You are on page 1of 129

INSTALASI JARING DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB I PENJELASAN UMUM

1.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI


a Distribusi : Penyaluran (pembagian, pengiriman) ke beberapa tempat. a Distribusi tenaga listrik : Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat. a Jaring distribusi tenaga listrik : Instalasi listrik yang berfungsi untuk membagi atau meyalurkan energi listrik ke beberapa tempat (suatu tempat). a Pada sistem tenaga listrik, jaring distribusi merupakan sub-sistem yang langsung berhubungan dengan pelanggan. Dengan kata lain, bahwa catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui (oleh) jaring distribusi. a Ditinjau dari penggunannya/pemanfaatannya (pelanggan yang dilayani), jaring distribusi terdiri dari tegangan rendah, tegangan menengah dan tegangan tinggi. 2

1.2. RUANG LINGKUP


a a a a a a a a a a Saluran udara tegangan menengah (SUTM). Saluran kabel udara tegangan menengah (SKUTM). Saluran Kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Saluran kabel bawah air/bawah laut tegangan menengah. Gardu distribusi. Saluran udara tegangan rendah (SUTR). Saluran kabel tanah tegangan rendah (SKTR). Saluran luar pelayanan (SLP). Saluran masuk pelayanan/sambungan rumah (SMP/SR). Alat pengukur dan pembatas (APP).

1.3. SISTEMATIKA PEMBAHASAN


a Sebagaimana pada instalasi pemanfaatan tenaga listrik, maka pada instalasi jaring distribusi tenaga listrik, klasifikasi dan kualifikasi keterampilannya mengacu pada bakuan (standard) kompetensi keterampilan yang diputuskan/ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE). a Materi pelatihan/pembekalan dan materi uji lebih ditekankan pada hal-hal yang bersifat aplikasi (pelaksanaan pekerjaan di lapangan) a Secara umum yang dimaksud jaring distribusi pada pembahasan ini, adalah instalasi listrik yang dimulai dari feeder (penyulang) Gardu Induk menuju jaring tegangan menengah (JTM), gardu distribusi tegangan menengah, jaring tegangan rendah, SLP/SMP/SR dan alat pengukur dan pembatas (APP). a Pembahasannya tidak dimulai dari feeder (penyulang) menuju APP, tetapi dari APP menuju ke feeder (penyulang).

BAB II ALAT PEGUKUR DAN PEMBATAS (APP) TEGANGAN RENDAH

2.1. PENJELASAN UMUM


a APP adalah alat pengukur dan pembatas yang terdiri dari dari KWH pembatas, Meter (Meter KWH) dan Miniature Circuit Breaker (MCB). a Fungsi APP : 1. Fungsi KWH Meter, untuk mengetahui/mengukur penggunaan energi listrik yang digunakan pada instalasi pemanfaatan. 2. Fungsi MCB : a. Untuk pembatas arus listrik yang diakibatkan beban pada intalasi pemanfatan yang melebihi ketentuan. b. Untuk pemutus rangkaian listrik, yang diakibatkan beban lebih atau terjadinya arus hubung pendek. c. Untuk pengaman (proteksi). a APP adalah bagian dari sistem distribusi tenaga listrik dan merupakan perlengkapan listrik milik PLN yang ditempatkan (dititipkan) di rumah/bangunan pelanggan listrik PLN. a Beberapa fungsi lain APP : 1. Sebagai alat transaksi bisnis antara PLN dengan pelanggan listrik PLN. 2. Sebagai tempat penyambungan penghantar SMP/SR ke instalasi pemanfaatan milik pelanggan listrik PLN. 3. Menyalurkan energi listrik, melalui instalasi sirkit utama, menuju PHB utama dan seterusnya mendistribusikan ke instalasi sirkit cabang, PHB cabang sampai sirkit akhir.

2.2. KETENTUAN PEMASANGAN


a APP harus dipasang dengan posisi tegak, kemiringan ke segala arah yang diijinkan 2 (Dua Derajat).

a APP harus dipasang di tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari dan air hujan.

a APP harus dipasang sedemikian rupa sehingga petugas pencatat meter dapat dengan mudah membaca angka register dengan jelas ( 1,5 meter dari lantai sampai dengan bagian atas APP).

a APP yang dipasang pada bangunan di tepi pantai harus diberi perlindungan secukupnya.

a Sambungan kawat phasa tidak boleh tertukar dengan kawat nol sedangkan untuk sambungan 3 phasa urutan phasa harus benar. 7

Lanjutan 2.2.

2.3. ALAT PENGUKUR ENERGI LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK BOLAKa Suatu alat ukur mengintegrasikan dan mengukur arus, daya aktif, daya reaktif ataupun sejenisnya yang diberikan kepada suatu beban untuk jangka waktu tertentu, disebut alat ukur yang mengintegrasikan suatu besaran listrik.

Lanjutan 2.3.

Meter Elektronik

Meter Mekanik 10

Lanjutan 2.3.

11

2.4. JENIS PENGUKURAN

a Pengukuran langsung Adalah pengukuran yang tidak menggunakan alat bantu ukur (tanpa trafo arus & trafo tegangan).

a Pengukuran tidak langsung tegangan rendah Adalah pengukuran yang menggunakan alat bantu trafo arus (daya 41.500 VA s/d 197.000 VA).

a Pengukuran tidak langsung tegangan menengah Adalah pengukuran yang menggunakan alat bantu trafo arus & trafo tegangan (daya diatas 200 kVa)

12

Lanjutan 2.4.

13

Lanjutan 2.4.

14

2.5. ALAT BANTU KWH METER

a Trafo Arus (CT). (CT). Adalah suatu alat listrik yang befungsi untuk mengubah besaran arus tertentu (di lilitan primer) ke besaran arus tertentu lainya (di lilitan sekunder).

a Trafo Tegangan (PT). (PT). Adalah suatu alat listrik yang berfungsi untuk mengubah besaran tegangan tertentu (di lilitan primer) ke besaran tegangan tertentu lainya (di lilitan sekunder).

15

Lanjutan 2.5.

16

2.6. MINIATURE CIRCUIT BREAKER (MCB)

17

2.7. SEGEL PENGAMAN APP


a SEGEL: SEGEL: 1. Suatu tanda sah, tanda jaminan, tanda daerah, dan tanda petugas yang berhak. 2. Dipasang pada APP oleh petugas tertentu, di daerah tertentu, untuk mencegah penukaran atau perubahan dari APP oleh pihak yang tidak berwenang.

a TANG SEGEL: SEGEL: Alat yang dipasangi acuan segel padanya dan digunakan untuk menyegel Alat Pembatas dan Pengukur.

a ACUAN SEGEL: SEGEL: Alat untuk menghasilkan suatu bentuk cetakan informasi identitas penggunaan acuan segel pada media hasil cetakannya. 18

Lanjutan 2.7.
a TIMAH SEGEL: SEGEL: Media yang dibubuhi identitas daripada acuan segel dan dipasang sebagai petunjuk bahwa suatu Alat Pembatas dan Pengukur telah disegel/diberi tanda tera.

a JENIS SEGEL: SEGEL: 1. Segel tera: digunakan di kamar tera, untuk menyegel tutup kWh meter, kVArhmeter, trafo ukur. 2. Segel pemasangan : dipakai diluar kamar tera, untuk menyegel tutup terminal kWhmeter, MCB, kotak APP. 3. Segel pemutusan : digunakan diluar kamar tera untuk keperluan pemutusan, dengan menyegel MCB atau kotak APP. 4. Segel OPAL / P2TL : dipakai hanya dalam pelaksanaan untuk menyegel sementara pada suatu kasus pelanggaran terhadap ketentuan sambungan tenaga listrik. 19

Lanjutan 2.7.

20

BAB III SISTEM JARINGAN PELAYANAN TEGANGAN RENDAH

21

3.1. PENJELASAN UMUM


a Dalam istilah keseharian di lapangan, yang dimaksud sistem jaringan pelayanan tegangan rendah, adalah : 1. Saluran luar pelayanan/saluran masuk pelayanan/sambungan rumah (SLP/SMP/SR). 2. Terletak (letak pemasangannya) antaxa JTR (SUTR/SKTR) dengan APP. a Berdasarkan dari sumber pengambilan : 1. Pengambilan dari tiang JTR. 2. Pengambilan dari tiang atap (dakstandart). a Berdasarkan akhir pengambilan : 1. Akhir pengambilan dengan baut mata. 2. Akhir pengambilan dengan tiang atas (dakstandart). a Jenis konstruksi SR 1 phasa : 1. Sdes Ia : Sumber pengambilan dari tiang jtr dengan akhir pengambilan pada baut mata 2. Sdes Ib : Sumber pengambilan dari tiang jtr dengan akhir pengambilan pada tiang atap dakstandart 3. Sdes IIa : Sumber pengambilan dari tiang atap dengan akhir pengambilan pada baut mata 4. Sdes IIb : Sumber pengambilan dari tiang atap dengan akhir pengambilan pada tiang atap / dakstandart 22

3.2. MATERIAL SLP/SMP/SR & APP 1 PHASA

a a a a a a a a a

Service drop conductor 2 x 10/16 mm connector press Al/Al type CPTO & Cover. Connector press Al/Cu type CJCAC & Cover. KWh meter 1 phs 230 V, 5/20 Amp. Pole Bracket Baut Mata Service Wedge Clamp 2x10/16 mm2 Strain Hook 1,5" Cable Support

a Gaspijp 1,5" u/ Daks lengkap dengan :  Protektive Cap 1,5"  Loden Manchet 1,5" + Stroppen  Fixing Colar/Beugel ul daks 1,5" + Dekschropen

23

3.3. REKAPITULASI KEBUTUHAN MATERIAL SR 1 PHASA

24

3.4. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA TYPE/MODEL SDES 1 A

25

Lanjutan 3.4.

26

Lanjutan 3.4.

27

3.5. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA TYPE/MODEL SDES I B

28

Lanjutan 3.5.

29

3.6. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA TYPE/MODEL SDES IIA

30

Lanjutan 3.6.

31

3.7. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA TYPE/MODEL SDES II B

32

3.8. BEBERAPA CONTOH MATERIAL SLP/SMP/SR

33

Lanjutan 3.8.

34

3.9. CONTOH KONSTRUKSI SLP/SMP/SR

35

3.10. PERLENGKAPAN KERJA

a PERALATAN KERJA 1. COMPRESSION TOOLS 2. CRIMPING TOOLS 3. BURN HEAD / KOMPOR 4. BOR LISTRIK 5. KUNCI PAS 6. PALU 7. TESPEN

a PERALATAN KESELAMATAN KERJA 1. TOPI PENGAMAN 2. SABUK PENGAMAN 3. SEPATU TAHAN TEGANGAN 4. SARUNG TANGAN TAHAN TEG. 5. PLAT FORM

36

BAB IV JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENGAH

37

4.1. KONSEP DASAR KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH


a Umum
1. Sistem distribusi tegangan rendah adalah bagian paling hilir dari sistem tenaga listrik, sebelum sistem pemanfaatan tenaga listrik, yang terdiri atas : a. Sistem jaringan tegangan rendah b. Sistem jaringan pelayanan 2. Konstruksi sistem distribusi tegangan rendah ini dapat berupa konstruksi saluran udara atau konstruksi bawah tanah. Pemilihannya tergantung atas konsep perencanaannya. 3. Sistem tegangan pelayanan yang dipakai adalah di bawah 1.000 Volt, dengan variasi: a. 380 Volt / 220 Volt, Fasa - Fasa / Fasa Netral b. 220 Volt Fasa - Netral atau 440 Volt Fasa Fasa 4. Sambungan pelayanan dapat berupa sistem Fasa 1 atau Fasa 3. Pada umumnya konsep operasi dari suatu sistem distribusi tegangan rendah adalah radial. Sangat jarang berbentuk tertutup atau loop, kecuali atas pertimbangan khusus. 38

Lanjutan 4.1.
5. Bentuk konfigurasi dan anatomi suatu sistem distribusi tegangan rendah adalah :
Transformator distribusi 20.000 Volt/ 380 Volt Perlengkapan hubung bagi dan kendali (PHB) : y Ohm saklar pada sisi masuk. yPengaman lebur HRC type NH pada sisi keluar. Saluran kabel tanah atau kabel tidak ditanam di bawah tanah. Saluran udara atau saluran bawah tanah, Janngan distribusi tegangan rendah. Sambungan pelayanan dan alat pembatas dan pengukur terletak pada kediaman pelanggan. Sistem pembumian, di mana penghantar netral dibumikan.

39

Lanjutan 4.1. a Sistem Enjiniring. Enjiniring.


1. Sistem distribusi tegangan rendah ini terbentuk dari komponen-komponen kabel, tiang, alat proteksi, alat pengukur, fitting, dan lain - lain. 2. Komponen-komponen tersebut mempunyai persyaratan atau spesifikasi teknis yang telah ditentukan, antara lain sebagai berikut :

NO 1 2 3 4 5 6

URAIAN Tegangan maksimum (rated voltage Tegangan pelayanan (nominal voltage Frekuensi Sistem pengaman / pembumian Uji tegangan 1 menit

SPESIFIKASI 414 Volt Fasa - fasa 301 Volt Fasa - fasa 231 Volt Fasa - Neutral (50 - 60) Hertz PNP (Pentanahan Netral Pengaman) atau T - N - C - S. 2.500 Volt

Uji tegangan impuls (1,5 8000 Volt / 50 wave)


40

Lanjutan 4.1.
3. Untuk perencanaan konstruksi, kondisi fisik dipertimbangkan adalah :

NO 1 2

URAIAN Kondisi klimatik Ambient temperatur a. Nominal b. Rata-rata Curah hujan rata-rata Kelembaban Tekanan angin Ketinggian

KONDISI Daratan dan tepi pantai

20 C s/d 60 C 30 C 1.200 mm s/d 100 % 40 bar / m2 0 - 1.000 meter


41

3 4 5 6

Lanjutan 4.1. a Konstruksi Jaringan. Jaringan.


1. Konstruksi Saluran Bawab Tanah. Tanah. a. Konstruksi saluran bawah tanah secara umum sebagai jaringan distribusi, hanya dipakai antara lain pada kompleks perumahanperumahan mewah. Namun secara umum adalah sebagai kabel utama dari gardu distribusi (umumnya tipe beton) PHB Tegangan rendah naik ke tiang pertama saluran udara tegangan rendah.

Saluran Udara PHB TR

Gardu Distribusi

Saluran Kabel Bawah tanah 42

Lanjutan 4.1.
b. Persyaratan konstruksi saluran bawah tanah mengikuti ketentuan ketentuan pada PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) 2000 atau diadopsi dari perusahaan lain, khususnya standard konstruksi PT. PLN (Persero). c. Jenis kabel yang dipakai adalah dari jenis dengan pelindung metal, misalnya NYFGbY, atau tanpa pelindung mekanis namun kabel harus dimasukkan dalam pipa konduit atau logam. 2. Konstruksi Saluran Udara. Udara. a. Konstruksi saluran udara tegangan rendah dipakai secara luas. b. Kemudahan dalam hal :  Mudah konstruksi  Mudah pengoperasian  Mudah perawatan  Mudah perluasan / pengembangan. c. Jenis penghantar yang dipakai adalah jenis instalated bundle conductor. Jenis tiang yang dipakai adalah jenis tiang beton bulat dan atau tiang beton bentuk H dengan kekuatan menahan tarikan (160 daN, 200 daN, 350 daN, 500 daN) dan panjang 9 meter atau terpasang di bawah jaringan tegangan menengah. 43

4.2. KARAKTERISTIK KONSTRUKSI SALURAN KABEL BAWAH TANAH TEGANGAN RENDAH


a Persyaratan konstruksi saluran kabel bawah tanah mengikuti ketentuan pada Persyaratan Umun Instalasi Listrik (PUIL) edisi terakhir dan ketentuanketentuan lain yang dipersyaratkan. Pada uraian-uraian berikut persyaratan konstruksi selain PUIL adalah ketentuan konstruksi dari PT PLN (Persero). 1. Kedalaman Penanaman. Penanaman. Kabel ditanam 80 cm di bawah permukaan tanah pada jalan umum atau minimal bocor pada jalan umun atau minimal bocor pada jalan sendiri/lingkungan. Pemerintah daerah biasannya menentukan khusus kedalaman penggelaran utilitas-utilitas di bawah tanah pada jalan jalan umum. 2. Ketebalan Pasir Pelindung a. Kabel yang ditanam harus dilindungi dengan pasir urug minimal dengan ketebalan 5 cm disekeliling kabel. Dengan diameter kabel 8 cm, maka ketebalan pasir dihitung 20 cm. b. Fungsi pasir adalah sebagai pelindung mekanis atas tekanan beban dari atas 44

Lanjutan 4.2.
b. Fungsi pasir adalah sebagai pelindung mekanis atas tekanan beban dari atas

5 cm 10 cm 5 cm

Lapisan Pengeras (tanah padat, macadam) Batu Pelindung Kabel Pasir

3. Batu Pelindung. Pelindung. a. Di atas pasir perlu dipasang batu pelindung atau batu peringatan, dipasang menutupi sepanjang galian kabel. Pada ubin pelindung tercantum tanda a dan tegangan kerjanya. KABEL LISTRIK
TEBAL 6 CM 30 CM

220/380 VOLT
45 CM

b. Batu pelindung dibuat dari ubin dan diberi cat warna merah tipis.

45

Lanjutan 4.2.
4. Timah Label Pengenal Kabel. Kabel. a. Di dalam tanah, tergelar lebih dari 1 kabel. Untuk membedakan kabel satu dengan lainnya b. Diberi label yang terbuat dari timah hitam. c. Pada timah label tersebut tercantum :  Nama kabel dan ukuran tabel.  Jenis isolasi.  Nomor perintah kerja, tanggal penggelaran, nama perusahaan atau pemborong kerja. d. Sehingga jika terjadi kesalahan operasi akibat pelaksanaan konstruksi salah prosedur, selama masih dalam masa jaminan pemborong kerja wajib menangggung akibatnya.
PLN NYFGBY 4 X 95 mm2 = PIRUS = SPK : 024 / 324 / XI / 08 TGL. 017 / 03 / 08 PT. ABDIKARYA 414 VOLT

e. Timah label ini diikatkan dengan kawat galvanis pada tiap - tiap 6 meter. 6 meter

6 meter

46

Lanjutan 4.2.
5. Patok Jalur Kabel a. Setelah penggelaran selesai, parit galian ditimbun, jalur arah label harus diberi tanda. Tanda jalur galian dipasang patok beton kerap disebut patok pilot kabel. b. Patok pilot kabel dipasang pada :  Tiap - tiap 50 meter.  Titik masuk crossing / boring jalan.  Titik masuk gardu.  Titik belok kabel.  Titik naik kabel ke atas liang. c. Pada patok tertulis kabel listrik 414 Volt. Terdapat 2 jenis konstruksi patok pilot berbentuk ubin untuk pemakaian pada trotoar jalan.

KABEL LISTRIK

KABEL LISTRIK 30 CM
PATOK TUGU PATOK DATAR

47

Lanjutan 4.2.
6. Sambungan Kabel (MOF). (MOF). a. Pada penggelaran panjang kabel disambung pada tiap-tiap 1 Haspel (1 gulungan). Sebelum disambung, kabel di seling (overlap) I meter. b. Titik sambungan kabel diberi patok sambungan (mof kabel), sehingga mudah dicari jika terjadi gangguan kabel. c. Titik yang paling lemah pada jaringan kabel tanah adalah pada titik sambungnya.
MOF KABEL 380 V

SAMBUNGAN KABEL

48

Lanjutan 4.2.
7. Lintasan Kabel Dengan Utilitas Lain. Lain. a. Jika kabel melintasi atau dekat dengan :  Kabel lain, pipa gas, PAM, Telkom. dan fondasi bangunan.  Jalan raya/rel kereta api (crossing dan boring).  Area berlistrik, misalnya area instalasi listrik PJKA dan kaki tower transmisi. b. Kabel tersebut harus dilindungi dengan buis beton pipa PVC. Tiap-tiap lintasan harus dilebihkan 0,5 meter kiri-kanan titik lintasan. c. Jarak antara kabel dengan lintasan harus memenuhi standard konstruksi yang berlaku dan Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
PIPA BETON
PIPA BETON > 30 cm 50 cm PONDASI BANGUNAN 50 cm

D
Pipa gas : Du 60 cm Pipa Telkom : Du 30 cm Rel Kereta

D u80 cm

Pipa gas inc 4

0,50 m 0,50 m PIPA PVC ATAU PIPA BETON 4 INCI

49

Lanjutan 4.2.
8. Radius Belokan Kabel. Instalasi lintasan kabel tidak dapat dihindari adanya konstruksi kabel membelok. Untuk menghindari deformasi isolasi kabel, radius belokan dibatasi tidak boleh terlalu kecil. Besarnya radius belokan bergantung atas jenis materi isolasinya, namun angka yang umum dipakai adalah 15 x diameter kabel : KABEL

X diameter kabel

50

Lanjutan 4.2.
9. Terminasi Kabel. Kabel. a. Ujung kabel pada tiang atau pada gardu distribusi harus di terminasi. Pemasangan terminasi (mof) kabel harus dilakukan oleh teknisi yang bersertifikat kompetensi. Kabel naik pada gardu distribusi atau tiang harus tegak lurus, tidak diperkenankan miring.

PHB TR

90r

51

Lanjutan 4.2.
b. Terminasi kabel pada PHB distribusi harus dilakukan dengan sepatu kabel (kabel skun, terminal lug). Terminal tersebut harus dipress dengan hydraulic press. Selanjutnya permukaan sepatu kabel diberi lapisan timah. Sebelum dilekatkan pada terminal PHB, rongga dalam sepatu kabel diberi timah yang dipanaskan untuk mendapatkan luas kontak yang optimal. Selanjutnya dibungkus dengan pembungkus heat shrink dengan warna sesuai Fasanya.

Permukaan sepatu kabel dilapisi timah solder Pembungkus / selongsong Heatshrink Leher sepatu kabel dikencangkan dengan Humanlic press

c. Untuk terminasi kabel pada jaringan kabel udara dengan inti alumunium harus memakai bimetal Al Cu junction sleeve. Posisi junction sleeve tegak dengan bagian alumunium pada bagian atas, jika dipasang di udara terbuka. 52

Lanjutan 4.2.
10. Susunan Penggelaran Kabel. Kabel. a. Jika kabel digelar lebih dari satu pada parit yang sama, tidak boleh bersentuhan. b. Jika terlalu rapat, temperatur lingkungan akan membatasi besarnya kuat hantar arus kabel. c. PUIL mengatur jarak minimal adalah sama dengan diameter kabel. Namun konstruksi kabel mengatur 2 X diameter kabel. Jika sulit mengatur kabel tidak bersentuhan, maka dipasang bata pada titik-titik yang diperlukan, misainya pada parit belokan kabel.

2D

D Bata

53

Lanjutan 4.2.
11. Konstruksi Kabel pada Tiang. Tiang. a. Kabel naik pada tiang pertama/awal saluran kabel udara harus terlindung dari kemungkinan kerusakan mekanis. b. Pada 3 meter pertama dilindungi dengan pipa galvanis ukuran 3 inchi. Selanjutnya pengencangan kabel pada tiang, dengan menggunakan stainless steel strip dengan pelindung plastik untuk menjaga dari sisi tajam stainless steel strip.

54

Lanjutan 4.2.
12. Pelaksanaan Fisik Penggelaran Kabel. Kabel. Dalam pelaksanaan fisik penggelaran kabel perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Persiapan Pekerjaan.  Prosedur kerja.  Gambar rencana penggelaran peta dengan skala (umumnya skala 1 : 500).  Koordinasi dengan pihak terkait (izin galian dan keamanan setempat).  Peralatan kerja, alat kerja, dan peralatan K3.  Peninjauan lapangan.  Gambar as built drawing utilitas setempat. b. Pelaksanaan Penggelaran Kabel.  Penandaan route/jalur galian kabel.  Pembersihan jalur galian.  Penyuntikan jalur galian tiap 5 meter untuk meneliti kemungkinan adanya utilitas lain.  Penerapan K3, khususnya penanganan lingkungan.  Penggalian jalur kabel.  Mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi.  Penggelaran kabel.  Pemulihan kembali kondisi setempat.

55

Lanjutan 4.2.
c. Pengujian Kabel.  Setelah digelar kabel perlu diuji tahanan isolasinya dengan megger 1 kV.  Membuat Laporan.  Pembuatan laporan dalam bentuk :  Laporan pelaksanaan pekerjaan.  Berita acara pekerjaan selesai.  As built drawing hasil pelaksanaan pekerjaan. 13. Alat-Alat Kerja Penggelaran Kabel Bawah Tanah. AlatTanah. Untuk melaksanakan penggelaran kabel diperlukan sejumlah peralatan kerja dan peralatan K3 sebagai berikut : a. Dongkrak Haspel. Haspel kabel harus didongkrak dan dijaga oleh penyangga hingga mudah diputar, sehingga kabel mudah dilepas dari haspel.

56

Lanjutan 4.2.
b. Rol Kabel. 1. Rol kabel diperlukan untuk dudukan penarikan kabel. Kabel tidak boleh terseret pada pada tanah. 2. Terdapat 2 jenis rol : V Rol lurus/datar, untuk jalur kabel lurus. V Rol belok, untuk jalur kabel yang belok. 3. Rol kabel dipasang pada tiap - tiap 5 meter.

c. Pulling Grip. Pada saat penarikan kabel, ujung kabel dibalut dengan pulling grip. Alat ini berbentuk kaos dan makin kuat jika ditarik.

57

Lanjutan 4.2.
d. Swivel. Alat ini dapat berputar 360r, digunakan / dipasang pada tiang awal. Saat ditarik, kabel umumnya cenderung berputar, dengan swivel kabel dapat berputar tanpa harus dipaksa kembali pada posisi semula.

e. Winch. Winch adalah alat untuk menarik ujung kabel (melalui tali). Gaya menarik kabel dapat diatur dengan wincher. f. Megaphone. Megaphone digunakan sebagai sarana pengeras suara saat penarikan kabel, baik untuk petugas penarik maupun memberi peringatan pada lingkungan. Biasanya 58

g. Lampu Penerangan. Untuk penerangan saat penggelaran malam hari. memakai generatcr portabel.

Lanjutan 4.2.
h. Lampu Peringatan. Untuk peringatan / tanda bagi lalu lintas pada tempat / lokasi penggelaran. i. Rambu-Rambu / Papan Tanda Peringatan. Ditempatkan pada lokasi penggelaran sebagai tanda adanya pelaksanaan proyek penggelaran kabel.

HATI - HATI ADA PEKERJAAN

59

Lanjutan 4.2.
14. Prosedur Pelaksanaan Penggelaran Kabel. Kabel. Penggelaran kabel harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kabel tidak boleh berpilin, tergilas kendaraan, atau kulit kabel terkelupas. Penggelaran kabel harus dilakukan di bawah pengawasan petugas bersertifikat dan telah mengikuti pelatihan penggelaran kabel. Setelah persiapan pendahuluan proses penggelaran kabel dimulai dari transportasi kabel dari gudang. a. Kabel harus diangkut dengan Haspel. Apabila jumlah terbatas digulung mengikuti angka baik dengan truk atau trailer. Haspel kabel tidak boleh terbanting.

 Haspel kabel dapat didorong, arah dorongan mengikuti tanda panah pada Haspel. Permukaan jalan harus bersih dari batubatuan.

60

Lanjutan 4.2.
b. Penggelaran dilakukan tiap 1 Haspel. Pelaksanaan dilaksanakan setelah galian 1 Haspel (s300 m) selesai dan petugas siap bekerja. Setelah pekerjaan penggelaran parit galian langsung ditutup. Konstruksi susunan komponen pelindung sesuai dengan standard konstruksi yang berlaku. c. Penarikan kabel harus dengan memakai alat-alat tarik (pulling grip, swivel, dan tali tambang), dengan susunan petugas :  Supervisor.  Sejumlah petugas penarik / petugas tiap - tiap 5 meter.  Penarikan kabel harus dilakukan secara perlahan-lahan. Kabel tidak boleh dirarik langsung dari Haspel, namun harus diurai dulu, baru ditarik perlahan-lahan.

 Jika kabel tanpa Haspel, diurai dari belitan kabel berbentuk angka dengan cara digulung berjalan dengan bantuan 2 petugas.

61

Lanjutan 4.2.
d. Pemakaian rol lurus dan rol sudut. Kabel tidak boleh bergeser dengan tanah saat ditarik, harus diletakkan di atas rol. Jarak tiap-tiap rol 5 meter, di antara 2 rol terdapat 1 orang petugas penarik

 Rol sudut digunakan pada jalur yang membelok.

62

Lanjutan 4.2.
 Untuk 1 Haspel (s300 meter) pengelaran diperlukan :  Supervisor : 1 orang.  Mandor : 1 orang.  Petugas Pengaman : 1 orang.  Pemutar Haspel : 2 orang.  Pengatur Kabel : 1 orang.  Petugas mesin penarik : 1 orang.  Petugas pemegang kabel  antara rol tarik : (dihitung tiap 5 meter).  Rol gelar : tiap 5 meter e. Ujung kabel. Ujung kabel harus diterminasi (didop), guna mencegah masuknya air ke dalam kabel. Apabila akan akan disambung, masing-masing kabel dilebihkan 1 meter salirg bersilang.
1 meter Dop kabel

63

Lanjutan 4.2.
f. Lintasan kabel pada jalan dan lain lain.  Lintasan jalur kabel dapat memotong jalan raya, pintu masuk garasi, gudang, dan lain-lain. Tekanan mekanis kendaraan yang melintas menyebabkan kabel harus dilindungi efektif dengan pipa buis betOIl atau PVC tebal 4 mm2 (jenis M6.8). Pipa pelindung dilebihkan 0,5 meter kiri-kanan pipa.
Lebar jalan L meter

Buis beton L meter 0,50 mtr

Pondasi bangunan

0,50 m

Lebar pondasi - L Buis beton

0,50 m

50 cm

64

Lanjutan 4.2.

 Pada umumnya pipa buis beton dipasang sebelum penggelaran kabel untuk memudahkan penarikan kabel pada buis beton, bagian dalam beton dipasang kawat penarik. Ujung pipa harus ditutup untuk mencegah kemasukan kotoran atau binatang.

Permukaan jalan

0,5 m

0,5 m

Kawat Penarik Pipa beton / buis beton Tutup pipa

65

Lanjutan 4.2.
15. Pengamanan Lingkungan. Lingkungan. Tidak bisa dihindarkan saat penggalian akan ditemukan utilitas - utilitas lain yang perlu penanganan, untuk menghindari rusaknya utilitas-utilitas tersebut. Demikian pula dengan jalan keluar masuk pintu rumah / garasi. a. Pintu Masuk Rumah / Garasi.  Jika lebar garasi cukup panjang dan keluar masuk kendaraan berat, jalur kabel harus dipasang buis beton, sebagaimana persyaratan pada crossing jalan. Untuk garasi kecel, harus dipasang jembatan papan / balok atau plat baja, guna memudahkan keluar masuk kendaraan roda dua.  Pelaksanaan pengamannnya pemasangan alat pengaman. adalah penggalian langsung

Rumah penduduk

Jembatan kayu, plat besi Galian kabel 66

Lanjutan 4.2.
b. Kabel, Pipa Air, Pipa Gas.  Dua kondisi yang akan ditemukan, yaitu :  Jalur utilitas sejajar dengan jalur galian.  Jalur utilitas memotong jalur galian.  Harus dijaga adalah kondisi konstruksi utilitas-utilitas tersebut tidak boleh diubah. Secara fisik harus digantung dengan tali / sejenisnya. Khususnya pada titik sambung pengamanan harus kokoh.

Mof kabel listrik operasi Kabel Operasi 67

Lanjutan 4.2.
 Khusus pipa gas, selain digantung juga harus ditopang dari bawah, terutama pada titik sambung (joint socket).

Sambungan pipa gas, air (joint socket Kayu penyangga

68

Lanjutan 4.2.
 Menyeberangi pipa, kabel operasional yang sulit diubah posisinya, kabel baru digelar di bawah utilitas yang ada.

Kabel baru

Utilitas existing

D D D

69

Lanjutan 4.2.
16. Lintasan Saluran Air dan Sungai. Sungai. a. Penggelaran kabel yang melintasi sungai pada umunya tersedia jembatan kabel pada kanal UNP 15 yang saling ditangkupkan. b. Setelah selesai penempatan kanal UNP bagian atas ditangkupkan pada bagian bawah. c. Untuk pengencangan dilakukan dengan sistem mur baut, atau dilas.
Las Las Mur baut

d. Sementara lintasan kabel pada saluran air kecil dapat dilakukan dengan cara memasukan kabel dalam pipa beton di bawah dasar Saluran air saluran air.

Pipa Beton

70

Lanjutan 4.2.
17. Perlintasan Kabel dengan Pondasi dan Rel Kereta. Kereta. a. Perlintasan dengan Pondasi. Kabel yang digelar minimal berjarak 50 cm, namun untuk pondasipondasi bangunan besar yang berjarak kurang dari 50 cm, kabel harus dimasukkan dalam pipa.
D lebih besar dari 50 cm D Pipa beton

D Pondasi D lebih kecil dari 50 cm Kabel

71

Lanjutan 4.2.
b. Perlintasan dengan Rel Kereta.  Perlintasan rel kereta, harus di lakukan dengan sistem boring, memakai pipa gas.  Pelaksanaan pemboran biasanya dilaksanakan oleh teknisi perusahaan kereta api.

2 mtr 2 mtr 2 mtr

Pipa gas diameter 4 inchi

72

Lanjutan 4.2.
18. Konstruksi Terminasi Kabel pada PHB. PHB. Kabel tegangan rendah dimulai dari Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta berakhir pada PHB juga atau terminasi pada tiang. a. Konstruksi terminasi kabel pada PHB.  Terminasi kabel harus sepatu kabel. Sebelum sepatu kabel diikat pada PHB, permukaan sepatu kabel harus dilapisi oleh lapisan anti oksidasi yaitu timah Demikian pula pada bagian inti kabel yang berada di dalam sepatu kabel, harus  diberi timah (dipanaskan hingga cair).  Jika kabel dengan inti Permukaan dilapisi timah solder aluminium, sepatu kabel harus dari jenis Bimetal Bagian dalam dimasukkan Al-Cu.
timah cair

Joint hydraulic press

73

Lanjutan 4.2.
b. Konstruksi Kabel Naik pada Tiang.  Instalasi kabel naik / turun pada tiang harus dilindungi 3 meter dari permukaan tanah dengan pipa galvanis berukuran minimal 3 inchi.  Sementara pada bagian di atas 3 meter dapat diikat dengan stainless steel strip atas double collar terbuat dari besi galvanis.  Pipa stainless harus dilindungi dengan pipa plastik khusus, guna mencegah kerusakan kulit kabel.  Sambungan kabel dengan saluran udara twisted cable harus memakai joint sleeve bimetal Al-Cu. Bagian Alumunium harus ada di atas bagian Cu. Kabel Twisted

Tiang awal Bimetal jointsleeve Hydraulic press Selongsong pelindung (ciut panas) 74

Lanjutan 4.2.
19. Pembumian. Pembumian. a. Kabel tanah yang mempunyai perisai baja (misalnya NYFGbY) pada bagian terminasi di PHB / Gardu harus dibumikan. b. Penghantar pembumian memakai kabel anyam dihubung langsung dengan sistem pembumian gardu atau PHB.

Dihubungkan ke Terminal pembumian Pita tembaga 75

Lanjutan 4.2.
20. Perlengkapan Hubung Bagi. Bagi. a. Perlengkapan Hubung Bagi merupakan komponen / perlengkapan utama pada saluran kabel bawah tanah. b. Fungsi Perlengkapan Hubung Bagi adalah :  Titik awal saluran kabel bawah tanah.  Titik distribusi / Tee - OFF untuk saluran kabel atau sejumlah saluran kabel.  Fasilitas yang memudahkan pencarian gangguan kabel. c. Instalasi terminasi kabel pada Perlengkapan Hubung Bagi harus memakai sepatu kabel, dengan ketentuan sebagaimana sub 2.18. Kabel masing-masing Fasa tidak boleh saling mengikat (terpuntir), harus rata dan tegak lurus 90 pada garis mendatar PHB. PHB Pasangan luar

Kabel bawah tanah 90r Elektroda pembumian 76

4.3. KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH


a Pada pembahasan ini tidak diuraikan mengenai konstruksi saluran udara yang memakai penghantar tak berisolasi (BC - Bare Conductor), namun hanya membahas konstruksi dengan kabel udara berpilin (Twisted Cable - lnsulated Bundle Conductor - Preassembled Bundle Conductor). a Pada konstruksi saluran udara sebagaimana dijelaskan pada uraian pendahuluan. dikenal konstruksi saluran udara : 1. Konstruksi Dead End, yaitu konstruksi memakai klem jepit jenis strain clamp dengan atau tanpa jangka putar (span skrup - turn buckle). 2. Konstruksi Suspension, yaitu konstruksi memakai klem jepit tipe gantung / suspension clamp. 3. Konstruksi Topang Tarik (Guy Wire - Trekskur). 4. Konstruksi Pembumian. 5. Konstruksi Topang Tekan (Drugskur - Stake Pole). a Konstruksi ini dipakai pada tiang awal / akhir, penyangga / tiang tengah, tiang sudut, atau tiang seksi. a Sebelum uraian mengenai konstruksi ini, akan diuraikan lebih dahulu mengenai komponen utama dan pendukungnya. 77

Lanjutan 4.3.
1. Tiang Penyangga. Penyangga. a. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang baja atau tiang beton dengan tinggi tiang 7 meter atau 9 meter. b. Tiang saluran udara tegangan menengah juga dipakai sebagai tiang konstruksi saluran tegangan rendah (under built). c. Ikatan konstruksi saluran udara dipasang pada minimal 10 cm dari ujung tiang bagian atas.

10 cm Ikatan konstruksi jaringan/ ikatan pole braket

d. Pada ujung tiang terdapat lubang-lubang untuk pemasangan memakai sistem mur - baut. e. Kekuatan tarik tiang distandarisir 160 daN, 200 daN, 350 daN, dan 500 daN ( 1 daN = 0,98 kg gaya). f. Umumnya sudah jarang tiang dengan kekuatan 800 daN dan 1.200 daN. 78

Lanjutan 4.3.
g. Untuk maksud-maksud pemasangan instalasi pembumian, didesain tiang dengan penghantar pembumian (BC 50 mm2) pada bagian dalam dan terminal 1 Baut pada ujung-ujung tiang dan pada titik 1/5 panjang tiang dari ujung bagian bawah. Tiang diberi tanda.

Kode tiang dengan instalasi pembumian


h. lkatan penghantar pembumian dari elektroda pembumian harus memakai sepatu kabel dari jenis tembaga. Sebelum dilekatkan harus dibersihkan dari karat dan kotoran. lkatan saluran udara (penghantar netral) harus memakai sepatu kabel jenis bimetal. Sebelum dilekatkan, kedua sepatu tersebut harus diberi lapisan timah solder (untuk mencegah oksidasi). 79

Lanjutan 4.3.
2. Penghantar. Penghantar. a. Penghantar salutan udara saat ini secara luas dipakai adalah dari jenis kabel berpilin (Insulated Bundle Conductor-Preassembled Bundle Conductor) atau TIC (Twisted Insulated Concductor) atau LVTC (Low Voltage Twisted Conductor). Fasa 3 X 35 mm2 3 X 50 mm2 3 X 70 mm2 Neutral 54,6 mm2 54,6 mm2 54,6 mm2

b. Inti kabel dari jenis alumunium murni, sementara penghantar netral dari jenis almelec/alumunium alloy. Penghantar netral berfungsi sebagai penggantung kabel-kabel Fasanya. c. Nomenlaktor kabel tertulis (3 X 70 + N) mm2 80

Lanjutan 4.3.
3. Stainless Steel Strip dan Stopping Buckle. Buckle. a. Stainless steel strip adalah pelat baja stainless tipis, digunakan sebagai pengikat komponen-komponen konstruksi pada tiang. b. Pemakaiannya dibelitkan pada tiang, kemudian dimatikan ikatannya dengan stopping buckle. c. Rata-rata pemakaian stainless steel adalah 0,75 meter untuk tiap-tiap satu ikatan / satu stopping buckle.

2,5 cm

Stainless steel strip

Stoping buckle

d. Apabila stainless steel strip digunakan untuk mengikat kabel daya (power cable) pada tiang, misalnya kabel catu daya jaringan (onsujk kabel), harus dilapisis dengan plastik tape agar kabel tidak luka. 81

Lanjutan 4.3.
4. Link. Link. a. Link (= ling) adalah besi bulat diameter 6 mm galvanis berbentuk segiempat ukuran 3 x 3 cm dan 3 x 6 cm. b. Fungsi link adalah untuk memperkuat ikatan stainless steel pada tiang. Umumnya untuk ikatan kabel, pipa galvanis pada tiang.

Tiang Stainless Link


Link

Kabel

82

Lanjutan 4.3.
5. Pole Bracket. Bracket. a. Pole bracket merupakan komponen saluran udara pada tiang. Terbuat dari alumunium alloy atau baja galvanis. b. Dua jenis pemakaian pole bracket, untuk tiang ujung (awal, akhir), tiang sudut dengan sudut lintasan di atas 30, tiang siku 90, dan untuk tiang tengah dengan sudut lintasan 30. Kedua pole bracket ini berbeda pada panjangnya. c. Beban maksimum yang dapat ditahan oleh pole bracket adalah :  F 500 daN arah vertikal (ke bawah).  F 1.000 daN arah horizontal.  F antara 200 daN dan 500 daN arah longitudinal.

83

Lanjutan 4.3.
6. Suspension Clamp (Klem Gantung). Gantung). a. Suspension clamp atau klem gantung berfungsi untuk mengikat penghantar netral kabel twisted. b. Suspension sendiri digantung pada pole bracket tiang tengah. c. Suspension clamp terbuat dari bahan alumunium alloy. d. Penghantar netral diletakkan pada suspension, kemudian dijepit oleh klem jepitnya (locker). e. Suspension clarnp dapat dipakai untuk sudut lintasan s.d. 30.

84

Lanjutan 4.3.
7. Strain Clamp ( Klem Penjepit). Penjepit). a. Strain clamp digunakan untuk menjepit penghantar netral kabel twisted pada :  Tiang awal / akhir.  Tiang sudut lintasan di atas 30.  Tiang seksi (untuk pergantian besarnya penampang saluran). b. Bagian dari strain clamp adalah :  Strain clamp terbuat dari alumunium alloy  Klem jepit terbuat dari plastik keras.  Kawat baja galvanis untuk menggantung strain clamp pada pole bracket.

85

Lanjutan 4.3.
8. Plastik Strap. Strap. a. Plastik Strap atau plastic tic atau rins plastik digunakan untuk mengikat kabel twisted pada tiang penyangga. b. Plastik strap berwarna hitam, bagian kepala berlubang dan bergerigi, pada bagian ujung (ekor) lurus rata. Bagian ekor dimasukkan pada bagian kepala yang berlubang.

Plastik strap

86

Lanjutan 4.3.
9. Pipa PVC Diameter 3 inchi dan Insulating TIP. TIP. a. Pipa PVC type - 1 (tebal 2 mm) sepanjang 60 cm digunakan sebagai pelindung kabel twisted pada tiang akhir. b. Fungsinya sebagai pelindung mekanis. c. Pipa PVC diikatkan pada tiang dengan menggunakan stainless steel strip dan link.

Pipa pelindung

Insulating tape (Heatshrink)

d. Ujung-ujung penghantar dimasukkan di dalam pipa PVC. Selanjutnya didop dengan selubung PVC / Insulating Tip, guna menghindari terjadi hubung singkat antar Fasa. e. Ujung - ujung penghantar dipasang berderet dengan beda jarak 2 cm. 87

Lanjutan 4.3.
10. Joint Sleeve. Sleeve. a. Joint sleeve atau junction sleeve digunakan untuk penyambungan kabel secara lurus. Joint sleeve terbuat dari alumunium murni. b. Pengencangan joint sleeve pada inti kabel harus dilakukan dengan Hydraulic Press. Setelah tersambung, dibungkus dengan pelindung ciut panas (Heatshrink Plastic Cover). c. Pada bagian dalam joint sleeve terdapat pelumas/grease. Sebelum dipergunakan, bagian bibir joint sleeve dilapisi pelumas. Hal ini untuk mencegah air masuk sambungan. d. Penggunaan Hydraulic Press harus mengikuti tanda-tanda / nomor urut permukaan. 11. Konektor Fasa. Fasa. a. Konektor atau Connector dipakai untuk hubungan - T (TCC - OFF Joint). Untuk hubungan T - OFF pada jaringan utama tidak dugunakan jenis piercing, namun yang dipakai adalah jenis H - type connector. b. Untuk memasang konektor jenis ini, kulit kabel harus dikupas dulu, kemudian dikencangkan dengan Hydraulic Press. Selanjutnya dibungkus dengan pelindung Heat Shrink. 88

Lanjutan 4.3.
12. Tension Joint. Joint. a. Tension joint atau selongsong mekanis digunakan untuk penyambungan penghantar netral. Mengingat penghantar netral berfungsi sebagai pemikul beban mekanis, harus dipergunakan joint sleeve khusus. b. Untuk mendapatkan keamanan konstruksi, sebaiknya penghantar netral tidak disambung di tengah, namun disambung pada tiang saja dengan konstruksi strain clamp ganda. Sambungan dapat dilakukan dengan joint sleeve untuk penghantar Fasa. 13. Turn Buckle (Span Schrof). Schrof). a. Turn bucke atau span schrof atau jangkar putar digunakan pada konstruksi kawat penegang. b. Berfungsi untuk mengencangkan tarikan kawat. c. Turn buckle juga dipakai pada konstruksi ikatan kabel twisted pada strain clamp. d. Material turn buckle terbuat dari besi galvanis ST 52 dengan breaking capacity di atas 2.000 daN, dengan ukuran : Panjang L Breaking Capacity L= 180mm 2.400 daN m=200mm 6.150 daN H=215 mm 12.600 daN 89

Lanjutan 4.3.
14. Bimetal Joint Sleeve. Sleeve. a. Bimetal joint sleeve adalah selongsong sambungan dengan konstruksi 2 Jenis logam alumunium dan tembaga. b. Selongsong sambungan ini dipakai untuk sambungan penghantar alumunium dan tembaga pada :  Sambungan kabel daya dari gardu.  Sambungan T - OFF dengan kabel pelanggan.  Sambungan dengan penghantar pembumian. c. Pengencangan sambungan dilakukan dengan Hydraulic Compression Joint. Pemakaian pelumas tetap diperhatikan khususnya pada sisi logam alumunium. Setelah selesai pengencangan, dibungkus dengan pelindung heatshrink (heatshrinkable cover). d. Konstruksi posisi bimetal adalah untuk pasangan luar logam Al pada pada posisi di atas logam tembaga. 15. Elektroda Pembumian. Pembumian. a. Elektroda Pembumian atau ROD Earthing atau batang pembumian digunakan sebagai elektroda pada sistem pembumian penghnatar netral. b. Terbuat dari carbon steel dan dilapis dengan electrolytic cathode copper (lapisan tembaga). 90

Lanjutan 4.3.
16. Kawat Baja ( Steel Wire) a. Pada saluran udara, kawat baja galvanis digunakan pada konstruksi guy (topang tarik). b. Ukuran yang dipakai adalah : Kecil Penampang 25 mm2 Sedang 50 mm2

Beban Maksimum

1.870 daN

3.280 daN

c. Material steel wire, stranded 7 wire

91

Lanjutan 4.3.
17. Insulator Guy (TOEI - Insulator). Insulator). Isolator berbentuk telor atau belimbing digunakan pada konstruksi guy. Fungsinya untuk mencegah adanya arus bocor, yang mungkin mengalir dari jaringan melalui kawat topang tarik.

Lubang Isolator
92

Lanjutan 4.3.
18. Terminating Thimble. Thimble. Sebagai alas pengikat antara kawat tarik (guy wire) dengan ikatannya.

19. End Preformed. Preformed. End preformed kawat spiral galvanis digunakan pada konstruksi guy wire, untuk ikatan pada span schrof / turn buckle, guy insulator, anker tanah (atau rod). 93

Lanjutan 4.3.
20. Stay Rod ( Angker Tanah). Tanah). a. Stay rod dipakai pada konstruksi guy (topang tarik), sebagai pemegang kawat tarik ke tanah. b. Stay rod dilengkapi dengan stay block. c. Stay rod terbuat dari baja solid Q 24 - 24 daN / mm2. Klasifikasi Light - L Medium - M Panjang 2,2 m 2,5 m Diameter 12 mm2 22 mm2 Stay Block 50 X 50 X 2 cm 60 X 60 X 6 cm

Stayblok

94

Lanjutan 4.3.
21. Terminating Clam (U - Clamp). Clamp). a. Terminating clamp, U-clamp atau schackle clamp terbuat dari baja galvanis ST-57 berbentuk U. b. Digunakan untuk konstruksi ikatan kawat tarik pada turn buckle, guy insulator, stay rod, jika tidak tersedia materi end preforrned.

22. Pipa Galvanis. Galvanis. a. Pipa galvanis sebagai pelindung penghantar pemburnian dan pelindung kawat tarik pada ikatan stay rod konstruksi guy wire. b. Ukuran yang dipakai pada umumnya adalah pipa dengan diameter 2 inchi. 95

4.4. KONSTRUKSI LENGKAPAN SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (POLE TOP CONSTRUCTION)
Uraian-uraian konstruksi lengkapan saluran udara tegangan rendah berikut adalah uraian mengenai konstruksi lengkapan pada tiang (Pole Top Construction). Kelengkapan konstruksi tiang adalah kelengkapan utama dan dengan nama-nama yang umum dikenal sebagai berikut : 1. Konstruksi Dead End ( DE ). Konstruksi ini dipakai pada tiang ujung, tiang awal, tiang seksi, dan tiang sudut dengan lintasan lebih besar dari 30. 2. Konstruksi Adjustable Dead End ( ADE ). a. Konstruksi ini adalah varian dari konstruksi Dead End dengan kelengkapan tambahan turn buckle / span schrof. b. Konstruksi Dead End dipakai pada tiang awal dan konstruksi adjustable Dead End pada tiang ujung lainnya. c. Ikatan konstruksi DE dan ADE pada tiang awal dan ujung memakai stainless steel atau baut M 50 galvanised. 3. Konstruksi Suspension. a. Konstruksi suspension dipakai pada tiang tengah. b. Bentuknya adalah sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk sudut lintasan saluran c. udara sampai 30. d. Ikatan konstruksi ini (pole bracket) dapat memakai stainless steel strip atau memakai baut M 50 galvanis pada lubang-lubang konstruksi di ujung tiang. 96

Lanjutan 4.4.
4. Konstruksi Dead End pada Tiang Ujung. a. Konstruksi Dead End pada tiang ujung dilengkapi dengan pipa PVC, sebagai pelindung mekanis ujung-ujung penghantar (Bundle end constructions). b. Insulating TlP digunakan sebagai pelindung elektris. 5. Konstruksi Pembumian. Sesuai dengan Prinsip Pembumian TN - C (PNP - Pentanahan Netral Pembumian), penghantar netral dibumikan tiap 200 meter (ketentuan PUIL) atau tiap 5 gawang. 6. Terminasi. a. Sambungan kabel daya (Power Cable - Opstijg Kabel) dari gardu atau ke pelanggan disambung ke saluran udara dengan memakai Compression Bimetal Joint Sleeve (jika kabel dengan penghantar jenis tembaga. b. Plastik heatshrink dipakai sebagai pelindung elektris dan pelumas / grease sebagai peLindung terhadap udara lembab. 7. Sambungan dan Sadapan (Joint and Tap). a. Sambungan antar kabel twisted (ITC) memakai joint sleeve (junction sleeve) terbuat dari alumuminium murni. b. Pengencangan sambungan memakai hydraulic compression. SebeLum dikencangkan / dipres, bagian dalam selongsong joint sleeve harus dilapisi pelumas / grease ( gemuk). 97

Lanjutan 4.4.
c. Bagian inti penghantar sebelum dimasukkan dalam selongsong harus disikat dengan sikat kawat dulu. d. Untuk konstruksi sadapan (pencabangan, TEE - OFF), dipakai konektor type H. Isolasi kabel harus dikupas dulu dan permukaan inti kabel harus disikat kawat. Selanjutnya konektor ditutup dengan selubung / heatshrink. Setelah dipanaskan, kemudian dipress dengcn hydraulic compression. 8. Topang Tarik (Guy Wire / Trek Schor). a. Pemakaian guy wire ( trek schor) dipakai pada posisi tiang-tiang sudut, tiang awal / akhir, sehingga dapat menghemat biaya pemakaian tiang yang mempunyai kekuatan besar. b. Terdapat tiga jenis konstruksi guywire :  Down Guy Wire, yaitu guy wire yang langsung mengarah ke bumi (down guy wire).  Horizontal Guy Wire, dengan konstruksi tiang penopang baru kemudian ke bumi.  lnterpole Guy Wire (Kontra Mast), yaitu konstruksi guy wire antar tiang ujung dari tiang akhir saluran yang berbeda.  Gambar konstruksi s.d. butir 8 dapat dilihat pada lampiran. 98

4.5. PENARIKAN PENGHANTAR SALURAN UDARA


a Penarikan penghantar kabel twisted (stringing) dilaksanakan setelah selesainya konstruksi lengkapan tiang (Pole Top Construction). Di dalam proses penarikan (stringing) kabel twisted tidak boleh ditarik di atas benda keras (besi), tanah berbatu, permukaan aspal/jalan, karena bisa merusak isolasinya. Oleh karenanya kabel harus ditarik di atas rol tarik (stringing block) yang dipasang pada tiap-tiap tiang. Penarikan harus dilakukan dengan alat bantu alat-alat penarik dan penegang. Besarnya gaya tarik juga ditentukan guna menghindai putusnya kabel. Pada saat proses penarikan sejumlah penyangga akan mngalami gaya-gaya mekanis di luar daripada gaya-gaya mekanis dan berat kabel sendiri. Oleh karenanya sejumlah tiang (tiang awal, tiang akhir, tiang sudut) diberi tambahan topang tarik sementara. Mengingat penarikan kabel kadang-kadang harus mengatur kondisi lendutan/sag, dll maka pemakaian mesin penarik tidak dianjurkan. Peralatan CAPSTAN untuk dudukan tali penarik dapat mempermudah pekerjaan penarikan. 99

Lanjutan 4.5.
1. Peralatan Kerja. Kerja. a. Transportasi Kabel Trailer. Berbeda dengan kabel tanah, kabel twisted tidak wajib diangkut dengan Haspelnya. Kabel dapat digulung 360r dengan diameter lingkaran tidak kurang dari 1 meter, jika tidak memakai haspel.

b. Stringing Block. Stringing block adalah rol gantung, dipasang pada tiap-tiap tiang. Kabel twisted diletakkan di atas block. a1 a2 3 1. 2. 3. 4. Pole bracket Stringing block Kabel twisted. Tongkat Pengukur sag

1 2 4

a1 + a2 minimal 60 cm 100

Lanjutan 4.5.
c. Tension Device (Takel Tangan I Ratchet Tackle). Alat ini digunakan untuk menarik kabel, dipasang antara tiang dan comealong. d. Comealong.  Alat ini dipakai untuk menjepit tali penarik kabel. Dengan gerakan tension device / takel tangan, jepitan comealong membuka menutup mengikuti irama gerakan takel tangan.  Comealong dipasang sesudah takel. e. Swivel. Alat ini berbentuk seperti anting-anting, dapat berputar 380. Swivel dipasang sesudah comealong untuk menghindari terurainya kabel akibat kabel berputar (melintir). Pull grip 360r 360r Comealong 101

Lanjutan 4.5.
f. Dinamometer. a. Guna mengukur besarnya gaya tarik saat menarik kabel, dipasang dinamometer. b. Dinamometer dipasang antara tiang pengikat dan swivel.

g. Pulling Grip. Kaus penarik kabel. Kaus ini akan mengecil dan menarik kabel jika tali penarik ditarik.

h. Capstan. Capstan dipergunakan jika tidak memakai alat penarik mesin winch. Fungsi Capstan adalah untuk belitan kabel penarik, untuk meringankan, menahan / melepas kabel penarik. i. Tali Penarik. Tali yang digunakan adalah kawat baja atau tali manila henep kelas 1. 102

Lanjutan 4.5.
2. Prosedur Penarikan Kabel Udara. Udara. Prosedur penarikan kabel udara dilakukan dengan 2 cara :  Proses Penarikan  Proses Pengaturan Sag (Lendutan). a. Proses Penarikan Arah tarikan

3 3

4 Tiang tengah 3

6 Tiang akhir

Tiang awal 3 1 2

4 5 6

Keterangan: 1. Haspel kabel + Trailer 2. Kabel twisted 3. Stringing block

4. Pulling grip 5. Kawat penarik 6. Mesin penarik. 103

Lanjutan 4.5.
 Pada tiang awal dan akhir terpasang stringing block dan konstruksi dead end clamp.  Pada tiang tengah telah terpasang stringing block dan konstruksi suspension clamp.  Pada saat penarikan, kabel tidak boleh terseret di atas kayu, tanah keras/berbatu, pagar besi, kabel listrik / telepon.  Jika penarikan telah setesai, andongan kabel diatur pada tiap-tiap gawang, panjang diperkirakan cukup untuk pengaturan andongan / sag.  Kencangkan / ikatkan kabel pada tiang akhir dengan dead end clamp, sisakan 1 meter.  Penarikan selesai. b. Proses Pengencangan.  Pada proses ini dilakukan pengaturan sagging / lendutan.  Papan bidik lendutan dipasang pada tiap-tiap tiang atau pada tiap-tiap tiang dan telah terpasang sesuai dengan jarak lendutan yang ditentukan (minimal 60 cm pada jarak gawang 40 meter). 104

Lanjutan 4.5.
2 3 a 1 1 a 2 a

Keterangan: Papan bidik berjarak a meter sesuai tinggi lendutan yang diperlukan (minimal 60 cm pada jarak gawang 40 meter). Pole bracket ( dead end atau suspension). Kabel twisted. a a a a

35m

40m

43m

37m

Tinggi sag (lendutan) harus sama walaupun jarak gawang berbeda. 105

Lanjutan 4.5.

c. Prosedur Pengencangan : 1. Pasang peralatan pada tiang awal dengan urutan sebagai berikut :

Pulling grip 1 2 3 4 5

Keterangan: 1. Tiang awal. 2. Dinamometer. 3. Takel tangan ( ratened tackle). 4. Comealong. 5. Swivel.

106

Lanjutan 4.5.
2. Masukkan kabel twisted ke dalam jepitan comealong. Jika ruang jepitan comealong terlalu kecil, ikat dulu kabel dengan tali manila secukupnya, masukkan ke dalam jepitan comealong. 3. Gerakan takel tangan untuk menarik kabel. Kabel akan tertarik kembali ke arah tiang awal. Lakukan gerakan takel perlahanlahan. Perhatikan besar regangan pada dinamo meter. 4. Petugas di atas tiang mengatur andongan kabel. 5. Jika titik tinggi andongan / papan-papan bidik pada tiap-tiap tiang sudah satu garis, dilakukan pengencangan penghantar netral kabel pada konstruksi suspension dan konstruksi pada tiang awal.

Keterangan :  Pada umumnya pengaturan sag diatur dari tiang ujung. Jika gawang yang jarak andongarmya sudah memenuhi syarat, langsung diikat kencang pada konstruksi suspension clamp.  Jika sudut tarikan lebih dari 30r harus dipakai dua buah stringing block, dimana diperlukan konstruksi 2 buah dead end. 107

4.6. KONSTRUKSI INSTALASI PEMBUMIAN PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH


a Instalasi pembumian pada jaringan tegangan rendah dipasang pada tiap-tiap jarak 200 meter (500 gawang). Bagian penghantar yang dibumikan adalah penghantar netral, sesuai dengan konsep TNC (tera Netral Combine) / PNP (Pembumian Netral Pengaman). Besarnya nilai tahanan pembumian diharapkan tidak lebih dari 10 Ohm. Ikatan penghantar netral dengan penghantar pembumian memakai konektor tipe H. Mengingat inti kabel twisted tegangan rendah adalah alumunium, sementara elektroda buminya adalah tembaga, dipergunakan joint sleeve bimetal Al-Cu. Penghantar pembumian ke penghantar netral memakai alumunium. Penghantar pemburnian ke elektroda buni memakai tembaga. Ikatan penghantar tembaga dengan elektroda bumi memakai compression terminal lug (sepatu kabel).

a a

1. Prosedur penyambungan penghantar pembumian dengan penghantar netral saluran udara . a. Meregangkan belitan kabel twisted dengan pemisah (spacer). b. Membersihkan dengan sikat kawat bagian penghantar pembumian yang akan disambung ke penghantar netral, lapisi dengan pelumas (greace / gemuk). c. Pasang konektor tipe tembus (piercing) pada penghantar pembumian. Kepala baut konektor harus patah. Pasang insulating tip pada ujung penghantar pemburnian (jika harus memakai insulating tip). 108

Lanjutan 4.6.
d. Untuk sambungan penghantar pembumian Al dengan tembaga gunakan bimetal junction sleeve. Masukkan selubung plastic heatshrink ke salah satu penghantar. Press junction sleeve dengan hydraulic press. Beri lapisan pelumas/greace pada bagian alumunium, selubung dengan selubung heatshrink. Panaskan hingga bagian junction sleeve terbungkus rapi.
AL Selubung Heatshrink AL CU

CU

2. Ikatan penghantar pembumian dengan elektroda pembumian. pembumian. a. Pada elektroda pembumian terpasang klem tembaga. Sambungan dengan penghantar pembumian harus dengan sepatu kabel yang sesuai. b. Sebelum dan sesudah tersambung, bagian permukaan sepatu kabel dan elektroda pembumian harus dilapisi / dicor dengan timah solder (divertin). c. Kencangkan dengan kunci pas yang sesuai, jangan gunakan tang kombinasi. 3. Penanaman elektroda pembumian. pembumian. a. Elektroda pembumian ditanam berjarak 30 cm dari pangkal tiang. Ujung elektroda ditanam 20 cm di bawah tanah. Hal ini untuk mencegah batang elektroda dicuri. b. Nilai tahanan pembumian maksimal 10 Ohm. Jika lebih dari 10 Ohm, untuk mendapatkan nilai yang sesuai, dipasang paralel elektroda bumi minimal sejarak panjang elektroda tersebut. 109

Lanjutan 4.6.
4. Jika pada tiang beton tidak terdapat fasilitas pembumian, maka penghantar pembumian harus dilindungi 3 meter pertama dari bumi, dengan pipa galvanis 1 inchi. Pipa dan kabel dijepit dengan stainless inchi. steel strip berjarak masing-masing 1 1/2 meter. masingmeter. Konektor H type
1,5 m 1,5 m

Kabel twisted (ITC) Penghantar pembumian Al Dihubungkan ke pembumian netral Bimetal joint sleeve Penghantar pembumian Cu Tiang Pipa Galvanis Link Stainless steel + stopping buckle Pipa Galvanis 0,5 inchi L

Stainless steel strip

1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m

30 cm

L Elektroda 2

Elektroda Pembumian Elektroda 1 110

4.7. PROSEDUR MENDIRIKAN TIANG


a Jaringan Udara Tegangan Rendah di pasang pada 2 hal : 1. Di bawah saluran udara Tegangan Menengah (Under Built Construction) 2. Pada tiang tersendiri. a Cukup jelas untuk hal pada butir a , untuk hal pada butir b, tiang harus didirikan. Pendirian tiang ini melibatkan proses : 1. penimbunan tiang (pole laying out) 2. Pematokan (pole straking) 3. Transportasi tiang (pole transporting) 4. Pembersihan lokasi/penggalian lubang 5. Pendirian tiang 6. Pengerasan tanah disekitar lubang tiang 7. Pemasangan fondasi tiang 8. Pembersihan /finishing

111

Lanjutan 4.7.
1. Pematokan Titik Tiang (Pole stakeng) a. Pematokan titik ing dilakukan berdasarkan gambar rencana jaringan tegangan rendah, umumnya memakai peta 1 : 1000. b. Titik patok dihindarkan pada :  Dekat tempat sampah  Dekat saluran air/kolam  Di sisi pintu masuk garasi, rumah  Pada bantaran sungai  Di sisi jalur rel kereta api dimana jarak bahu (balast) rel kereta api lebih kecil dari panjang tiang.  Sedapat mungkin dihindarkan pada kondisi tanah lembek/lunak  Pada titik dimana kemungkinan jaringan kabel menyentuh bangunan tinggi atau melintasi jalan raya. c. Jarak antara titik patok antara 35 meter s/d 50 meter. Titik patok yang terbaik adalah diantara batas halaman 2 rumah. d. Petunjuk pematokan secara umum adalah sebagai berikut :

112

Lanjutan 4.7.
No 1. POSISI Hindarkan dekat tempat sampah SITUASI

Bak sampah Umum Titik tiang Jalan

2.

Hindarkan dekat saluran air/kolam Kolam ikan Titik tiang

Jalan

113

Lanjutan 4.7.
No 3. POSISI Hindarkan disisi pintu masuk garasi rumah Titik tiang Jalan 4. Hindarkan pada bantaran sungai SITUASI

Titik tiang Sungai

5.

Dindarkan dekat rel kereta api dengan jarak kurang dari panjang tiang

Titik tiang

L > Panjang tiang

Rel Kereta api

114

Lanjutan 4.7.
No 6. POSISI Hindarkan kemungkinan kabel menyentuh bangunan. Bangunan tinggi Jalan 7. Hindarkan kemungkinan kabel melintasi jalan/berada di atas jalan pada belokan jalan. Hindarkan kemungkinan melintasi halaman penduduk. Titik tiang Lintasan Jaringan SITUASI Titik tiang

Titik tiang

Titik tiang

Jalan berbelok Halaman Rumah penduduk

8.

Titik tiang

Jalan berbelok 115

Lanjutan 4.7.
No 9. POSISI Hindarkan pada titik dekat moF Sambungan utilitas lain (listrik, Telkom, Gas, PAM). Hindarkan di bawah jaringan kabel TM dengan jarak kurang dari 1 meter dari saluran udara tegangan rendah. Hindarkan lintasan pada sisi yang sama dengan kabel telkom Titik tiang SITUASI Patok Mof kabel Jalan

10.

D > 1 meter pada Suhu udara maksimum

Titik tiang Posisi Titik tiang Jalan Kabel telkom 116

11.

Lanjutan 4.7.
No 12. POSISI Hindarkan jarak terlalu dekat (kurang dari 20 meter) dengan tiang yang sudah ada. Hindarkan mendirikan tiang di dalam pekarangan. SITUASI Posisi titik tiang Lebar < 20 mtr

13.

Pekarangan penduduk Posisi titik tiang Jalan

14.

Letak pondasi tiang yang paling baik adalah pada batas rumah/pekarangan.

Letak Posisi titik tiang

Jalan

117

Lanjutan 4.7.
 Meluruskan titik patok sebaiknya dilakukan dengan alat misalnya theodolit. Namun dapat dilakukan dengan menggunakan 2 pekerja.

 Menggunakan sudut gambar pada saat stakeng dapat digunakan kompas. Utara

 Posisi letak tiang yang akan dibangun, diberikan tanda patok dan diberi nomor. 118

Lanjutan 4.7.
2. Jenis-jenis Tiang a. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang besi dan tiang beton dengan panjang 7 meter dan 9 meter. b. Tiang besi umumnya tidak dipakai secara besar-besaran untuk konstruksi baru yang dipakai secara umum adalah tiang beton. Tiang 7 meter dipakai pada konstruksi listrik desa. c. Berdasarkan fungsinya sebagai tiang awal, tiang tengah atau tiang ujung atau tiang sudut pemilihan tiang 7 meter dan 9 meter berdasarkan kekuatan tarik tiang yang distandarisasi dengan satuan gaya daN (deka Newton).
No 1 2 Panjang tiang 7 meter 9 meter Kekuatan Tarik / Berat ( t daN } 0,98 kg gaya) 160 160 200 350 500 800 daN daN daN daN daN daN

d. Mengingat tiang beton sangat berat (s 500 kg), umumnya untuk jaringan tegangan rendah memakai tiang dengan kekuatan tarik 160 daN, 200 daN, 350 daN tiang 350 daN dipakai untuk konstruksi tiang awal atau pada tiang ujung/sudut yang tidak memungkinkan memakai guywire/trekschor. 119

Lanjutan 4.7.
3. Transportasi dan Penumpukan Tiang. Tiang beton sangat berat dan mudah patah oleh karenanya penanganannya harus hati-hati. a. Pengangkutan Tiang.  Tiang harus diangkat dan diturunkan dengan alat crane. Tiang tidak boleh dijatuhkan (pekerjaan pengangkutan sampai ke tempat penumpukan dilakukan oleh pabrikan).  Penempatan tiang, harus pada tempat yang rata dan diganjal dengan kayu / tonggak pada 3 titik agar tidak tergulir dan diletakkan di tanah yang rata.

120

Lanjutan 4.7.
 Memindahkan tiang, harus dilakukan dengan trailer dan tidak boleh di seret. Bagian atas tiang Bagian Bawah tiang Trailer kecil

Trailer besar Tiang dapat di tempatkan pada titik-titik patok pendirian tiang oleh truk trailer. Tumpukan tiang hanya boleh 3 lapisan penumpukan.

121

Lanjutan 4.7.
b. Mendirikan Tiang. Bagian yang ditanam dalam tanah adalah 1/6 x panjang. Lubang galian harus sebesar 2 x diameter pangkal tiang, galian harus tegak lurus. 2D D = diameter pangkal tiang c. Memasukkan Tiang ke lubang Jika harus ditanam secara manual, dapat dilakukan dengan Tripoid, ujung pangkal didekatkan pada lubang. Dinding lubang diberi papan untuk memudahkan tiang tergelincir. Papan tebal Tiang beton

Bahan pengeras (batu kerikil, plat beton 122

Lanjutan 4.7.
 Setelah pangkal tiang berada pada posisi dekat dengan lubang lakukan pendirian tiang dengan dengan Tripoid yang dilengkapi dengan Hoist atau Takel, diperlukan petugas untuk menarik tiang kelubang dan 2 orang untuk menarik tiang jika terjadi putaran.

123

Lanjutan 4.7.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Pangkal tiang pada posisi tepat dimulut lubang. b. Penarik (sling) harus memakai kawat baja (galvanized steel) dengan kekuatan minimal 3281 daN c. Harus ada 3 petugas yang berfungsi : 1. Penarik kawat sling. 2. Penahan tiang agar tidak perputar d. Ikatan kawat sling harus pada titik berat tiang ( s 2/3 panjang tiang dari bagian bawah tiang) e. Titik ikatan Tripoid harus bergeser dari garis titik pusat lubang tiang, sehingga tiang akan berdiri lurus. Tripoid Garis titik pusat lubang

124

Lanjutan 4.7.
f. Tidak menggunakan Tripoid pada tempat dengan tanah sangat lembek (tanah rawa-rawa) sebelum fondasi tiang disiapkan. Apabila pendirian tiang harus pada tanah yang berawa-rawa, atau berpasir/ditepi pantai harus dibuat lubang fondasi dahulu dengan cor beton. Fondasi harus dibuat dulu dengan papan atau drum minyak 200 liter yang telah dilubangi dan cetakkan untuk lubang masuk tiang. Drum aspalt Beton cor

Daerah rawa-rawa

Daerah rawa-rawa

Cetakan lubang tiang 125

Lanjutan 4.7.
4. Pole Aligmend a. Semua tiang seteah berdiri harus tepat lurus tegak lurus bumi (kecuali pada tanah dengan kemiringan) b. Plum Bob (tali yang di gantung dengan benda berat) dapat dipergunakan sebagai referensi tegak lurusnya tiang. c. Jika tiang yang didirikan berfungsi sebagai tiang T dapat diberi toleransi 5 r berlawanan arah dengan tarikan penghantar. Arah tarikan T 5r

126

Lanjutan 4.7.
5. Pengerasan. Setelah aligmend selesai bagian tiang yang tertanam dalam tanah harus dikeraskan sekelilingnya dengan batas pengeras harus diperhatikan Kemungkinan Resultan gaya yang akan dipikul, khususnya pada tiang sudut dan tiang akhir/awal yang tidak memakai fondasi. Arah gaya tarik resultan

Substansi penahan - Batu gunung - Slab beton Pengerasan (Macadam) - Koral - Tanah keras 127

Lanjutan 4.7.

6. Pembersihan Setelah pendirian tiang lokasi pendirian tiang harus dibersihkan dari kotoran batu bekas galian dan lain-lain.

8. Pemasangan Pole Supporter Pole Supporter untuk penahan saat proses stringing di laksanakan oleh pelaksana/kontraktor jaringan.

128

You might also like