You are on page 1of 13

Formulasi Sediaan Lipstik

Desember 10, 2011 oleh Shofiatul Fajriyah Lipstik adalah bagian kosmetika yang digunakan untuk perias bibir. Preparat untuk perias bibir ada dua, yaitu lipstik dan pomade bibir digunakan untuk mencegah bibir menjadi pecah-pecah karena kering. Sedang lipstik digunakan sebagai make up bibir, supaya kelihatan lebih menarik. Lipstik, digunakan sebagai make up harus memenuhi persyaratan : 1. Tidak boleh mengeluarkan air atau minyak (sweating) 2. Tidak boleh mudah pecah 3. Zat warnanya harus terbagi rata
4. Tittik leburnya terletak antara 50oC sampai 60oC

Lipstik terdiri dari suatu bahan dasar dan zat warna. Lipstik adlah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin, dan lemak. Lipstik biasanya menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak. Pada umumnya basis ini adalah minyak-minyak lemak. Berikut Pemerian lemak dan minyak yang digunakan sebagai basis 1. Cera Alba (Malam putih) Malam putih adalah hasil pemurnian dan pengelantangan Malam Kuning yang diperoleh dari sarang lebah madu Apis melifera Linne (Familia Apidae) dan memenuhi syarat uji kekeruhan penyabunan Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95% Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalm etanol dingin, Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam putih. Larut sempurana dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri (Anonim, 1995) 2. Parafin Parafin adalh campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan yang diperoleh dari minyak tanah Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak (Anonim, 1995) 3. Oleum Ricini ( Minyak Jarak ) Adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus communis Linne (Familia Euphorbiaceae), tidak mengandung bahan tambahan. Pemerian : Cairan kental, transparan, kuning pucat, atau hampir tidak berwarna, bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik, rasa khas Kelarutan; larut dalam etanol, dapat bercampur dengan etanol mutlak, dengan asm asetat glasial, dengan kloroform, dan dengan eter (Anonim, 1995)

4. Oleum Arachis 5. Adeps Lanae (Lemak Bulu Domba) Lemak bulu domba adalh zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne (Familia Bovidae) yang dibersihkan dandihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0,02%. Pemerian massa seperti lemak, lengket, warna kuning dan bau khas Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya; agak sukar larut dlam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas; mudah larut dalam eter dan dalam kloroform (Anonim, 1995) Pembahasan Lipstik termasuk kosmetika dekoratif. Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta tidak mengubah secara permanent kekurangan (cacat) yang ada. Dengan demikian kosmetika dekoratif akan terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar dengan pelengkap pembuat stabil dan parfum. Zat warna alami yang digunakan pada sediaan lipstik ini adalah zat yang dapat larut dalam minyak atau lemak, yang berarti senyawa tersebut bersifat non polar. Zat warna alami yang dipakai dalam praktikum ini adalah zat warna merah dari minyak Buah Merah (Red papua fruit oil). Senyawa yang berwarna berasal dari senyawa karetonoid, yang utamanya adalah betakaretonoid. Karetonoid bersifat nonpolar dan larut dalam lemak, sehingga cocok digunakan dalam sediaan lipstik. Paraffin dan Cera Alba merupakan wax. Parafin adalah wax mineral atau hidrokarbon, sedangkan cera alba adalah wax sejati. Fungsi wax dalam sedian lipstik ini adalah untuk membentuk lapisan berkilat dan pembuat bentuk pada lipstik. Parafin yang digunakan adalah parafin padat, yang berguna untuk mengeraskan lipstik. Parafin juga berfungsi melindungi kulit dari kekeringan dan membuat warna lebih lama menempel pada kulit Olum Ricini dan Oleum Arachis merupakan minyak tumbuhan. Minyak tumbuhan ditambahkan sebagai pelumas, untuk mengurangi efek pengeringan dan untuk menurunkan titik lebur. Oleum ricini merupakan minyak yang diambil dari biji jarak, pada suhu ruang berbentuk cair dan stabil pada suhu rendah atau sangat tinggi pelumas atau bisa melembabkan bila menempel pada bibir. Oleum arachid sebagai basis minyak. Minyak tumbuhan banyak digunakan dalam sediaan karena dapat menyerap cahaya UV pada panjang gelombang tertentu. Disamping itu, minyak tumbuhan merupakan pelarut yang baik dalam melarutkan zat warna dan pengawet yang larut dalam minyak. Adeps lanae merupakan basis minyak yang berfungsi sebagai bahan pelicin dan membuat tekstur lipstick lebih lunak serta dapat melindungi kulit. Namun adeps lanae bertendensi menjadi tengik dan baunya kurang menyenangkan, serta banyak orang yang alergi terhadap adeps lanae. Acid boric atau sering disebut asam borat digunakan sebagai pengawet kosmetik, Minyak atsiri lemon dipilih sebagai parfum alam untuk memberikan kesan segar juga pada lipstick yang dihasilkan. Lipstik yang dihasilkan berwarna jingga kemerahan. Warna tersebut terdispersi merata dalam basis. Lipstik tidak meneteskan minyak. Permukaan lipstik halus dan rata, tidak ada ronggarongga yang disebabkan gelembung gas.

Lipstick yang dihasilkan agak kurang memenuhi syarat. Lipstik berbau tengik. Hal itu disebabkan penambahan parfum lemon yang kurang serta bau tersebut mungkin berasal dari adeps lanae. Lipstik konsistensinya agak padat dan keras sehingga sulit lipstik sulit menempel pada bibir. Lipstik tersebut akan sulit digunakan untuk melembabkan bibir dan sulit memberikan warna yang merata pada bibir, walaupun bahan pewarna alaminya merata pada basis tetapi kurang intens saat digunakan pada kulit bibir. Tidak ada permasalahan yang mendasar pada pembuatan lipstik ini, karena pembuatannya relatif mudah. Dari proses pembuatan mungkin yang perlu diperhatikan adalah suhu peleburan basis. Jika dilihat dari konsistensi lipstik yang dihasilkan perlu adanya modifikasi bahan dasar (basis) agar titik lebur tidak terlalu tinggi, sehingga mudah menempel pada bibir tanpa ada penekanan. Dalam formula mungkin perlu ditambahkan minyak kastrol atau minyak tumbuhan lain seperti jojoba oil, agar lipstik mempunyai efek melembabkan. Basis adeps lanae dapat diganti lanolin agar tidak menimbulkan bau tengik dan tidak menimbulkan alergi pada sejumlah orang. Perlu dilakukan orientasi zat warna yang cocok untuk bibir dengan spesifitas tertentu.
http://punyafajriyah.wordpress.com/2011/12/10/formulasi-sediaan-lipstik/ diakses tgl 12 desember 2011

Flavonoid
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Artikel bertopik biokimia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Struktur molekuler dari rangka flavon (2-fenil-1,4-benzopiron)

Struktur isoflavon

Struktur neoflavonoid

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan.[1] Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. [2] Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru .[2] Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat di sel epidermis.[2] Sebagian besar flavonoid terhimpn di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.[2]

[sunting] Fungsi
Antosianin dan flavonoid lainnya menarik perhatian banyak ahli genetika karena ada kemungkinan untuk menghubungkan berbagai perbedaan morfologi di antara spesies yang berkerabat dekat dalam satu genus misalnya dengan jenis flavonoid yang dikandungnya.[2] Flavonoid yang terdapat di spesies yang berkerabat dalam satu genus memberikan informasi bagi ahli taksonomi untuk megelompokkan dan menentukan garis evolusi tumbuhan itu.[2] Cahaya khususnya panjang gelombang biru meningkatkan pembentukan flavonoid dan flavonoid meningkatkan resistensi tanaman terhadap radiasi UV.[2]

Quercetin dan myricetin, merupakan jenis flavonoid yang melindungi sel Caco-2 yang terdapat pada saluran pencernaan dari oksidasi rantai ganda DNA dan bersifat antioksidan yang melindungi kolonosit dari stress oksidatif.[3]
http://id.wikipedia.org/wiki/Flavonoid

SENYAWA FLAVONOID a. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin. Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong

pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa. Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.

Dalam pengidentifikasian antosianin atau flavonoid yang kepolarannya rendah, daun segar atau daun bunga jangan dikeringkan tetapi harus digerus dengan MeOH. Ekstraksi hampir segera terjadi seperti terbukti dari warna larutan. Flavonoid yang kepolarannya rendah dan yang kadang-kadang terdapat pada bagian luar tumbuhan, paling baik diisolasi hanya dengan merendam bahan tumbuhan segar dalam heksana atau eter selama beberapa menit. Stabilitas Antosianin Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis ataupun netral. Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain, jika enzim menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yang mengoksidasi sehingga antosianin mengalami perubahan warna. Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida (glukosa,

galaktosa, ramnosa dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru. Pada umumnya, zat-zat warna distabilkan dengan penambahan larutan buffer yang sesuai. Jika zat warna tersebut memiliki pH sekitar 4 maka perlu ditambahkan larutan buffer asetat, demikian pula zat warna yang memiliki pH yang berbeda maka harus dilakukan penyesuaian larutan buffer. Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila pada bunga mawar pigmennya berupa garam asam sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral. Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna. Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan banyak mengubah warna antosianin. Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut. Misalnya pada pemasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet tetapi bila ditambahkan cuka warna akan mejadi merah terang kembali. Tetapi jarang makanan mempunyai pH yang sangat tinggi. Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan bahan yang mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer). b. Flavonol flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3,4,5 heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3,4,5,6,7-pentametoksiflavon. b. http://miftachemistry.blogspot.com/2010/11/senyawa-flavonoid.html

c. Berikut beberapa jenis flavonoid yang mungkin anda sudah familiar dengannya: 1. Karotenoid

d. Wortel, ubi jalar, labu, dan bahan makanan lain yang berwarna oranye dan merah mendapatkan warna dari zat yang disebut karotenoid. Karotenoid juga ditemukan pada sayuran berdaun hijau seperti brokoli, kangkung, bayam, dan kubis. Terdapat tiga anggoa karoten yang penting yaitu: alpha karoten, beta-cryptoxanthin, dan likopen. Tubuh dapat mengubah alpha karoten dan beta karoten menjadi Vitamin A. Alpha karoten merupakan antioksidan yang jauh lebih kuat dari sepupunya beta karoten, terutama berguna untuk mengatasi radikal bebas. Alpha karoten ditemukan dalam semua makanan yang sama seperti beta karoten, termasuk wortel, ubi jalar,melon, brokoli, kiwi, bayam, mangga, dan squash. Jumlah alpha karoten dalam makanan adalah sekitar 10 sampai 20 persen dari jumlah beta karoten. Beta cryptoxanthin terdapat pada jeruk, mangga, pepaya, melon, persik, dan squash. Jenis antioksidan ini sangat baik untuk mengatasi radikal bebas. Lycopene, antioksidan yang berkemampuan melawan kanker ini ditemukan dalam jumlah besar pada tomat, zat ini juga yang memberikan warna merah pada tomat. Semangka dan anggur merah juga memiliki lycopen, tetapi dalam jumlah yang jauh lebih sedikit. Orang yang banyak memakan tomat memiliki resiko yang rendah akan kanker prostat. Secara umum, lycopene tampaknya memberikan perlindungan terhadap kanker pada saluran pencernaan, termasuk kanker usus besar, dan terhadap kanker paru-paru. Penelitian terbaru menunjukkan lycopene yang juga dapat membantu mencegah penyakit jantung. 2. Xanthophylls e. Xanthopill termasuk karotenoid yang banyak ditemukan pada sayuran berdaun hijau gelap. Di dalam tubuh, xanthopil tidak diubah menjadi vitamin A. Anggota xanthopil, lutein dan zeaxanthin, berkemampuan melindungi mata dari serangan radikal bebas. Zeaxanthin membantu melindungi sel-sel halus makula, bagian dari retina, dari efek berbahaya dari ultraviolet yang terdapat pada sinar matahari. Capsanthin, salah satu antioksidan xantofil, ditemukan pada cabai dan paprika yang berwarna merah, semakin merah semakin baik. 3. Quercetin f. Quercetin merupakan flavonoid yang sangat aktif dan menjadi zat penting dalam banyak tanaman obat. Quercetin membantu mengurangi inflamasi dan pembengkakan, mengatasi alergi, membunuh virus, dan bertindak sebagai antioksidan. Bahkan dapat membantu penderita diabetes mengendalikan gula darah mereka dan menghindari masalah mata. Bawang merupakan bahan makanan yang mengandung banyak quercetin, masyarakat tradisional banyak menggunakan bawang untuk mengobati asma dan alergi. Selain itu, quercetin juga dapat membantu mencegah kanker dengan menghalangi pertumbuhan sel kanker. 4. Anthocyanin

g. Anthocyanin merupakan antioksidan pembasmi radikal bebas yang sangat efektif, terutama pada pembuluh darah kecil di mata anda. Anthocyanin bermanfaat untuk mencegah masalah mata,terutama yang mempengaruhi retina Anda, seperti degenerasi makula. Sebagian besar tumbuhan memiliki kandungan antosianin terbesar pada bagian buahnya. Sebagian tanaman lain, seperti teh, kakao, serealia, buncis, kubis merah dan petunia juga memiliki kandungan antosinin pada bagian tubuh selain buah. Anggur merupakan buah yang paling banyak dimanfaatkan sebagai sumber antosianin karena kandungan pigmen tersebut cuku tinggi di dalam kulit anggur. Ubi jalar dan rosella juga merupakan sumber makanan yang mengandung antosianin.
http://www.smallcrab.com/kesehatan/906-empat-anggota-flavonoid-yang-penting

Tamarillo
From Wikipedia, the free encyclopedia This article is about the fruit. For other uses, see Tamarillo (disambiguation). Tamarillo

Conservation status

Data Deficient (IUCN 2.3) Scientific classification Kingdom: Plantae

(unranked): (unranked): (unranked): Order: Family: Genus: Species:

Angiosperms Eudicots Asterids Solanales Solanaceae Solanum S. betaceum

Binomial name Solanum betaceum


Cav.

Solanum betaceum (syn. Cyphomandra betacea) is a small tree or shrub in the flowering plant family Solanaceae. It is best known as the species that bears the tamarillo, an egg-shaped edible fruit. Other names include tree tomato and tomate de rbol
http://en.wikipedia.org/wiki/Tamarillo

1. BTP ANTIOKSIDAN
Antioksidan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Antioksidan Adalah Bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi.

Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk melindungi komponenkomponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya. Adanya ion logam, terutama besi dan tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion logam ini seringkali diinaktivasi dengan penambahan senyawa pengkelat, dan dapat juga disebut bersifat sinergistik dengan antioksidan karena menaikkan efektivitas antioksidan utamanya. Untuk dapat digunakan sebagai antioksidan, suatu senyawa harus mempunyai sifatsifat : tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%), dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik) dan harus dapat tahap pada kondisi pengolahan pangan umumnya. Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat digolongkan ke dalam dua jenis. Pertama, antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Kedua, antioksidan sintetis seperti BHA (Butylated Hydroxyanisole), BHT (Butylated Hydroxytoluene), PG (Propil Galat), dan TBHQ (di-t-Butyl Hydroquinone). Tabel 1 menunjukkan komponen-komponen flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan beserta sumbernya BHA (Butylated Hydroanisole). BHA merupakan campuran dua isomer, yaitu 2- dan 3tertbutilhidroksianisol. Di antara kedua isomer tersebut, isomer 3-tert memiliki aktivitas antioksidan yang lebih efektif dibandingkan isomer 2-tert. Bentuk fisik BHA adalah padatan putih menyerupai lilin, bersifat larut dalam lemak dan tidak larut dalam air. BHT (Butylated Hydroxytoluene). Sifat-sifat BHT sangat mirip dengan BHA dan bersinergis dengan BHA. Propil Galat. Propil galat merupakan ester propanol dari asam trihidroksi benzoat. Bentuk fisik propil galat adalah kristal putih. Propil galat memiliki sifat-sifat : (1) dapat bersinergis dengan BHA dan BHT, (2) sensitif terhadap panas, (3) membentuk kompleks berwarna dengan ion logam, oleh karenanya jika dipakai dalam makanan kaleng dapat mempengaruhi penampakan produk. TBHQ (Tertiary Butylhydroquinone). TBHQ merupakan antioksidan yang paling efektif dalam minyak makan dibandingkan BHA, BHT, PG dan tokoferol. TBHQ memiliki sifat-sifat: (1) bersinergis dengan BHA (2) cukup larut dalam lemak (3) tidak membentuk komplek dengan ion logam tetapi dapat berubah menjadi merah muda, jika bereaksi dengan basa Dosis pengunaan tiap-tiap antioksidan sintetik ini tidak sama untuk masing-masing negara. Tabel 2 menunjukkan dosis pemakaian antioksidan BHA, BHT, Galat dan TBHQ di beberapa negara Jenis-jenis Antioksidan Jenis antioksidan yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari: a. Ascorbic Acid (Asam askorbat dan garamnya (natrium askorbat, kalsium askorbat, dan kalium askorbat)) b. Ascorbil palmitate (Askorbil palmiat) c. Ascorbil stearate (Askorbil stearat) d. Erythrobic Acid ((Asam eritrobat dan garamnya (natrium eritrobat)) e. Tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) (Butil Hidrokinon Tersier) f. Butylated hydroxyanisole (BHA) (Butil Hidroksianisol) g. Butylated hydroxy Toluene (BHT) (Butil Hidroksitoluen)

h. Propyl gallate (Propil galat) i. Tocopherol (tokoferolcampuran pekat, alfa tokoferol dan gama tokoferol), yang telah

diyakini keamanannya.
j. Dilauryl Thiodipropionate (Dilauril Tiodipropionat) k. Stannous Chloride (Timah II Klorida)

Tabel 1. Beberapa contoh komponen flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan


Komponen Vitamin Vitamin C Vitamin E Anthosianidin Oenin Cyanidin Delphinidin Flavo-3-ols Quercertin Kaempferol Sumber Buah-buahan & sayuran Padi-padian, kacangkacangan dan minyak Anggur (wine) Buah anggur, raspberri, strawberri Kulit buah aubergine Bawang, kulit buah apel, buah berri, buah anggur, tea dan brokoli Leek, brokoli, buah anggur dan teh Bawang, kulit buah apel, buah berri, buah anggur, tea dan brokoli Lemon, olive, cabe merah Kulit buah Celery dan parsley Red/black grape wine Tea Tea Tea

Flavonone Rutin Luteolin Chrysin Apigenin Flavan-3-ols (Epi)catecin Epigallocatecin pigallocatecin gallate Epicatecin gallate Flavonone Taxifolin Narirutin Naringenin Hesperidin Hesperetin Theaflavin Theaflavin Theaflavin-3gallate Theaflavin3-gallate Theaflavin digallate Hydroxycinnamat Caffeic acid

Buah jeruk citrus Buah jeruk citrus Buah jeruk citrus Jus Orange Jus Orange Black tea Black tea Black tea Black tea

Buah anggur putih, olive, asparagus

Chlorogenic acid Ferulic acid p-Coumaric acid

Buah apel, pir, cherry, tomat dan peach Padi-padian, tomat, asparagus Buah anggur putih, tomat, asparagus

Sumber : Rice-Evans et al. (1997)

You might also like