You are on page 1of 9

Nama : Reza Ashari Jurusan / Kelas : Pend.Geografi / A NIM : 1100683 A. Alat Pengukur Radiasi Surya 1.

Aktinograf Dwilogam

Dinamakan Aktinograf Dwilogam karena prinsip kerja alat ini terdiri dari dua buah lempengan logam yang berbeda warnanya sebagai sensor, di mana lempengan yang satu diberi warna putih mengkilat dan pada bagian yang lain diberi warna gelap. Untuk pemasangan alat diletakkan di atas tonggak yang terbuat dari beton yang kokoh atau kayu dan diletakkan pada tempat yang tebuka sehingga terhindar dari naungan pepohonan maupun gedung tinggi. Alat dipasang setinggi 150 cm dari permukaan tanah. Kedudukan alat diusahakan rata air, untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan menyetel mur pada kaki alat. Hal penting harus diperhatikan adalah alat dipasang menghadap arah Timur Barat. Untuk Indonesia observasi pada alat ini biasanya dilakukan pada pagi hari yakni pukul 07.00. Untuk pengoperasiannya perhatikan langkah langkah berikut : 1) Angkat pena alat dengan cara menggeser pengumpil pena yang terletak di bagian bawah alat. 2) Buka skrup alat dengan cara melepaskan baud pengunci sungkup alat. 3) Buka skrup pengunci silinder jam. Skrup pengunci terletak di bagian atas silinder jam. 4) Lepaskan pias yang telah dipakai dan ganti dengan yang baru. Jangan lupa membubuhkan nama stasiun, tanggal, bulan, dan tahun. 5) Kunci jam di mana ada yang terletak di bagian atas dan ada pula yang berada di dalam silinder pias. 6) Pasang kembali silinder pias pada tempatnya dengan catatan jangan terlalu jauh menempatkan garis penunjuk waktu dengan pena pencatat. 7) Pasang kembali baud pengunci. 8) Periksa apakah tinta masih cukup. 9) Tempatkan pena pencatat dengan garis waktu pada pias dengan memutarkan silinder jam dengan hati hati. 10) Tutup kembali sungkup alat dan kencangkan kunci penahan agar air hujan tiak masuk. 1

11) Tempatkan pena pada kertas pias dengan cara melepaskan pengumpil pena dari gagang pena.

2. Gun Bellani Integrator

Alat ini mengukur total radiasi surya selama sehari sejak matahari terbit hingga terbenam. Alat ini tidak secara langsung mengukur radiasi surya, tetapi melalui suatu proses penguapan zat cair terlebih dahulu. Jumlah zat cair yang diuapkan berbanding lurus dengan total radiasi surya yang diterima. Bagian alat terdiri dari sensor yang berbentuk bulat hitam berwarna hitam pekat. Bola hitam ini berisi zat cair dan dihubungkan dengan tabung buret yang diberi skala dalam satuan mililiter (ml). Radiasi yang diterima oleh sensor mengakibatkan sensor menjadi panas sehingga zat cair yang ada di dalam sensor menguap. Kemudian uap air ini akan mengkondensasi di bagian bawah tabung buret. Terdapat dua macam alat sejenis yang dibedakan dalam penggunaan zat cair pengisi sensor, yaitu alkohol (n-prophyl alcohol) dan air. Sensor yang diisi dengan alkohol mempunyai kemampuan daya ukur maksimum 900 cal/cm2 dan banyak dipakai di daerah lintang tinggi di mana radiasi surya rendah. Sedangkan sensor yang diisi dengan air mempunyai daya ukur maksimum 1800 cal/cm2 dan banyak dipakai di daerah tropis. Kedua zat cair ini kurang peka terhadap total radiasi kurang dari 150 cal/cm2. Persyaratan dalam memasang alat ini sama halnya dengan alat alat pengukur cuaca lainnya bahwa alat harus ditempatkan pada tempat yang terbuka. Alat ditanamkan ke dalam tanah hingga tinggi sensor sama dengan permukaan tanah. Sedangkan silinder pelindung alat berada di atas permukaan tanah setinggi 1 cm. Pada bagian bawah alat diletakkan tumpukan batu kerikil 5 cm. Saat menggali lubang untuk memasukkan silinder pelindung alat ke dalam tanah, buatlah lubang sedikit lebih besar dari diameter silinder agar memudahkan membuat rata air pada permukaan silinder pelindung sebelum tanah dipadatkan. Pegang dengan tangan kanan bagian atas kubah kaca, kemudian perlahan lahan tarik ke atas lalu pegang tabung buret bagian bawah dengan tangan kiri dan posisi tabung harus dalam keadaan tegak. Dengan hati hati tabung kita balikkan ke bawah sehingga posisi tangan kanan berada di bawah dan tangan kiri berada di atas, dan tahan beban alat dengan telapak tangan kanan. Pada keadaan ini cairan yang ada dalam tabung buret akan mengalir ke dalam sensor. Bila semua cairan sudah kelihatan masuk ke dalam sensor balikkan alat ke posisi semula dengan cepat agar air dalam sensor tidak turun. 2

Tunggu beberapa saat, posisi alat tetap dalam keadaan tegak agar sisa air yang berada pada dinding tabung buret turun ke bagian bawah. Bacalah sisa air yang tertinggal dalam pipa buret dan catatlah. Dan sisa air yang tertinggal inilah yang kita sebut dengan residu.

Selanjutnya alat dimasukkan kembali dengan hati

hati ke dalam silinder pelindung pada

kedudukan semula, pada posisi ini alat sudah siap untuk mengukur radiasi surya selama periode pengamatan sehari. Pada pagi hari alat diangkat kembali perlahan lahan seperti petunjuk di atas dan ukur berapa mililiter kondensasi yang tertampung. Hitunglah pertambahan air dalam buret dengan cara pembacaan hari ini dikurangi sisa residu hari kemarin.

B. Alat Pengukur Kelembaban Udara 1. Psikrometer Standar

Alat ini terdiri dari dua buah termometer air raksa yang dipasang berdampingan. Salah satu bola termometernya terbuka dan disebut termometer bola kering dan yang lainnya bola termometer dibungkus dengan kain kasa. Ujung dari kain kasa ini dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air suling 3 cm, sehingga bola termometer ini selalu basah. Bola - bola termometer ini berada setinggi 10 cm dari dasar sangkar. Sirkulasi udara pada psikrometer standar hanya mengandalkan kepada konveksi alamiah. Udara akan mengalir melalui dua termometer. Termometer bola kering akan menunjukkan suhu udara, sedangkan termometer bola basah harus menguapkan air terlebih dahulu. Oleh karena untuk menguapkan air tersebut dibutuhkan panas laten yang diserap dari bola basah menjadi lebih rendah dari termoeter bila kering. Semakin kering udara, semakin banyak panas yang diambil sehingga makin rendah pula suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah. Dalam hal ini dianggap bahwa tekanan uap jenuh pada bola basah sama dengan tekanan uap jenuh udara sehingga tidak terjadi penguapan, karena kesetimabngan pada termometer bola basah sudah tercapai dan saat inilah dibaca dengan termometer bola basah. Dengan diketahuinya suhu yang ditunjukkan oleh bola basah dan bola kering, dapat diketahui pula selisih suhu antara bola kering terhadap bola basah. Nilai selisih ini kemudian menghasilkan 3

presentase kelembaban nisbi dengan bantuan tabel kelembaban atau mistar geser Relative Humidity (R.H)

2. Higrometer

Sebuah alat pengukur kelembaban udara dengan mempergunakan seberkas rambut yang peka lengas sebgai sensor. Seberkas rambut direntangkan dan dihubungkan dengan kawat kuningan ke jarum yang diberi pegas. Sifat dari rambut yang peka lengas ini adalah bahwa rambut akan memenjang jumlah uap air berkurang rambut akan menyusut. Pegerakan dari memanjang dan memendek dari rambut ini dapat dilihat pada panel skala yang telah dikalibrasi dalam satuan persen. Jadi menggunakan higrometer dapat secara langsung keleaban udara pada saat itu. Kelemahan dari alat ini adalah kurang teliti. Pada umumnya alat ini digunakan untuk mengetahui kelembaban dalam ruangan. 3. Higrograf

bila sel

selnya terisi air. Lebih banyak air yang terkandung lebih panjang dan sebaliknya apabila

Sebagai sensor yang digunakan pada alat ini juga digunakan rambut manusia yang peka lengas. Rambut ini akan memanjang atau memendek menurut kandungan air yang ada di udara. Hubungan

antara kelembaban dan perpanjangan rambut tidak linier. Untuk mengatasi hal tersebut, bermacam macam sistem lengan penggerak digunakan untuk menterjemahkan perubahan panjang rambut asli.

Sensor dihubungkan dengan tangkai pena pencatat yang menekan pada pena. Higrograf dan termograf sering dikombinasikanmenjadi suatu alat dengan menggunakan selembar pias dengan dua skala. Meskipun alat ini tidak begitu teliti, namun data yang dicatat oleh instrumen ini cukup memberikan informasi yang berharga dan mudah diperoleh. Pembacaan nilai kelembaban dapat dibaca dari pias. Pias biasanya ada yang harus diganti setiap hari atau ada juga yang mingguan. Alat ini sangat kurang kepekaannya pada kelembaban di bawah 25%. Pada umumnya alat ini bekerja dengan baik pada saat kelembaban rata rata tinggi. Menurunnya kepekaan alat ini memerlukan kalibrasi secara teratur. Cara melakukan kalibrasi pada alat ini yaitu dengan cara menutup ruanga yang berisi sensor dengan kain yang telah dibasahkan dengan air. Setelah kurang lebih satu jam bila alat dalam keadaan baik maka alat akan menunjukkan angka maksimum yakni 95%. Bila penunjukkan pada pias < 95% maka skrup penyetel diubah hingga terbaca 95% pada pias. Pengamatan biasannya dilakukan dua atau tiga kali sehari, yakni pagi, siang dan sore hari. Jumlah pengamatan dalam sehari tergantung dari kebutuhan dan harus konsisten atau teratur. Saat melakukan pengamatan hal hal yang harus diperhatikan adalah : 1) Usahakan membaca termometer sesingkat mungkin. 2) Usahakan agar badan tidak terlalu dekat dengan termometer. 3) Air dalam bejana pembasah bola basah, jangan sampai jauh berkurang dari asal atau kering. 4) Kain muslin harus dipertahankan kebersihannya, umumnya diganti setiap dua minggu sekali.

C. Alat Pengukur Curah Hujan 1. Penakar Hujan Otomatis Tipe Hellman

Penakar hujan tipe Hellman dipasang pada ketinggian 140 cm dihitung dari permukaan tanah hingga batas corong. Luas bidang corong penampung curah hujan adalah 193,5 cm2. Air hujan masuk ke reservoir yang dihubungkan dengan pipa. Di dalam reservoir, ditempatkan sebuah pelampung, saat air masuk ke dalam reservoir, pelampung akan terangkat dan pada pelampung dipasang tangkai pena yang mencatat pada kertas pias yang ditempelkan pada silinder yang diputar oleh jam. 5

Bekerjanya penakar hujan ini adalah apabila air yang tertampung dalam reservoir telah mencapai setara dengan tinggi curah hujan 10 mm, maka air dalam reservoirakan tumpah secara otomatis melalui pipa pemindah (sifon) yang dipasang pada reservoir dan pena akan kembali lagi ke angka nol. Air yang tumpah melalui pipa sifon ditampung dalam sebuah bejana, untuk selanjutnya ditakar kembali sebagai penteraan apakah yang tercatat pada ias sama dengan yang ditakar gelas ukur khusus untuk penakar hujan tipe Hellman. Penakar dipasang pada dudukan yang terbuat dari beton bertahap dua. Bagian dasar masuk ke dalam tanah kurang lebih 30 cm dan tahap kedua berada di atas permukaan tanah 15 cm dan tahap berikutnya setinggi 10 cm dari permukaan tahap dua, sehingga tinggi seluruhnya dari dudukan alat menjadi 25 cm di atas permukaan tanah. Tinggi alat terpasang di atas dudukan dari permukaan tanah menjadi 140 cm. Pada dudukan dipasang tiga buah baud angker yang ditanamkan sebagai pemegang alat di atas dudukannya. Alat harus terpasang tegak lurus, corong penampung harus rata air dan di sekitar penakar bebas penghalang dengan sudut pandang 450. Cara melakukan pengamatannya, yaitu pertama buka pitu alat, untuk pengamanan biasanya dipasang gembok. Takar air dalam bejana dengan gelas ukur khusus untuk penakar hujan tipe Hellman, catat dan sesuaikan dengan pembacaan ombrogram. Kedudukan jarum dikembalikan pada keadaan semula pada garis nol. Pengembalian ke titik nol dilakukan dengan memasukkan air ke dalam corong penampung sebanyak 10 mm dikurangi sisa dengan nilai yang tertera pada pias. Keluarkan silinder pias, buka ombrogram dengan melepas penjepit kertas. Pasang kembali ombrogram kosong, lilitkan pada silinder pias, jepit dan kembalikan lagi pada kedudukan semula.

2. Penakar Hujan Otomatis Tipe Tilting Siphon

Penakar hujan tipe Tilting Siphon menggunakan pelampung sebagai penggerak pena. Luas corong penampung curah hujan 128,6 cm2. Tabung silinder ditahan dalam keadaan tegak oleh penahan. Posisi penahan ini dipasang di

bagian bawah tabung silinder dan berada kira saat tidak hujan, silinder ini ditahan oleh kunci.

kira tiga perempat bagian dari depan silinder. Pada

Jika terjadi hujan, air masuk ke dalam silinder dari pipa pengarah ke dalam mulut silinder. Akibatnya pelampung akan terdorong naik ke atas. Pada pelampung ini dipasang tangkai, di mana ditempatkan pena pencatat. Setelah curah hujan mencapai tinggi 25 mm, kunci akan terbuka sehingga silinder miring ke arh pipa sifon dan air dalam silinder akan tumpah. Saat air tumpah dari silinder, pena menujukkan pada garis skala maksimum pias (25 mm). Kemudian beban neraca akan lebih berat daripada silinder sehingga silinder tertarik ke arah beban neraca dan posisi silinder kembali tegak seperti semula dan kunci kembali terpasang. Biasanya alat ini dipasang 120 cm di atas permukaan tanah, di atas dudukan yang terbuat dari beton. Tinggi dudukan alat dibuat setinggi 35 cm dari permukaan tanah sehingga total tinggi alat di atas dudukan menjadi 120 cm sampai batas permukaan corong. Bagian dasar atas dudukan dibuat saluran kecil untuk jalan air keluar dari alat. Berbeda dengan penakar hujan tipe Hellman, tipe Tilting Siphon pias berada di dalam, mengambilnya dengan membuka bagian atas di mana corong penampung terpasang. Bagian atas dipisahkan dari bagian bawah melalui engsel. Data diperoleh dari pembacaan atau analisa pias. Pada alat ini tidak disediakan gelas ukur.

Hati

hati mengeluarkan pias, pertama angkat pena melalui pengungkit sehingga pena terlepas

dari pias. Kedua, angkat pias bersama silinder jam, lalu ganti dengan pias baru. Pasang kembali silinder dengan pias baru seperti keadaan semula. Untuk mengembalikan kedudukan pena pada nol, cukup dengan menambahkan air ke dalam silinder hingga air tumpah melalui sifon.

D. Alat Pengukur Penguapan 1. Panci Kelas A

Panci kelas A berbentuk sebuah kancah atau panci besar, berdiameter 120,7 cm dan tinggi bibir panci 25,4 cm. Alat terbuat dari bahan stainless seperti baja putih atau logam campuran, contoh monel. Harga bahan yang mahal ini mengakibatkan harga alat ini menjadi mahal pula. Sekarang panci kelas A banyak dibuat dari plat besi yang kemudian disepuh dengan seng agar tahan karat.

seperti terlihat pad gambar. Sebaiknya ditempatkan di tengah tengah lapangan stasiun. Tinggi muka air setiap pagi sesudah dilakukan pembacaan diusahakan sama, yaitu sekitar 5 cm di bawah bibir panci. Penurunan muka air sampai 2,5 cm, air dalam panci harus ditambah kembali ke keadaan asal yaitu 5 cm di bawah bibir panci. Bila dibiarkan muka air akan terus menurun hingga melebihi 10 cm dari asal, maka nilai evaorasi yang diukur akan mengalami kesalahan sebsar 15% dari nilai evaporasi yang sebenarnya. Kesalahan ini akibat dari pengaruh angin yang berkurang. Angin tidak bebas bergerak di atas muka air, karena terhalang oleh bibir panci yang semakin tinggi bila air dalam panci mengalami penurunan Dudukan panci terbuat dari kayu, dicat putih dan tinggi dudukan dipasang 10 cm dari permukaan tanah. Panci dipasang rata air, agar muka air dalam panci juga dtar dan sama tinggi. Lantai dudukan terdiri dari papan dipasang berantara sehingga udara akan bebas masuk di antara celah dudukan di bawah panci. E. Alat Pengukur Kecepatan dan Arah Angin 1. Cup Counter Anemometer

Pada umumnya yang diamati dari angin adalah keceatan dan arah angin itu berhembus. Untuk mengukur kecepatan angin, pada Stasiun Agrometeorologi digunakan sebuah alat yang disebut Anemometer. Alat ini terdiri dari tiga atau empat cawan yang dibuat menyerupai bentuk kerucut dihubungkan oleh lengan yang ditempelkan pada as. Pada umumnya anemometer dipasang pada tiang penyangga yang terbuat dari besi atau sejenisnya yang terpasang kokoh pada tempatnya, posisi tiang penyangga terpasang benar benar tegak lurus (vertikal). Biasanya anemometer dipasang bersama panah angin di atas tiang.

Dudukan panci harus betul

betul datar (rata air) di atas tanah dan dikelilingi rumput pendek

Anemometer dlinegkapi dengan alat penghitung jumlah putaran (counter) yang telah dikalibrasi dalam satuan kilometer atau mil per jam (1 mph = 1,85 kmh). Jenis alat ini kurang peka terhadap keceatan angin yang lemah (< 0,5 m/detik), tetapi kekurangan ini dapat diabaikan dalam praktek di lapangan. Penempatan alat ini cukup sulit untuk memilih tempat yang cocok, karena adanya sifat tidak tetap dari kecepatan dan arah angin (variabelitas). Dalam hal ini maka pemilihan tempat diusahakan bebas dari gangguan di sekitarnya dan dapat mewakili lingkungan di mana datanya akan digunakan.

Umumnya tinggi alat dipasang pada stasiun

stasiun Agrometeorologi adalah 2 meter dari 0,5 m dari permukaan tanah, hal ini

permukaan tanah. Kecepatan angin diukur pula pada ketingian

diperlukan untuk mengetahui kecepatan angin pada permukaan panci kelas A. Pengamatan dilakukan pada waktu yang seragam, hasil pembacaan periode pengamatan kedua dikurangi dengan pembacaan pengamatan awal. Selisih dari hasil pengurangan adalah jarak tempuh angin total selama periode pengamatan. Pada umumnya jam jam pengamatan dilakukan pada pukul 07.30 ; 13.30 ; dan 17.30 waktu setempat, di mana angka pengamatanbpukul 13.30 dikurangi angka hasil pengamatan saat pukul 07.30 (6 jam), dinamakan dengan kecepatan angin pagi hari. Selanjutnya pengamatan pukul 17.30 dikurangi dengan angka pengamatan saat pukul 13.30 (4 jam), dinamakan kecepatan angin sore hari. Untuk seterusnya angka pengamatan pukul 07.30 hari berikutnya dikurangi angka pengamatan pukul 17.30 dinamakan kecepatan angin malam hari. Sedangkan kecepatan angin total suatu hari (24 jam) adalah hasil dari pengamatan pukul 07.30 hari ini dikurangi angka pengamatan pukul 07.30 hari kemarin. Untuk mengukur angin lebih teliti dapat digunakan alat pengukur sensitive anemometer.

You might also like