You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia akan memiliki fundamental yang kuat jika ekonomi kerakyatan telah menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya saing tinggi. Salah satu sektor pembangunan ekonomi kerakyatan yang memegang peranan penting dan strategis adalah pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Industri kecil dan menengah memegang peranan yang penting dalam perekonomian nasional, karena memberikan dampak ganda terhadap

perekonomian lokal dan nasional serta menghasilkan devisa. Disamping itu Industri Kecil dan Menengah juga memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, membuka peluang berusaha dan dapat mewujudkan peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat. Dengan IKM yang kuat maka struktur ekonomi akan menjadi kokoh, yang berperan besar dalam peningkatan ekspor dan pengendalian impor, serta tumbuh dan berkembang pada basis kemampuan diri sendiri. Namun demikian, Industri kecil dan Menengah tidak terlepas dari berbagai masalah baik internal maupun eksternal seperti dalam bidang permodalan, teknologi, manajemen, sumber daya manusia, pemasaran dan sebagainya. Selain itu juga dalam menghadapi persaingan dengan produk sejenis yang dibuat oleh perusahaan sejenis dan import. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, diperlukan langkah-langkah pembinaan serta penyuluhan kepada IKM yang dilakukan baik oleh Tenaga Penyuluh Perindustrian maupun oleh Tenaga Penyuluh Lapangan IKM Program Beasiswa. Tahapan ini diawali dengan identifikasi masalah dan diagnosa terhadap perusahaan, menetapkan permasalahan yang prioritas, menyusun rencana kegiatan penyuluhan / pendampingan, melakukan kegiatan penyuluhan, melakukan pendampingan / konsultansi, memantau dan mengevaluasi kemajuan IKM serta menyampaikan laporan kegiatan penyuluhan / pendampingan dan hasilnya.

TPL-IKM Program Beasiswa sebagai tenaga penyuluh lapangan yang baru, dengan motivasi dan keinginan memberikan sesuatu hal yang baru untuk pengembangan IKM, berharap kegiatan ini dapat berjalan sesuai harapan semua pihak yang menginginkan kesuksesan, dan mempunyai prinsip, sebuah perubahan diawali dari diri sendiri dan merupakan pilihan terakhir. Di samping itu dengan adanya komunikasi 2 (dua) arah yang terbina baik antara TPL dan Pengusaha, maka permasalahan yang dihadapi dapat ditemukan sumber utamanya dengan menggunakan proses analisa berdasarkan teori dan keadaan di lapangan. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud 2. Tujuan C. Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan Laporan Semester I Pelaksanaan Tugas Penyuluhan IKM oleh TPL-IKM Program Beasiswa ini terdiri dari 4 (empat) bab yang mencakup Pendahuluan, Kegiatan Penyuluhan dan Hambatan, dan Hasil yang dicapai. Laporan Semester ini disusun / ditulis dengan sistematika

penulisansebagai berikut :

D. Periode Pelaksanaan Penyuluhan / Pembinaan Adapun periode pelaksanaan penyuluhan yaitu Tahun I yang terhitung mulai bulan Januari s.d. Desember 2011.

BAB II PERMASALAHAN
IKM Alna Jaya No Proses Produksi 1. Mutu Permasalahan SDM Pemasaran Administrasi & Keuangan keuangan bahan

1. Tata letak peralatan poduksi 1. Proses pengeleman kayu 1. Jumlah tenaga kerja yang 1. Posisi lokasi usaha yang 1. Perencanaan masih diletakkan seadanya, tidak berdasarkan urutan pakis yang kurang rapi, saat penyusunan motif terbatas, menetapkan sehingga sulit kapsitas jauh dari ibukota untuk

pengadaan

Kabupaten, sehingga belum banyak dikenal konsumen, dan hanya dikenal dengan promosi konsumen dari

baku utama dan penolong masih berdasarkan

proses produksi sehingga alur proses saling

lembaran kayu pakis yang tidak beraturan 2. Proses Finishing (cat+clear) yang kurang merata.

produksi apalagi saat adanya pesanan karena proses

perkiraan, sehingga bahan baku selalu berlebih 2. Belum adanya pembukuan atau pencatatan untuk

berpotongan. 2. Ruangan produksi meubel untuk pemotongan, pengukuran, serut,

pengerjaan kerajinan yang membutuhkan banyak waktu. 2. Pekerja tidak

mulut ke mulut secara lisan

memakai 2. Data penjualan produk dan produksi model dikerjakan sehingga yang belum untuk telah ada,

perlengkapan

semua proses mulai dari pencatatan sampai bahan baku

perakitan dan finishing pada satu ukuran tempat, ruangan sedangkan produksi

seperti masker, sarung tangan dan pakaian kerja khusus saat proses produksi berlangsung 3. Keseluruhan Proses produksi pembuatan meubel hanya

promosi

pada

penjualan

model dan bentuk hasil

produk jadi. usaha belum dengan

sempit dan kurang ideal yaitu 6 x 5 meter

yang telah dikerjakan tidak 3. Keuangan dapat dilakukan, atau dipisahkan

dikerjakan oleh satu orang sehingga pekerjaan sering

prediksi banyak

model

yang

keuangan keluarga 4. Belum daftar kerap ada pembukuan sehingga kesalahan

tertunda dan akan kewalahan saat adanya pesanan dalam jumlah banyak.

pesanan terjadi

dalam jumlah dan jenis pesanan pemesan yang di order

UD. Sinar Anugerah


Permasalahan No 2. Proses Produksi 1. Pada proses Mutu SDM Pemasaran Administrasi & Keuangan

penyiapan 1. Belum ada standar inspeksi Perusahaan belum menyediakan 1. Posisi lokasi usaha yang 1. Belum melakukan pencatatan mutu produk yang dapat alat perlindungan kerja seperti dilakukan sebelum atau pakaian operator, topi, sarung jauh dari ibukota
bahan baku, yang memudahkan proses kontrol stok.

bahan tambahan makanan (BTM), Gula dan CMC, tidak dilakukan proses

Kabupaten, sehingga belum banyak dikenal konsumen,

setelah proses pengemasan. tangan,dan masker Proses selama Inspeksi ini yang

penakaran. 2. Pada proses pemanasan dan pendinginan belum

dilakukan

dan hanya dikenal dengan 2. Laporan keuangan berupa laporan laba rugi, Neraca dan promosi konsumen dari mulut ke mulut secara lisan
Laporan perubahan modal belum pernah dibuat

,secara visual tanpa adanya

dilakukan suhu. 3. Pada proses

pengukuran

standar mutu yang pasti. 2. Banyaknya produk rusak

2. Belum pemasaran untuk keadaan, dilakukan

ada yang

strategi dibuat

penyiapan

dalam kemasan. Kerusakan dapat terlihat setelah 1 (satu) minggu di simpan, yaitu pecah. 3. Tidak adanya proses kemasan produk

mengantisipasi proses produksi hanya pada dan saat

bahan tambahan makanan (BTM), Gula dan CMC, tidak dilakukan proses

musim buah markisa permintaan markisa pada

penakaran.

belum

berbuah. adanya yang saat dari

seleksi dalam pembelian bahan adanya baku,dan negosiasi tidak yang

Keadaan lainnya, saingan dari IKM pada

berproduksi musim buah

berkaitan dengan kriteria mutu bahan baku

atau

produk yang telah mapan seperti sari buah (sirup) ABC.

UD Aroma Sempurna
Permasalahan No 3. Proses Produksi Mutu SDM Kerja tidak Produk Pemasaran yang Administrasi & Keuangan ada pencatatan

Tata letak peralatan poduksi 1. Adanya produk cacat pada 1. Tenaga masih diletakkan seadanya, tidak proses berdasarkan produksi saat proses pengemasan.

dihasilkan 1. Belum

mengggunakan

urutan 2. Belum ada standar inspeksi sehingga lebih satu mutu produk yang dapat dilakukan sebelum

peralatan memiliki segmen pasar terbatas kerja seperti masker, baju pada konsumen yang tetap, dan hanya mengandalkan pesanan kerja, dan saputangan kedisiplinan langsung konsumen. Konsumen yang dimasuki hanya kelas menengah kebawah

untuk kontrol stok bahan baku, produksi kontrol dan hasil kontrol

memerlukan untuk

waktu dari

atau 2. Kurangnya karyawan

penjualan barang jadi 2. Pencatatan penerimaan

bergerak

setelah proses pengemasan.

proses ke proses berikutnya

Proses Inspeksi yang selama 3. Karyawan kurang menjaga ini dilakukan secara visual tanpa adanya standar mutu yang pasti. kebersihan dan kerapian

pemesanan belumdilakuan secara rapih dan benar, karena hanya dilakukan pencatatan jumlah, dan

jadwal pengiriman atau pengambilan produk

UD Pattiroang Jaya
Permasalahan No 4. Proses Produksi 1. Tata letak peralatan 1. Proses Mutu pengeleman SDM Pemasaran Administrasi & Keuangan ada pencatatan dan laporan usaha, perhitungan perkiraan 2. Belum daftar kerap ada pembukuan sehingga kesalahan pesanan terjadi keuangan

kayu 1. Belum menerapkan konsep 1. Posisi lokasi usaha yang 1. Belum K 3 (Kesehatan dan jauh dari ibukota

poduksi masih diletakkan seadanya, tidak

pakis yang kurang rapi, saat penyusunan motif lembaran kayu pakis yang tidak

Keselamatan kerja) dalam melaksanakan produksi. tenaga kerja proses

Kabupaten, sehingga belum banyak dikenal konsumen, dan hanya dikenal dengan promosi konsumen dari

analisa mengenai keuangan sehingga keuntungan

berdasarkan urutan proses produksi sehingga alur

beraturan

proses saling berpotongan. 2. Ruangan produksi meubel untuk pemotongan, perakitan pada dan satu pengukuran, serut, finishing tempat,

2. Tidak adanya inspeksi mutu 2. Kreatifitas terhadap lembaran kayu

usaha masih berdasarkan

rendah, dalam menginovasi produk. Hal ini

mulut ke mulut secara lisan

pakis dari pemasuk bahan baku.

juga 2. Data penjualan produk dan model yang telah dikerjakan belum ada, sehingga untuk promosi model dan bentuk hasil yang telah dikerjakan tidak dapat dilakukan, atau prediksi model yang banyak

dikarenakan kemampuan informasi perkembangan produk terbaru.

kurangnya mengakses tentang inovasi

dalam jumlah dan jenis pesanan pemesan. yang di order

sedangkan ukuran ruangan produksi sempit dan kurang ideal yaitu 6 x 5 meter

KSM Madani
Permasalahan No 5. Proses Produksi Mutu saat SDM proses Pemasaran Administrasi & Keuangan produk tidak

1. Harga bahan baku selalu 1. Belum ada standar inspeksi Pada fluktuatif dan cenderung diluar adaptif usaha

produksi, 1. Penentuan harga jual produk 1. Penjualan tidak dilakukan berdasarkan perhitungna harga pokok dilengkapi pencatatan

mutu produk yang dapat tenaga kerja belum memahamai dilakukan sebelum atau konsep Kesehatan dan

denagan yang apik

sehingga usaha tidak dapat melakukan proses

setelah proses pengemasan. keselamatan kerja (K3) dengan Proses Inspeksi yang selama tidak memakai perlengkapan ini dilakukan ,secara visual produksi. tanpa adanya standar mutu yang pasti.

produksi yang cermat, tetapi hanya di lakukan menurut perkiraan berdasarkan faktorfaktor harga fleksibel yang pokok jual pembentuk yang lebih margin sangat

sehingga jumlah produk yang diketahui terjual secara tidak pasti,

produksi secara kontinyu 2. Mesin /peralatan yang

kecendrungan permintaan tidak dapat diketahui perencanaan produksi sulit

digunakan masih manual

yang tingkat produktifitas 2. Tidak adanya proses seleksi dan efisiensi masih rendah berakibat pada kapasitas produksi ditingkatkan. 3. Peralatan Produksi masih bercampur dengan yang sulit dalam baku,dan negosiasi pembelian tidak yang bahan adanya berkaitan

sehingga

sehingga volume dilakukan

direncanakan

rentan terhadap perubahan kondisi pasar 2. Pengenalam brand belum

2. Kelengkapan administrasi belum memadai, seperti pembukuan sederhana

dengan kriteria mutu bahan baku

dilakukan dan mitra untuk pemasaran produk ini belum ada sehingga konsumen sulit

peralatan rumah tangga.

4. Proses

Produksi

yang

menemukan secara pasti

produk

ini

masih bersifat job order, sehingga sulit dilakukan perencanaan produksi 5. Belum perencanaan dilakukan produksi

berdasarkan kecendrungan permintaan dan fluktuasi ketersediaan bahan baku.

KUB Cobbu
No Proses Produksi 6. 1. Tata letak Mutu
pada saat pengolahan

Permasalahan SDM Kerja Pemasaran Administrasi & Keuangan ada pencatatan dan

peralatan 1. Belum dilakukan penyortiran 1. Tenaga

tidak 1. Belum adanya upaya untuk 1. Belum peralatan mempromosikan produk laporan analisa

poduksi masih diletakkan seadanya,

mengggunakan

keuangan

tidak 2. Kualitas kokon kurang baik, kerja seperti masker, baju dapat memberikan rendemen berdasarkan urutan proses kerja, dan saputangan yang tinggi produksi sehingga 2. Sulitnya mendapatkan tenaga 3. Belum ada standar inspeksi

secara luas. Promosi yag diandalkan konsumen hanya tetap pada untuk

mengenai

keuangan usaha, sehingga perhitungan keuntungan

10

memerlukan waktu lebih untuk bergerak dari satu proses ke proses berikutnya 2. Kualitas kurang kokon baik yang masih

mutu produk yang dapat dilakukan. Proses Inspeksi

kerja yang bisa bekerja untuk waktu yang lama

menginformasikan

kepada

usaha masih berdasarkan perkiraan 2. Usaha yang dijalankan

konsumen lainnya tentang keunggulan produk. 2. Benang dihasilkan pengrajin sutera dijual (penenun) uang ke yang

yang selama ini dilakukan 3. Karyawan kurang menjaga secara visual tanpa adanya standar mutu yang pasti. kebersihan dan kerapian

menggunakan manajemen kekeluargaan, sehingga

disimpan secara berantakan dapat menjadi sarang debu sehingga mempengaruhi

belum adanya pemisahan antara keuangan keluarga dan keuangan usaha

kemampuan belinya sangat terbatas.

kenyamanan dan kesehatan karyawan.

11

BAB III KEGIATAN PENYULUHAN & HAMBATAN

IKM Alna Jaya


No 1. Tata letak Masalah yang Dihadapi peralatan poduksi Kegiatan Penyuluhan Hambatan yang dihadapi - Sebagian besar peralatan

masih diletakkan - Perbaikan tata letak fasilitas sesuai alur proses, begitupun halnya tata letak bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi di tata sesuai urutan proses, dengan memanfaatkan ruangan produksi secara maksimal.

seadanya, tidak berdasarkan urutan proses produksi sehingga alur proses saling berpotongan, sedangkan ukuran ruangan produksi sempit dan kurang ideal yaitu 6 x 5 meter 2. 1. Proses pengeleman kayu pakis yang kurang rapi, saat penyusunan motif lembaran kayu pakis yang tidak beraturan 2. Proses Finishing (cat+clear) yang kurang merata. 3. 1. Jumlah tenaga kerja yang terbatas, sehingga sulit menetapkan kapasitas produksi apalagi saat adanya pesanan karena proses pengerjaan kerajinan yang

sudah paten terletak pada suatu tempat sehingga sukar untuk dipindahkan sebagai usaha perbaikan tata letak

- Membuat SOP untuk produk yang bersangkutan dengan tetap melakukan pengawasan setiap pekerjaan untuk mempertahankan mutu.

- Pengetahuan kurang

pengusaha

tentang proses finishing yang

- Merekrut tenaga kerja yang memiliki pengalaman dan - Susahnya telah di latih khusus unutk membantu sebagian tugas, dengan tetap melakukan kontrol secara terus menerus,

merekrut

tenaga

kerja yang mampu bertahan dalam jangka waktu yang

12

membutuhkan banyak waktu. 2. Pekerja tidak memakai perlengkapan produksi seperti masker, sarung tangan dan pakaian kerja khusus saat proses produksi berlangsung 3. Keseluruhan Proses produksi pembuatan meubel hanya dikerjakan oleh satu orang sehingga

agar hasil kerja sesuai dengan yang diinginkan konsumen - Pemakaian perlengkapan produksi sebagai upaya

lama pekerja

karena itu

keinginan untuk

sendiri

penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) - Menambah tenaga kerja terutama saat banyaknya pesanan

mandiri dengan pengalaman yang dimiliki - Kurangnya kesadaran dari

karyawan akan pentingnya K3

pekerjaan sering tertunda dan akan kewalahan saat adanya pesanan dalam jumlah banyak. 4. 1. Posisi lokasi usaha Kabupaten, sehingga yang jauh dari ibukota belum banyak dikenal

- Untuk menghadapi persaingan usaha dengan IKM - Belum adanya ruangan atau sejenis, perlu kerjasama dengan toko pengecer di Kota Sinjai atau diluar Sinjai, dan secara aktif mengikuti pameran yang difasilitasi Pemerintah Daerah serta memanfaatkan Stand Gift Shop kabupaten Sinjai di tempat pajang khusus untuk produk jadi kerajinan pakis dan aneka sendiri. meubel desain

konsumen, dan hanya dikenal dengan promosi konsumen dari mulut ke mulut secara lisan 2. Data penjualan produk dan model yang telah dikerjakan belum ada, sehingga untuk promosi model dan bentuk hasil yang telah dikerjakan tidak dapat dilakukan, atau prediksi model yang banyak

Bandara sebagai wadah promosi, dengan memunculkan - Belum adanya stand / toko produk berkualitas dan bercorak baru, dengan tetap mempertahnkan filosofi produk yang menggunakan bahan baku kayu bermutu, serta produk akhir yang kokoh dan kuat. - Setiap produk yang telah dikerjakan, didokumentasikan yang menjual produk khas sinjai.

13

baik spesifikasi produk maupun produk jadinya. Produk jadi yang didokumentsikan dalam bentuk foto atau gambar, akan membantu dalam proses promosi atau gambaran kepada konsumen baru tentang hasil kerja IKM 5. 1. Belum adanya pembukuan atau pencatatan untuk semua proses mulai dari pencatatan bahan baku sampai pada penjualan produk jadi. 2. Keuangan usaha belum dipisahkan dengan keuangan keluarga 3. Belum ada pembukuan daftar pesanan sehingga kerap terjadi kesalahan dalam jumlah dan jenis pesanan yang di order pemesan - Memisahkan antara keuangan keluarga dan keuangan usaha, dimana hanya Maksimal 70 % keuntungan hasil usaha yang digunakan untuk kebutuhan keluarga, sedangkan sebagian keuntungan usaha digunakan untuk pengembangan usaha - Setiap pesanan produk dicatat atau didkumenkan, terutama spesifik produknya, baik ukuran, jenis kayu, terutama waktu penyerahan produk, karena dalam sistem kerja job order,delivery produk sangat penting, - Perlu pendampingan yang lebih untuk membantu membuat pengusaha

pembukuan yang apik - Kurangnya pembukuan penggunaannya. - Pandangan pengusaha yang menganggap tidak penting pembukuan kedisiplinan

pengusaha dalam mengisi sebagaimana

disamping faktor spesifikasi produk yang diinginkan konsumen

14

UD Sinar Anugerah
No 1. Masalah yang Dihadapi 1. Pada proses penyiapan bahan tambahan makanan (BTM), Gula dan CMC, tidak dilakukan proses penakaran. 2. Pada proses pemanasan dan pendinginan belum dilakukan pengukuran suhu. 2. 1. Belum ada standar inspeksi mutu produk yang dapat dilakukan sebelum atau setelah proses pengemasan. Proses Inspeksi yang selama ini dilakukan ,secara visual tanpa adanya standar mutu yang pasti. 2. Banyaknya produk rusak dalam kemasan. - Perlu dilakukan Inspeksi mutu produk sebelum atau setelah proses pengemasan. Inspeksi ini didasari pada standar yang ditetapkan. - Untuk mencegah produk rusak dalam kemasan y Botol di cuci dan dipanasi sebelum dipakai y Dilakukan pemilihan bahan baku dan di cuci bersih y Semua peralatan produksi dibersihkan atau dicuci dan direndam dengan air panas y Dibimbing dan diawasi setiap berproduksi y Produk jadi disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari dan berudara lembab Bahan baku dibeli dalam Kegiatan Penyuluhan - BTM, Gula dan CMC yang dipakai, dilakukan penakaran sehingga rasa, warna dan ciri khas produk selalu tetap. - Pada proses pemanasan dan pendinginan dilakukan pengukuran suhu yang ideal Hambatan yang dihadapi Pada proses pemanasan sulit untuk mempertahankan suhu karena menggunakan kompor manual.

partai banyak sehingga jika sortasi di lakukan

membutuhkan waktu.

Kerusakan dapat terlihat setelah 1 (satu) minggu di simpan, yaitu kemasan produk pecah. 3. Tidak adanya proses seleksi dalam pembelian bahan baku,dan tidak adanya negosiasi yang berkaitan dengan kriteria mutu bahan baku

15

- Adanya proses seleksi pemasok bahan baku.Setiap pemasok bahan baku diberikan kriteria mutu bahan baku. Kalau pembelian dilakukan sendiri oleh pengusaha maka, kriteria mutu tetap menjadi acuan dalam proses negosiasi pembelian bahan baku. 3. Perusahaan belum menyediakan alat perlindungan kerja seperti pakaian operator, topi, sarung tangan,dan masker 4. 1. Posisi lokasi usaha Kabupaten, sehingga yang jauh dari ibukota belum banyak dikenal - Pemakaian perlengkapan produksi sebagai upaya - Kurangnya K3 - Untuk menghadapi persaingan usaha dengan IKM - Belum adanya ruangan atau sejenis, perlu kerjasama dengan toko pengecer di Kota Sinjai atau diluar Sinjai, dan secara aktif mengikuti pameran yang difasilitasi Pemerintah Daerah serta memanfaatkan Stand Gift Shop kabupaten Sinjai di Bandara sebagai wadah promosi, dengan memunculkan produk berkualitas dan bercorak baru, dengan tetap mempertahnkan filosofi produk yang menggunakan bahan baku kayu bermutu, serta produk akhir yang kokoh dan kuat. tempat pajang khusus untuk produk. - Belum tersedianya stand / Toko yang menjual produk khas Sinjai. kesadaran dari

penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

karyawan akan pentingnya

konsumen, dan hanya dikenal dengan promosi konsumen dari mulut ke mulut secara lisan 2. Belum ada strategi pemasaran yang dibuat untuk mengantisipasi keadaan, proses produksi dilakukan hanya pada musim buah markisa dan permintaan pada saat markisa belum berbuah. Keadaan lainnya, adanya saingan dari IKM yang berproduksi pada saat musim buah atau dari produk yang telah mapan

16

seperti sari buah (sirup) ABC.

- Membuat catatan segmen pasar berdasarkan data penjualan yang telah dilakukan sebelumnya untuk wilayah pemasaran yang selama ini dimasuki.

5.

1. Belum melakukan pencatatan bahan baku, yang memudahkan proses kontrol stok. 2. Laporan keuangan berupa laporan laba rugi, Neraca dan Laporan perubahan modal belum pernah dibuat

- Merubah model pencatatan persediaan bahan baku yang memudahkan proses sangat penting kontrol stok. Proses kontrol stok sebagai informasi awal

- Perlu pendampingan yang lebih untuk membantu membuat pengusaha

dilakukan,

perhintungan besarnya keuntungan yang diperoleh. - Membuat laporan keuangan setiap tahun. Laporan ini dibuat sebagai syarat utama ketika mengajukan

pembukuan yang apik - Kurangnya pembukuan penggunaannya. - Pandanagan pengusaha yang menganggap tidak penting pembukuan kedisiplinan

pengusaha dalam mengisi sebagaimana

permohonan pinjaman ke Bank. Dari laporan keuangan ini dibuatkan analisa Profitabilitas, Solvabilitas dan Likuiditas terutama dalam pembuatan rencana kebijakan

penganggaran biaya.

17

UD Aroma Sempurna
No 1. Masalah yang Dihadapi Tata letak peralatan poduksi masih diletakkan Kegiatan Penyuluhan - Perbaikan tata letak fasilitas sesuai alur proses untuk keefektivan dan keefisienan Hambatan yang dihadapi Tidak ada masalah

seadanya, tidak berdasarkan urutan proses produksi sehingga memerlukan waktu lebih untuk bergerak dari satu proses ke proses berikutnya 2. 1. Adanya produk cacat pada saat proses pengemasan. 2. Belum ada standar inspeksi mutu produk yang dapat dilakukan sebelum atau setelah proses pengemasan. Proses Inspeksi yang selama ini dilakukan secara visual tanpa adanya standar mutu yang pasti.

- Dalam proses pengemasan, pekerja harus lebih hati-hati memasukkan produk dalam kemasan agar produk cacat dapat berkurang. - Setiap kali selesai proses dilakukan proses inspeksi mutu produksi, untuk mengetahui perubahan terhadap produk jadi setelah diberikan perlakukan pada proses

Penguasah

mempunyai

langganan penyuplai bahan baku yang memiliki brand image yang baik seperti terigu sehingga ada anggapan kalau bahan baku yang ada

pengolahan. Setiap hasil Inspeksi kemudian dilakukan pencatatan, sebagai bahan evaluasi bagi pengusaha pada kurun waktu tertentu. Hasil pengolahan terbaik kemudian menjadi standar yang dipakai untuk proses pembuatan roti selanjutnya

memiliki kualitas yang baik

18

3.

1. Tenaga Kerja tidak mengggunakan peralatan kerja seperti masker, baju kerja, dan saputangan 2. Karyawan kurang menjaga kebersihan dan kerapian

- Pemakaian

perlengkapan

produksi

sebagai

upaya

- Kurangnya K3

kesadaran

penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) - Karyawan harus membiasakn diri dan disiplin untuk menjaga kebersihan dan kerapian baik sebelum dan sesudah proses produksi.

karyawan akan pentingnya

- Belum adanya upaya untuk mempertahankan Kerapihan, Keteraturan dan Kebersihan

4.

Produk yang dihasilkan memiliki segmen pasar terbatas pada konsumen yang tetap, dan hanya mengandalkan kebawah pesanan langsung konsumen. Konsumen yang dimasuki hanya kelas menengah

Melakukan diversifikasi kemasan produk dengan tetap mempertahankan ciri khas produk, sehingga peluang pasar dengan segmen pasar kelas menengah keatas dapat dimasuki, karena produk makanan yang menjadi produk khas daerah dapt memasuki segemn pasar Produk yang ditarik atau tidak laku dijual dilakukan pencatatan yang jelas mengenai tanggal, jumlah, jenis produk, tempat pengecer (toko penjual). Hal ini juga sebagai sumber informasi tambahan untuk mencari

- Pengusaha

selalu

merasa

diversifikasi kemasan hanya akan menambah biaya

operasional tanpa menyadari akan pentingnya yang desain dan

kemasan menarik.

baik

penyebab produk tidak laku atau volume penjualan agen (toko pengecer) dalam kurun waktu tertentu. Lebih jauh info ini sebagai acuan pengambilan kebijakan pemasaran

19

yang lebih besar. 5. 1. Belum ada pencatatan untuk kontrol stok bahan - Pencatatan perlu dilengkapi dan dilakukan setiap kali - Kurangnya baku, kontrol hasil produksi dan kontrol penjualan barang jadi 2. Pencatatan penerimaan pemesanan belum dilakuan secara rapih dan benar, karena hanya dilakukan pencatatan jumlah, dan jadwal pengiriman atau pengambilan produk proses produksi mulai dari pengambilan bahan baku sampai kepada pengiriman barang jadi. Denagn adanya informasi dari pencatatan ini, evaluasi proses dapat dilakukan dalam kurun waktu tertentu sampai kepada perhitungan hasil penjualan serta keuntungan yang diperoleh. - Perbaikan pencatatan penrimaan pemesanan. Informasi ini penting untuk informasi perencanaaan penyediaan bahan baku, sampai kepada perhitungan Harag Pokok Produksi pembukuan penggunaannya. kedisiplinan

pengusaha dalam mengisi sebagaimana

UD Pattiroang Jaya
No 1. Tata letak Masalah yang Dihadapi peralatan poduksi Kegiatan Penyuluhan Hambatan yang dihadapi Ruang produksi yang sempit sehinnga sulit dilakukan tata letak produksi yang sesuai

masih diletakkan - Perbaikan tata letak fasilitas sesuai alur proses, begitupun halnya tata letak bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi di tata sesuai urutan proses, dengan

seadanya, tidak berdasarkan urutan proses produksi sehingga alur proses saling berpotongan.

20

memanfaatkan ruangan produksi secara maksimal. 2. 1. Proses pengeleman kayu pakis yang kurang rapi, saat penyusunan motif lembaran kayu pakis yang tidak beraturan 2. Tidak adanya inspeksi mutu terhadap lembaran kayu pakis dari pemasuk bahan baku. 3. - Membuat SOP untuk produk yang bersangkutan dengan tetap melakukan pengawasan setiap pekerjaan untuk mempertahankan mutu. - Melakukan inspeksi secra disiplin untuk demua bahan baku yang diterima

proses produksi - Pengetahuan kurang pengusaha

tentang proses finishing yang

1. Belum menerapkan konsep K 3 (Kesehatan dan - Menyiapkan perlangkapan produksi yang memenuhi - Kesadaran karyawan akan Keselamatan kerja) dalam melaksanakan proses produksi. 2. Kreatifitas tenaga kerja rendah, dalam menginovasi produk. standar Kesehatan dan keselamatan kerja seperti masker, pentingnya K3 yang kurang. kemampuan sepatu, topi serta, wajib dipakai selama proses produksi - kurangnya berlangsung. - Mengikutkan tenaga kerja secara periodik pada pelatihan teknis - Mengakses informasi seluasnya untuk menambah perkembangan produk terbaru.

mengakses informasi tentang inovasi

wawasan pengusaha dan tenaga kerja dalam menginovasi produk sesuai selera konsumen 4. 1. Posisi lokasi usaha Kabupaten, sehingga yang jauh dari ibukota belum banyak dikenal - Untuk menghadapi persaingan usaha dengan IKM sejenis, perlu kerjasama dengan toko pengecer di Kota Sinjai atau diluar Sinjai, dan secara aktif mengikuti - Belum tersedianya stand / Toko yang menjual produk khas Sinjai.

konsumen, dan hanya dikenal dengan promosi

21

konsumen dari mulut ke mulut secara lisan 2. Data penjualan produk dan model yang telah dikerjakan belum ada, sehingga untuk promosi model dan bentuk hasil yang telah dikerjakan tidak dapat dilakukan, atau prediksi model yang banyak

pameran yang difasilitasi Pemerintah Daerah serta memanfaatkan Stand Gift Shop kabupaten Sinjai di Bandara sebagai wadah promosi, dengan memunculkan produk berkualitas dan bercorak baru, dengan tetap mempertahnkan filosofi produk yang menggunakan bahan baku kayu bermutu, serta produk akhir yang kokoh dan kuat. - Setiap produk yang telah dikerjakan, didokumentasikan baik spesifikasi produk maupun produk jadinya. Produk jadi yang didokumentsikan dalam bentuk foto atau gambar, akan membantu dalam proses promosi atau gambaran kepada konsumen baru tentang hasil kerja IKM

- Belum adanya ruangan atau tempat pajang khusus untuk produk jadi kerajinan pakis dan aneka meubel desain sendiri.

5.

1. Belum ada pencatatan laporan keuangan dan analisa mengenai keuangan usaha, sehingga perhitungan keuntungan usaha masih berdasarkan perkiraan 2. Belum ada pembukuan daftar pesanan sehingga kerap terjadi kesalahan dalam jumlah dan jenis pesanan yang di order pemesan.

- Pencataan keuangan dimaksudkan untuk perencanaan keuangan dan perencanaan laba dalam perusahaan. Laporan keuangan juga dapat dipakai sebagai satu syarat pengajuan modal kerja pada lembaga keuangan seperti Bank dan Lembaga Perkreditan. - Setiap pesanan produk dicatat atau didkumenkan,

- Perlu pendampingan yang lebih untuk membantu membuat pengusaha

pembukuan yang apik - Kurangnya kedisiplinan

pengusaha dalam mengisi

22

terutama spesifik produknya, baik ukuran, jenis kayu, terutama waktu penyerahan produk, karena dalam sistem kerja job order,delivery produk sangat penting,

pembukuan penggunaannya.

sebagaimana

- Pandangan pengusaha yang menganggap tidak penting pembukuan

disamping faktor spesifikasi produk yang diinginkan konsumen

KSM Madani
No 1. Masalah yang Dihadapi 1. Harga bahan baku selalu fluktuatif dan cenderung diluar adaptif usaha sehingga usaha tidak dapat melakukan proses produksi secara kontinyu 2. Mesin /peralatan yang digunakan masih manual yang tingkat produktifitas dan efisiensi masih Kegiatan Penyuluhan - Membuat varian produk dengan melakukan uji coba pembuatan jahe instan menggunakan bahan baku jahe lokal yang harganya cenderung stabil. Hambatan yang dihadapi - Sulitnya mendapatkan bahan baku dengan harga yang relative murah produk dengan

- Membuat perencanaan produksi dengan membuat jadwal - Varian produksi dalam tiap pekannya

menggunakan bahan baku jahe local belum di temukan formulasi yang tepat.

rendah berakibat pada kapasitas produksi yang sulit - Proses produksi sebaiknya dilakukan pada ruangan ditingkatkan. 3. Peralatan Produksi masih bercampur dengan tersendiri dan tidak digabung dengan aktivitas rumah tangga sehingga peralatan produksi lebih mudah ditata untuk kemudahan produksi. - Mengoptimalkan kegiatan produksi sehingga produk

peralatan rumah tangga. 4. Proses Produksi yang masih bersifat job order,

23

sehingga sulit dilakukan perencanaan produksi

ready stock selalu tersedia

5. Belum dilakukan perencanaan produksi berdasarkan - Merencanakan produksi dengan volume lebih besar pada kecendrungan permintaan dan fluktuasi ketersediaan bahan baku. 2. Belum ada standar inspeksi mutu produk yang dapat dilakukan sebelum atau setelah proses pengemasan. Proses Inspeksi yang selama ini dilakukan ,secara visual tanpa adanya standar mutu yang pasti. - Secara rutindilakukan proses seleksi pemasok bahan baku. Setiap pemasok bahan baku diberikan kriteria mutu bahan baku. Kalau pembelian dilakukan sendiri oleh pengusaha maka, kriteria mutu tetap menjadi acuan dalam proses negosiasi pembelian bahan baku. 3. Pada saat proses produksi, tenaga kerja belum memahamai konsep Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan tidak memakai perlengkapan produksi. 4. 1. Penentuan harga jual produk tidak dilakukan berdasarkan perhitungna harga pokok produksi yang cermat, tetapi hanya di lakukan menurut perkiraan berdasarkan faktor-faktor pokok pembentuk harga jual yang lebih fleksibel sehingga margin yang direncanakan sangat rentan terhadap perubahan - Dilakukan Perhitungan Harga Pokok (HPP) - Pemakaian perlengkapan produksi sebagai upaya Kurangnya kesadaran karyawan akan pentingnya K3 Tidak ada masalah saat bahan baku tersedia

penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

secara - Belum tersedianya stand / Toko yang menjual produk khas Sinjai. - Penentuan HPP perlu

cermat dengan memperhitungkan semua faktor biaya yag mempengaruhi biaya produksi, dari hasil perhitungan HPP ditentukan Harga Pokok Penjualan, sehingga perencanaan msrgin dapat dilakukan dengan

pendampingan yang lebih karena pengetahuan

mempertimbangkan fluktuasi bahan baku.

24

kondisi pasar 2. Pengenalam brand belum dilakukan dan mitra untuk pemasaran produk ini belum ada sehingga

- Membuat kemitraan dengan pedagang yang dapat memasarkan produk dengan pola penitipan atau konsinyasi sehingga konsumen lebih mudah menemukan produk di pasaran, dan konsumen pemula juga mudah menemukan produk di pasaran.

pengusaha akan penentuan HPP yang kurang

konsumen sulit menemukan produk ini secara pasti

5.

1. Penjualan

produk

tidak

dilengkapi

denagan

- Pencatatan dan tabulasi kecendrungan permintaan - Dibuat pencatatan usaha dengan disiplin dalm buku penjualan, buku pembelian, buku kas, dan buku stok. - Dibuat laporan keuangan.

- Perlu pendampingan yang lebih untuk membantu membuat pengusaha

pencatatan yang apik sehingga jumlah produk yang terjual tidak diketahui secara pasti, kecendrungan permintaan tidak dapat diketahui sehingga

pembukuan yang apik - Kurangnya pembukuan penggunaannya. - Pandangan pengusaha yang menganggap tidak penting pembukuan kedisiplinan

perencanaan volume produksi sulit dilakukan 2. Kelengkapan administrasi belum memadai, seperti pembukuan sederhana

pengusaha dalam mengisi sebagaimana

25

KUB Cobbu
No 1. Masalah yang Dihadapi 1. Tata letak peralatan poduksi masih diletakkan seadanya, tidak berdasarkan urutan proses produksi sehingga memerlukan waktu lebih untuk bergerak dari satu proses ke proses berikutnya 2. Kualitas kokon yang kurang baik masih disimpan secara berantakan dapat menjadi sarang debu sehingga mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan karyawan. 2.
1. Belum dilakukan penyortiran pada saat pengolahan

Kegiatan Penyuluhan - Memisahkan kokon yang kurang baik pada tempat yang terpisah dari ruang produksi untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan dalam bekerja. - Mengatur tat letak peralatan produksi sesuai alur produksi untuk efektifitas dan efisiensi dalam bekerja

Hambatan yang dihadapi

- Secara rutin dilakukan proses seleksi pemasok bahan baku. Setiap pemasok bahan baku diberikan kriteria mutu bahan baku. Kalau pembelian dilakukan sendiri oleh pengusaha maka, kriteria mutu tetap menjadi acuan dalam ini

2. Belum ada standar inspeksi mutu produk yang dapat dilakukan. Proses Inspeksi yang selama

dilakukan secara visual tanpa adanya standar mutu

26

yang pasti. 3. 4. Tenaga Kerja tidak mengggunakan peralatan kerja seperti masker, baju kerja, dan saputangan 5. Sulitnya mendapatkan tenaga kerja yang bisa bekerja untuk waktu yang lama

proses negosiasi pembelian bahan baku. - Pemakaian perlengkapan produksi sebagai upaya Kurangnya kesadaran

penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3). - Merekrut tenaga kerja dari kalangan keluarga yang memiliki pengalaman dan telah di latih khusus unutk membantu sebagian tugas, dengan tetap melakukan kontrol secara terus menerus, agar hasil kerja sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

karyawan akan pentingnya K3 Tenaga kerja baru perlu

dilatih khusus untuk mahir dalam pemintalan benang

4.

1. Belum adanya upaya untuk mempromosikan produk secara luas. Promosi yag diandalkan hanya pada konsumen tetap untuk menginformasikan kepada konsumen lainnya tentang keunggulan produk. 2. Benang sutera uang dihasilkan dijual ke pengrajin (penenun) yang kemampuan belinya sangat terbatas.

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pameran yang dilakukan Pemerintah Daerah, sebagai media promosi dan pemasaran produk secara langsung yang efektif, efisien dan murah baik di Tingkat lokal, Regional maupun Nasional

- Belum tersedianya stand / Toko yang menjual produk khas Sinjai. - Belum adanya ruangan atau tempat pajang khusus untuk produk jadi kerajinan pakis dan aneka meubel desain sendiri. - Pengusaha Sulit melakukan diversifikasi produk

Melakukan

pengujian

benang

kokon

ke

Balai

Persuteraan Alam (BPA) sehingga memiliki sertifikasi dan produk lebih mudah ditawarkan ke perusahaan yang lebih mapan yang kemampuan belinya lebih besar Mengupayakan diversifikasi produk berupa benang yang

27

telah melalui proses replica (Twist), pewarnaan, bahkan dalam bentuk kain.

5.

1. Belum ada pencatatan laporan keuangan dan analisa mengenai keuangan usaha, sehingga perhitungan keuntungan usaha masih berdasarkan perkiraan 2. Usaha yang dijalankan menggunakan manajemen kekeluargaan, sehingga belum adanya pemisahan antara keuangan keluarga dan keuangan usaha

- Pencataan keuangan dimaksudkan untuk perencanaan keuangan dan perencanaan laba dalam perusahaan. Peencanaan keuangan sangat penting untuk melihat perkembangan keuangan perusahaan, dalam menentukan rencana pengembangan usaha, dengan

mempertimbangkan kekuatan dan ketersediaan modal kerja, serta pemanfaatan analisa keuangan untuk

memastikan kondisi keuangan dan perkembangan usaha dari sisi keuangan. Laporan keuangan juga dapat dipakai sebagai satu syarat pengajuan modal kerja pada lembaga keuangan seperti Bank dan Lembaga Perkreditan. - Pemisahan antara pemakaian keuangan keluarga dan keuangan usaha, sehingga dengan adanya pemisahan dan pencatatan yang dilakukan secara periodik dan terus menerus, akan memberikan gambaran tentang

keuntungan usaha

28

BAB IV HASIL YANG DICAPAI


KEMAJUAN / PENINGKATAN YANG DICAPAI No Proses Produksi Mutu SDM Pemasaran Administrasi & Keuangan

IKM Alna Jaya 1. - Sudah melakukan Perbaikan - Adanya perbaikan Proses - Pekerja tata letak fasilitas sesuai alur proses, begitupun halnya tata letak bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi di tata sesuai urutan proses, dengan ruangan maksimal. memanfaatkan produksi secara Finishing (cat + clear) yang kurang merata, dengan proses pakis sudah memakai - Produk pakis pameran Kerajinan aktif yang kayu - Sudah memiliki format

perlengkapan produksi seperti masker penerapan sebagai kesehatan upaya dan

mengikuti difasilitasi serta

buku keuangan dan laporan keuangan secara sederhana meskipun penggunannya

memperhatikan pengeleman yang kurang kayu rapi,

Pemerintah

Daerah

keselamatan kerja (K3) penambah tenaga

memanfaatkan Stand Gift Shop kabupaten Sinjai di Bandara promosi sebagai wadah

masih belum disiplin.

saat - Adanya

penyusunan motif lembaran kayu pakis yang tidak

kerja terutama saat banyaknya pesanan

beraturan dengan panduan - Pemilik usaha sulit merekrut - Dengan media brosur dan SOP secara sederhana. tanaga kerja yang mau bekerja promosi dengan filosofi

29

untuk karena pekerja

waktu niat

yang mandiri

lama, dari untuk setelah

produk yang menggunakan bahan baku kayu bermutu, serta produk akhir yang kokoh dan kuat untuk

tersebut sendiri

berusaha

memiliki keterampilan.

kepuasan

konsumen

memberikan hasil efektif UD Sinar Anugerah 2. - Pengusaha sudah mampu - Perusahaan sudah memiliki - Pekerja produksi jadwal produk dan menerapakan SOP yang dijadikan pedoman dalam proses produksi sehingga rasa, warna dan ciri khas produk selalu tetap. sudah memakai - Jangkauan pasar sudah - Sudah memiliki format

mengoptimalkan dengan produksi membuat sehingga

perlengkapan produksi seperti masker, tangan penerapan topi, dan sarung upaya dan

sampai di kabupaten Gowa dan kota Makasssar serta di pasarkan minimarket, koperasi juga kioa, ada di dan di

buku keuangan dan laporan keuangan secara sederhana meskipun penggunannya

sebagai kesehatan

ready stock selalu tersedia - Meskipun peralatan produksi masih sering digunakan untuk kegiatan lain (kegiatan rumah tangga) produksi tempat namun sudah tersendiri kegiatan memiliki yang

masih belum disiplin

keselamatan kerja.

yang

kabupaten Sinjai - Sudah aktif dalam pameran yang dilakukan oleh

pemerintah kabupaten sinjai sebagai media promosi.

terpisah dari kegiatan rumah

30

tangga

UD Aroma Sempurna - Pada dan proses pencampuran - Dalam proses pengemasan, - Pekerja sudah secara disiplin pekerja sudah berhati-hati memasukkan sudah memakai - Telah melakukan perluasan - Sudah produksi dan pasar dengan memasukkan produk di minimarket dan kios-kios yang tersebar di kabupaten sinjai dan saat ini juga sudah dipasarkan di kabupaten tetangga. buku memiliki keuangan format dan

pengadukan,

perlengkapan

menggunakan mesin dengan kapasitas lebih besar untuk menghemat waktu proses,

seperti masker, topi,

laporan keuangan secara sederhana penggunannya belum disiplin meskipun masih

produk dalam kemasan ini dapat dilihat dari presentase produk berkurang. cacat yang

sarung tangan sebagai upaya penerapan kesehatan dan

juga menghemat tenaga yang dipakai. Pemakaian mesin

keselamatan kerja.

pengaduk akan menghasilkan hasil adonan yang lebih rata dan tercampur dengan baik, sehingga produk yang

dihasilkan lebih baik, gurih dan tahan lama. UD Pattiroang Jaya - Sudah melakukan Perbaikan - Adanya perbaikan Proses - Pekerja sudah memakai - Produk Kerajinan kayu - Sudah memiliki format

31

tata letak fasilitas sesuai alur proses, begitupun halnya tata letak bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi di tata sesuai urutan proses, dengan ruangan maksimal. memanfaatkan produksi secara

Finishing (cat + clear) yang kurang merata, dengan proses pakis saat

perlengkapan produksi seperti masker, tangan penerapan topi, dan sarung upaya dan

pakis pameran

aktif yang

mengikuti difasilitasi serta

buku keuangan dan laporan keuangan secara sederhana meskipun penggunannya

memperhatikan pengeleman yang kurang kayu rapi,

sebagai kesehatan

Pemerintah

Daerah

memanfaatkan Stand Gift Shop kabupaten Sinjai di Bandara sebagai wadah

masih belum disiplin

keselamatan kerja.

penyusunan motif lembaran kayu pakis yang tidak

promosi yang berdampak pada meningkatnya omset pendapatan bagi pengusaha.

beraturan dengan panduan SOP secara sederhana.

KSM Madani - Karena Harga bahan baku selalu fluktuatif dan diluar adaptif usaha mengakibatkan usaha produksi bahkan sulit sacara melakukan kontinyu mau ini
- IKM

sudah

memiliki

system administrasi dan keuangan berupa format buku stok bahan baku dan stok barang jadi, format
buku keuangan dan laporan keuangan

cenderung usaha

menghentikan namun untuk tetap mencari

diusahakan pemasok

32

bahan baku dengan harga lebih terjangkau uji atau coba

melakukan

penggunaan bahan baku jahe lokal untuk menemukan

formulasi yang tepat. KUB Cobbu - Adanya penambahan daya - Telah dilakukan penyortiran - Pekerja listrik kegiatan menghemat untuk mendukung dan karena kokon sudah memakai - Produk benang sutera yang - Sudah dihasilkan aktif berpartisipasi kegiatan memiliki format

perlengkapan produksi seperti masker, tangan penerapan topi, dan sarung upaya dan

buku keuangan dan laporan keuangan secara sederhana meskipun penggunannya

produksi biaya

dalam

sebagai kesehatan

pameran yang dilakukan Pemerintah Daerah,

tidak menggunakan mesin pembangkit serta

masih belum disiplin

keselamatan kerja.

sebagai media promosi dan pemasaran produk secara langsung yang efektif,

kemampuan produksi kokon bertambah tiap harinya

menjadi 8kg/hari.

efisien dan murah - Pasaran sudah sampai ke kabupaten Wajo sebagai langganan tetap pemasok

33

benang sutera.

34

35

You might also like