You are on page 1of 26

http://www.anakunhas.com/2011/07/cacing-helminthes-vermes.html Hampir setiap orang sudah mengenal cacing.

Di dalam perut manusia terutama pada anak kecil sering terdapat cacing perut, sedangkan di dalam tanah sering dijumpai cacing tanah. Tubuh cacing dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu bagian ujung anterior (depan), ujung posterior (belakang), permukaan dorsal (permukaan atas, punggung), dan permukaan ventral (permukaan bawah, perut). Tubuh cacing bersifat simetris bilateral (dapat dibagi menjadi dua bagian kiri dan kanan yang sama besarnya). Berdasarkan bentuk tubuhnya, cacing dibagi menjadi tiga filum, yaitu: y Platyhelminthes (cacing pipih), y Nemathelminthes (cacing gilig), dan y Annelida (cacing gelang). A. Bentuk, Sifat, dan Peranan Platyhelminthes Platyhelminthes dari kata Platy berarti pipih, dan helminthes berarti cacing. Jadi, Platyhelminthes artinya cacing bertubuh pipih. Ciri-Ciri dan Sifat Platyhelminthes Bentuk tubuh cacing yang tergolong dalam filum Platyhelminthes adalah pipih, lunak. ada yang memanjang seperti pita, simetris bilateral, dan tidak mempunyai rongga tubuh. Alat pencernaan cacing pipih tidak sempurna. Cacing pipih yang hidup dalam usus hewan dan manusia tidak mempunyai usus yang berkembang baik, sedangkan yang hidup di alam babas mempunyai usus yang bercabang, dan selain itu, tidak ada anus Pada cacing filum ini, ekskresi zat-zat sisa dilakukan melalui sel-sel api. Sistem peredaran darah dan sistem pernapasan tidak ada. Sistem sarafnya berupa sepasang ganglion (cincin saraf) yang terletak di ujung anterior (daerah kepala) dengan benang-benang saraf yang bercabang di seluruh tubuh. Perkembangbiakannya dilakukan secara seksual. Hewan ini bersifat hermaprodit, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu tubuh. Penggolongan Platyhelminthes Platyhelminthes terdiri atas tiga kelas, yaitu: 1. Turbellaria (cacing berbulu getar), 2. Trematoda (cacing isap), dan 3. Cestoda (cacing pita). 1. Turbellaria (Cacing Berbulu Getar) Contoh hewan yang tergolong Turbellaria adalah Planaria.

Struktur tubuh Planaria A. Bentuk tubuh luar B. Sistem pencernaan C. Sistem saraf D. Sistem reproduksi E. Sistem ekskresi F. Sel api Ciri-Ciri dan Sifat Turbellaria Bentuk tubuh Turbellaria pipih, dan lunak, dan pada permukaan kulit tubuhnya bersilia. Sistem pencernaan Turbellaria terdiri atas mulut yang terletak di bagian ventral dan di tengah-tengah; usus yang bercabang-cabang membentuk sistem gastro vaskular; dan tidak mempunyai anus. Turbellaria mempunyai bintik mata di kepala. Indera mata ini sangat peka terhadap cahaya. Daya regenerasinya sangat besar. Apabila tubuhnya terpotong menjadi dua maka akan membentuk dua indi-vidu baru. Bagian potongan yang tidak mempunyai kepa-la, akan membentuk kepala, sedangkan bagian potong-an yang tidak mempunyai ekor akan membentuk ekor. Alat kelamin Turbellaria bersifat hermaprodit, artinya dalam satu tubuh terdapat alat kelamin jantan dan betina. Habitatnya di kolam air tawar yang jernih, terutama terdapat di bawah batu atau di bawah daun 2. Kelas Trematoda (Cacing isap) Golongan cacing isap mempunyai mulut di bagian depan yang digunakan untuk melubangi bagian tubuh hewan atau manusia yang dihinggapinya. Ciri-Ciri dan sifat Trematoda Tubuh Trematoda pipih tidak bersilia. Di bagian depan terdapat mulut dan mempunyai alat pengisap. Jumlah alat pengisap ada dua buah, yaitu satu alat isap terdapat pada sekeliling mulut, dan yang satu lagi ter-dapat di permukaan ventral tidak jauh dari mulut.

Panjang tubuhnya antara 2 5 sentimeter, dan lebarnya sekitar 1 sentimeter. Pada umumnya Trematoda bersifat parasit. Alat pencernaan pada Trematoda berupa usus yang bercabang dua ke arah belakang. Tiap cabang mem-punyai cabang-cabang kecil ke arah samping. Hewan ini tidak mempunyai anus, jadi sisa pencernaannya dike-luarkan melalui mulut. Sistem sarafnya berupa sepasang ganglion. Tiap ganglion terdapat seberkas saraf yang memanjang dan terdapat percabangan ke arah samping. Alat reproduksi Trematoda yang jantan mempunyai testes, sedangkan yang betina mempunyai ovarium. Contoh Trematoda: Fasciola hepatica (cacing parasit pada hati ternak). Daur hidup Fasciola hepatica Cacing hati dewasa hidup di dalam hati ternak kemudian bertelur. Telur tersebut terbawa bersama tinja keluar tubuh. Sampai di dalam air, telur tersebut menetas menjadi larva bersilia, disebut mirasidium.

Struktur tubuh Fasciola hepatica A. Sistem pencernaan B. Sistem reproduksi Mirasidium mencari inang perantara yaitu siput air (Lymnea javanica), dan masuk ke dalam tubuh siput ter-sebut. Tetapi bila tidak bertemu dengan siput air selama kurang Iebih delapan jam maka mirasidium akan mati. Mirasidium yang sudah masuk ke dalam tubuh siput air, selanjutnya akan berubah bentuk menjadi kista yang di-sebut sporokis. Pada stadium ini terjadi perbanyakan diri dengan membentuk larva-larva baru yang disebut redia. Kemudian, sporokis pecah dan keluarlah redia-redia itu. Pada fase berikutnya tiap redia akan menghasilkan larva baru yang mempunyai ekor dan bentuknya seperti berudu, disebut serkaria. Selanjutnya serkaria keluar dari tubuh siput. berenang di dalam air dan

akhirnya melekat pada rumput yang ada di tepi perairan. Serkaria kemudian berubah bentuknya menjadi kista, disebut metaserkaria. Suatu ketika bila rumput yang mengandung kista itu dimakan oleh ternak, misalnya biri-biri atau sapi, maka di dalam usus halus ternak kista tersebut terlarut akhirnya keluar cacing hati yang kecil berupa larva. Selanjutnya masuk ke peredaran darah sampai ke hati. dan seterus-nya cacing tersebut hidup dan menetap di dalam hati hingga dewasa.

Skema daur hidup Fasciola hepatica Keterangan gambar : A. ternak, B. siput air, C. rumput 1. mirasidium 2. sparokis 3. redia 4. serkaria 5. melaserkana Contoh cacing Trematoda yang lain adalah: y Clonorchis sinensis, hidup di dalam hati manusia. Cacing tersebut telah banyak menyerang prang-prang RRC, Cina, dan Korea: y Paragonimus, parasit pada paru-paru manusia, kucing. babi, dan anjing: y Schistosoma, parasit di dalam pembuluh darah vena manusia. Penyakitnya disebut Schistosomiasis 3. Kelas Cestoda (Cacing Pita) Ciri-Ciri dan Sitat Cestoda Cabing pita bentuk tubuhnya pipih memanjang. Kepala cacing pita kecil disebut skoleks yang mengan-dung empat alat isap di bagian sampingnya dan pada ujung kepala ada alat pengait atau rostellum. Alat isap dan pengait cacing pita berfungsi untuk melekatkan diri pada dinding usus inang. Di belakang kepala terdapat leher pendek yang disebut daerah tunas. Leher pendek ini menghubungkan skoleks dengan badannya atau strobila, yang terdiri atas banyak proglotida. Proglotid berada di ruang usus. Proglotid muda terbentuk di belakang leher pendek dan di depan proglotid pertama yang sudah ada. Dengan demikian proglotid yang jauh dari bagian leher adalah yang tua.

Pada masing-masing proglotid terdapat otot, parenkim, alat ekskresi, organ kelamin jantan dan betina. Mata, mulut, dan saluran pencernaan belum ada. Sari makanan diperoleh dari inangnya diserap melalui per-mukaan tubuhnya. Contoh Cestoda: Taenia solium (cacing pita babi) Cacing pita babi panjangnya mencapai lebih dari 3 meter. Tu-buhnya tersusun atas rangkaian proglotid yang panjang. Inang tetapnya (tuan rumah yang dihinggapi) adalah manusia. Hidup di dalam usus halus dengan mengisap sari-sari makanan. Inang perantaranya hewan babi. Daur hidup Taenia solium Pada proglotid yang masak telah terjadi fertilisasi sel telur oleh sel sperma. Fertilisasi terjadi dengan sendirinya dalam satu proglotid atau fertilisasi silang antarproglotid atau antardua cacing. Sel telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio.

Skema daur hidup Taenia solium Cacing pita dewasa pada tubuh bagian belakana terdapat proglotid yang masak. Proglotid tersebut mengandung embrio yang nantinya akan keluar ke alam bebas bersama tinja. Apabila proglotid tersebut termakan oleh babi, masuk ke dalam perut babi dan dicerna hingga embrio di dalamnya keluar. Embrio yang keluar ter-sebut disebut heksakan atau onkosfer. Kemudian, heksakan mengikuti peredaran darah di dalam tubuh babi, akhirnya masuk ke dalam jaringan otot dan membentuk kista, disebut sistiserkus. Apabila orang makan daging babi yang belum begitu matang dan mengandung sistiserkus, maka di dalam usus manusia kista akan pecah. Dari kista yang pecah keluarlah larva kecil, dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing pita dewasa di dalam usus manusia. Contoh lain dari cacing pita yang termasuk Ces-toda adalah sebagai berikut. a. Taenia saginata (cacing pita sapi) Cacing tersebut sebagai parasit di dalam usus halus manusia, dengan hewan perantaranya sapi. Pada skoleksnya tidak mempunyai kait-kait. Panjang tubuhnya 4 12 meter. b. Taenia pisiformis (cacing pita pada anjing dan kucing) Taenia pisiformis dewasa hidup di dalam usus halus anjing dan kucing.

Hewan perantaranya adalah kelinci. c. Diphyllobothrium latum Cacing ini hidup menetap pada manusia. Hewan perantaranya adalah ikan. Cacing ter-sebut juga disebut cacing pita ikan. Panjang tubuhnya mencapai 3 10 meter Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia Platyhelminthes kebanyakan merugikan ma-nusia. Sebagian besar hidup sebagai parasit di dalam usus, ataupun dalam hati. Cacing yang hidup di dalam usus, menghisap sari makanan. Sklangkan yang hidup di dalam hati, merusak jaringan di dalam hati dan juga mengisap makanan yang ada di dalam hati. B. Bentuk, Sifat, dan Peranan Nemathelminthes Nemathelminthes berasal dari kata nema berarti benang, dan helminthes berarti awing. Nemathelminthes artinya cacing benang atau juga disebut cacing gilig. Ciri-Ciri dan Sifat Nemathelminthes Tubuh cacing yang tergolong dalam Nema-thelminthes berbentuk bulat panjang, tidak berseg-men, dan tertutup oleh kutikula. Pada ujung dan pangkal tubuh runcing. Cacing ini mempunyai mulut di ujung kabala dan dubur di ujung ekor. Saluran pencernaannya berupa usus yang berbentuk tabu ng lurus, terbentang dari mulut sam-pai anus. Urutan saluran pencernaannya terdiri atas mulut, tekak, usus, dari anus. Nemitalminthes tidak mempunyai sistem peredaran darah. hanya mampunyai caftan tubuh yang berfungsi sebagai darah. Jenis kelamin Nemathelminthes, dapat dibe-dakan menjadi jenis jantan dan betina. Jenis jantan lebih kecil dari jenis betina. Ujung posterior pada jenis jantan agak menggulung dan memiliki spikula (dun). Organ kelamin jantan berupa sebuah testes. Organ kelamin betina berupa sepasang ovarium. Alat pengeluarannya terdiri atas sepasang gin-jai, dan disebut nephridium. Perkernbangbiakan dilakukan secara kawin. Pembuahan antara sel telur dan spermatozoid akan terbentuk zigot. kemudian berkembang men-jadi embrio yang masih terdapat di dalam telur. Embrio tersebut nantinya akan menjadi individu baru. Berikut ini beberapa contoh cacing Nemathel-minthes yang hidup sebagai parasit. 1. Bangsa Ascaris (Cacing Perut), antara lain: a. Ascaris lumbricoides, hidup di dalam usus halus manusia; b. Ascaris suillae, hidup di dalam usus halus babi; c. Ascaris megalocephala, hidup di dalam usus halus kuda. Hampir setiap anak dapat terserang As-cans lumbricoides. Cacing tersebut tubuhnya bulat panjang, dan kedua ujungnya runcing. Permukaan tubuhnya

licin dan tertutup oleh kutikula. Hewan cacing tersebut berbahaya karena mengisap sari makanan di dalam usus halus. Daur hidup Ascaris lumbricoides (cacing perut) Cacing betina setelah fertilisasi, selanjutnya ber-telur. Telur dari dalam usus manusia keluar bersama faeses ke alam bebas. Telur yang berembrio tersebut jika tertelan bersama makanan oleh manusia, akan menetas di dalam usus menghasilkan larva kecil. Larva kecil mengikuti peredaran darah masuk ke jantung, paru-paru, menuju trakea dan sampai di farink. Kemudian, tertelan bersama makanan yang masuk ke kerongkongan. Akhirnya sampai di usus halus dan tumbuh menjadi dewasa menetap di dalam usus halus manusia.

Skema daur hidup Ascaris lumbricoides 2. Cacing Tambang Dua spesies cacing tambang yang terkenal, yaitu se-bagai berikut. a. Ancylostoma duodenale, hidup di dalam usus manusia. Cacing tersebut mengisap darah inang-nya. sehingga dapat menimbulkan anemia. Cacing tersebut terdapat di daerah tropika Asia dan Afrika. b. Necator americanus, hidup sebagai parasit di dalam usus manusia. Cacing tersebut terdapat di daerah tropika Amerika. lstilah cacing tambang, karena semula banyak dijumpai di daerah tambang batu bara. Namun sebe-tulnya cacing ini juga banyak dijumpai di daerah per-kebunan karat. Cacing tambang tubuhnya berukuran kecil. Pan-jangnya hanya 1 5 sentimeter. Mulutnya terdapat di bagian ujung depan dilengkapi alai kait untuk melekatkan diri pada dinding usus. Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia, dan berbahaya bagi manusia karena dapat mengisap darah. Cacing tambang hidup bergerombol hingga jumlahnya ribuan cacing dan mengisap darah secara bersama-sama. Daur hidup cacing tambang Daur hidup cacing tambang dapat dipelajari pada Gambar di bawah ini.

Cacing betina setelah kawin, kemudian bertelur. Telur cacing dari dalam usus manusia keluar ber-sama faeses ke alam bebas.

skema daur hidup cacing tambang Telur di alam bebas akan menetas menghasil-kan larva kecil. Jika larva kecil tersebut terinjak oleh manusia, maka melalui pori-pori kutit di sela-sela jari kaki, masuk ke peredaran darah menuju ke jantung, paru-paru, kemudian ke trakea akhirnya ke faring. Larva tersebut kemudian tertelan bersama makanan masuk ke usus halus, dan seterusnya men-jadi dewasa di usus tersebut. Contoh cacing lain yang termasuk Nemathelmintes 1. Oxyuris vermicularis (cacing kremi) Cacing kremi hidup di dalam rektum manusia, dan dapat mengganggu manusia karena menim-bulkan rasa gatal. 2. Trichinella spiraliis (cacing otot pada manusia) Trichinella spirallis dewasa hidup di dalam usus manusia. Larva cacing ini membentuk kista dan bersembunyi pada otot rangka (daging) hewan mammalia. Jika daging termakan manusia larva keluar dan dewasa di dalam usus manusia. Cacing Filaria Contoh cacing Filaria adalah Wuchereria dan Filaria bancrofti. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah. Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah manusia. Penularannya me-lalui nyamuk Culex.

Beberapa cacing yang termasuk Nemathelminthes Peranan Nemathelminthes bagi Kehidupan Manusia Nemathelminthes kebanyakan merugikan manusia, yaitu sebagai parasit di dalam tubuh manusia maupun tubuh ternak dan tumbuhan. C. Bentuk, Sifat, dan Peranan Annelida Annelida berasal dari kata annulus berarti cincin. Jadi Annelida merupakan ca-cing yang tubuhnya tersusun atas cincin-cincin atau beruas-ruas. Ciri-Ciri dan Sifat Annelida Tubuh Annelida berbentuk bulat memanjang, disusun atas segmen-segmen serupa cincin yang sama bentuk dan ukurannya. Segmen-segmen yang demikian disebut somit atau metameri. Keadaan bersegmen-segmen seperti ini tidak hanya di bagian luar tubuh saja,,tetapi juga tampak pada bagian tubuh dalam. Setiap unit segmen tadi mengandung beberapa elemen organ utama yang sama. Jadi, pada setiap somit mengandung bagian organ utama seperti otot, saraf, alat sirkulasi, ekskresi. dan organ reproduksi. Tubuh Annelida simetris bilateral, triploblastik (memiliki lapisan ektoderm, meso-derm, dan endoderm). Lapisan ektoderm atau kulit terdiri atas epitel kolumner yang mengandung kelenjar unisel dan sel sensori. Lapisan epitel ini dilapisi lagi oleh lapisan kutikula yang tipis dan lembap. Alat pencernaannya terdiri atas mulut, faring, esofagus, crop, gizzard, usus, dan anus. Mulut terletak di ujung anterior dan anus di ujung posterior. Annelida mempunyai sistem sirkulasi tertutup berupa pembuluh darah atau rongga-rongga yang bercabang ke lateral pada setiap somite. Plasma darahnya mengandung hemoglobin yang larut Respirasi pada cacing ini dengan epidermis atau de-ngan insang. Pada setiap somit juga terdapat sistem ekskresi. Sistem saraf Annelida terdiri atas ganglion otak dan ganglion pada masing-masing segmen yang dihubungkan oleh tali saraf. Alat kelaminnya terpisah atau hermaprodit. Cacing ini memiliki coelom (rongga tubuh) yang berisi cairan tubuh yang bening, terletak an-tara dinding tubuh dan endoderm. Penggolongan Annelida Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: 1. Polychaeta (cacing berambut banyak), 2. Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan 3. Hirudinea (golongan lintah dan pacet).

1. Kelas Polychaeta (Cacing Berambut Banyak) Polychaeta berasal dari kata poly berarti banyak, dan chaeta berarti bulubulu kaku atau rambut. Jadi, Polychaeta berarti golongan cacing yang mempunyai rambut banyak. Ciri-Ciri dan Sifat Polychaeta Bentuk tubuh cacing ini bulat panjang dan berseg-men-segmen. Tiap segmen tubuh bagian samping ter-dapat kaki berdaging, disebut parapodia yang dilengkapi dengan rambut-rambut. Tubuh Polychaeta terdapat metameri yang amat balk. Metameri adalah segmen-segmen yang ukurannya hampir sama, dan tiap segmen (ruas) mempunyai alat-alat tubuh yang sama, misalnya alat ekskresi, alat peredaran darah, alat reproduksi, dan alat pencernaan makanan. Sistem peredaran darah Polychaeta bersifat ter-tutup, artinya darah dialirkan melalui pembuluh-pem-buluh darah arteri dan vena. Sistem saratnya tangga tali. Di sebelah anterior ter-dapat sepasang ganglion, yaitu ganglion suprafaringeal yang dianggap sebagai otaknya. Ganglion tersebut dihubungkan dengan ganglion subfaringeal oleh jaringan sirkumfaringeal yang berhubungan dengan berkas saraf ventralis yang memanjang di sepanjang tubuh cacing. Pada sistem sarafnya terdapat pula berkas saraf dorsal. Pada berkas saraf tersebut terdapat cabang-cabang saraf ke seluruh bagian tubuhnya. Di bagian kepala Polychaeta terdapat mata, mulut, dan tentakel. Sistem pencernaan makanan berupa usus yang hampir lurus dari depan sampai belakang. Habitatnya di air laut.

anatomi polychaeta keterangan gambar : 1. taring, 2 esofagus, 3 jantung, 4. testes, 5. ovarium, 6. proventikulus, 7 ventrikulus, 8. usus Contoh cacing yang termasuk Polychaeta adalah sebagai berikut. a. Nereis virens (kelabang laut). b. Eunice viridis (cacing wawo), enak dimakan. c. Aphrodite (mencit laut). d. Lysidice oele (cacing palolo), enak dimakan.

Mortologi cacing yang termasuk Polychaeta 2. Kelas Oligochaeta (Cacing Berambut Sedikit) Oligochaeta dari kata oligos berarti sedikit, dan chaeta berarti bulu kaku atau rambut. Jadi, Oligochaeta berarti pacing yang mempunyai rambut sedikit. Oligochaeta tubuhnya bersegmen, tetapi tidak mem-punyai parapodia. Contoh: Lumbricus terrestris (cacing tanah)

morfologi cacing tanah Ciri-Ciri dan Sifat Oligochaeta Bentuk tubuh Oligochaeta bulat panjang dan berseg-men, mempunyai rambut sedikit, dan tidak mempunyai parapodia. Panjang tubuhnya mencapai kurang lebih 18 cm, dan diameter tubuhnya kurang lebih 0,9 cm. Pada bagian depan tubuhnya terdapat kepala yang kecil, tetapi tidak mempunyai mata dan alat peraba. Oligochaeta bersifat hermafrodit. Pada tubuhnya ter-dapat gabungan ruasruas yang disebut klitelum. Klitelum berfungsi untuk reproduksi yaitu mensekresi bahan pembentuk kokon untuk tempat telurnya. Perkawinan dilakukan dengan tukar-menukar sperma sehingga pada masing-masing tubuh dapat terjadi pem-buahan. Dinding tubuhnya terdiri atas epidermis, dan dua lapisan otot, yaitu otot yang melingkar di bagian luar, dan otot yang memanjang di sebelah dalam. Saluran pencernaan Oligochaeta terdiri atas mulut, tekak, kerongkongan, tembolok, perut kalang, usus, dan anus. Makanannya terutama daun-daun yang telah gugur, rumput dan bagian tanaman. Sebelum makanan tersebut di makan terlebih dahulu dibasahi dengan air liurnya kemudian dimasukkan ke dalam mulut. Jika makanannya mengandung asam organik akan dinetralkan dengan kalsium karbonat yang dihasilkan oleh kelenjar zat kapur pada esofagus (kerongkongan-nya).

Tempat hidup di air tawar, air laut, dan tanah, Contoh cacing lainnya yang termasuk Oligochaeta ada-fah: a. Tubifex, cacing tanah yang hidupnya di air tawar; b. Moniligaster, cacing tanah raksasa. Besarnya kurang lebih sama dengan ibu jari tangan; c. Pheretima (cacing tanah Indonesia).

anatomi cacing tanah keterangan gambar : A. penampang membujur cacing tanah B. penampang lintang cacing tanah 1. mulut 2. faring 3. kerongkongan 4. tembolok 5. perut kalang 6. usus 7. testes 8. ovarium 9. nefridium a. kutikula, b. epidermis, c. otot melingkar, d. otot membujur, e. pembuluh darah atas, f. pembuluh darah bawah, g. barang syaraf, h. hefridium, i. usus. 3. Kelas Hirudinea (Golongan Lintah dan Pacet) Ciri-Ciri dan Sifat Hirudinea Bentuk tubuh Hirudinea agak pipih, pada ujung-ujung tubuhnya terdapat alat pengisap. Pada permukaan tubuhnya terdapat lekukan-lekukan, tidak terdapat parapodia dan rambut.

Makanan Hirudinea berupa larva serangga, cacing, dan invertebrata lain, bahkan ada yang mengisap darah vertebrata dan manusia. Khusus hewan yang mengisap darah, sekali ada kesempatan mengisap darah maka hewan ini akan mengisap darah sebanyak mungkin. Untuk selanjutnya hewan tersebut mampu bertahan de-ngan tidak makan selama 1,5 tahun. Kelamin Hirudinea umumnya bersifat hermafrodit. Satu tubuh mengandung ovarium dan testes. Contoh hewan yang termasuk Kelas Hirudinea: a. Hirudo medicinalis (Iintah), mengisap darah ver-tebrata dan manusia. b. Haemadipsa javanica (pacet), hidup di hutan menempel pada daun. Peranan Annelida bagi Kehidupan Manusia Annelida banyak yang bermanfaat bagi manusia, karena a. enak dimakan, contohnya cacing wawo dan cacing paloio: b. berguna dalam bidang pertanian yaitu dapat menyuburkan tanah, misalnya cacing tanah; c. ada yang bermanfaat dalam bidang pengobatan, misalnya Hirudo medicinalis dapat dipakai untuk me-ngeluarkan darah bernanah pada jaringan tubuh yang membengkak.
http://www.scribd.com/doc/34273653/Rangkuman-sistem-pernapasan

c.Vermes Cacingtidakmemilikialatpernafasankhusus,pengambilan oksigen (O2) dan pelepasan karbondioksidadilakukan secara difusi, kecuali padabeberapa cacingyang hidup di air bernafas menggunakan insang. Planaria menggunakan seluruh permukaan tubuhnyauntuk bernafas dengan cara difusi. Cacing tanah jugaseperti itu, dengan cara difusi oksigen (O2) masuk melaluipermukaan tubuhnya berlendir dan tipis. Selanjutnyaoksigen akan masuk ke pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuhnya. Karbon dioksida sebagai hasilpernafasan dikeluarkan oleh jaringan ke pembuluh darahdan kemidian dikeluarkan melalui permukaan tubuhnya. Sementara itucacing yang hidup di air bernfasmenggunakan insang, misalnya Polychaeta menggunakansepasang parapodia untuk bernafas yang berubahmenjadi insang. Cacing gilik merupakan salah satu cacing yang hidup padatubuh manusia, sehingga toleran terhadap kadar oksigen(O2) yang rendah. Cacing gilik juga bernafas secara difusimelalui permukaan tubuhnya.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/20/catata-kecil-vermes-plathyhelminthes-nemathelminthesdan-annelid/

Plathyhelminthes 1. Ciri-ciri Plathyhelminthes a. Tubuh pipih dan tidak berbuku-buku. b. Sistem pencernaan dengan gastrovaskuler. c. Sistem pencernaan tidak sempurna (tidak memiliki anus). d. Sistem transportasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. e. Sistem saraf dengan ganglion. f. Sistem ekskresi menggunakan sel api. g. Tidak memiliki sistem peredaran darah. h. Berespirasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. 2. Struktur Tubuh Plathyhelminthes Tubuh cacing ini terdiri atas 3 lapisan jaringan, yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam) serta tidak memiliki rongga tubuh atau bersifat triploblastik aselomata. 3. Klasifikasi Plathyhelminthes Plathyhelminthes dikelompokkan menjadi 3 kelas, yaitu: a. Turbellaria atau cacing berbulu getar. b. Trematoda atau cacing isap. c. Cestoda atau cacing pita. a. Turbellaria (cacing berbulu getar) Turbellaria atau cacing berbulu getar merupakan cacing yang hidup bebas. Contohnya adalah Planaria. Planaria adalah cacing yang hidup secara bebas di perairan. Cacing ini bisa dijadikan sebagai bioindikator terhadap kadar pencemaran di suatu perairan. Cacing ini suka hidup di perairan yang bersih atau belum tercemar. Planaria memiliki sistem pencernaan yang masih sederhana. Makanan akan ditangkap melalui tonjolan faring yang berada pada bagian

tengah ventral tubuhnya. Makanan yang sudah ditangkap lalu dimasukkan dalam usus yang bercabang-cabang untuk dicerna. Hasil pencernaan makanan akan berdifusi ke seluruh jaringan tubuh, sementara itu sisa pencernaan akan dikeluarkan lewat mulut.Planaria merupakan cacing yang bersifat karnivora. Cacing ini memiliki alat pengeluaran atau ekskresi berupa sel api atau flame cell. Planaria bereproduksi secara seksual dengan peleburan sperma dan ovum. Planaria bersifat hermafrodit, namun demikian tidak pernah ada pembuahan sendiri karena matangnya sperma dan ovum tidak dalam waktu yang bersamaan. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi atau memotong diri. Setiap potongan tubuhnya mampu menjadi individu baru. Pada bagian kepala, di antara stigma (bintik mata) terdapat ganglion yang merupakan pusat saraf. Ganglion mengalami pemanjangan oleh saraf tepi yang menuju ke arah posterior. Antara kedua saraf tepi tersebut, akan dihubungkan oleh cabang saraf melintang, sehingga susunan sarafnya seperti tangga, oleh karena itu sistem saraf pada Planaria disebut system saraf tangga tali. b. Trematoda (cacing isap) Anggota cacing ini semuanya bersifat parasit, baik pada hewan ternak ataupun pada manusia. Tubuh cacing ini dibungkus oleh kutikula untuk mempertahankan diri. Contoh Trematoda antara lain: 1) Fasciola hepatica (cacing hati pada ternak) Cacing ini memiliki panjang 2-6 cm. Habitatnya adalah di hati ternak. Sama denganPlathyhelminthes yang lain, cacing ini memiliki sel api atau flame cell sebagai alat ekskresi, sistem saraf tangga tali serta memiliki alat pengisap atau sucker yang terdapat pada bagian mulut serta pada bagian ventral atau perut. Cacing ini bereproduksi secara generatif. Satu individu bisa menghasilkan 2000-4000 telur. Telur yang sudah dibuahi akan melewati saluran empedu kemudian ke usus dan akan keluar bersama feses. Cacing ini memiliki hospes sementara siput air dan hospes tetapnya adalah ternak. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang berada dalam feses keluar ke lingkungan. Telur itu akan menetas menjadi larva bersilia mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput (sebagai inang antara), lalu berkembang menjadi sporosista, kemudian menjadi redia, lalu sekaria. Serkaria keluar dari tubuh siput, lalu menempel pada tanaman, kemudian berkembang menjadi metaserkaria. Ketika tanaman dimakan ternak, metaserkaria akan menetas di usus dan dewasa dalam organ hati. 2) Clonorchis sinensis Clonorchis sinensis merupakan cacing hati yang parasit pada hati manusia. Cacing ini hospes antaranya adalah ikan air tawar. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses, kemudian menetas menjadi sporosista yang akan berkembang menjadi redia. Redia akan berubah menjadi serkaria yang akan hidup di dalam tubuh ikan air tawar. Ketika ikan air tawar yang terinfeksi larva cacing ini tidak dimasak secara sempurna dan dimakan manusia,

maka akan masuk menuju saluran pencernaan dan menuju saluran empedu dan dewasa dalam organ hati. Cacing ini dapat merusak sel-sel hati dan dapat menyebabkan kematian. c. Cestoda (cacing pita ) Semua cacing pita tidak memiliki alat pencernaan, karena sari-sari makanan dapat langsung diserap melalui seluruh permukaan tubuhnya. Tubuhnya beruas-ruas atau biasa disebut sebagai proglotid,di mana setiap proglotid mengandung alat reproduksi, ekskresi, dan mampu menyerap sari makanan dari inangnya. Karena itulah tiap proglotid dapat dianggap sebagai koloni individu. Contoh dari cacing ini adalah Taenia saginata dan Taenia solium. Cacing Taenia solium merupakan cacing parasit yang dewasa pada manusia dengan hospes antara adalah babi. Berbeda dengan cacing Taenia saginata, cacing ini pada kepala (skoleks) terdapat alat pengisap dan kait dari kitin atau disebut sebagai rostelum. Taenia saginatasecara sepintas mirip dengan Taenia solium, hanya saja perbedaannya ada pada ukuran tubuhnya yang lebih panjang, pada kepalanya tidak memiliki rostelum dan hospes antaranya adalah sapi. Daur hidup cacing Taenia sp Proglotid dewasa yang telah menghasilkan telur keluar bersama feses, kemudian telur tersebut akan menetas menjadi onkosfer. Bila larva tersebut tertelan (sapi atau babi) maka larva tersebut akan berada dalam usus dan berkembang menjadi heksakan. Larva tersebut kemudian akan menembus dinding usus dan ikut bersama aliran darah dan masuk ke dalam otot atau daging. Di dalam otot atau daging (sapi atau babi) tersebut, larva akan berkembang lagi menjadi bentuk gelembung atau sistiserkus. Ketika seseorang mengonsumsi daging babi atau sapi yang di dalamnya ada larva tersebut, larva tadi akan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan dan akan menetas menjadi cacing dewasa dalam usus manusia. Nemathelminthes 1. Ciri-ciri Nemathelminthes  Tubuh tak beruas.  Bentuk gilig (bulat panjang).  Alat pencernaan sempurna (sudah memiliki mulut dan anus).  Belum punya alat respirasi (pertukaran gas berlangsung difusi). 2. Struktur Tubuh Nemathelminthes Hewan ini memiliki susunan triploblastik pseudoselomata. Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan lilin atau kutikula. Rongga yang terdapat pada tubuhnya merupakan rongga semu atau tidak sejati (pseudoselomata). Cacing ini memiliki simetri tubuh bilateral. Cacing ini bersifat dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina. Nemathelminthes memiliki sistem pencernaan yang sempurna, saluran pencernaan memanjang dari mulut sampai ke anus. Cacing ini belum memiliki sistem peredaran darah. Contoh-contoh cacing Nemathelminthes, antara lain:

a. Ascaris lumbricoides Untuk membedakan antara cacing jantan dan betina , biasanya tubuh cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina dan bagian posterior cacing jantan bengkok. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses. Apabila telur yang telah dibuahi tadi tertelan oleh manusia, di dalam usus telur tadi akan menetas dan menembus dinding usus, ikut bersama aliran darah. Larva yang ikut aliran darah akan menuju jantung lalu ke paru-paru dan seterusnya akan ke kerongkongan. Apabila larva yang berada di kerongkongan tadi tertelan lagi akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus halus manusia. b.Wuchereria bancrofti Cacing ini dapat menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis). Penularannya melalui gigitan nyamuk Culex. Cacing ini hidup dalam saluran limfe (getah bening) yang ada di kaki. Karena pembuluh getah bening yang ada di kaki tersumbat maka kaki penderita akan membesar seperti kaki gajah atau elephantiasis c.Ancylostoma duodenale Cacing ini disebut juga sebagai cacing tambang. Disebut cacing tambang karena pada awalnya hanya ada pada daerah pertambangan. Larva cacing ini dapat masuk melalui pori-pori kulit kaki. Larva tadi akan ikut menuju jantung dan dewasa di usus halus manusia. Cacing ini dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat antipembeku darah). Orang yang terkena cacing ini dapat terkena anemia. d. Enterobius vermicularis Cacing ini biasa dikenal juga sebagai cacing kremi, hidup dalam usus manusia. Ketika cacing ini akan bertelur, mereka bergerak menuju anus dan bertelur di sana. Pada telur yang ditinggalkan itu juga terdapat semacam lendir yang menyebabkan rasa gatal pada daerah anus penderita. Karena rasa gatal tersebut mengakibatkan penderita akan menggaruknya, sehingga terjadi penularan dengan sendiri atau autoinfeksi. Annelida 1. Ciri-ciri Annelida a. Bentuk gilig dan bersegmen. b. Tiap segmen mengandung alat pengeluaran, reproduksi, saraf. c. Tiap segmen yang sama disebut metameri. d. Sistem saraf tangga tali. e. Sistem sirkulasi terbuka (darah beredar melalui pembuluh darah yang

tidak seluruhnya terhubung). 2. Struktur Tubuh Annelida Annelida termasuk hewan yang memiliki lapisan tubuh triploblastik euselomata. Euselomata artinya sudah terdapat selom sejati, system peredaran darahnya berupa sistem sirkulasi terbuka, memiliki sistem saraf tangga tali. Tubuh hewan ini memiliki segmen dan setiap segmen tersebut (disebut metameri) memiliki sistem saraf, pencernaan, reproduksi serta memiliki sistem ekskresi. 3. Klasifikasi Annelida a. Polychaeta Poly artinya banyak dan chaeta artinya rambut, jadi pada tubuh cacing ini banyak sekali dijumpai rambut. Kulitnya dilapisi oleh kutikula, memiliki sistem saraf tangga tali dengan pusat sarafnya adalah ganglion. Cacing ini sebagian besar hidup di laut. Contoh spesies cacing ini adalah Nereis virens, Eunice viridis (cacing wawo), dan Lysidice oele (cacing palolo). Cacing wawo dan cacing palolo merupakan cacing yang enak dimakan dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Cacing ini banyak dijumpai di wilayah perairan kepulauan Maluku serta Fiji negara Jepang. b. Olygochaeta Cacing ini memiliki chaeta atau rambut yang jumlahnya sedikit. Cacing ini banyak hidup di darat ataupun perairan tawar. Bersifat hermafrodit, sehingga di dalam tubuhnya dapat dijumpai ovarium dan testis. Pada beberapa segmen tubuh cacing ini epidermisnya mengalami penebalan, disebut klitellum. Pada waktu reproduksi pada bagian klitellum akan mengeluarkan kokon. Kokon inilah yang nantinya akan menetas menjadi individu baru. Respirasi dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. Contoh: cacing tanah (Pheretima,Lumbricus terrestris). c. Hirudinea Cacing ini termasuk cacing pengisap darah. Adapun yang termasuk dalam kelas ini adalah bangsa lintah. Contohnya adalah lintah (Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa javanica). Lintah biasanya hidup di daerah yang lembap, sebelum mengisap darah, lintah akan menyuntikkan zat anastesi atau bius ke dalam tubuh korbannya, sehingga ketika diisap darahnya, korban tidak merasa sakit. Lintah juga dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat anti pembeku darah), yang disebut hirudin. Adanya zat antikoagulan tersebut menyebabkan darah korban yang diisap tidak akan membeku. Lintah memiliki dua alat pengisap yang terletak di bagian anterior dan posterior. Untuk dapat mencegah agar kita tidak digigit atau ketika kita sedang digigit adalah dengan memberikan air tembakau atau garam, dapat pula tubuh diolesi dengan balsem atau minyak kayu putih.

http://ilhamishak.wordpress.com/2011/05/12/makalah-vermes/
1. Ciri-ciri Morfologi

Ciri-ciri morfologinya yaitu :

y y y y

tubuhnya berbentuk pipih, tidak bersegmen, bersimetri bilateral, dan tidak memiliki leher. Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm. Belum memiliki anus Belum memiliki rongga badan

1.

2.

Ciri-ciri antomi

Ciri-ciri anatominya yaitu :

y y y y y y y

y y y
1.

Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dariektoderma, mesoderma, dan endoderma. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus). Akan tetapi, ada juga platyhelminthes yang tidak memiliki saluran pencernaan. Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya. Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi). Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya. Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabangcabang melintang seperti tangga. Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara). Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium) Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh. Memiliki basil isap (sucker) 3. Cara Hidup

Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewanhewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia. 1. 4. Cara Reproduksi

Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolonghermafrodit. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi),

Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.

1.

5.

Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari Platyhelminthes antara lain sebagai berikut : 1) Turbellaria (cacing rambut getar)

platyhelm_turbellaria_dugesia Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia. Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya. Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.

2)

Trematoda (cacing isap)

platyhelm_trematoda_clonorchis Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paruparu, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara. Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut : - Opisthorchis sinensis. ( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan. - Schistosoma japonicum. Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.

-Paragonimus westermani. Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar. Daur hidup cacing hati (Fasciola hepatica) yang merupakan salah satu contoh isap keterangan: 1. Reproduksi seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada hati dan kemudian berpindah ke aliran darah ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja. 2. 3. 4. 5. Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di tempat basah. Mirasidium menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau siput air. Mirasidium berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang perantara (siput air). Sporokis berkembang secara aseksual menjadi redia.

6. Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar dari tubuh siput dan menempel paa turmbuhan atau rumput air. 7. 8. 3) Serkaria membentuk cacing muda atau metaserkaria. Metaserkaria termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing dewasa di dalam organ hati. Cestoda (cacing pita)

taenia_pisiformis Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium. 1. 6. Peranan platyhelminthes

Secara umum, peranan anggota platyhelminthes kurang menguntungkan manusia karena sebagian besar merupakan parasit pada manusia dan hewan, terutama angota kelas Trematoda dan Cestoda. Namun dalam ekosistem Platyhelminthes berperan sebagai panyusun rantai dan jarring-jaring makanan, yaitu sebagai konsumen.cacing pita merupakan parasit yang hidup di dalam usus inang, cacing pita tidak memiliki mulut ataupun saluran pencernaan. Cacing pita merupakan hewan hermafrodit karena dalam setiap praglotidnya terdapat ovary dan testis. Proglotid-proglotid yang telah masak, yaitu yang sudah mengandung telur-telur berisi embrio, akan

melepaskan diri dari tubuh induknya dan keluar dari tubuh inang bersama feses. Beberapa spesiesPlatyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkanskistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan perkembanganbiakan cacingSchistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah manusia. Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnyaScutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut. 1. B. NEMATHELMINTES

Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos yang berarti benang, danHelminthes yang berarti cacing. Jadi pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig jadi biasanya cacing ini biasa disebut cacing gilig karena bentuk tubuhnya bulat panjang, tidak memiliki ruas-ruas, dan tertutup kutikula. Cacing gilig digolongkan pada hewantriploblastika pseudoselemata karena dinding tubuhnya berlapis tiga, tetapi mempunyai rongga tubuh semu. Alat-alat tubuhnya lebih maju daripada hewan terdahulu. Sebagai contoh, alat pencernaannya lebih sempurna. Tempat hidupnya tersebar dimana-mana, ada yang hidup parasit pada manusia, hewan maupun tumbuhan dan ada yang hidup bebas. 1. 1. Ciri-ciri Morfologi

y y y y
1.

Tubuh berbentuk gilig atau seperti batang dan tidak bersegmen, mempunyai selom semu (pseudoselomata), tripoblastik. Permukaan tubuh dilapisi kutikula sehingga tampak mengkilat. Cacing betina lebih besar daripada cacing jantan. Reproduksi denga seksual. alat pencernaan hewan atau jaringan lain. 2. Ciri-ciri antomi

y y y y

y y y y

Saluran pencernaan sempurna mulai dari mulut sampai anus. Beberapa jenis diantaranya memiliki kait. Sistem respirasi melalui permukaan tubuh secara difusi. Saluran peredaran darah tidak ada, tetapi cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya menyerupai darah. Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan yang jantan mempunyai ujung berkait. Gonad berhubungan dengan saluran alat kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak berkembangbiak secara aseksual tubuh tidak bersegmen dan tertutup kuticula. Merupakan hewan triploblastik pseudoselomata Saluran pencernakan mulai dari mulut sampai anus. Sistem saraf berupa cincin saraf yang mengelilingi esopagus yang dihubungkan enam serabut saraf kebagian anterior dan posterior

1.

3.

Cara Hidup

Nemathelminthes hidup bebas ataupun parasit. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan dalam penguraian sampah organik. Sedangkan yang hidup secara parasit, dia mengambil makanan dari sari

makanan atau darah inangnya. Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek di dasar perairan tawar atau laut. Sedangkan Nemathelminthes yang hidup parasit hidup di dalam tubuh makhluk hidup. Hampir seluruh hewan merupakan habitan bagi Nemathelminthes.

1.

4. Cara Reproduksi Nemathelminthes melakukan reproduksi secara seksual yang bersifat gonokoris. Gonokoris yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah di individu yang berbeda. Proses pembuahan (fertilisasi) terjadi secara internal. Fertilisasi dapat menghasilkan lebih dari seratus ribu telur per hari. Telur dapat membentuk kista. Kista ini dapat bertahan hidup di tempat yang tidak menguntungkan.

1.

5.

Klasifikasi

Phylum Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas yaitu: 1. 2. Nematoda Nematophora.

Kelompok nematoda yang merugikan manusia. 1. 2. 3. 4. Ascaris lumbricoides (cacing perut) Necator americanus (cacing tambang) Oxyrus vemicularis (cacing kremi) Wuchereria bancrofti (cacing rambut).

a. Ascaris lumbricoides Untuk membedakan antara cacing jantan dan betina , biasanya tubuh cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina dan bagian posterior cacing jantan bengkok. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses. Apabila telur yang telah dibuahi tadi tertelan oleh manusia, di dalam usus telur tadi akan menetas dan menembus dinding usus, ikut bersama aliran darah. Larva yang ikut aliran darah akan menuju jantung lalu ke paruparu dan seterusnya akan ke kerongkongan. Apabila larva yang berada di kerongkongan tadi tertelanZlagi akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus halus manusia. b. Wuchereria bancrofti Cacing ini dapat menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis). Penularannya melalui gigitan nyamuk Culex. Cacing ini hidup dalam saluran limfe (getah bening) yang ada di kaki. Karena pembuluh getah bening yang ada di kaki tersumbat maka kaki penderita akan membesar seperti kaki gajah atau elephantiasis. c. Ancylostoma duodenale Cacing ini disebut juga sebagai cacing tambang. Disebut cacing tambang karena pada awalnya hanya ada pada daerah pertambangan. Larva cacing ini dapat masuk melalui pori-pori kulit kaki. Larva tadi akan ikut menuju jantung dan dewasa di usus halus manusia. Cacing ini dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat antipembeku darah). Orang yang terkena cacing ini dapat terkena anemia.

d. Enterobius vermicularis Cacing ini biasa dikenal juga sebagai cacing kremi, hidup dalam usus manusia. Ketika cacing ini akan bertelur, mereka bergerak menuju anus dan bertelur di sana. Pada telur yang ditinggalkan itu juga terdapat semacam lendir yang menyebabkan rasa gatal pada daerah anus penderita. Karena rasa gatal tersebut mengakibatkan penderita akan menggaruknya, sehingga terjadi penularan dengan sendiri atau autoinfeksi.

1.

6.

Peranan Nematelminthes

y y y

Menyuburkan tanah, karena membantu menghancurkan tanah dan membantu aerasi tanah misal cacing palolo. Sebagai makanan, misal cacing palolo dan cacing wawo Menghasilkan zat hirudin atau zat antikoagulan atau zat anti pembekuan darah, misalnya lintah.

1.

C.

Annelida

Annelida (Yunani,annelus=cincin) dapat diartikan sebagai cacing yang tubuhnya bersegmen- segmen menyerupai cincin atau gelang. Perbedaan utama antara Annlida dengan filum cacing lainnya adalah tubuhnya yang bersgmen- segmen. Setiap segmen menyerupai cincin atau ruas- ruas yang disebut somit. Segmentasi ini terjadi tidak hanya pada struktur luarnya, tetapi sampai ke stuktur alat dalamnya. Dinding tubuh annelida terdiri atas tiga lapisan,yaitu lapisan ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Rongga tubuh Annelida terjadi karena adanya lipatan esoderm pada masa diferensiasi embrio. Lipatan mesoderm menyebabkan ada bagian mesoderm yang melekat pada endoderm disebut lapisan splanknik. Lapisan ini membentuk dinding otot dan saluran pencernaan. Sedangkan bagian yang menempel pada ectoderm disebut lapisan somatic yang merupakan bagian dari dinding tubuh. Annelida merupakan organisme tribloblastik selomata, artinya organism yang dinding tubuh embrionya berlapis tiga dan telah mempunya rongga tubuh sesungguhnya. 1. 1. Ciri-ciri Morfologi

Tubuh bilateral simetris dan memiliki segmentasi tubuh yang jelas

y y y

Permukaan tubuh tertutup lapisan kutikula yang lembab memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin

1.

2.

Ciri-ciri antomi

y y y y y y y y

Telah memiliki rongga tubuh sesungguhnya dan di dalamnya terdpat alat-lat dalam Alat tambahan (anggota tubuh) berupa rambut kecil menyerupai batang Alat pencernaan makanan telah berkembang sempurna Alat ekskresi berupa nefridium Memiliki alat eredaran darah tertutup Pernapasan dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh System saraf berupa sepasang ganglion otak yang dihubungkan dengan tali saraf longitudinal Bersifat hermafrodit

Struktur dan fungsi tubuh Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal). Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.

1.

3.

Cara Hidup

Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap.Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.

1.

1. Cara Reproduksi Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris). 2. Klasifikasi

1.

Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea. 1) Polychaeta

Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang.

1) Eunice viridis (cacing wawo) 2) Lysidice oele (cacing palolo) 3) Nereis virens (kelabang laut)

2)

Oligochaeta (cacing-tanah)

Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak. 3) Hirudinea Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit.Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin.Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin. 1. 3. Peranan

Filum Annelida banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Beberapa jenis cacing tanah, membantu menyuburkan tanah karena dapat emnguraikan Zat sampah dan membantu aerasi di dalam tanah. Beberapa jenis polychaeta, seperti cacing wawo dan cacing palolo, merupakan sumber protein di daerah Maluku. Sedangkan, golongan hirudenia yang mampu menghasilkan Zat anti pembekuan darah, banyak digunakan untuk pengobatan.

You might also like