You are on page 1of 17

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

PPN DAN PPNBM BAB I PENDAHULUAN Apabila dilihat dari sejarahnya, PPN (Pajak Pertambajan Nilai) merupakan pengganti dari pajak penjualan. Alasan penggantian ini karena pajak penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menanpung kegiatan masyarakat dan mencapai sasaran kebutuhan pembangunan yang diantaranya meningkatkan penerimaan Negara,

mendorong ekspor dan pemerataan pembebanan pajak. Adapun pajak penjualan mempunyai beberapa kelemahan diantaranya: 1. Adanya pajak berganda 2. Bermacam-macam tariff sehingga menimbulkan kesulitan dalam pelaksananya 3. Tidak mendorong ekspor 4. Belum dapat mengatsi penyelundupan Sedangkan dilain sisi ppn mempunyai kelebihan antara lain: 1. Menghilangkan double tax 2. Menggunakan tariff tunggal sehingga mempermudah pelaksanaan 3. Dapat mendorong ekspor 4. Netral dalam perdagangan internasional,persamaan dalam negri dan pola kosumsi. 5. Pajak pertambahan nilai merupakan pajak tidak langsung dan pajak atas kosumsi dalam negri.

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

BAB II PEMBAHASANW 2.1 PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM DASAR HUKUM Undang-undang yang mengatur tentang pengenaan pajak PPN dan PPnBM adalah UU No.18 tahun 2000 dengan pembaharuan UU No.42 tahun 2009 yang berlaku mulai tanggal 1 April 2010. PENGERTIAN PENGERTIAN ISTILAH DALAM PPN DAN PPnBM 1. Daerah pabean adalah wilayah rep.indonesia yanga meliputi wilayah darat,perairan,dan ruang udara diatasnya serta tempat2 tertentu dizona ekomoni eksklusif. 2. Impor adalah setiap kegiatan memasukan barang dari luar daerah pabean kedalam daeran pabean. 3. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari luar daerah pabean kedalam daerah pabean. 4. Menghasilkan adalah kegiatan menggolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru. 5. Pajak Masukan adalah pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan atau penerimaan JKP dan atau pemamfaatan BKP tidak terwujud dari luar daerah pabean dan atau pemamfaatan JKP dari luar daerah pabean dan atau impor BKP. 6. Pajak keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, atau ekspor BKP. 7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan paling lambat 3 bulan takwim.

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

2.2 BARANG KENA PAJAK (BKP) Pengertian Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hokum yang berupa barang bergeak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang Undang PPN. Pengecualian BKP Pada dasarnya senua barang adalah BKP , kecuali undang undang menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan peraturan pemerintah didasarkan atas kelompok kelompok barang sebagai berikut: 1. Barang hasil pertambangan, penggalian, dan pengeboran, yang diambil langsung dari sumbernya, seperti: a) Minyak mentah(Crude Oil) b) Gas Bumi c) Panas Bumi d) Pasir dan Kerikil e) Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan f) Biji besi, biji timah, emas, nikel, perak, dan biji bauksit.

2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak, seperti: a) Beras, gabah, jangung, sagu, kedelai, garam baik yang beryodium maupun tidak. b) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jas boga atau Cattering.
3

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

3. Uang, emas batangan, dan surat surat berharga seperti (Saham, obligasi, dan lainnya)

2.3 Jasa Kena Pajak (JKP) 2.3.1. Pengertian Jasa Kena Pajak Jasa kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atauperbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN 1984. Dan dasar hukum Jasa Kena Pajak tercantum pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. Sedangkan Jasa adalah ( Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 ) setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang/ fasilitas/ kemudahan/ hak tersedia untuk dipakai termasuk menghasilkan barang berdasarkan pesanan dengan bahan dan petunjuk pemesan. Contoh, jasa konsultan, jasa sewa, jasa konstruksi dan jasa lainnya. Pada prinsipnya, semua jasa merupakan Jasa Kena Pajak (JKP) kecuali yang dinyatakan lain oleh undang-undang PPN itu sendiri. Dengan demikian, yang diatur secara rinci dalam undangundang PPN adalah jasa-jasa yang bukan merupakan jasa kena pajak, yaitu di pasal 4A UU No.18 Tahun 2000 dan secara otomatis jasa-jasa lainnya merupakan Jasa Kena Pajak. 2.3.2 Pengecualian JKP Jenis-Jenis Jasa Tidak Kena Pajak menurut Pasal 4A Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 144 TAHUN 2000 adalah sebagai berikut: 1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, misalnya jasa dokter umum, dokter spesialis, dokter hewan, jasa rumah sakit, dan lain-lain. 2. Jasa di bidang pelayanan sosial, misalnya jasa pelayanan panti asuhan, jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan, jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial, dan sebagainya. 3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko. 4. Jasa di bidang perbankan, jasa asuransi, dan jasa sewa guna usaha dengan hak opsi
4

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

(capital lease). Jasa Perbankan yang tidak dikenakan PPN ( SE - 15/PJ.5/1990 ) - Jasa penghimpunan dana (giro, deposito, tabungan dan lain-lain); - Jasa penyaluran dana (perkreditan) ; dan - Jasa di bidang lalu lintas keuangan giral dan kartal. Jasa-jasa di atas merupakan kegiatan jasa yang merupakan usaha pokok bank, dan sesuai dengan UU Tentang Perbankan tidak diperbolehkan dilakukan oleh lembaga usaha non bank. Jasa-Jasa Yang Dilakukan Oleh Bank Tetapi Merupakan Jasa Kena Pajak (Peraturan Pemerintah Nomor 144 TAHUN 2000 ) adalah sebagai berikut: - Jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (penyewaan safe deposit box). - Jasa penitipan (safe Custody) yaitu ; jasa penyimpanan, penjagaan, dan pemeliharaan surat-surat berharga. (SE - 25/PJ.53/1995 ) - Jasa anjak piutang ( 292/KMK.04/1996 ) - Jasa wali amanat ( SE - 03/PJ.32/1996 ) Jasa di bidang keagamaan, yaitu jasa pelayanan rumah ibadah, jasa pelayanan khotbah dan dakwah dan jasa lain di bidang keagamaan. Jasa di bidang pendidikan, yaitu jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah dan jasa penyelenggaraan luar sekolah (kursus-kursus). Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan (Pajak Daerah), seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, seperti penyiaran radio dan televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial. Jasa angkutan umum di darat dan di air, yaitu jasa angkutan yang dilakukan pemerintah atau swasta. Jasa di bidang tenaga kerja, misalnya jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja. Jasa di bidang perhotelan (telah dikenakan Pajak Daaerah). Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam menjalankan pemerintahan secara umum, seperti Pemberian Izin Mendirikan Bangunan, Pemberian Izin Usaha Perdagangan, Pemberian NPWP, pembuatan KTP.

5. 6. 7. 8.

9. 10. 11. 12.

2.3.3 Penyerahan Jasa Kena Pajak ( Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 ) : Dalam pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, Penyerahan Jasa Kena Pajak yaitu setiap kegiatan pemberian JKP, termasuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma atas Jasa Kena Pajak. Sama halnya dengan pemakaian sendiri atau pemberian cuma-cuma atas BKP, pemakaian sendiri atau pemberian cuma-cuma atas JKP juga harus dikenakan PPN. Sebagai contoh, Perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) membangun bangunan untuk dipakai sendiri. Dalam hal ini, perusahaan tersebut harus mengenakan PPN kepada dirinya sendiri sebesar 10% dari harga pokok (biaya bangunan tersebut).
5

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

2.4 Pengusaha Kena Pajak 2.4.1 Pengertian PKP Tercantum dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 bahwa Pengusaha (Perusahaan) yang tidak termasuk Pengusaha Kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak /Jasa Kena Pajak. Pengusaha yang memenuhi syarat ini, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP. Pengusaha kecil yang menyerahkan BKP/JKP, dan memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak. 1. Termasuk PKP (Peraturan Pemerintah Nomor 143 TAHUN 2000) a) Pengusaha yang baru berniat akan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak (dalam tahap pra operasi/belum berproduksi komersial), artinya perusahaan tersebut belum memulai usahanya tetapi dari kegiatan persiapan yang dilakukan seperti pembelian barang modal atau bahan baku dapat diketahui bahwa Pengusaha ini berniat akan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak. b) Bentuk kerja sama operasi (Joint Operation/Joint Venture) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak. Apabila Joint Operationt tersebut hanya merupakan alat koordinasi, sedangkan transaksi penyerahan BKP/JKP tetap dilakukan sendiri-sendiri oleh peserta JO, maka JO tersebut tidak perlu dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Bagaimana tata cara pengusaha kecil berdasarkan 552/KMK.04/2000 Jo 571/KMK.03/2003, SE - 33/PJ.51/2003 ? 2. Pengusaha Kecil (552/KMK.04/2000 Jo 571/KMK.03/2003, SE - 33/PJ.51/2003) a. Sejak 1 Januari 2003 Batasan Pengusaha kecil adalah Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) untuk pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. b. Sebelum 1 Januari 2003 Batasan Pengusaha Kecil adalah : 1. Rp 360 Juta peredaran bruto setahun untuk :  Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP  Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan JKP, tetapi penyerahan BKP lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto 2. Rp 180 Juta peredaran bruto setahun untuk :  Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP  Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan JKP, tetapi penyerahan JKP lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto. c. Beberapa hal seputar pengukuhan PKP :

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

1. Pengusaha kecil yang omsetnya telah melampaui batasan omset Rp 600 juta, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan setelah bulan terlampauinya batasan tersebut. Apabila batas waktu pelaporan tersebut terlampaui, maka saat pengukuhan sebagai PKP adalah awal bulan berikutnya. Contoh : Bapak Meidi terdaftar di KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua memiliki toko onderdil mobil di Pusat Onderdil Fatmawati, omset bulan Januari s.d. April 2004 mencapai Rp 500 juta. Sementara omset bulan Mei 2004 adalah Rp 300 Juta. Dengan demikian, batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Mei 2004, sehingga Bapak Meidi harus segera melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP kepada KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua selambatlambatnya 30 Juni 2004. Namun jika Bapak Meidi baru melaporkan usahanya pada tanggal 20 Juli 2004, maka saat pengukuhan PKP terhitung mulai tanggal 1 Juli 2004. 2. Dalam hal pengukuhan dilakukan secara jabatan, maka saat pengukuhan adalah awal bulan kedua setelah bulan terlampauinya batasan pengusaha kecil. Jika dalam contoh diatas, Bapak Meidi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua dan berdasarkan hasil ekstensifikasi pada bulan Desember 2004 diketahui bahwa batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Mei 2004. Maka saat pengukuhan sebagai PKP terhitung sejak tanggal 1 Juli 2004 dan atas PPN terutang bulan Juli s.d. Nopember 2004 beserta sanksi bunga 2 % sebulan dari PPN terhutang. 3. Kewajiban untuk memungut, menyetorkan dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terhutang dimulai sejak saat pengukuhan sebagai PKP. Beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pengusaha kecil: A. Dilarang membuat faktur pajak B. Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN C. Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan D. Wajib lapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi pengusaha kecil yang memperoleh peredaran bruto diatas batas yang telah ditentukan E. Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (Pasal 3A Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000) : F. Kewajiban PKP a. Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau Pengusaha Kecil yang memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak seperti tersebut diatas berkewajiban untuk : 1) Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. 2) Memungut PPN/PPn BM yang terutang. 3) Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang kurang dibayar)
7

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

4) Melaporkan PPN/PPn BM yang terutang (menyampaikan SPT Masa PPN/PPn BM). b. Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tidak wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kecil tidak dikenakan PPN, kecuali jika Pengusaha Kecil tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. c. Apabila sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto (omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil, Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya. d. Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak tidak melebihi batasan Pengusaha kecil, maka Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai Pengusaha Kena Pajak. G. Hak PKP a. Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP b. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN H. Proses Pencabutan PKP : a. Direktur Jenderal Pajak akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. b. Keputusan akan diberikan dalam jangka waktu 2 bulan sejak permohonan diterima. c. Jika Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu 2 bulan, maka permohonan tersebut dianggap dikabulkan dan keputusan pencabutan akan diberikan selambat-lambatnya 1 bulan setelah 2 bulan tersebut. I. Contoh : PT A bergerak dalam bidang perdagangan garmen. Selain itu, PT A juga melakukan penyerahan jasa pengecetan gedung. Pada Masa September 2002, PT A melakukan pengecetan penjualan garmen s.d. September 2002 sebesar Rp 350.000.000,00 dan penyerahan jasa pengecetan gedung s.d. bulan September 2002 Rp 50.000.000,00. Dari kasus ini dapat dihitung Peredaran usaha PT A s.d. September 2002 adalah sebesar Rp 400.000.000,00 (87,5% penyerahan BKP). Jadi dalam hal ini PT A sudah berkewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan Oktober 2002. Transaksi Antar Pengusaha Kena Pajak yang Terdapat Hubungan Istimewa ( Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 ) : Dalam hal harga jual atas Barang Kena Pajak atau penggantian atas Jasa Kena Pajak dipengaruhi adanya hubungan istimewa, maka harga jual atau penggantian tersebut dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tersebut. Hubungan Istimewa terjadi dalam hal : - Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25% atau lebih pada
8

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

Pengusaha lain, atau hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan sebesar 25% atau lebih pada dua Pengusaha atau lebih. Demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebutkan terakhir. - Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua Pengusaha atau lebih berada dibawah penguasaan Pengusaha yang sama, yaitu penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi. - Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat : Sedarah lurus satu derajat, yaitu: ayah/ibu dengan anak Sedarah kesamping satu derajat, yaitu: kakak dengan adik Semenda lurus satu derajat, yaitu: mertua dengan menantu atau ayah/ibu dengan anak tiri Semenda kesamping satu derajat, yaitu: hubungan saudara ipar Jika antara suami istri ada perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, maka hubungan keduanya merupakan hubungan istimewa.

Cabang tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP apabila (SE - 09/PJ.51/2003) : Di dalam Pasal 1A huruf F Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang termasuk ke dalam pengertian Penyerahan Barang Kena Pajak. Namun, apabila cabang memenuhi syarat-syarat seperti yang tercantum dalam SE-09/PJ.51/2003, maka cabang tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP apabila : a. Tempat tersebut hanya digunakan untuk melakukan pembelian dan pengumpulan BKP (bahan baku) untuk kegiatan produksi Pengusaha Kena Pajak di tempat kegiatan usahanya (pabrik); b. Tempat tersebut semata-mata hanya melakukan penyerahan bahan baku yang dibeli atau dikumpulkannya tersebut ke tempat kegiatan usahanya (pabrik) dan tidak melakukan penyerahan kepada pihak lain; serta c. Tidak melakukan kegiatan usaha selain point b di atas

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

2.5 OBJEK DAN SUBJEK PAJAK Objek PPN aktivitas penyerahan atau pemamfaatan BKP/JKP. 1. Penyerahan BKP dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha 2. Import BKP 3. penyerahan JKP di dalam daerah pabean 4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean 5. pemanfaatan JKP di luar daerah pabean 6. Ekspor BKP oleh PKP 7. kegiatan pembangunan sendiri 8. penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk di perjual belikan BKP adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang di kenakan pajak berdasarkan UU PPN. Pajak PPN BM kedaraan bermotor (dilihat dari cc motornya) atau tidak bermotor Subjek PPN y y y pengusaha kena pajak (PKP) Taxable firm pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai PKP max < Rp. 600. jt / tahun orang atau badan yang memanfaatkan BKP dan JKP dari luar daerah pabean keadalam daerah pabean (wilayah Indonesia pasal 1). Objek subjek PPn BM PPN BM adalah pajak yang di kenakan atas penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pabrikan, atas impor barang yang tergolong mewah.
10

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

Subjek pajak PPN BM adalah pengusaha kena pajak yang menghasilkan atau menyerahkan barang mewah di pabean dan pangusaha yang mengimpor barang mewah. Objek pajak PPN BM adalah penyerahan barang yang tergolong mewah.

2.6 DASAR PENGENAAN PAJAK Secara umum Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan Dasar untuk menghitung Pajak yang terutang adalah : 1. DPP Umum Dasar Pengenaan Pajak yang umum digunakan adalah: - Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak - Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. - Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. - Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang

11

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

dipungut menurut Undang-undang ini.

2. DPP Nilai Lain Nilai Lain adalah suatu Nilai yang Ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang. DPP untuk : - Pemakaian sendiri adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor; - Pemberian cuma-cuma adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor; - Penyerahan rekaman suara/gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata; - Persediaan BKP yang masih tersisa saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas perolehan atas aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan adalah harga pasar wajar; - Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar; - Kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual; - Penyerahan jasa biro perjalanan/wisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih; - Penyerahan jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge, provisi, dan diskonl. Pajak masukan yang dibayar oleh PKP yang menggunakan DPP Nilai Lain untuk menghasilkan penyerahan: - Kendaraan bermotor bekas - Jasa biro perjalanan/pariwisata - Jasa anjak piutang tidak dapat dikreditkan karena dalam PPN yang dibayar telah diperhitungkan dengan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP tersebut.

12

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

A. Subjek pajak pertambahan nilai 1. Pengusaha kena pajak (PKP) Yaitu orang pribadi dan badan yang dalam kegiatan utamanya mengahasilkan barang, pengekspor barang, pengimpor barang, memanfaatkan barang, melakukan usaha jasa, dan memanfaatkan jasa dan melakukan penyerahan BKP dan JKP. 2. Pengusaha yang memilih menjadi PKP (PM PKP) Yaitu pengusaha kecil memilih dikukuhkan menjadi PKP 3. Orang pribadi atau badan yang melakukan pembangunan rumahnya sendiri 4. Subjek PPn yang di tunjuk pemerintah untuk memungut PPN, meliputi: y Kantor pembedaharahaan Negara, bendaharawan pemerintah pusat termasuk bendaharawan proyek, dan bendaharawan pemerintah daerah. Badan-badan tertentu (pertamina BUMN/BUMD, pemerintah, bank daerah) dan perusahaan telepon selular.

Yang bukan subjek PPn adalah pengusaha kecil yaitu pengusaha yang penghasilan brutonya < Rp.600jt dalam waktu setahun.

2.7 Tarif PPn dan PPn BM Atas penyerahan BKP yang tergolong mewah dan impor barang yang tergolong mewah serendah rendahnya adalah 10 % ( sepuluh persen ) dan setinggi tingginya 75 % 1. selain kendaraan bermotor terdiri dari enam lapis yaitu : 10 %,20 %, 30 %,40 %,50 % dan 75 % 2. kendaraan bermotor terdiri dari tujuh lapis, yaitu : 10 s/d 60 % dan 75 % Atas export BKP yang tergolong mewah adalah 0 %

Dasar pengenaan pajaknya adalah harga jual untuk BKP yang tergolong mewah dan nilai impor untuk impor barang mewah yang didalamnya sudah termasuk PPn dan PPnBM PPn = ( 10 / 110 +t ) x harga jual BKP
13

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

PPnBM = ( t / 110 +t ) x harga jual BKP

2.8 CARA PERHITUNGAN/CONTOH KASUS 1. Pengusaha sepatu pada bulan januari 2011 menjual tunai kepada pengusaha sepatu A sebanyak 100 pasang sepatu @ Rp 100.000 = Rp 10.000.00 Hitung PPN dan jumlah yang harus dibayar oleh pengusaha sepatu b kepada pengusaha sepatu B

Jawab:

1. PPN terutang yang dipungut oleh pengusaha A 10 % X Rp 10.000.000 = Rp 1.000.000 2. Jumlah yang harus dibayar pengusaha B adalah = Rp 11.000.000. 2. Pengusaha kena pajak D yaitu pengusaha pabrikan yang menghasilkan mesin cuci pakaian, mesin cuci pakaian sendiri dikategorikan sebagai BKP yang tergolong mewah dan dikenakan PPn BM dengan tariff sebesar 20 %. Dalam bulab januari 2011 pabrikan berhasil menjual 10 buah mesin cuci kepada pengusaha kena pajak E seharga Rp 30.000.000 Hitung PPn dan PPn BM yang terutang ? Jawab : y PPn yang terutang 10 % x Rp 30.000.000 = Rp 3.000.000 y PPn BM yang terutang 20 % x Rp 30.000.000 = Rp 6.000.000 Sehingga PPn dan PPnBM yang terutang pengusaha kena pajak D adalah Rp 9.000.000

14

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

DASAR

PENGENAAN

PAJAK

Secara umum Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan Dasar untuk menghitung Pajak yang terutang adalah : 1. DPP Umum Dasar Pengenaan Pajak yang umum digunakan adalah:
15

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

- Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak - Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. - Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. - Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini.

2. DPP Nilai Lain Nilai Lain adalah suatu Nilai yang Ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang. DPP untuk : - Pemakaian sendiri adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor; - Pemberian cuma-cuma adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor; - Penyerahan rekaman suara/gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata; - Persediaan BKP yang masih tersisa saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas

16

Oleh mahasiswa/i jurusan manajemen ( 2008 ) STIE STAN-IM bandung

perolehan atas aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan adalah harga pasar wajar; - Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar; - Kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual; - Penyerahan jasa biro perjalanan/wisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih; - Penyerahan jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge, provisi, dan diskonl. Pajak masukan yang dibayar oleh PKP yang menggunakan DPP Nilai Lain untuk menghasilkan penyerahan: - Kendaraan bermotor bekas - Jasa biro perjalanan/pariwisata - Jasa anjak piutang tidak dapat dikreditkan karena dalam PPN yang dibayar telah diperhitungkan dengan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP tersebut.

17

You might also like