You are on page 1of 3

Transaksi Salam

Posted on May 25th, 2011 by istutik Transaksi Salam umumnya berlaku untuk barang barang hasil pertanian. Modal usaha salam dibayarkan lebih dahulu ke penjual dengan maksud untuk membiayai kebutuhan dalam rangka memenuhi pesanan dari pembeli. Hikmah dari transaksi Salam, bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal, dan bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya. Pengakuan & Pengukuran Seperti yang disebutkan dalam PSAK No. 103, bahwa Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Transaksi salam terjadi karena pembeli berniat memberkan modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) menyediakan barangnya. Transaksi salam diselesaikan pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli. Dengan demikian transaksi Salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi barang yang diinginkannya melalui pesanan lebih dahulu. Barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus dan pembeli membutuhkan kepastian dari pihak penjual. Transaksi Salam berakhir pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli. Karakteristik dan harga barang harus sudah disepakati di awal akad. Jika ada ketidaksesuaian karakteristik barang yang dikirimkan ke pembeli maka menjadi tanggung jawab penjual. Ketentuan harga barang tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Alat pembayaran dapat berupa kas, barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. Jaminan dapat diminta untuk menghindari risiko yang merugikan. Pada situasi dimana pihak penjual tidak dapat menyediakan sendiri barang pesanan dari pembeli maka dilakukan Salam Paralel, yaitu entitas yang bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan transaksi Salam juga. Salam paralel dikatakan sah jika 1) akad kedua antara pembeli dan penjual (produsen) terpisah dari akad pertama antara penjual dan pembeli akhir, dan 2) kedua akad tidak saling bergantung (taalluq). Ada kemungkinan kontrak salam dibatalkan oleh pembeli jika barang yang dipesan tidak tersedia pada waktu yang ditentukan, barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad, dan barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah. Oleh karena itu

Penyajian

Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. 1. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai Piutang salam. 2. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi Salam disajikan secara terpisah dari Piutang salam. 3. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai Hutang Salam. Pengungkapan Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam transaksi salam mengungkapkan hal-hal berikut : 1. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain; 2. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan 3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

You might also like