You are on page 1of 27

UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN Dalam bab ini akan dibahas elemen sangat penting dari pembangunan perekonomian

modern, yaitu uang dan lembaga keuangan. Juga akan dijelaskan keterkaitan perkembangan ekonomi dengan perkembangan penggunaan uang dan jasa lembaga keuangan khususnya Indonesia. 1. UANG a. Definisi dan pengertian Dari sudut pandang ekonom, uang (money) merupakan stok aset-aset yang digunakan untuk transaksi. Uang adalah sesuatu yang diterima/ dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau transaksi. Karena itu, uang dapat berbentuk apa saja, tetapi tidak berarti segala sesuatu itu adalah uang. Misalnya kita mengenal dan menggunakan uang kertas yang digunakan sebagai alat transaksi. Tetapi tidak semua kertas adalah uang, bukan karena harga kertasnya sangat murah, melainkan karena tidak

diterima/dipercaya oleh masyarakat umum sebagai alat pembayaran. Kita pernah mendengar pada jaman dahulu ada uang logam yang terbuat dari emas. Uang dinar (emas) di Timur Tengah pada masa lampau merupakan uang yang tinggi nilainya. Di zaman modern ini, walaupun harga emas tetap masih tinggi, uang logam emas tidak lagi digunakan sebagai alat transaksi, karena kedudukannya telah digantikan oleh bentuk-bentuk uang lain. 1) Uang Flat (Flat Money atau Token Money)

Uang flat adalah komoditas yang diterima sebagai uang, namun nilai nominalnya jauh lebih besar dari nilai komoditas itu sendiri (nilai intrinsiknya atau intrinsic value-nya). Contoh paling mudah adalah uang kertas Rp. 100.000,00 yang anda terima. Milai nominal uang kertas tersebut jauh lebih tunggi dari nilai kertasnya. Tetapi mengapa masyarakat menerima bahwa selembar kertas yang nilainya tidak seberapa itu dapat digunakan untuk berbelanja senilai Rp 100.000,00,Karena pemerintah telah menetapkannya berdasarkan keputusan resmi, sehingga masyarakat menjadi percaya. 2) Uang komoditas (Comodity Money) Uang komoditas (Comodity Money) adalah uang yang nilainya sebesar itu sendiri. Contohnya, pada masa lalu nilai sekeping uang perunggu adalah lebih kecil dari nilai satu keping uang perak, tetapi satu satu keping uang perak nilainya lebih kecil dari nilai satu keping uang emas, sebab nilai perunggu lebih murah dari perak, sedangkan nilai perak lebih murah dari emas. 3) Uang Hampir Likuid Sempurna (Near Money) Salah satu syarat suatu aset untuk dapat digunakan sebagai uang adalah likuiditasnya. Uang fiat dan uang komoditas adalah uang yang likuid sempurna, sehingga untuk dapat digunakan tidak perlu ditukarkan atau dicairkan terlebih dahulu. Selain kedua jenis uang tersebut, ada juga aset finansial yang berfungsi sebagai uang namun untuk menggunakannya harus ditukarkan/dicairkan terlebih dahulu.

Misalnya, uang dalam bentuk cek (demand deposit) dapat diterima sebagai alat pembayaran . namun tidak semua pelaku kegiatan ekonomi mau menerimanya. Bukan karena tidak percaya, tetapi nila ingin digunakan harus ditukarkan ke dalam bentuk uang kertas atau uang logam. Karena itu, walaupun dapat digunakan sebagai uang, cek bukanlah substitusi sempurna bagi uang kertas/logam. b. Fungsi Uang Uang memiliki empat fungsi penting yaitu sebagai satuan hitung (unit of account), alt transaksi/pembayaran (medium of exchange), penyimpan nilai (store of value), dan standar pembayaran di masa mendatang (standard of deferred payment). 1) Satuan Hitung (unit of account) Yang dimaksud uang sebagai satuan hitung (unit of account) adalah uang dapat memberikan harga komoditas berdasarkan satu ukuran umum, sehingga syarat terpenuhinya double coincidence of wants (kehendak ganda yang selaras) tidak diperlukan lagi. Misalnya, jika harga sepotong celana jeans adalah Rp 200.000,00 dan sepasang sepatu kulit yang bergaya trendy adalah Rp 250.000,00 maka bila Dini ingi membeli keduanya, dia harus menyiapkan uang sebesar Rp450.000,00. Seandainya Dini memiliki lima ekor kambing yang harga seekornya adalah Rp 100.000,00,- dia tidak perlu membawa dua ekor ke toko celana dan dua setengah ekor ke toko sepatu. Yang Dini lakukan adalah menjual kelima kambingnya sehingga memperoleh Rp

500.000,00 kemudian Rp200.000 dipakai untuk membeli celana jeans, Rp 250.000,00 untk membeli sepatu , dan sisanya Rp 50.000,00 digunakan untuk membeli barang yang lain. 2) Alat Transaksi (Medium of Exchange) Uang juga berfungsi sebagai alat transaksi . telah dikatakan, untuk dapat berfungsi sebagai alat tukar, uang harus diterima /mendapat jaminan kepercayaan. Dalam perekonomian modern ini, jaminan kepercayaan itu diberikan oleh pemerintah berdasarkan undangundang atau keputusan yang berkekuatan hukum. Dengan fungsinya sebagai alat transaksi, uang amat mempermudah dan mempercepat kegiatan pertukaran dalam perekonomian modern. 3) Penyimpan Nilai (Store of Value) Fungsi uang sebagai penyimpan nilai dikaitkan denga kemampuan uang menyimpan hasil transaksi atau pemberian yang meningkatka daya beli, sehingga semua transaksi tidak perlu dihabiskan saat itu juga. Misalnya Maya adalah peternak ayam. Bulan lalu Maya menjual 1.000 ekor ayamnya dengan nilai Rp 20 juta. Karena uang memiliki fungsi penyimpan nilai, Maya dapat menyimpan Uang hasil penjualan ayamnya untuk digunakan di masa yang akan datang. 4) Standar Pembayaran di Masa Mendatang (Standard of Deferred Payment) Banyak sekali kegiatan ekonomi yang balas jasanya tidak diberikan saat itu juga. Para pegawai umumnya setelah bekerja sebulan penuh

baru mendapat gaji. Contoh lain adalah transaksi utang piutang mungkin baru dapat diselesaikan tuntas dalam tempo belasan tahun. Pembayaran untuk masa mendatang tersebut dimungkinkan karena uang memiliki fungsi standard pembayaran di masa mendatang. Dengan fungsi tersebut berapa balas jasa atau pembayaran di masa mendatang menjadi lebih mudah dihitung karena diukur dengan daya beli (purchasing power), dibanding bila diukur dengan nilai komoditas tertentu. c. Permintaan Uang Teori yang menjelaskan mengenai permintaan uang dapat dibedakan menjadi Teori Klasik dan Teori Keynesian. 1) Teori permintaan uang klasik Menurut pandangan ekonom klasik, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar. Karenanya jumlah uang yang diminta berbanding proporsiopnal dengan tingkat output atau pendapatan. Bila tingkat output meningkat, maka permintaan uang meningkat, begitu juga sebaliknya. Jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat bukanlah semata-mata nilai nominalnya, tetapi juga daya belinya, yaitu nilai nominal

dibandingkan dengan tingkat harga (real money balances). (M/P)d = k.Y ...........................................................................(17.1) dimana : (M/P)d = permintaan uang riil M = nilai nominal uang

P Y K

= tingkat harga = pendapatan atau output = proporsi permintaan uang terhadap pendapatan atau output

Karena hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral (money neutrality), dalam arti uang hanya memengaruhi tingakat harga. Pendapatan tersebut dinyatakan dalam persamaan kuantitas uang Klasik (Classical quantity of money), dikemukakan oleh Irving Fisher. M x V = P x T.........................................................................(17.2) Atau MV = PT Dimana : M = jumlah uang beredar V = velositas uang P = tingkat harga umum T = jumlah unit transaksi Dengan demikian : Jumlah Uang x Velositas Uang = Harga x Transaksi Velositas uang merupakan konsep yang menunjukan berapa kali dalam setahun uang berputar di dalam sebuah perekonomian. Dalam jangka pendek, kecepatan uang dianggap tetap.

Misalnya, dalam sebuah perekonomian yang hanya memproduksi mobil, dalam setahun duhasilkan 10.000 unit mobil. Harga per unit mobil adalah Rp60 juta, sedangakan velositas uang adalah 12 kali setahun, maka jumlah uang yang dibutuhkan adalah : M x 12 = 10.000 x Rp60 juta M = (10.000 X Rp 60 juta) / 12 = Rp 50.000 juta atau Rp 50 miliar. Bila produksi mobil meningkat menjadi 12.000 unit (naik 20%), ceteris paribus, maka jumlah uang yang dibutuhkan meningkat 20%. M = (12.000 x Rp60 juta( / 12 = 60 miliar, atau terjadi M sebesar 20%. Kesulitan dari model diatas adalah pengukuran unit transaksi (T) yang memungkinkan terjadinya penghhitungan ganda. Sebab dalam dunia nyata, output dihasilkan amat beragam. Untuk mengurangi kesulitan tersebut, maka nilai untuk T yang digunakan adalah nilai output riil (PDB riil). MxV=PxT jumlah uang x Velositas = Harga x PDB riil karena fungsi uang semata-mata sebagai alat transaksi, sedangkan vesolitas diasumsikan tetap, maka : (M/P)d = kY k, yang merupakan proporsi kebutuhan uang terhadap pendapatan, besarnya adalah 1/V. 2) Teori permintaan uang Keynesian

Menurut teori Keynes ada tiga motivasi orang memegang uang, yaitu untuk transaksi (transaction motive), berjaga-jaga (precautionary motive), dan memperoleh keuntungan (speculation motive). a) Motivasi transaksi (transaction motive) Permintaan uang untuk transaksi dalam teori Keynes adalah sama dengan permintaan uang dalam teori Klasik. Masyarakat memegang uang (holding money) dalam rangka mempermudah kegiatan transaksi sehari-hari. Permintaan uang untuk transaksi berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Bila pendapatan meningkat, maka kebutuhan uang untuk transaksi meningkat. b) Motivasi berjaga-jaga (Precautionary Motive) Hal lain yang juga memotivasi orang yang memegang uang adalah persiapan untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan dan atau tak terduga, misalnya sakit atau mengalami kecelakaan. Permintaan uang untuk berjaga-jaga juga berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Jika pendapatan meningkat,

permintaan uang untuk berjaga-jaga juga meningkat. Karena permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga berhubungan searah dengan tingkat pendapatan, maka

hubungannya dapat diekspresikan sebagai berikut : Mt = f(y)........................................................................... (17.3) Dimana : Mt = permintaan uang untuk trasnsaksi

Y = pendapatan  c) Motivasi Spekulasi (Mendapatkan Keuntungan) (Speculation Motive) Konsekuensi dari fungsinya sebagai penyimpan nilai (store of value), uang dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan. Motivasi menyimpan uang untuk memperoleh keuntungan disebut sebagai motivasi spekulasi (speculation

motive). Keynes mengembangkan teori ini berdasarkan asumsi bahwa uang adalah salah satu dari dua asset finansial yang dapat dimiliki masyarakat. Asset yang lainnya adalah obligasi (bond), yaitu surat utang yang disertai janji memberikan pendapatan bunga. Jenis obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol bond) dan tidak memiliki risiko gagal ditagih (default).

d.

Jumlah Uang Beredar Yang dimaksud dengan jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral. M1 = C+D........................................................................................... (17.6) dimana: M1 = jumlah uang beredar dalam arti sempit

C = uang kartal (currency) = uang kertas + uang logam D = uang giral atau cek (demand deposit ) Uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1 ditambah deposito berjangka (time deposit) M2 = M1 + TD................................................................................................. (172) di mana: M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas TD = deposito berjangka (time deposit) Secara teknis, yang dihitung sebagai uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank (bank umum dan bank sentral), serta uang kertas dan logam (uang kartal) milik pemerantah tidak dihitung sebagai uang beredar. Perkembangan uang beredar mencerminkan atau seiring dengan

oerkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh dan berkembang jumlah uang juga bertambah, sedang komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi pengggunaan uang kartal (kertas dan logam) makin sedikit, digantikan uang giral atau near money. Biasanya juga bila perekonomian makin eningkat, komposisi M1 dalam peredaranuang makin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar. Gejala tersebut diatas juga terjadai di Indonesia,terlihat dari pertambahan uang beredar dan perubahan kompisisinya. Seperti tampak pada tabel 17.1

10

Jumlah uang beredar di Indonesia Dengan menggunakan tabel 17.1, kita membuat analisis sederhjana tentang hubungan perkembangan outoput dan jumlah uang beredar dalam perekonomian Indonesia. Yang pertama ingin dilihat adalah adanya gerakan searah antara pertumbuhan output dan jumlah uang beredar. Bila PDB dianggap memberikan gambaran tentang kegiatan ekonomi, maka terlihat bila perkonomian membesar, jumlah uang beredar juga meningkat. Di tahun 1979 nilai PDB atas harga berlaku (PDB Nominal atau PDBN) adalah Rp3.349 miliar, sedangkan jumlah uang beredar dalam arti sempit (Mi) Rp241 miliar dan jumlah uang beredar dalam arti luas (Mz) Rp321 miliar. Di tahun 1995 PDBN meningkat 135 kali lipat menjadi Rp452.281, M1 meningkat 195 kali lipat menjadi Rp47.135, sedangkan M2 rneningkat 680 kali lipat menjadi Rp218.392 miliar. Selama 1970-1995 PDBN bertumbuh rata-rata 22% per tahun, sedangkan pertumbuhan PDB riil (pertumbuhan ekonomi) berdasarkan harga konstan 1990 sekitar 7% per tahun. Dengan demikian inflasi selama 1970-1995 mencapai rata rata 15% per tahun. Ditinjau dari sisi pandang ilmu ekonomi, salah satu penyebab tingginya inflasi periode 1970-1995 adalah tingginya pertambahan jumlah uang beredar (M1 ), yang mencapai sekitar 24% per tahun. Komposisi jumlah uang beredar dalam arti luas (M2 ) mengalami perubahan di tahun 1984. Sampai tahun 1984 jumlah beredar (M2 ) didominasi uang kartal dan giral. Misalnya di tahun 1970 uang kartal dan giral atau M, adalah 75% dan jumlah uang beredar sedangkan tahun 1980 porsi M1 65% dad M2.

11

Barulah di tahun komposisi uang beredar hampir berimbang, yaitu 52% adalah M1 48% adalah deposito berjangka (TD). Di tahun 1983 pemerintah melakukan liberalisasi perbankan, di mana bank-bank diberi keleluasaan menentukan tingkat bunga untuk menanik dana dan masyarakat. Liberalisasi ini melambangkan tingkat bunga deposito dan hanya 6% per tahun menjadi 18% per tahun. Tingginya tingkat bunga deposito menjadi daya tarik bagi para pemilik uang untuk menyimpan uang di bank. Jumlah deposito berjangka meningkat terus, sehingga sejak tahun 1984 deposito berjangka mendominasi jumlah uang beredar (56% M2). Di tahun 1995 deposito berjangka merupakan 78% M2. Pada periode kriisis (1999) deposito berjangka merupakan 83% M2. Yang menarik diamati selama peniode krisis adalah jumlah uang beredar bertambah sangat cepat dan Rp 47.135 miliar (Mz) di tahun 1995 (sebelum krisis ekonomi), menjadi Rp124.663 miliar di tahun 1999 atau bertumbuh 28% per tahun. Padahal di tahun 1999 nilai PDB riil menurun jauh, sehingga hanya sebesar PDB riil 1994. Bahkan bila dibandingkan dengan M2 yang di tahun 1999 jumlahnya Rp646.205 miliar. Pada saat itu nilai PDB rill 1999 berdasarkan harga konstan 1993 adalah Rp378.000 miliar. Bila PDB riil menggambarkan jumlah unit output yang tersedia, maka di tahun 1999 jumlah uang beredar jauh lebih banyak dari unit output. Sementara itu velositas uang (PDBN/M1) selama periode 1970 1995 umumnnya relatif stabil, yaitu berkisar antara 9 10 kali pertahun. Tetapi rasio

12

PDBN/M2 terus mengalami penurunan, bahkan memasuki 1990-an rasionya hanya di sekitar angka dua. Hal besarya porsi deposito berjangka dalam M2

e. Proses Penciptaan uang Proses penciptaan uang terjadi di dalam sistem perbankan, di mana bank yang pertama kali memperoleh deposito akan menyalurkannya kepada bank berikutnya (bank kedua) sebagai pinjaman. Bank kedua akan menyalurkan pinjaman yang diperolehnya dari bank pentama kepada bank ketiga. Begitu seterusnya hingga jumlah tak terhingga. Besarnya deposito yang dapat diubah menjadi pinjaman tengantung dari ketentuan besarya giro wajib minimum, disingkat GWM (reserve requipment ratio, disingkat RRR). Jika ketentuan giro wajib minimumnya (GWM atau RRR) 10%, maka dari setiap 10 unit deposito yang diterima bank, hanya 90%-nya yang boleh disalurkan sebagai pinjaman. Bila RRR 20%, maka hanya 80% dan deposito yang dapat disalurkan sebagai pinjaman. Dengan segera terlihat bila ketentuan pensentase RRR makin rendah, daya ekspansi kredit perbankan makin besar. Dalam contoh tentang proses penciptaan uang, nilai cr = 0 dan rr = 0,2, sehingga besamya angka multiplier uang adalah: M= = =5

13

Dengan demikian penambahan uang primer sebesar 1.000 menambah jumlah uang beredar sebesar 5.000.

2. Lembaga Keuangan Lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan. Porsi terbesar asetnya merupakan aset finansial. Fungsi utama lembaga keuangan adalah sebagai perantara pihak-pihak yang membutuhkan uang modal (pemakai dana) dengan pihak-pihak yang memilikinya (pemilik dana). Jika uang dapat dianalogikan sebagai darah yang dibutuhkan untuk kehidupan ekonomi, maka lembaga keuangan adalah jantungnya. Sebab melalui lembaga keuanganlah uang yang ada dalam perekonomian dihimpun dan dialirkan ke sektor-sektor kegiatan yang membutuhkan. Tanpa adanya lembaga keuangan, tidak mungkin mengharapkan alokasi sumber daya keuangan yang efisien, karena pasar uang modal tidak dapat bekerja efisien. Dan penjelasan di atas, lembaga keuangan mempunyai fungsi dan peranan penting untuk memngkatkan efisiensi pasar uang modal. Lewat upaya lembaga-lembaga keuangan, kekuatan penawaran dan permintaan uang dipertemukan. a. Lembaga Keuangan Perbankan (Banking Financial Institution). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7/1992 (sebagaimana diubah dengan UU No. 10/1998) tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dan masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

14

lainnya. Selanjutnya undang-undang tersebut mengklasifikasikan bank menjadi dua kelompok, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). 1) Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Kegiatan usaha bank umum antara lain adalah: a) menghimpun dana dan masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b) memberikan kredit ; c) menerbitkan surat pengakuan utang; d) membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; dan kegiatan-kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh bank umum adalah: a) melakukan penyertaan modal, kecuali dalam hal tertentu seperti yarg diatur dalam undang-undang; b) melakukan usaha perasuransian; dan c) melakukan usaha lain seperti yang diatur undang-undang. 2) Bank Perkreditan Rakyat

15

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Jadi BPR adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kegiatan-kegiatan usaha yang diperbolehkan dilakukan oleh BPR menurut undang-undang adalah: a) menghimpun dana dan masyarakat dalam bentuk simpanan; b) memberikan kedit; c) menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip hasil; dan d) menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito dan atau, tabungan pada bank lain. Kegiatan usaha yang tidak diperkenankan dilakukan oleh BPR di antaranya adalah: a) menerima simpanan dalam bentuk giro; b) melakukan penyertaan modal; c) melakukan usaha perasuransian; dan d) melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha tersebut di atas. b. Bank Sentral (Central Bank) Fungsi utama paling mendasar dari sebuah bank sentral suatu negara adalah mengatur jumlah uang beredar dalam perekonomian (to manage nations money bagi

16

supply). Tetapi dalam praktiknya, bank sentral menjalankan banyak fungsi mulai dari penanganan penyelesaian giro (clearing and collecting check) sampai kepada pemberian izin, pembinaan, dan pengawasan perbankan. Bertambah besarnya fungsi-fungsi bank sentral memang sulit dihindari, karena dunia nyata tidaklah seideal yang dibayangkan. Aspek politis dan historis sangat mewarnai dan memengaruhi perkembangan perbankan di setiap negara. Bahkan di negara-negara kapitalis yang mengandalkan mekanisme pasar, perluasan fungsi bank sentral tak terhindari. Secara umum ada beberapa fungsi utama bank sentral dalam dunia nyata: 1) Agen fiskal pemerintah (Fiscal agent of government) Di mana bank sentral berfungsi sebagai penasihat dan, memberi bantuan untuk mengelola berbagai masalah/transaksi keuangan pemerintah. Misalnya memberi pinjaman kepada pemerintah dan menyimpan aset-aset finansial milik pemerintah. 2) Banknya bank (banker of bank) Bank sentral memberi bantuan kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Fungsi ini juga dikenal sebagai leader of last resort. 3) Menentukan kebijakan moneter (Monetary policy maker) Dalam hal ini terutama adalah pengendalian jumlah uang beredar sebagai bagian dari kebijakan ekonomi yang bertujuan mengarahkan kondisi makroekonomi ke arah yang lebih baik dan atau diinginkan. Selain tiga fungsi utama tersebut, umumnnya bank sentral juga melaksanakan beberapa fungsi di bawah ini.

17

4) Pengawasan,

evaluasi, dan pembinaan perbankan (Super Vision,

examination, and regulation of members bank) Salah satu alasan yang mendasari pentingnya fungsi ini adalah karena ketidaksempurnaan pasar (industni perbankan). Hal ini akan menimbulkan eksternalitas yang merugikan (diseconomies externalities) dan penyebab kegagalan pasar, yang sangat mengganggu stabilitas perekonomian. Walaupun harus diakui bahwa industri perbankan menghasilkan

eksternalitas yang menguntungkan (economies externalities). Melalui fungsi ini bank sentral akan meminimumkan eksternalitas merugikan dan memaksimumkan eksternalitas menguntungkan dan industrii perbankan. 5) Penanganan Transaksi Giro ( The Clearing and collection of checks) Dengan fungsi ini bank sentral mengefisienkan kegiatan-kegiatan transaksi yang menggunakan alat pembayaran gino, sebab transaksi tersebut terjadi dalam jumlah yang besar, antarbank, antarwilayah, dan antarnegara. Tanpa bantuan bank sentral, bank-bank secara individu tidak dapat

menyelesaikan transaksi-transaksi tersebut. 6) Riset-riset ekonomi (Economic research) Riset-niset ekonomi yang dilakukan bank sentral terutama adalah yang berkaitan dengan masalah-masalah dan perkembangan sektor moneter. Riset-riset ini dibutuhkan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan ekonomi, khususnya kebijakan moneter.

18

b. Bank Indonesia Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral negara Republik Indonesia. Didirikan pada tahun 1953 dengan mengubah status De Javasche Bank N.V. (yang dinasionalisasi di tahun 1951) menjadi bank sentral Indonesia. Dasar hukum pendirian BI adalah Undang-Undang Nomor 11/1953. Sama halnya dengan bank sentral di negara-negara lainnya, BI mengalami perubahan kedudukan dan fungsi pokoknya, yang merupakan konsekuensi dan perkembangan sejarah, politik dan ekonomi di Indonesia. Dilihat dari perubahan undang-undangnya, sejak 1953 BI telah mengalami dua kali perubahan kedudukan dan fungsi pokok. Perubahan pertama dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13/1968, sedangkan perubahan kedua berdasarkan Undang-Undang Nomor 23/1999. Perubahanperubahan tersebut diringkas dalam tabel berikut. 1) Kepemimpinan dan Kewenangan Bank Indonesia Berdasarkan UU No. 23/1999 (Pasal 41), Gubernur dan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia diusulkan dan diangkat oleh Presiden atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan ketentuan ini Presiden tidak lagi mempunyai kemampuan intervensi terhiadap kepemimpinan dan kewenangan BI. Pada masa sebelumya struktur kepemimpinan bank sentrl lebih kompleks dengan wewenang yang relatif luas. Misalnya berdasarkan .UU No. 11 / 1953, yang memutuskan kebijakan moneter adalah Dewan Moneter, sedangkan pelaksanaanya adalah Dewan Direksi. Berdasarkan

19

UU No. 13/1968. yang memutuskan kebijakan moneter adalah pemerintah, pelakananya adalah Dewan Direksi. Sedangkan berdasarkan UU No. 23/199, Bank Indonesia memutuskan dan melaksanakan kebijakan moneter (Pasal 8 dan 10). 2) Hubungan Keuangan Dengan Pemerintah Berdasarkan UU No. 23/1999, Bank Indonesia tidak diizinkan memberikan pinjaman kepada pemerintah demi menjaga independensinya (Pasal 56). Ketentuan inl berbeda dengan ketentuan Undang-Undang sebelumnya di mana BI boleh memberikan pinjaman kepada pemerintah Pasal 62 UU No. 23/1999 menyatakan bahwa BI wajib membagi hasil kegiatan ditetapkan c. Lembaga Keuangan Bukan Perbankan (Non Banking Financial Institution) Sebagai lembaga keuangan yang tidak diizinkan menghimpun dana dalam bentuk tabungan, maka kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan LKBB yang umumnya terdapat di dalam suatu perekonomian adalah perusahaan asuransi, lembaga dana pensiun, perusahaan inventasi, perusahaan usahanya kepada pemerintah berdasarkan pembagian yang

pembiayaan dan pegadaian 1) Perusahan Asuransi Produk jasa yang ditawarkan perusahaan asuransi adalah perlindungan finansial untuk menghadapi berbagai hal yang kurang menguntungkan, misalnya kecelakaan, sakit keras bahkan kematian. Perusahaan asuransi merupakan suumber dana jangka panjang yang amat potensial bagi sektor

20

swasta. Sebab uang yang dipegang perusahaan asuransi sangat besar, sedangkan kewajibannya baru jatuh tempo dalam jangka waktu yang sangat panjang. 2) Lembaga Dana Pensiun Lembaga ini menawarkan jasa berupa persiapan dana pensiun pegawai perusahaan swasta, jasa dana pensiun dapat memberikan ketenangan dan jaminan hari tua, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. pekerja. Lembaga dana pensiun juga merupakan sumber dana potensial bagi dunia usaha. Sebab, sama seperti perusahaan asuransi, kewajiban dana pensiun baru jatuh tempo dalam waktu yang sangat panjang, sehingga dapat menjadi sumber dana jangka panjang. 3) Perusahaan investasi Produk yang ditawarkan perusahaan investasi adalah diversifikasi (diversification). Yang dimaksud dengan diversifikasi adalah peningkatan kemampuan membeli atau memiliki berbagai jenis atau tipe aset finansial. 4) Perusahaan Pembiayaan LKBB umumnya mengumpulkan dana dan individu/organisasi dalam jumlah-jumlah kecil, kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman berskala besar. Tetapi lembaga pembiayaan melakukan hal yang sebaliknya, karena meminjam dalam bentuk pinjaman skala besar, kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman kecil-kecil kepada jndivdu atau unit usaha kecil.

21

Di Indonesia berdasarkan Keppres No. 61 /1988, kegiatan-kegiatan usaha yang masuk dalam lingkup perusahaan pembiayaan adalah: sewa guna (leasing), modal ventura (capital venture), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer linance), kartu kredit (credit card), dan perdagangan surat-surat berharga (securities company). Dalam

perkembangan selanjutnya, di tahun 1989 bidang usaha penjualan surat berharga dikeluarkan dari lingkup perusahaan pembiayaan. Tahun 1995, bidang usaha modal ventura menyusul dikeluarkan dan ruang lingkup perusahaan pembiayaan. 5) Pegadaian Pegadaian merupakan lembaga perkreditan herdasarkan hukum gadai. Lembaga ini awalnya berkembang di Italia yang kemudian rnenyebar ke wilayah-wilayah Eropa lainnnya. Praktik pegadaian di Indonesia dirintlis oleh orang Belanda melalui VOC. Lembaga pegadaian pada prinsipnya memberi bantuan keuangan dengan jaminan aset peminjam, yang diserahkan kepada lembaga pegadaian. Aset tersebut akan dikembalikan bila peminjam telah melunasi utang berikut bunganya. Besarnya pinjaman yang dapat diberikan sekilar 80-89% dan nilai perkiraan (nilai taksir) aset yang digadaikan. Peminjam dapat melunasi utangnya setiap saat, tanpa harus menunggu jatuh tempo. Karena prosedur peminjamannya sangat sederhana, mudah dan cepat, pegadaian di Indonesia termasuk sumber dana yang banyak diminati masyarakat, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.

22

3. Lembaga Keuangan Informal Lembaga keuangan informal adalah lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuangan namun tidak berlandaskan kekuatan hukum. Di Indonesia lembaga-lembaga ini terutama beroperasi di pedesaan atau masyarakat kelompok bawah. Umumnya prosedur dan perjanjian peminjaman amat cepat, sederhana, dan berdasarkan perjanjian lisan atau tertulis yang sederhana. Bentuk-bentuk usaha lembaga keuangan informal yang ada di Indonesia antara lain riba dan ijon. Usaha riba adalah usaha memberi pinjaman dengan mengenakan bunga yang sangat tinggi, sehingga sering disebut sebagai lintah darat atau rentenir. Praktik ijon terjadi di kalangan petani, di mana pemodal memberikan dana kepada petani, dengan syarat hasilnya nantinya harus dijual kepada pemodal. Yang menjadi persoalan dalam praktik ijon adalah seringkali harga jual hasil petani sangat rendah dibanding harga pasar yang benlaku. Di satu sisi keberadaan lembaga keuangan informal ini amat menolong, karena menjangkau kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal. Di sisi lain biaya modal yang dibebankan kepada peminjam sangat tinggi. Misalnya, jika melalui perbankan masyarakat dapat memperoleh pinjaman dengan bunga sekitar 2-3% per bulan, melalui riba beban bunga yang dipinjamkan lebih besar dan 5% per bulan. Sebenarnya ada juga lembaga keuangan informal yang tidak menjerat namun umumnya kurang ekonomis untuk digunakan sebagai sumber dana usaha,

23

yaitu lembaga arisan. Biasanya tujuan pelaksanaan arisan bukan semata-mata finansial, namun juga tujuan sosial.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Melalui Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 telah terbentuk Lembaga Penjamin Simpanana(LPS), suatu lembaga yang menjamin simpanan nasabah bank. LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta bertanggung jawab kepada presiden. dengan adanya lembaga ini maka setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk rnenjadi peserta dan membayar premi penjaminan LPS mempunyai fungsi: 1. menjamin simpanan nasabah penyimpan 2. turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya Dalam menjalankan fungsi tersebut, LPS bertugas melaksanakan

penangonan dan penyelesaian bank gagal (bank resolution) Dalam rangka melaksanakan tugas di atas, LPS mempunyai wewenang antara lain menetapkan dan memungut premi pinjaman dan kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta. Besarnya kontribusi kepesertaan setiap bank sebagai pcserta penjaminan adalah 010% (satu per seribu) dan modal sendiri (ekuitas) bank pada akhir tahun fiskol sebelumnya atau dan modal disetor bagi bank baru. Sedangkan premi untuk setiap periode ditetapkan sama untuk setiap bank yang besainya 0,10% (satu per seribu) dan rata-rata saldo bulanan total simpanan dalam

24

satu periode. LPS menjamin simpanan nasabah bank dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, di mana nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank direncanakan paling banyak Rp l00 juta. Dengan demikian, dalam hal bank dicabut izin usahanya (dibekukan), maka LPS wajib membayar klaim penjaminan kepada nasabah penyimpan. Dalam hal nasabah penyimpan pada saat yang bersamaan mempunyai kewajiban kepada bank, maka pembayaran klaim penjaminan dilakukan setelah kewajiban nasabah penyimpan kepada bank terlebih dahulu diperhitungkan. LPS ini beroperasi efektif mulai 22 September 2005. Dengan dimulainya operasi LPS ini berakibat peta pasar, peta resiko, dan aliran dana perbankan akan mengalami perubahan yang cukup signifikan; Bank-bank kecil tentu akan semakin sulit bersaing memperoleh dana masyarakat. Masyarakat akan mulai belajar menganalisis risiko bank secana cermat. Selama ini program penjaminan tersebut dilakukan oleh pemerintah yang mulai dilaksanakan 26 Januari 1998 berdasarkan Keppres No. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum. Program itu dilakukan dalam suasana kekacauan sektor keuangan dan perbankan sebagai akibat dari - dilikuidasinya 16 bank pada 1 November 1997. Pada saat itu kurs rupiah terjun bebas dalam waktu yang sangat singkat, dari Rp3.960,00 per dollar AS (desember 1997) menjadi Rp 12.900,00 per dollar AS (minggu ketiga Januari 1998). Saat itu, beberapa bank (terutama bank swasta) mengalami pelarian dana yang luar biasa sehingga mengancam likuiditasnya. Hal ini menyebabkan Bank

25

Indonesia harus menambah fasilitas Bantuan Likuiditas BI (BLBI) sebesar Rp 45,46 triliun hanya pada bulan Januari 1998 tersebut.

26

KESIMPULAN : Uang dan lembaga keuangan adalah elemen yang sangat penting dari pembangunan perekonomian modern, khususnya di Indonesia. Jika uang dapat di analogikan sebagai darah yang dibutuhkan untuk kehidupan ekonomi, maka lembaga keuangan adalah jantungnya. Sebab melalui lembaga keuangan uang yang ada dalam perekonomian dihimpun dan dialirkan ke sektor-sektor kegiatan yang membutuhkan. Tanpa adanya lembaga keuangan tidak mungkin

mengharapkan alokasi sumber daya keuangan yang efisien, karena pasar pemodal tidak dapat bekerja efisien. Lembaga keuangan mempunyai fungsi dan peranan penting untuk meningkatkan efisiensi pasar uang modal. Lewat upaya lembagalembaga keuangan, kekuatan penawaran dan permintaan uang dipertemukan.

27

You might also like