You are on page 1of 8

Kriteria Aliran Sesat Dan Antisipasinya

Saat ini aliran-aliran serta paham-paham sesat dan menyimpang sedang tumbuh subur dan berkembang di Indonesia. Belum selesai masalah satu aliran sudah aliran yang baru. Lebih 250 aliran sesat di Indonesia dan 50 di antaranya berkembang di Jawa. A. Mudrat Aliran Sesat Saat ini aliran-aliran serta paham-paham sesat dan menyimpang sedang tumbuh subur dan berkembang di Indonesia. Belum selesai masalah satu aliran sudah aliran yang baru. Lebih 250 aliran sesat di Indonesia dan 50 di antaranya berkembang di Jawa. Selain merusak akidah dan citra Agama, aliran-aliran ini merusak tatanan sosial, merusak hubungan keluarga, merusak persatuan umat, merusak cara berpikir masyarakat, dan bahkan ada yang mengancam kelangsungan NKRI, seperi Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dakwahnya melalui fase sembunyisembunyi, fase teranganterangan, fase perang terhadap seluruh yang tidak masuk kelompoknya, fase kemenangan, dan sampai kepada fase mendidikan pemerintahan sendiri. Para ulama umunya dan MUI khususnya telah banyak menghabiskan tenaga, waktu, pikiran, dan bahkan dana untuk meluruskan dan mengatasi masalah ini. Sehubungan dengan muderat yang ditimbulkan aliran dan paham sesat ini, pemerintah umumnya, dan Presiden SBY khususnya telah menyatakan dukungannya terhadap fatwa-fatwa MUI dan menyatakan bahwa fatwa Agama hanya bisa dikeluarkan oleh MUI. Karena itu, tanggung jawab MUI khususnya dan tanggung jawab para ulama dan dai umumnya semakin besar dalam masalah ini. Jika selama ini, MUI dan para ulama mengurusi dan mengeluarkan fatwa terhadap berbagai aliran sesat berdasarkan tanggung jawab sebagai ulama memelihara dan menjaga kesucian agama serta memelihara akidah umat, maka ke depan, MUI dan para ulama mengurusi aliran dan paham sesat juga menjadi tanggung jawab membangun bangsa dan menindaklanjuti harapan pemerintah. Kepedulian pemerintah terhadap masalah Agama ini harus disambut dengan sungguh-sungguh karena menyangkut pemeliharaan Agama. Diharapkan Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) di Kejaksaan yang sudah lama kurang aktif dapat diberdayakan bekerja sama dengan MUI dan Kepolisian. Dalam upaya meredam, membendung, dan mengantisipasi muncul dan berkembangnya aliran dan paham sesat, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kriterianya, indikasi awal yang mencurigakan dan langkah-langkah membendungnya. B. Kriteria Sesat Dalam rangka upaya menangkal dan menghentikan aliran sesat serta menyadarkan para pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar, MUI Pusat mengeluarkan Pedoman Identifikasi Aliran Sesat pada tanggal 6 Nopember 2007. Dalam pedoman ini ditetapkan sepuluh kriteria sesat, yaitu: (1) Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam, (2) Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i, (3) Meyakini turunnya wahyu sesudah Alquran, (4) Mengingkari autentisitas dan kebenaran isi Alquran, (5) Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaedah-kaedah tafsir, (6) Mengingkari kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam, (7) Menghina, melecehkan dan merendahkan para nabi dan rasul, (8) Mengingkari Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir,

(9) Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokokpokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat, seperti haji tidak ke Baitullah, salat fardu tidak lima waktu, (10) Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i, seperti mengakafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya. Di antara kriteria sesat yang menonjol sekarang adalah pengakuan menjadi nabi, menerima wahyu, dan kedatangan Malaikat Jibril. Lia Eden di Jakarta, Ahmad Mushaddeq di Bogor, Jawa Barat, dan seorang oknum kepala SD di Kabupaten Bungo, Jambi semuanya mengaku nabi. Di zaman Nabi Muhammad saw., seorang yang mengaku nabi dihukum bunuh. Musailamatul Kazzab dan al-Aswad al-'Insi dihukum bunuh karena keyakinan sesat mereka, mengaku sebagai nabi. Bahkan, Abu Bakar memerangi orang murtad dan orang yang enggan membayar zakat. C. Indikasi Awal Aliran Sesat Sebagai indikasi awal yang selayaknya menimbulkan kecurigaan terhadap satu paham atau pengajian bisa melalui tanda-tanda berikut : Pengajian dilaksanakan secara rahasia-rahasia, tertutup kepada selain jamaahnya. Sebagiannya melakukan pengajian tengah malam sampai subuh dan tempatnya pun sangat terisolir. Gurunya tidak dikenal sebagai ahli Agama, tidak pernah menekuni ilmu agama, dan tidak dikenal sebagai orang yang rajin beribadah, tetapi tiba-tiba menjadi pengajar Agama. Adanya bai'at atau mitsaq untuk taat pada guru atau pimpinan pengajian. Bahkan, ada janji yang harus ditandatangani oleh anggota pengajian tersebut. Cara ibadah yang diajarkan aneh dan tidak lazim. Adanya tebusan dosa dengan sejumlah uang yang diserahkan kepada guru atau pimpinan jamaah. Kadangkadang, pengajian sesat ini mengharuskan adanya sedekah lebih dahulu sebelum berkonsukltasi dengannya. Adanya penyerahan sejumlah uang, seperti Rp 300.000, dan orang yang menyerahkannya pasti masuk sorga. Adanya sumbangan yang tidak lazim sebagaimana layaknya sumbangan sebuah pengajian. Misalnya, 10% atau 5% dari penghasilan harus diserahkan kepada guru atau pimpinan pengajian. Pengajiannya tidak mempunyai rujukan yang jelas, hanya penafsiran-penafsiran gurunya saja.Pengajiannya tidak memakai Hadis Nabi Saw. Sumber ajaran hanya Alquran dengan penafsiran dan pemahaman guru yang ditetapkan oleh pengajian dan tidak boleh belajar kepada ustaz lain. D. Faktor-faktor Menjadi Sesat Kelainan jiwa atau strees merupakan salah satu faktor yang membawa seseorang mengaku berhubungan dengan Jibril, Tuhan, makhluk dan alam gaib. Faktor materi telah membuat banyak orang sesat. Dengan berpura-pura bermaksud untuk memperbaiki keadaan serta memolesnya dengan bahasa Agama, seperti menawarkan pentingnya jihad dan pengorbanan material untuk merealisasikan cita-cita ideal, seorang bisa mendapat simpati dan dukungan dari orang yang memang merindukannya. Semakin banyak yang tertarik dan mendukungnya, ia pun terus mengembangkan konsepkonsepnya. Setelah pendukungnya sampai mengkultuskannya, ia pun menklaim macam-macam, termasuk klaim mendapat wahyu dan bahkan klaim diangkat Tuhan menjadi nabi. Kelangkaan ulama panutan dan berwibawa yang benar-benar ahli Agama, pengamal Agama, dan pembela Agama merupakan faktor lain menyebabkan pikiran orang yang lemah iman menjadi liar. Intervensi dari luar pun tidak mustahil untuk untuk tujuan mendangkalkan akidah umat, mengaburkan ajaran Agama, dan memecah belah umat Islam. Seperti komunis tetap merupakan bahaya laten yang pada saat tertentu menyusup ke dalam masyarakat dengan baju agama.

Demikian juga pihak-pihak yang tidak menginginkan bangsa ini bersatu dan kuat. Kebodohan terhadap ajaran Islam adalah faktor dominan membuat orang bisa masuk dan mengikuti aliran sesat. Dari sisi lain, faktor ekonomi telah berhasil membuat orang berpindah agama, apalagi sekadar mengikuti paham yang menyimpang. Puberitas keberagamaan merupakan lahan subur bagi aliran sesat. Seorang yang baru merasakan nikmatnya beragama dan belum mempunyai pegangan yang kuat dalam beragama, begitu disuguhkan satu paham keagamaan yang baru besar kemungkinan akan diterimanya. Ketidakpuasan dengan paham dan keadaan Islam yang sedang dalam posisi lemah dan terhina membuat orang mencari paham Islam alternatif. Ketika ditawari dengan paham yang secara zahir idealis tentunya akan menjadi pilihan dan tumpuan harapan bagi orang yang sedang mencarinya. E. Antisipasi terhadap Aliran Sesat Membekali umat Islam dengan ilmu Agama yang cukup sehingga mereka memiliki Islam yang terdefinisi merupakan usaha yang mutlak harus dilakukan. Keberagamaan mayoritas umat Islam adalah berdasarkan warisan, bukan berdasarkan ilmu yang dipelajari.Mengamati setiap pengajian, ceramah, tulisan, dan buku yang beredar seharusnya dilakukan semua kalangan sehingga paham sesat tidak sempat hidup dan berkembang melainkan secara dini dapat diantisipasi. Setiap ajaran yang dicurigai hendaknya segera dilaporkan kepada MUI, Kejaksaan, dan Kepolisian untuk diselidiki. Kejaksaan dan Kepolisian hendaknya proaktif menindak setiap aliran dan paham yang sudah difatwakan oleh MUI dengan mekanisme kerja (1) masyarakat melaporkan ke MUI, (2) MUI mengeluarkan fatwa, (3) Kejaksaan menyidik, (4) Kepolisian menindak, dan (5) Pemerintah membekukan dan melarangnya. Sosialisasi paham dan aliran sesat seharusnya dilakukan di seluruh sekolah, lembaga pendidikan, dan majlis taklim. Masyarakat hendaknya melakukan boikot terhadap pengikut aliran dan paham sesat sehingga mereka terisolir, keadaan mereka sesat diketahui semua warga, dan mereka tidak bisa bergerak untuk menyebarkan pahamnya. Penulisan buku-buku tentang aliran sesat perlu dilakukan dan diedarkan secara luas agar masyarakat mengetahui macam-macam aliran sesat yang berkembang dan mengetahui kesesatannya.
http://aam.wen.ru/ebook/manhaj/kriteria_aliran_sesat.htm
Pemerintah Dilematis Berantas Aliran Sesat Pemerintah akan sulit memberantas aliran sesat. Mengapa? Karena pemerintah berada dalam posisi yang dilematis. Setiap tindakan pemerintah untuk memberantas ajaran sesat akan dikategorikan sebagai pelanggaran kepada kebebasan beragama, dan itu juga berarti pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM). Sementara pada saat yang sama, realitas politik memperlihatkan pemerintah berada di tengahtengah mayoritas umat Islam yang mempunyai pandangan baku terhadap Islam itu sendiri. Pemerintah tegak pada konstitusi yang berbasis sosial sekuler sehingga mengakomodasi gagasan-gagasan yang bersifat sekuler, terutama dalam konteks HAM. Inilah yang kemudian menimbulkan tindakan pemerintah itu kelihatan begitu ragu-ragu. Satu saat pemerintah khawatir teralienasi dari masyarakat, pada saat yang sama pemerintah juga harus mempertimbangkan aspek-aspek kemanusiaan dari tindakannya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) membuat fatwa terhadap aliran sesat berdasarkan keislaman yang secara umum berlaku selama berabad-abad lalu, kemudian mendapatkan keabsahan dari tradisi Nabi Muhammad SAW maupun dalam Al-Qur`an serta penafsiran ulama-ulama yang diakui oleh umat Islam sedunia. Jadi, ini merupakan koridor untuk mengatakan mana yang Islam dan mana yang bukan Islam. Dalam konteks Islam, jika terjadi deviasi persepsi agama, maka setiap tindakan menyimpang sudah dianggap bukan Islam. (Victor AS)

Anggota DPR Ali Mukhtar Ngabalin

Jangan Musuhi Pengikutnya Untuk mengatasi aliran sesat, peran Departemen Agama sangat dibutuhkan. Departemen Agama jangan hanya mengurusi wakaf dan haji, mereka juga harus banyak melakukan pembinaan kepada umat. Karena, umat Islam adalah aset bangsa Indonesia. Meski demikian, umat Islam dan ormas-ormas Islam jangan sampai melakukan kekerasan terhadap mereka yang telanjur menjadi pengikut aliran sesat. Tapi merangkul dan melakukan pendekatan secara persuasif dan komunikatif, baik secara agama maupun budaya. Sebab, kalau dihakimi atau dikerasi, mereka bukannya mendekat, tapi malah menjauh. Kita juga harus hati-hati, karena bukan tidak mungkin ada pihak-pihak yang sengaja melakukan kekerasan kepada para pelaku aliran sesat, untuk membangun kesan bahwa umat Islam ini brutal. Saya harap kita jangan terpancing oleh provokasi murahan seperti itu. (Kartoyo DS)

Ketua Tim Pembela Muslim (TPM) Mahendrata

Ajaran Sesat Tawarkan Surga Instan Munculnya aliran atau ajaran sesat di banyak daerah erat kaitannya dengan persoalan kemiskinan serta stres yang dialami warga masyarakat akibat dibelit berbagai persoalan hidup. Orang yang susah, stres, karena tekanan hidup, akhirnya tertarik pada sebuah ajaran, "agama", tertarik pada "nabi" yang menawarkan surga instan. Misalnya Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Aliran sesat ini bisa menarik banyak pengikut karena menawarkan "surga" atau kenikmatan yang akan diraih pengikutnya secara cepat atau "instan". Selain persoalan tekanan hidup dan stres, tak sedikit warga yang mudah tertipu dan tidak mau berpikir secara irasional terhadap sesuatu hal atau ajaran yang, bila dipikirkan, sebenarnya bertentangan dengan akal sehat. Misalnya, masih ada yang mau memberikan uang dengan janji akan diberi bunga hingga sebesar puluhan persen per bulan. Padahal, itu kan bisa dibilang tidak mungkin. Begitu juga adanya dengan fenomena kemunculan aliran sesat. Aliran sesat itu juga bisa muncul karena dakwah belum dilakukan secara meluas dan menyentuh segenap kaum Muslim di Tanah Air. (Rully)

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=186106

Akhir-akhir ini, sekurang-kurangnya dalam satu dasa warsa terakhir ini, berbagai ragam pemikiran dan pemahaman ajaran Islam muncul ke ranah kehidupan masyarakat kita dalam aliran keagamaan, khususnya dalam agama Islam. Meskipun pada dasarnya fenomena munculnya berbagai kelompok sempalan tidak hanya terjadi di kalangan umat Islam saja, di agama non-muslim juga ada, seperti Children of God belakangan dikenal sebagai Family of Loves, dll. Persoalan menghadapi kelompok sempalan yang disebut oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) sebagai aliran sesat (haluan, pendapat atau paham yang salah jalan) di Indonesia seakan-akan tiada habisnya. Dibubarkan satu, muncul lagi yang baru. Begitu seterusnya. Ada Lia Eden Aminuddin (Salamullah), Jamaah Pengajian Al-Haq, Al-Qiyadah Al-Islamiyah, Satria Piningit, Ahmadiyah dan lain sebagainya. Berdasarkan data dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), tercatat tidak kurang dari 250 aliran sesat ada di Indonesia, dan sebagian besar di antaranya berkembang di Jawa. Namun kini masyarakat di bumi Serambih Mekah (NAD) pun sedang diresahkan dengan munculnya aliran keagamaan Mukmin Mubaligh dan juga aliran Millata Abraham. Dan berdasarkan catatan dari Majelis

Ulama disana kedua aliran tersebut kini yang telah berhasil mempengaruhi ratusan warga masyarakat disana. Fenomena ini tidak hanya meresahkan, tetapi juga cukup memprihatinkan, apalagi berdasarkan data yang dihimpun oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU/MUI) Provinsi Aceh (NAD), yang menjadi sasaran dan korban aliran ini kebanyakan berasal dari kalangan anak muda, pelajar dan mahasiswa disana. Menyeruaknya beragam faham dan aliran tersebut kedalam kehidupan spiritual keagamaan masyarakat, khususnya yang membawa lebel Islam jelas meresahkan, memprihatinkan serta menimbulkan kebingungan, tanda tanya bahkan menimbulkan konflik dengan lingkungan sekitarnya. Tidak menutup kemungkinan, konflik yang lebih masif dengan skala yang lebih luas dapat timbul dari persoalan ini apabila tidak segera diatasi secara komprehensif (menyeluruh dan terstruktur). Kriteria Aliran Sesat dan Antisipasinya Untuk mengatasi persoalan aliran sesat ini, berikut ada beberapa catatan menarik dari tokoh ulama yang berasal dari Sumatra Utara DR.H. Ramli Abdul Wahid, MA tentang kriteria-kriteria serta kiat-kiat untuk mengantisipasi dampak dan juga untuk mencegah makin meluasnya fahamfaham keagamaan yang menyimpang dan meresahkan serta berpotensi merusak tatanan kehidupan masyarakat. A. Kriteria Sesat Dalam rangka upaya menangkal dan menghentikan aliran sesat serta menyadarkan para pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar, MUI Pusat mengeluarkan Pedoman Identifikasi Aliran Sesat pada tanggal 6 Nopember 2007. Dalam pedoman ini ditetapkan sepuluh kriteria sesat, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam, Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i, Meyakini turunnya wahyu sesudah Alquran, Mengingkari autentisitas dan kebenaran isi Alquran, Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaedah-kaedah tafsir, Mengingkari kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam, Menghina, melecehkan dan merendahkan para nabi dan rasul, Mengingkari Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir, Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokokpokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat, seperti haji tidak ke Baitullah, salat fardu tidak lima waktu, 10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i, seperti mengakafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

B. Indikasi Awal Aliran Sesat Sebagai indikasi awal yang selayaknya menimbulkan kecurigaan terhadap satu paham atau

pengajian bisa melalui tanda-tanda berikut : Pengajian dilaksanakan secara rahasia-rahasia, tertutup kepada selain jamaahnya. Sebagiannya melakukan pengajian tengah malam sampai subuh dan tempatnya pun sangat terisolir. Gurunya tidak dikenal sebagai ahli Agama dan buruk dalam kehidupan sosialnya. Adanya bai'at atau mitsaq untuk taat pada guru atau pimpinan pengajian. Bahkan, ada janji yang harus ditandatangani oleh anggota pengajian tersebut. Cara ibadah yang diajarkan aneh dan tidak lazim. Adanya tebusan dosa dengan sejumlah uang yang diserahkan kepada guru atau pimpinan jamaah. Kadang-kadang, pengajian sesat ini mengharuskan adanya sedekah lebih dahulu sebelum berkonsukltasi dengannya. Adanya penyerahan sejumlah uang, dan orang yang menyerahkannya pasti masuk sorga. Adanya sumbangan yang tidak lazim sebagaimana layaknya sumbangan sebuah pengajian. Misalnya, 10% atau 5% dari penghasilan harus diserahkan kepada guru atau pimpinan pengajian. Pengajiannya tidak mempunyai rujukan yang jelas, hanya penafsiran-penafsiran gurunya saja. Pengajiannya tidak memakai sumber-sumber ajaran Islam yang sah seperti Al-Quran dan Hadis Nabi Saw serta ijma Ulama. Sumber ajaran hanya Alquran dengan penafsiran dan pemahaman guru yang ditetapkan oleh pengajian dan tidak boleh belajar kepada ustaz lain. C. Faktor-faktor Menjadi Sesat Banyak factor yang menyebabkan seseorang tertarik untuk mengikuti arus aliran sesat, antara lain: 1. Kelainan jiwa atau strees, merupakan salah satu faktor yang membawa seseorang mengaku berhubungan dengan Jibril, Tuhan, makhluk dan alam gaib. 2. 2. Faktor materi telah membuat banyak orang sesat. Dengan berpura-pura bermaksud untuk memperbaiki keadaan serta memolesnya dengan bahasa Agama, seperti menawarkan pentingnya jihad dan pengorbanan material untuk merealisasikan cita-cita ideal, seorang bisa mendapat simpati dan dukungan dari orang yang memang merindukannya. 3. Setelah semakin banyak yang tertarik dan mendukungnya, ia pun terus mengembangkan konsep-konsepnya, hingga pengkulutusan individu sang Imam dengan beragam klaim adalah fenomena yang sering kita jumpai dari berbagai aliran sesat tersebut, termasuk klaim mendapat wahyu dan bahkan klaim diangkat Tuhan menjadi nabi. 4. Kelangkaan ulama panutan dan berwibawa yang benar-benar ahli Agama, pengamal Agama, dan pembela Agama merupakan faktor lain menyebabkan pikiran orang yang lemah iman menjadi liar. 5. Intervensi dari luar pun tidak mustahil untuk untuk tujuan mendangkalkan akidah umat, mengaburkan ajaran Agama, dan memecah belah umat Islam. Demikian juga pihak-pihak yang tidak menginginkan bangsa ini bersatu dan kuat. 6. Kebodohan dan kedangkalan umat terhadap ajaran Islam yang baik dan benar adalah faktor dominan membuat orang bisa masuk dan mengikuti aliran sesat. Dari sisi lain, faktor ekonomi telah berhasil membuat orang berpindah agama, apalagi sekadar mengikuti paham yang menyimpang.

7. Puberitas keberagamaan merupakan lahan subur bagi aliran sesat. Seorang yang baru merasakan nikmatnya beragama dan belum mempunyai pegangan yang kuat dalam beragama, begitu disuguhkan satu paham keagamaan yang baru besar kemungkinan akan diterimanya. 8. Ketidakpuasan dengan paham dan keadaan Islam yang sedang dalam posisi lemah dan terhina membuat orang mencari paham Islam alternatif. Ketika ditawari dengan paham yang secara zahir idealis tentunya akan menjadi pilihan dan tumpuan harapan bagi orang yang sedang mencarinya. D. Antisipasi terhadap Aliran Sesat Membekali umat Islam dengan ilmu Agama yang cukup sehingga mereka memiliki Islam yang terdefinisi merupakan usaha yang mutlak harus dilakukan. Mengamati setiap pengajian, ceramah, tulisan, dan buku yang beredar seharusnya dilakukan semua kalangan sehingga paham sesat tidak sempat hidup dan berkembang melainkan secara dini dapat diantisipasi. Setiap ajaran yang dicurigai hendaknya segera dilaporkan kepada pihak yang berwenang dan tidak main hakim sendiri. Kejaksaan dan Kepolisian hendaknya proaktif menindak setiap aliran dan paham yang sudah difatwakan oleh MUI dengan mekanisme kerja (1) masyarakat melaporkan ke MUI, (2) MUI mengeluarkan fatwa, (3) Kejaksaan menyidik, (4) Kepolisian menindak, dan (5) jika dirasa perlu Pemerintah harus berani dan tegas untuk membekukan dan melarangnya. Sosialisasi paham dan aliran sesat seharusnya dilakukan di seluruh sekolah, lembaga pendidikan, dan majlis taklim. Untuk mempersempit ruang gerak serta penyebarannya masyarakat hendaknya melakukan kontrol sosial yang lebih ketat, terutama terhadap pengikut aliran dan paham sesat. Penulisan buku-buku dan publikasi dalam berbagai bentuk lainya tentang aliran sesat perlu dilakukan dan diedarkan secara luas agar masyarakat mengetahui criteria-kriteria, macammacam bentuk dan nama aliran sesat yang berkembang dan mengetahui kesesatannya. Munculnya aliran-aliran sesat merupakan indikasi kurang berhasilnya dakwah Islamiyah akhirakhir ini. Dakwah kita tidak lagi bersifat mengajak tapi lebih terkesan memprovokasi sehingga mudah sekali memunculkan kebencian di kalangan umat. Untuk itu kepada para juru dakwah, dai, kiyai, alim ulama, dan tokoh masyarakat hendaknya memperbaiki materi-materi dakwah ke depan yang lebih bersifat ilmiah, rasional dan mendidik. Sementara dalam rangka mengajak mereka yang sempat tersesat hendaknya tetap mengedepankan tiga prinsip yaitu hikmah, keteladanan dan dialog sebagaimana yang telah diamanahkan Allah dalam Al-Quran Surah An-Nahl: 125 berikut: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Kesimpulan Akidah Islam merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi seorang Muslim. Sebab, ia adalah

pangkal dari seluruh keluhuran dan kebajikan. Tanpa iman, manusia laksana bangkai hidup yang tak memiliki nilai dan harga sedikitpun. Atas dasar itu, Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan seorang Muslim untuk menjaga akidahnya dengan sungguh-sungguh dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun. Munculnya aliran-aliran sesat di Indonesia adalah suatu fenomena yang cukup meresahkan dan memprihatinkan., fenomena ini juga merupakan indikasi telah rusaknya akidah sebagian umat Islam. Apabila tidak segera diantisipasi dan ditangani, dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik yang lebih besar dari berbagai peristiwa terkait selama ini. Disamping merusak akidah umat dan citra Agama, juga berpotensi besar merusak tatanan sosial, merusak hubungan keluarga, merusak persatuan umat, merusak cara berpikir masyarakat, hingga mengancam keberagaman masyarakat bangsa Indonesia dan kelangsungan NKRI. Membendung aliran sesat ini tidak hanya menjadi tanggungjawab satu pihak saja, namun semua elemen punya tanggung jawab yang sama dalam menjaga akidah umat. Sebab upaya pemerintah saja tanpa dukungan pihak lain termasuk masyarakat, tidak akan memberikan dampak apa-apa. Semoga catatan sederhana ini ada manfaatnya. Wallahualambishawab [referensi: berbagai sumber]
http://www.alwaasit.com/cetak.php?id=133

You might also like