You are on page 1of 3

1

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PRESPEKTIF SYED M. NAQUIB AL ATTAS


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep islamisasi pengetahuan telah menjadi suatu yang sangat membingungkan dan sampai pada taraf tertentu tidak popular. Membingungkan karena para pendukungnya memiliki versi dan pemahaman serta cara-cara yang berbeda-beda tentangnya. Tidak populer karena ia berimpilikasi pada relativitas sains yang selama ini dianggap universal. Walaupun asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut Steve Fuller, asumsi itu keliru karena ia lahir dari kebingungan membedakan antara media dan pesan. pesannya tetap universal, tetapi medianya memerlukan daya tarik (appeal) yang lebih personal. Terlepas dari perdebatan tentang absah tidaknya konsep islamisasi pengetahuan, Al-Attas yang belajar dari kegagalan Ismail Raji Al-Faruqi dan Ziauddin Sardar dalam proyek islamisasi dari lembaga IIIT (International Institute of Islamic Thought), mampu mempropagandakan konsep islamisasi ilmu melalui proyek prestisius lembaga ISTAC-nya, yang saat ini merupakan laboratorium pemikiran Islam terbesar se-Asia Tenggara. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1. Bagaimanakah konsep pendidikan Islam menurut prespektif Syed M. Naquib Al Attas? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1.3.1. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam menurut prespektif Syed M. Naquib Al Attas? 1.4. Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini dapat dirasakan oleh beberapa pihak, diantaranya : 1.4.1. Bagi Penulis Penulisan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan penulis khususnya yang berkaitan dengan materi makalah ini yaitu tentang konsep pendidikan Islam menurut prespektif Syed M. Naquib al Attas dan Ikhwan As Shafa. 1.4.2. Bagi Pembaca Bagi pembaca, makalah ini bisa menambah wawasan, serta meningkatkan pemahaman pembaca sekalian mengenai konsep-konsep pendidikan Islam menurut prespektif Syed M. Naquib al Attas. 1.4.3. Bagi STAI Zainul Hasan Karya tulis ini akan menjadi bagian pustaka yang akan menambah koleksi perpustakaan STAI Zainul Hasan, sehingga mempermudah para mahasiswanya dalam mencari informasi dan mendapatkan referensi dalam melaksanakan studinya. 2.1. BAB II PEMBAHASAN Konsep pendidikan Islam dalam prespektif Syed M. Naquib al Attas
2.1.1. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.

2 Definisi pendidikan Islam menurut Al-Attas diperuntukan untuk manusia saja. Menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-tadib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang. Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari pengertian itu adalah, pengenalan adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan pengakuan merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka. 2.1.2. Tujuan Pendidikan Islam Al-Attas (1991: 23-24) beranggapan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan kebajikan dalam diri manusia sebagai manusia dan sebagai diri individu. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah menghasilkan manusia yang baik, yakni kehidupan materiil dan spirituilnya. Tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan pertumbuhan yang seimbang dalam diri manusia melalui training of mans spirit, intellect, rasional self, feeling and bodily sense. Training harus berjalan dalam tatanan nilai-nilai yang Islami (the Islamic system of values) yang akan menghantarkan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Tujuan ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah yang berserah diri kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya untuk merealisikan cita-cita yang terkandung dalam firman Allah SWT, Qs. Al-Anam: 162 Artinya: Katakanlah, sesungguhnya salatku dan ibadahku dan hidupku serta matiku hanya untuk Allah, Pendidikan sekalian alam.

2.1.3. Sistem Pendidikan Islam Sebagaimana konsep yang dikemukakan al-Attas, bahwa pendidikan Islam bermaksud untuk mewujudkan manusia sempurna secara universal. Dengan begitu, berarti sistem pendidikan Islam harus memahami seperangkat bagian-bagian yang terkait satu sama lain dalam sistem pendidikan. Al-Attas berpandangan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, jasmani dan ruhani, maka ilmu juga terbagi dua katagori, yaitu ilmu pemberian Allah (melalui wahyu ilahi), dan ilmu capaian (yang diperoleh melalui usaha pengamatan, pengalaman dan riset manusia). Al-Attas membuat skema yang menjelaskan kedudukan manusia dan sekaligus pengetahuan. Bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan menurut dia, adalah berian Allah (God Given) dengan mengacu pada fakultas dan indra ruhaniyah manusia. Sedangkan ilmu capaian mengacu pada tingkatan dan indra jasmaniyah. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

3 Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan Islam menurut prespektif Syed M. Naquib Al Attas adalah tentang masalah mendasar dalam pendidikan Islam selama ini adalah hilangnya nilai-nilai adab (etika) dalam arti luas. Naquib cenderung lebih memakai ta'dib daripada istilah tarbiyah maupun ta'lim. Baginya, alasan mendasar memakai istilah ta'dib adalah, karena adab berkaitan erat dengan ilmu. Ilmu tidak bisa diajarkan dan ditularkan kepada anak didik kecuali orang tersebut memiliki adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dalam pelbagai bidang. Sementara, bila dicermati lebih mendalam, jika konsep pendidikan Islam hanya terbatas pada tarbiyah atau ta'lim ini, telah dirasuki oleh pandangan hidup Barat yang melandaskan nilai-nilai dualisme, sekularisme, humanisme, dan sofisme sehingga nilai-nilai adab semakin menjadi kabur dan semakin jauh dari nilai-nilai hikmah ilahiyah. Kekaburan makna adab atau kehancuran adab itu, dalam pandangan Naquib, menjadi sebab utama dari kezaliman, kebodohan, dan kegilaan. 3.2 Saran Dari beberapa pembahasan dan kesimpulan di atas, maka hendaknya kita sebagai umat Islam dapat memahami konsep konsep pendidikan Islam sebagaimana diuraikan di atas, mampu membandingkannya, dan memilih nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya dan lebih dekat terhadap dua pokok pegangan umat Islam yaitu Al Qur'an dan Hadits. Konsep-konsep pendidikan Islam tersebut harus dapat digunakan dengan baik, sehingga dapat membangun peradaban yang lebih baik, dan menjadikan umat Islam sebagai umat yang berpengetahuan dan Agama Islam dapat menjadi rahmatan lil alamin sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur'an. DAFTAR PUSTAKA Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Islam dan Sekularisme, 1981, penerjemah Karsidjo Djojosuwarno, Pustaka, cet I, Jakarta. Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terj. H. Afandi dan Hasan Asari, Jakarta: PT Logos Publishing House, 1994. ____________, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj. Haidar Bagir, Mizan, Bandung, 1984. Wan Daud, Wan Mohd Nor, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed. M. Naquib AlAttas, terj. Hamid Fahmy dkk. Mizan, Bandung, 2002. C.A. Qadir, Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Basari, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991 Al-Syaibany, Oemar M. Al-Thoumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Alih bahasa Hasan Langgulung, Bulan Bintang, Jakarta.

You might also like