio Service Manual. Jakarta

You might also like