You are on page 1of 19

BUDIDAYA TANAMAN SAWI Jagad Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan

dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi. B. MANFAAT. Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. JENIS SAWI A. KLASIFIKASI BOTANI. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae. Kelas : Dicotyledonae. Ordo : Rhoeadales (Brassicales). Famili : Cruciferae (Brassicaceae). Genus : Brassica. Spesies : Brassica Juncea. B. JENIS-JENIS SAWI. Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina. SYARAT TUMBUH Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter

di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7. BUDIDAYA TANAMAN SAWI Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan. A. BENIH. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun. B. PENGOLAHAN TANAH. Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahaptahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran.

Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2). C. PEMBIBITAN. Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 120 cm dan panjangnya 1 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan. D. PENANAMAN. Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 8 x 6 10 cm. E. PEMELIHARAAN. Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. PENANAMAN VERTIKULTUR Langkah angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : 1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.

2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata. 3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm. 4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 5 helai. 5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House. PENANAMAN HIDROPONIK. Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut : 1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm. 2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 5 helai (umur 3 4 minggu0, bibit dicabut dengan hatihati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting. 3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm. 4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media. 5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar. HAMA DAN PENYAKIT A. HAMA. 1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). 2. Ulat tritip (Plutella maculipennis). 3. Siput (Agriolimas sp.). 4. Ulat Thepa javanica. 5. Cacing bulu (cut worm). B. PENYAKIT. 1. Penyakit akar pekuk. 2. Bercak daun alternaria. 3. Busuk basah (soft root). 4. Penyakit embun tepung (downy mildew). 5. Penyakit rebah semai (dumping off). 6. Busuk daun. 7. busuk Rhizoctonia (bottom root). 8. Bercak daun. 9. Virus mosaik. PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN. Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam.

Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah : 1. Pencucian dan pembuangan kotoran. 2. Sortasi. 3. Pengemasan. 4. Penympanan. 5. Pengolahan.

KESEIMBANGAN HARA DALAM TANAH DAN TANAMAN

Suatu tanaman dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi sampai menyelesaikan suatu siklus hidup dengan sempurna biasanya membutuhkan enam belas unsur esensial. Keenambelas unsur hara tersebut terbagi kedalam dua bagian besar yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro terdiri dari 9 unsur sedangkan unsur mikro atau trace element terdiri dari 7 unsur. Unsur hara makro biasanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang lebih besar atau lebih banyak dibandingkan unsur hara mikro yaitu dalam satuan gram-kg/tanaman. Unsur mikro sendiri dibutuhkan sekitar mg gram/tanaman saja. Kenyataan yang sering kita jumpai dilapang, petani kadang hanya memberikan unsur hara makro saja sedangkan pemberian unsur hara mikro itu sendiri sering dilupakan. Hal ini dapat kita lihat pada saat pemupukan tanaman padi, cengkeh, jagung, kakao, dll, kita hanya memberikan pupuk tunggal berupa urea, SP-36, KCl maupun pupuk majemuk lainnya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat kita seringkali berpendapat bahwa penggunaan pupuk konvensional sudah cukup memberikan nutrisi bagi perkembangan maupun pertumbuhan tanaman. Namun tanpa kita sadari kondisi demikian mengandung resiko cukup besar. Memang tak dapat dipungkiri bahwa selama ini masyarakat petani merasa tanamannya telah diberikan nutrisi yang cukup dengan pemupukan konvensional tersebut. Dengan penggunaan dosis yang ada, mereka merasa sudah cukup karena produksi yang dihasilkan tidak begitu mengecewakan.

Ketidakseimbangan pemberian unsur hara antara makro pada tanaman memyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal

Keseimbangan hara makro dengan mikro sangat mempengaruhi pertumbuhan perkembangan tanaman seperti yang diinginkan

Bila kita telaah lebih lanjut, sebenarnya pemberian pupuk yang selama ini dilakukan petani masih kurang memuaskan. Mengapa? Karena produksi yang dihasilkan tanaman selama ini ternyata masih dapat dioptimalkan lagi bila kita memberikan unsur tambahan berupa unsur hara mikro. Disinilah terlihat adanya peranan yang penting dari unsur hara mikro yang seringkali kita lupakan. Jadi, seperti halnya tubuh manusia, nutrisi yang diberikan haruslah berimbang. Ibaratnya 4 sehat 5 sempurna. Dalam tanaman mungkin kita bisa menyamakan dengan pemberian unsur hara makro harus diimbangi pula dengan unsur hara mikro, karena baik unsur hara makro maupun mikro besar pengaruhnya dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai proses bertambahnya ukuran dan jumlahsel-sel tanaman yang diikuti adanya pertumbuhan berat kering tanaman, sedangkan perkembangan tanaman dapat diartikan sebagai suatu proses menuju tercapainya kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbagi menjadi dua fase yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif, perbandingan atau rasio daun (pucuk) dan akar sangat menentukan perkembangan selanjutnya terutama dalam hal produksi. Bila pertumbuhan akar lebih cepat dari daun (pucuk) maupun sebaliknya akan berpengaruh kurang baik pada pertumbuhan dan produksi tanaman itu sendiri. Disini jelas dibutuhkan adanya keseimbangan antara rasio pertumbuhan daun dengan akar. Artinya agar baik pertumbuhan akar maupun daun sama-sama tumbuh dan berkembang secara normal dan seimbang tanpa saling mendominasi.

Urea sebagai pensuplai unsur Nitrogen (N) bagi tanaman

Pupuk SP-36 sebagai pensuplai unsur Phospor (P) bagi tanaman

Pupuk KCl sebagai pensuplai unsur Kalium (K) bagi tanaman

Rasio atau perbandingan daun dan akar sangat ditentukan oleh konsentrasi nitrogen (N) di dalam tanah. Semakin rendah konsentrasinya, akan menyebabkan turunnya rasio daun dan akar. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah N yang diserap oleh akar karena akan segera dipergunakan untuk pembentukan asam amino di dalam akar bersama sama dengan Karbohidrat yang turun dari daun membentuk protein melalui proses pembelahan dan pembesaran sel yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk proses pembentukan akar. Karena itu, bila kadar N dalam tanah rendah, akar akan tumbuh relatif lebih cepat, lebih besar serta lebih pesat ketimbang pertumbuhan daunnya. Sebaliknya bila konsentrasi N di dalam tanah terlalu tinggi, maka sebagian besar akan diserap oleh akar untuk diangkut ke daun bersama karbohidrat. Dalam daun tersebut, karbohidrat yang terbawa dari akar ditambah dengan karbohidrat yang sudah ada pada daun akan membentuk protein untuk proses pembentukan pucuk. Karena pertumbuhan vegetatif begitu pesat, maka karbohidrat yang diangkut ke akar menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan akar akan kekurangan karbohidrat yang dengan sendirinya pertumbuhan akar akan berjalan lebih lambat dibandingkan pertumbuhan daun. Untuk menstabilkan keadaan ini, dibutuhkan keadaan N dalam tanah yang cukup, artinya tidak berlebihan juga tidak kekurangan. Salah satu upaya untuk memenuhi keadaan unsur N yang seimbang tersebut adalah dengan memberikan pupuk multi N yang ditenggarai mampu memberikan pengaruh positif bagi ketersediaan N dalam tanah. Pupuk Multi N yang ada di pasaran salah satunya adalah pupuk Multi NP Cap Kapal Terbang dengan kandungan N sebesar 12 %, selain itu juga mengandung P2O5 sebesar 56% yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan ATP yang nantinya akan dipakai pada proses fotosintesis tanaman. Selain dua unsur hara tersebut, pada pupuk Multi NP juga terkandung K2O sebanyak 1.01%, Ca sebanyak 40 ppm, Mg sebanyak 10 ppm. Sedangkan kandungan unsur mikro antara lain Cl < 0.01 %, SO4 sebanyak 0.01%, Mn kurang dari 0.50 ppm, Zn 40 ppm dan Cu sebanyak 2 ppm. Pupuk Yang dimaksud dengan Multi adalah pupuk tersebut mempunyai kandungan unsur yang cukup lengkap. Artinya, pada pupuk multi ini tidak hanya terkandung unsur hara makro saja namun juga terkandung unsur hara mikro. Multi NP itu sendiri adalah pupuk majemuk yang berbentuk bubuk kristal putih seperti vitsin.

Multi NP dengan kandungan NH4 12 % dan P2O5 61% Multi KP dengan kandungan K2O 32,6% dan P2O5 berbentuk serbuk putih mirip gula pasir 50,67% berbentuk serbuk putih mirip vetsin

Beberapa kelebihan pupuk Multi NP dibandingkan pupuk yang lain adalah : 1. Larut secara sempurna dalam air. Hal ini bukan hanya karena sifat fisiknya saja yang berbentuk kristal, namun juga karena kandungan N-nya. Dengan larut secara sempurna, maka ion NH4+ yang tersedia siap diserap oleh akar tanaman secara optimal. 2. Dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman seperti melon, kubis, semangka, tomat, cabe, timun, jeruk, apel, bawang, mangga , anggur kakao , cengkeh dan lain-lain. 3. Kandungan Chlor rendah sehingga tidak menurunkan (pH) derajat keasaman tanah dan tidak meracuni tanaman. 4. Mempercepat pembentukan akar dipersemaian (dapat dipakai sebagai starter pembentukan akar pada tanaman yang baru dipindah tanam) 5. Membantu pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga tanaman tambah subur dan kokoh. 6. Dapat digunakan sebagai bahan pertanian untuk sistem hidronponik dan aeroponik. 7. Sangat cocok digunakan pada masa vegetatif, karena kandungan N dalam Multi NP ini cenderung terfokus pada pembentukan daun dan menghijaukan warnanya. 8. Mudah diaplikasikan dan murah (efisien). Dengan adanya keseimbangan dari rasio daun dengan akar, maka pertumbuhan vegetatif akan berjalan normal dan sempurna. Kondisi demikian secara langsung akan berpengaruh pada tanaman untuk memasuki fase pertumbuhan generatif. Dalam fase ini perlu diketahui dua hal penting yang berhubungan dengan rasio C/N dari tanaman. C tidak lain adalah karbon dari karbohidrat sedangkan N merupakan Nitrogen dari asam amino dan protein. 1.Untuk tanaman yang hanya dipanen daunnya seperti kubis, selada, sawi kangkung dan bayam membutuhkan nilai rasio C/N yang rendah. Mengapa demikian? Karena tanaman tersebut lebih difokuskan pada pembentukan daunnya, sehingga fase vegetatif dari tanaman tersebut dirangsang untuk lebih dominan 2. Sedangkan untuk tanaman yang diambil buah, umbi maupun bunganya, fase generatif tanaman tersebut harus lebih diperhatikan. Pemberian pupuk yang mengandung unsur N tinggi akan membuat rasio C/N menjadi rendah sehingga dapat merangsang pertumbuhan vegetatif secara normal. Disaat tanaman mulai memasuki masa generatif yang ditandai dengan munculnya bunga, maka pemberian pupuk K dan P dalam jumlah yang cukup akan memberikan hasil yang optimal saat fase generatif. Untuk memenuhi kebutuhan fase generatif itulah maka peranan pupuk multi yang mengandung K dan P dalam jumlah lebih besar sangat dibutuhkan saat fase generatif. Diantara beberapa pupuk yang ada, maka Multi NP Cap Kapal Terbang merupakan solusi terbaik dalam memenuhi unsur hara sesuai dengan kebutuhannya. Pupuk Multi KP

merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur makro sperti N sebanyak 0.87 %, P2O5 sebanyak 50,67 %, K2O sebanyak 32,6 %, Ca 40 ppm serta Mg 9 ppm. Selain unsur makro, pupuk ini juga mengandung unsur hara mikro seperti Cl sebanyak kurang dari 0.01 %, SO4 sebanyak 0,01 % , Mn sebanyak kurang dari 0.50 ppm, Zn sebanyak 40 ppm dan Cu sebanyak 2 ppm. Lalu, apa bedanya dengan Multi NP? Selain kandungannya, bentuk fisik antara pupuk Multi NP dengan Multi KP juga dapat dibedakan dimana Multi NP berupa serbuk kristal mirip gula pasir sedangkan Multi KP lebih mirip vetsin. Adapun beberapa keunggulan dari Multi KP diantaranya : 1.Cepat larut secara sempurna dalam air sehingga ion K+ dapat segera tersedia bagi tanaman. Demikian pula halnya dengan ion H2SO4 . Hal ini dapat menyebabkan rasio C/N menjadi tinggi yang diikuti dengan produksi buah dan umbi yang maksimal. 2.Dapat mencegah tanaman dari pertumbuhan vegetatif yang berlebihan. 3.Meminimalkan gugur bunga dan buah, Meningkatkan kemampuan pengisian buah 4.Buah menjadi lebih tahan terhadap penyimpanan dan pengangkutan jarak jauh. 5.Dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit jamur dan bakteri. Sama halnya dengan pupuk multi NP , pupuk Multi KP pun dapat diaplikasikan lewat daun. Dengan dosis 3 5 gr/l maka pupuk ini sangat efisien (murah) dibandingkan dengan pupuk daun formulasi lain. Pemupukan tanaman lewat daun atau yang lebih dikenal dengan istilah foliar feeding ditujukan agar pupuk dapat tersebar secara merata dan masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) dan celah-celah kutikula. Beberapa keuntungan pemupukan lewat daun dibandingkan dengan pemupukan lewat tanah diantaranya : 1. Dapat menghindari kemungkinan adanya fiksasi unsur dalam tanah. Misalnya unsur phosfat (P) pada tanah asam yang mengandung Fe dan Al akan membentuk senyawa kompleks FeAl Phosfat yang mengendap sehingga P tidak dapat diserap oleh akar tanaman. 2. Dapat menghindari adanya interlasi unsur terutama unsur yang bersifat antagonis. Misalnya antagonisme unsur Mg menyebabkan unsur K menjadi tertekan. Antagonisme unsur K yang menyebabkan unsur Ca tertekan dan antagonisme unsur Ca yang menyebabkan unsur Mg tertekan. 3. Memberikan respon yang lebih cepat (waktu) bila dibandingkan dengan pemupukan lewat tanah. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang masuk lewat daun akan segera diproses pada proses fotosintesis yang memang terjadi di daun. 4. Tidak memerlukan suatu proses pengawasan (kontrol) yang sering dilakukan terutama bila gejala-gejalanya belum nampak.Kalau pemberian lewat tanah mungkin saja pupuk tersebut terurai, tercuci atau terfiksasi. 5. Lebih ekonomis baik dari segi jumlah pupuk maupun cara pemberiannya. Disamping itu dapat dicampurkan dengan pestisida lain saat aplikasi.
(Ir. Menas Tjiongers,MS. penulis adalah pemerhati masalah pertanian berdomisili di Makassar-Sulsel)

Sun, 1 Nov 2009 @21:36 Tulis Komentar Nama

Top of Form

E-mail (tidak dipublikasikan)

URL
http://

Komentar

Kode Rahasia Masukkan hasil penjumlahan dari 6+1+8

Bottom of Form

Copyright 2012 CV. CIPTA ASRI, Pati-Indonesia All Rights Reserved

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit (Cahyono, 2003). Klasifikasi tanaman sawi dalam(Rukmana, 2002) sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dicotyledonae

Ordo : Papavorales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea L. Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003). Universitas Sumatera Utara

Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2002). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004). Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002). Syarat Tumbuh Iklim Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang. . (Cahyono, 2003) Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan Universitas Sumatera Utara

menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002). Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses fotosintsis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman menurun. (Cahyono, 2003). Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah (asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6 (Madjid,2009). Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida, dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah (Yulianti, 2007). Universitas Sumatera Utara

Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6C dan siang hari 21,1C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996). Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintasis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi hijau pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah (Cahyono, 2003). Tanah Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2006) Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke Universitas Sumatera Utara

dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin kecil (Hasibuan, 2010). Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Di samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara , seperti magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa unsur hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman. Sehingga dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut (Cahyono, 2003). Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang cukup (Suhardi, 1990). Sifat biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacammacam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta tanah yang banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik.(Cahyono, 2003). Universitas Sumatera Utara

Pupuk Cair SuperPlant Pupuk cair adalah pupuk berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil ekstrak bahan yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air atau minyak. Senyawanya mengandung karbon, vitamin, atau metabolit sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang atau enzim (Musnamar, 2005). Pengembalian bahan organik kedalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan hasil yang mendekati optimum jika dalam pelaksaannya memperhatikan empat kunci yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat pemberian. Mengingat hasil pemupukan pada jenis tanaman yang tidak sama tidak selalu memberikan hasil yang baik maka ada hal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesuburan tanah, reaksi tanah, kadar air, sifat pupuk yang diberikan, pengolahan lahan, penyiangan dan pemilihan bibit yang baik (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanaman sayur semusim berumur pendek dan ditanam dengan jarak tanam rapat, pemupukan dilakukan lewat daun dengan pupuk disebut pupuk daun. Pemupukan lewat daun ini umumnya dilakukan dengan cara melarutkan pupuk tersebut ke dalam air lalu larutan pupuk tersebut disemprotkan ke permukaan daun (Prihmantoro, 2001). Aplikasi pupuk cair biasanya dilakukan dengan menyemprotkan pupuk ke daun tanaman dan dapat juga dilakukan dengan menyiramkan langsung ke perakaran tanaman. Aplikasi pupuk cair dilakukan dengan cara disemprotkan ke daun dan sebaiknya tidak dilakukan pada kondisi terik matahari atau kelembaban rendah karena larutan pupuk akan cepat menguap. Pemupukan juga disarankan Universitas Sumatera Utara

tidak dilakukan pada saat hujan karena larutan pupuk akan hilang tercuci oleh air hujan (Danarti dan Najiyati, 1994). Ada satu hal kelebihan yang mencolok dari pupuk daun, yaitu penyerapan haranya lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar. Masuknya pupuk ini karena ada proses difusi dan osmosis pada lubang mulut daun yang lazim disebut stomata. Stomata ini membuka dan menutup secara mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Jika tekanan turgor meningkat, stomata akan membuka. Sementara jika tekanan turgor menurun maka stomata akan menutup (Sutedjo, 1995). Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata. Tetapi, beberapa pakar ilmu fisiologi tanaman menduga bahwa di samping diserap stomata penyerapan unsur hara juga dapat melalui ektodesmata (Rosmarkam dan Yuwono, 2002) Penyerapan hara tanaman lewat daun sangat dibatasi oleh adanya dinding luar sel epidermis. Dinding ini tertutup oleh lapisan malam (wax) atau juga kutin yang mengandung pectin, hemiselulosa, dan selulosa yang bersifat semi hidrofilik. Fungsi lapisan luar yang bersifat hidrofobik adalah melindungi tanaman dari hilangnya air karena transpirasi. Demikian juga, adanya lapisan luar yang hidrofobik ini untuk menjaga agar tidak terjadi pencucian yang berlebihan atas larutan organik dan anorganik dari daun oleh air hujan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002) Ada dua kelompok pupuk daun berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, yaitu kelompok pupuk yang mengandung unsur hara makro dan kelompok pupuk yang mengandung unsur hara mikro. Unsur mikro adalah unsur hara esensial yang Universitas Sumatera Utara

dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit tapi mutlak harus tersedia (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Menurut Lingga dan Marsono (2007), ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yaitu: 1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya memiliki takaran hara yang tepat. 2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan hara yang tepat 3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya selalu tersedia di pasaran. 4. Pupuk anorganik murah diangkut karena jumlah relative sedikit dibanding pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Sehingga biaya angkut pupuk menjadi lebih murah Meskipun pupuk cair mempunyai banyak kelebihan, tetap saja dalam penggunaan masih terdapat kekurangan. Adapun beberapa kekurangan dari pupuk cair adalah bila dosis pemupukan salah (terlalu tinggi) maka daun akan rusak, terutama pada musim kering (Lingga dan Marsono, 2007). SuperPlant adalah pupuk cair import berteknologi tinggi dan diproduksi dibawah pengawasan mutu yang ketat serta disesuaikan dengan keadaan iklim, tanah dan tanaman. SuperPlant sangat praktis penggunaanya cukup diaplikasi dengan cara penyemprotan. SuperPlant diproduksi khusus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman. Sangat mudah digunakan cukup dicampurkan dengan air bersih lalu semprotkan keseluruh bagian daun / pucuk pohon. Universitas Sumatera Utara

Menurut PT. Agro Dynamics Indo kandungan Pupuk cair SuperPlant antara lain; Tabel 2. Kandungan Pupuk Cair Mikro Superplant No Kandungan Jumlah 1 Water 55,12% 2 Acetic Acid 2,80% 3 Amino Acid 7,00% 4 Potassium Humate 2,50% 5 Boric Acid 3,75%

You might also like