You are on page 1of 210

APA ITU KLONING?

Kloning bisa di sebut suatu penciptaan sebuah organisme yang merupakan salinan
genetik sama dengan yang lain, yang bearti setiap bit tunggal DNA adalah sama
antara kedua!. Ada beberapa cara untuk melakukannya: twinning embrio buatan dan
transfer sel somatik nuklir.
1. Buatan Embrio Twinning
embrio kembar buatan adalah versi relatif rendah berteknologi kloning. Seperti
namanya, teknologi ini meniru proses alami penciptaan kembar identik. Di alam,
kembar terjadi hanya setelah pembuahan dari sel telur oleh sel sperma. Dalam kasus
yang jarang terjadi, ketika dibuahi telur yang dihasilkan, disebut zigot, mencoba
untuk membagi menjadi embrio dua bersel, dua sel terpisah. Setiap sel terus membagi
sendiri, akhirnya berkembang menjadi individu yang terpisah dalam ibu. Karena dua
sel berasal dari zigot yang sama, individu-individu yang dihasilkan secara genetik
identik.
embrio kembar buatan menggunakan pendekatan yang sama, tetapi terjadi dalam
cawan Petri dan bukan di dalam tubuh ibu. Hal ini dilakukan dengan manual
memisahkan embrio sangat awal ke dalam sel individu, dan kemudian
memungkinkan setiap sel untuk membagi dan mengembangkan sendiri. Embrio yang
dihasilkan ditempatkan menjadi seorang ibu pengganti, di mana mereka dibawa dan
disampaikan, karena semua embrio berasal dari zigot yang sama, mereka secara
genetik identik.
2. Sel Somatik Transfer Nuklir
Sel somatik transfer nuklir, (SCNT) menggunakan pendekatan yang berbeda dari
embrio kembar buatan, tapi menghasilkan hasil yang sama: sebuah klon yang tepat,
atau copy genetik, dari individu. Ini adalah metode yang digunakan untuk membuat
"Dolly Domba".
Apa SCNT artinya?:
Somatik sel: Sel somatik adalah setiap sel dalam tubuh selain dua jenis sel
reproduksi, sperma dan telur. Sperma dan telur juga disebut sel kuman. Pada
mamalia, setiap sel somatik memiliki dua set lengkap kromosom, sedangkan sel
germinal hanya memiliki satu set lengkap.
Nuklir: inti adalah seperti otak sel. Ini adalah wadah tertutup yang berisi semua
informasi yang sel perlu membentuk suatu organisme. Informasi ini datang dalam
bentuk DNA. Ini adalah perbedaan dalam DNA kita yang membuat kita masing-
masing unik.
Transfer: Memindahkan objek dari satu tempat ke tempat lain.
Sebagai contoh Untuk membuat "Dolly", peneliti mengisolasi sel somatik dari domba
betina dewasa. Selanjutnya, mereka mengalihkan inti dari sel tersebut terhadap sel
telur dari yang inti telah dihapus. Setelah beberapa tweak kimia, sel telur, dengan inti
baru, bersikap sama seperti zigot yang baru saja dibuahi. Ini berkembang menjadi
embrio, yang ditanamkan ke seorang ibu pengganti dan dibawa ke panjang.
Domba, Dolly, merupakan replika genetik yang tepat dari domba betina dewasa yang
disumbangkan inti sel somatik ke telur. Dia adalah mamalia pertama yang akan di
kloning dari sel somatik dewasa.
Pembuahan telur oleh sperma dan metode kloning SCNT baik mengakibatkan hal
yang sama: bola membagi sel, yang disebut embrio. Jadi apa sebenarnya perbedaan
antara metode-metode ini?
Sebuah embrio terdiri dari sel-sel yang berisi dua set lengkap kromosom. Perbedaan
antara pemupukan dan SCNT terletak di mana dua set berasal.
Dalam pembuahan, sperma dan telur keduanya mengandung satu set kromosom.
Ketika sperma dan sel telur bergabung, zigot yang dihasilkan berakhir dengan dua set
- satu dari ayah (sperma) dan satu dari ibu (telur).
Dalam SCNT, satu set sel telur kromosom akan dihapus. Hal ini digantikan oleh inti
dari sel somatik, yang sudah berisi dua set lengkap kromosom. Oleh karena itu, dalam
embrio yang dihasilkan, kedua set kromosom berasal dari sel somatik.
Kloning
; pengertian sederhanya adalah cangkok; yaitu penggabunganunsur-unsur hayati dua atau lebih untuk
memperoleh manfaat tertentu. Di bidang biologi molekuler, pengertian kloning ini sering
dikonotasikandengan teknologi penggabungan fragment (potongan) DNA, sehingga pengertiannya
identik dengan teknologi rekombinan DNA atau rekayasagenetik. Namun pengertian di luar itu juga
masih tetap digunakan,misalnya kloning domba dsb, yang merupakan penggabungan unsur inti
sel dengan sel telur tanpa inti. Dengan demikian teknologikloning ini juga termasuk dalam wacana
bioteknologi; malah bisa dikatakan sebagai hal yang mendasar untuk bioteknologi.
Teknologi kloning
memang memungkinkan untuk dikembangakan ke arahrekayasa pembuatan jaringan atau organ
tertentu. Namun mesti memperhatikan masalah etik (mungkin ada yang punya pandangantertentu
mengenai etika ini?Ditinjau dari segi ajaran agama, misalnya?). Mengenai rekayasa darahuntuk
keperluan transfusi, meskipun sel darahnya sendiri bisa diusahakanmelalui teknologi kloning
(melalui stimulasi hematopoietic progenitors, ataudari stem cells-nya), namun mesti juga harus
memperhatikan komponen-komponen lainnya selain komponen sel-sel darah.
Pengertian kloning
:Kloning adalah teknik membuat keturunan derngan kode genetik yang sama dengan induknya,
pada manusiakloning dilakukan dengan mempersiapkan sel telur yang sudah di ambil intinya lalu
disatukan dengan sel somatic dari suatu organtubu, kemudian hasilnya ditanamkan dalam rahim
seperti halnya pada bayi tabung.Macam-macam teknik pengkloningan: kloning dapat dilakukan
terhadap semua makhluk hidup tumbuhan,hewandan manusia.Padatumbuhan kloning dapat
dilakukan dengan tekhink okulasi,sedangkan pada hewan dan manusia,ada beberapa tekhnik-
tekhnik yandapat dilakukan, kloning ini dapat berupa kloning embrio dan kloning hewan atau
manusia itu sendiri.kloning terhadap hewan atau tumbuhan jika memiliki daya guna bagi kehidupan
manusi maka hukumnya mubah/boleh dalilnya : Q.S.Al-Baqoroh:29,Q.S. Al-
Jatsiyah berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan beberapa ulama dapat di ketahui mafsadat
dari kloning lebih banyak daripadamaslahatnya. oleh karna itu,praktek kloning manusia bertentangan
dengan hukum islam dengan demikian kloning manusia dalamislam hukumnya haram.Dalil-dalil
keharaman.:Q.S. An-Najm:45-46, Q.S. Al-Qiyamah:37-38,Q.S.Al-Hujurat:13,Q.S.Al-
Ahzab:5,Q.S.Al-Israa:70,Q.S.At-tiin:4
Hukum Kloning, Tranplantasi Organ, Abortus, dan Bayi Tabung Menurut Islam
2 November 2009 Abied
Kloning
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada
mahkluk hidup tertentu baik berupahewan, tumbuhan, dan manusia, hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh induknya (
sel somatik
) dan selanjutnyaditanamkan pada sel induk (
ovum
) wanita yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu metode yang
mirip dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan. Dengan metode senacam
itu, kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil inti sel dariseorang
perempuan, lalu dengan cairan kimiawi khusus dan kejutan listrik inti sel
digabungkan dengan sel telur, setelah penggabungan i ni t er j adi maka
akan di t r ans f er ke dal am r ahi m s eor ang per empuan, agar dapat
memper banyak di r i , berkembang,berdiferensiasi dan berubah menjadi janin
yang sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secaraalamiah
yang berkode genetik sama dengan induknya.
Kloning embrio
terjadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk dari pertemuan
antara sperma suaminya dengansel telur istrinya yang telah dihilangkan intinya. Selanjutnya sel-
sel embrio itu dapat ditanamkan pada rahim perempuan asing. Bentuk kloning ini hukumnya
haram
sebab dalam hal ini terjadi pencampuradukan dan penghilangan nasab (garis
katurunan). Tetapi apabilasel-sel embrio itu ditanamkan pada rahim perempuan pemiliknya
maka kloning seperti ini hukumnya
mubah. Kloning manusia
dapat berlangsung dengan adanya laki- laki dan perempuan dan prosesnya dengan
mengambil sel dari tubuh laki-laki lalu inti selnya diambil dan kemudian
digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang intinya agar
dapatmemperbanyak diri, berkembang, berduferensiasi kemudian berkembang
menjadi janin dan akhirnya dilahirkan. Klonin yang

dilakukan pada laki-laki maupun perempuan baik yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas keturunan dengan menghasilkanketurunan yang lebih cerdas, lebih sehat, lebih kuat,
dan rupawan maupun untuk meningkatkan jumlah pemduduk maka sungguh akanmenjadi
bencana dan biang kerusakan bagi dunia. Kloning ini

hukumnya
haram
menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan.Kloning manusia akan
menghilangkan garis keturunan, padahal Islam mewajibkan memelihara
nasab
, diriwayatkan dari Ibnu AbbasRA, yang mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda :




Siapa saja yang menghubungkan nkepada orang yang bukan ayahnya, atau seorang budak bertuan
kepada selain tuannya, maka akanmendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.
( HR. Ibnu Majah )
Tranplantasi Organ
Yang dimaksud dengan transplantasi organ adalah pemindahan organ tubuh dari satu
manusia ke manusia lainnya, seperti jantung,ginjal, pemindahan tangan dari seseorang pada
saat dia hidup atau setelah mati.Hukum transplantasi organ adalah sebagai berikut :
Transplantasi organ dari donor yang masih hidup
Syara membolehkan seseorang pada saat hidupnya dengan suka rela tanpaadanya
paksaan siapapun untuk menyumbangkan sebuahorgan tubuhnya atau lebih kepada
orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, sepert tangan atau
ginjal. Ketentuanini dikarenakan adanya hak bagi seseorang yang tangannya
terpotong, atau tercongkel matanya akibat perbuatan orang lain untuk mengambil
diyat (tebusan), atau memaafkan orang lain yang telah memotong tangannya atau
mencongkel matanya. Dalam hal iniAllah SWT telah membolehkan memberi maaf dalam
masalah qishash dan berbagai diyat. Allah berfirman :



Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yangmemberi
maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kalian dan
suatu rahmat. (QS. AlBaqarah : 178)Syarat bagi kemubahan organ tubuh pada saat
seseorang masih hidup, ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan
organvital yang menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang, seperti jantung,
hati, dan kedua paru-paru. Hal ini dikarrenakan penyumbang organ tersebut akan
mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti telah membunuh dirinya
sendiri. Padahalseseorang tidak dibolehkan membunuh dirinya sendiri atau meminta
dengan suka rela kepada orang lain untuk membunuh dirinya.Allah SWT berfirman :(

Dan janganlah kalian membunuh diri kalian . (QS. An Nisa : 29)
) z c ,]
C dan janganlah kalian membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)melainkan dengan suatu sebab yang
benar . (QS.Al An aam : 151)Demikian pula laki-laki tidak dibolehkan
menyumbangkan kedua testis (zakar) meskipun hal ini tidak menyebabkan kematian
sebabRasulullah telah melarang pengebirian/ pemotongan testis ( al khisha ) yang
akan menyebabkan kemandulan. Imam Bukharimeriwayatkan dari Abdullah bin Masud
Ra, dia berkata: C
c : C
C ] C
- C] .

Kami dulu pernah berperang bersama Rasulullah sementara pada kami tidak ada
isteriisteri. Kami berkat :Wahai Rasulullah bolehkah kami melakukan pengebirian ?
Maka beliau melarang kami untuk melakukannya,
Hukum transplantasi dari orang yang telah meninggal
Seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ tubuhnya atau mewasiatkan
untuk menyumbangkannya. Karenaseorang dokter tidak berhak memanfaatkan salah satu
organ tubuh seseorang yang telah meninggal dunia untuk ditransplantasikan

kepada orang yang membutuhkan. Adapun hukum kehormatan mayat dan
penganiayaan terhadapnya, maka Allah SWT telahmenetapkan bahwa mayat
mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana orang hidup. Dan Allah
telah mengharamkan pelanggaran terhadap pelanggaran kehormatan mayat
sebagaimana pelanggaran kehormatan orang hidup.Diriwayatkan dari AisyahUmmul
Muminin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: i
] ) ,
] Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan memecahkan tulang orang hidup
(HR. Ahmad, Abu dawud, dan Ibnu Hibban)Tindakan mencongkel mata mayat atau
membedah perutnya untuk diambil jantungnya atau ginjalnya atau hatinya
untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkan dapat dianggap
sebagai mencincang mayat. Padahal Islam telah melarang perbuatan ini. Imam Bukhari
telah meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Al-Anshasi RA, dia berkata :
C c
Rasulullah SAW telah melarang ( mengambil ) harta hasil rampasan dan
mencincang (mayat musuh ).(H.R. Bukhari)
Abortus
Abortus/ Aborsi
(al-ijhad)
merupakan salah satu problema masyarakat Dunia Barat yang muncul
akibat kebejatan moralmasyarakatnya, banyaknya kelahiran ilegal karena perbuatan zina
yang tak terhitung lagi serta membudayanya pergaulan bebas dilluar nikah.Banyaknya kelahiran
ilegal membuat hampir setengah anak-anak di Barat menjadi anak zina telah
mendorong banyak negara barat untuk menetapkan undang-undang yang
membolehkan seorang wanita yang ingin ingin menghentikan kehamilannya
terutama jika terjai karena zina atau pergaulan bebas di luar nikah untuk menggugurkan
kandungannya. Ini karena di Dunia Barat pihak ibulahyang memikul tanggung jawab
pendidikan anak-anak yang dilahirkan karena zina dan pergaulan bebas di luar nikah.
Demikianlahrealitas kontemporer masyarakat Dunia Barat. Adapun realitas di Dunia
Muslim, maka abortus dapat dikatakan masih sedikit terjadi,dikarenakan sedikitnya
zina dan pergaulan bebas di luar nikah. Jika terjadi abortus, maka itu pada umumnya
dilakukan sebagai terapiuntuk menyelamatkan jiwa sang ibu.
Al-ijhad
(abortus) dalam bahasa Arab artinya pengguguran janin dari rahim.
Abortus dapat terjadi dengan sengaja
(abortus provocatus)
akibat upaya tertentu dari pihak perempuan dengan meminum obat-obatan tertentu,
atau dengan memikul suatu bebanyang berat atau dengan membuat gerakan-gerakan
tertentu yang kasar. Termasuk pula di sini abortus akibat permintaan
seorang perempuan kepada seorang dokter untuk Menggugurkan kandungannya.
Selain disengaja, ada juga abortus yang terjadi tanpadisengaja
(spontaneus abortus).
Pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari maka hukumnya jaiz
dan tidak apa-apa ini disebabkan bahwa apayang ada dalam rahim belum menjadi janin
karena masih berada dalam tahapan nutfah (gumpalan darah).Kapan dibolehkan melakukan
abortus ?Abortus dapat dilakukan baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah
peniupan ruh padanya. Jika dokter terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan membahayakan keselamatan ibu dan bahkan menyebabkan
kematian sang ibu dan janinnya sekaligus maka dalam kondisi ini dibolehkan untuk
melakukan abortus dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwaibu.
Imlash
Imlash adalah pengguguran kandungan dengan melakukan penganiayaan terhadap perempuan,
tindakan ini merupakan suatu dosa danmerupakan tindakan kriminal. Dalam hal ini
pelakunya wajib membayar diyat berupa seorang budak laki-laki atau perempuan
dannilainya sebesar sepersepuluh diyat manusia sempurna. Dalam Shahihain terdapat
keterangan bahwa Umar bin Khatab RA pernahmeminta pendapat kepada para
sahabat mengenai kasus seorang wanita yang gugur kandungannya karena
dipukul. KemudianMughirah RA pernah memutuskan masalah seperti ini dengan
mewajibkan diyat satu ghurrah, yaitu sorang budak laki-laki atau perempuan,
Muhammad bin Maslamah memeberikan kesaksian terhadap pemberitaan Mughirah
tersebut
(Muttafaq alaih).
Bayi Tabung
Proses pembuahan dengan metode bayi tabung antara sel sperma sel suami dengan sel
telur isteri, sesungguhnya merupakan suatuupaya medis untuk memungkinkan
sampainya sel sperma suami ke sel telur isteri. Sel sperma tersebut akn membuahi sel
telur bukan pada tempatnya yang alami, sel telur yang telah dibuahi ini kemudian
akan diletakkan pada rahim isteri dengan metode tertentusehinnga kehamilan akan terjadi
secara alamiah di dalamnya.
Hukum Kloning Dalam Perspektif
Agama Islam Dan Imuwan Barat
Perspektif Oleh Ilmuwan Barat
Sebelum membahas tentang pandangan ilmuwan
barat terhadap kloning, terlebih dahulu marilah kita mencoba menelaah tentang
kloning itu sendiri. Kloning merupakan penggandaan suatu organisme kehidupan.
Contoh nyata kloning alami adalah adanya kembar dari dua pasang bersaudara.
Keduanya identik secara bentuk tetapi berbeda pada perilakunya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia mulai menyelidiki bagaimana
membuat kloning dari suatu makhluk hidup. Tujuannya pun bermacam-macam.
Tetapi dari tujuan tersebut setidaknya ada dua tujuan besar mengapa kloning diteliti,
yaitu untuk tujuan pengobatan dan tujuan reproduksi.
Kloning dilakukan dengan mengambil embrio dasar dari suatu makhluk hidup,
kemudian memberikan instruksi pada embrio tersebut agar bisa menjadi makhluk
serupa. Embrio dasar tersebut bisa didapatkan dengan mengambil satu sel sehat dari
organ manusia, kemudian sel tersebut ditanamkan pada rahim atau pada tempat lain
untuk menumbuhkannya hingga kelahiran embrio tersebut.
Sarjana-sarjana barat telah banyak melakukan eksperiment yang berhubungan dengan
kloning ini. Penelitian dilakukan pada unggas dan mamalia. Dari sekian banyak
penelitian untuk unggas hampir seluruhnya berhasil. Contohnya seperti kloning pada
chimes (sejenis ayam hasil kloning dari ayam petelur dan ayam berdaging) yang
dilakukan oleh Rob Etches. Kloning ini ternyata berhasil dan menghasilkan suatu
organisme baru yang unggul yang memiliki daging banyak dan produktif dalam
menghasilkan telur. Sedangkan kloning pada mamalia, meskipun berhasil melahirkan
suatu organisme tetapi organisme tersebut ternyata tidak memiliki daya tahan tubuh
yang memadai sehingga mamalia hasil kloning seluruhnya mati dalam waktu yang
singkat setelah dilahirkan, misalnya Gaur (bison thailand yang dikloning agar tidak
punah) dan Dolly (domba hasil kloning).
Perdebatan tentang kloning dikalangan ilmuwan barat terus terjadi, bahkan dalam hal
kloning binatang sekalipun, apalagi dalam hal kloning manusia. Kelompok kontra
kloning diwakili oleh George Annos (seorang pengacara kesehatan di universitas
Boston) dan pdt. Russel E. Saltzman (pendeta gereja lutheran). menurut George
Annos, kloning akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara lain :
merusak peradaban manusia.
memperlakukan manusia sebagai objek.
Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa
dicetak semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai
kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia hasil kloning.
kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu
terhadap kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan
yang memiliki keistimewaan dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning
dilakukan pada manusia awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya
kloning Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini
akan menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut
sehingga bukan suatu kemustahilan ketika manusia hasil kloning malah
menguasai manusia sebenarnya karena keunggulan mereka dalam berbagai
bidang.
Sedangkan menurut pdt. Russel E. Saltzman, bagaimanapun kloning tetap tidak
diperbolehkan, karena pada prosesnya terdapat pengambilan sel dari makhluk hidup
yang berhak mendapat kehidupan. Sel yang diambil untuk kloning berarti sama saja
dengan membunuhnya untuk kemudian dijadikan sebagai organisme baru. Padahal
setiap makhluk hidup sekecil apapun berhak menikmati kehidupan.
Adapun kelompok yang memperbolehkan kloning diwakili oleh Panos Zavos
(seorang peneliti pada pusat Reproduksi kentucky), mereka berpendapat bahwa
kloning untuk saat ini memang diperlukan oleh manusia. Contoh misalnya ketika
christopher reeves kehilangan tulang punggungnya, salah satu cara yang pas untuk
menyembuhkan sakitnya adalah dengan kloning. Atau Andrea Gordon, seorang
pasien yang mengalami gagal ginjal dan organ tubuhnya tidak bisa menerima
transplantasi ginjal walau dari orang terdekatnya sekalipun. Ia rela menunggu hasil
kloning organ ginjal walau ginjal babi sekalipun. Untuk mereka berdua kloning
sangat diperlukan karena menimbang manfaat yang mereka dapatkan dari hasil
kloning tersebut. Selain itu, kloning juga diharapkan bisa menjadi alternatif untuk
melestarikan hewan langka, sehingga keberadaan hewan-hewan langka terus bisa
dilestarikan, hal ini seperti yang dilakukan oleh Betsy Dresser (seorang pakar
binatang di kebun binatang audubon, new orlands, Australia). Kloning juga bisa
menjadi solusi bagi wanita yang tidak bisa melahirkan anak tetapi ingin mempunyai
anak secara genetis karena adanya keterkaitan histori antara keduanya, hal ini seperti
yang diinginkan oleh Viviane Maxwell (warga California). Menimbang faktor-faktor
diatas, para ilmuwan terus berupaya untuk melakukan penelitian tentang kloning ini
dengan harapan penelitian mereka bisa dimanfaatkan pada kehidupan manusia.
Perspektif Agama Islam
Kloning dan hukumnya secara tersurat tidak didapatkan dari kitab-kitab maraji
islam, baik dari Al-Quran, Hadits, maupun kitab-kitab ulama klasik. Penentuan
hukum kloning murni merupakan ijtihad kaum muslim sekarang dan ini merupakan
tantangan bagi kaum muslim dalam menanggapi realitas yang terjadi disekitarnya.
Oleh karena itu, salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan melihat
metode yang dilakukan ulama terdahulu dalam memutuskan hukum terhadap suatu
realitas yang tidak pernah dijumpai sebelumnya (pendekatan ushul fiqh).
Pada dasarnya, kloning merupakan suatu ide ilmiah hasil pemikiran kreativitas
manusia. Ide ini merupakan realisasi dari pembacaan manusia terhadap alam yang
sebenarnya juga dianjurkan oleh islam (iqra dalam artian ayat-ayat kauniyah).
Menurut Syekh Muhammad Taufiq Miqdad setiap ide ilmiah yang dikemukakan
tidak keluar dari tiga katagori. Pertama, ia berkaitan dengan sesuatu yang telah pasti
diharamkan agama, seperti eutanasia. Ini jelas ditolak oleh agama karena berkaitan
langsung dengan kehidupan manusia yang merupakan anugerah Ilahi tanpa sedikitpun
campur tangan manusia.
Kedua, ide tersebut berkaitan dengan sesuatu yang jelas didukung oleh agana dan
juga pertimbangan akal, seperti penciptaan aneka obat untuk penyembuhan manusia.
ini termasuk bagian dari kebutuhan pokok manusia. Islam mendukung setiap usaha ke
arah sana, dan menilainya sebagai sesuatu yang amat terpuji.
Ketiga, suatu ide ilmiah yang belum terbukti hasil dan dampaknya baik positif
maupun negatif. Ide semacam ini baru dalam proses pembentukan atau tahap awal.
Kita belum dapat memperoleh gambaran jelas dan utuh yang dapat menyingkirkan
segala ketidakjelasan yang berkaitan dengannya. Ide semacam ini, tidak dapat
ditetapkan atasnya hukum haram atau halal secara pasti, karena ia baru berbentuk ide
atau baru dalam bentuk kekuatiran adanya sisi mudharat dan negatif yang juga baru
dalam benak dan teori. Menetapkah hukum (halal maupun haram) menyangkut hal
semacam ini adalah ketergesa-gesaan yang bukan pada tempatnya dan tidak sejalan
dengan tuntunan akal dalam berpikir atau menarik kesimpulan.
Kloning, dalam ranah kloning manusia disini berada pada posisi ketiga dari ide ilmiah
tersebut. Kita tidak bisa menentukan secara pasti (halal/haramnya) karena ide tersebut
masih dalam tataran ide dan belum diaplikasikan. Dalam hal ini segala bentuk
penelitian ilmiah hukumnya mubah/boleh. Kita bisa mengambil kesimpulan
keputusan hukumnya setelah ide tersebut diaplikasikan dengan menimbang dampak-
dampaknya terhadap kehidupan, tentang maslahah atau tidaknya hasil penelitian
tersebut.
Tetapi pendapat para ulama tentang kloning pada manusia seandainya nanti berhasil
dilakukan menarik untuk dikaji. Diantaranya pendapat Sheikh Muhammad Thanthawi
dan Sheikh Muhammad Jamil Hammud Al-Amily yang mengatakan bahwa kloing
dalam upaya mereproduksi manusia terdapat pelecehan terhadap kehormatan manusia
yang mestinya dijunjung tinggi. Kloning mengarah kepada goncangnya sistem
kekeluargaan serta penghinaan dan pembatasan peranan perempuan. Ia bukan saja
memutuskan silaturahim tetapi juga mengikis habis cinta. Ia adalah mengubah ciptaan
Allah dan bertentangan dengan Sunatullah. Itu adalah pengaruh setan bahkan
merupakan upayanya untuk menguasai dunia dan manusia.
Sheikh Muhammad Ali al-Juzu (Mufti Lebanon yang beraliran Sunni) menyatakan
bahwa kloning manusia akan mengakibatkan sendi kehidupan keluarga menjadi
terancam hilang atau hancur, karena manusia yang lahir melalui proses kloning tidak
dikenal siapa ibu dan bapaknya, atau dia adalah percampuran antara dua wanita atau
lebih sehingga tidak diketahui siapa ibunya. Selanjutnya kalau cloning dilakukan
secara berulang-ulang, maka bagaimana kita dapat membedakan seseorang dari yang
lain yang juga mengambil bentuk dan rupa yang sama.
Sheikh Farid Washil (mantan Mufti Mesir) menolak kloning reproduksi manusia
karena dinilainya bertentangan dengan empat dari lima Maqashid asy-Syariah:
pemeliharaan jiwa, akal, keturunan, dan agama. Dalam hal ini cloning menyalahi
pemeliharaan keturunan.
Dari beberapa pendapat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa cloning hukumnya
haram karena lebih berpotensi menghasilkan dampak buruk daripada dampak
baiknya. Keharaman cloning ini lebih didasarkan pada hilangnya salah satu hal yang
harus dilindungi manusia yaitu faktor keturunan. Hal ini kemudian disandarkan pada
qaidah darul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih yang artinya Menampik
keburukan lebih diutamakan daripada mendatangkan manfaat. Hilangnya garis
keturunan manusia yang dikloning akan menghilangkan hak-hak manusia tersebut,
seperti misalnya hak untuk mendapat penghidupan dari keluarganya, warisan, lebih
parah lagi hak untuk mendapatkan kasih saying dari orang tua geneticnya, dan hak-
hak lain yang harus ia dapatkan. Pengharamannya diambil dari kaedah yang
ditegaskan oleh firman Allah ((QS. 2: 219) tentang minuman keras yang artinya,
Dosa keduanya (minuman keras dan perjudian) lebih besar daripada manfaatnya. Dari
sana kita bisa menarik benang merah bahwa cloning yang bertujuan untuk
pengobatan misalnya penggantian organ tubuh manusia dengan organ cloning
menurut kami diperbolehkan sepanjang hal itu mendatangkan maslahah dan karena
kondisi dlarurat yang dialami oleh pasien (Sheikh Farid Washil : 2003).
Adapun kloning dalam ranah binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka Islam secara
jelas membolehkannya, apalagi kalau tujuannya untuk meningkatkan mutu pangan
dan kualitas daging yang dimakan manusia. Selain itu, karena binatang dan tumbuh-
tumbuhan tidak perlu mengetahui tentang asal-usul garis keturunannya.
BAB I
PENDAHULUAN
Mampukah fikih menjawab tantangan kemajuan rekayasa genetika? Pesatnya
perkembangan teknologi rekayasa genetika haruslah terkejar oleh produk-produk
fikih yang ada selama ini. Seperti halnya masalah fikih-fikih terdahulu sebagaimana
diberikan oleh para ulama seperti soal bayi tabung dan imsemnasi buatan, maka
masalah rekayasa genetika, sampai pada soal revitalisasi DNA, pembiakan sel lewat
transplantasi, bahkan menyelewengkan penciptaan lewat pencangkokan jaringan
sel yang pada saat ini mulai banyak berkembang haruslah dicari solusinya.
Informasi terbaru, seperti dilaporkan majalah ilmiah bebahasa Inggris, Scientific
American, dalam rubric medicinenya, adalah sukses besar praktik pengobatan lewat
terapi gen (Gene Theraphy). Yaitu, sebuah pengobatan untuk menyembuhkan
penyakit-penyakit genetis. Modus operandi terapi ini adalah dengan cara
mencangkokkan gen-gen baru yang lebih sehat dengan mengganti gen-gen rusak
yang membawa kelainan dalam tubuh.
1
Bukan Cuma itu, terapi gen juga akan dipakai untuk mengobati kelainan fisik dan
perilaku. Hidung pesek, misalnya diubah menjadi mancung. Caranya mudah, cukup
dengan mengganti gen-gen yang membawa unsur pesek dengan yang mancung.
Lalu bagaimana fikih mengantisipasi masalah ini? Bagaimanapun, tampaknya masih
diperlukan penelaahan lebih lanjut tentang masalah ini, yaitu bagaimana hokum islam
tentang zat genetic (Kloning) itu?.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kloning
Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau klon
yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi
aseksual.
2
Sedangkan menurut istilah Kloning adalah teknik membuat keturunan
dengan kode genetic yang sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan
sel telur atau sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu
baik berupa tumbuhan, hewan maupun manusia.
3
1. Macam-macam Kloning
Dalam hal ini Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain:
1.
1. Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.
4
1.
1. Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan katak,
tikus, kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang berhasil
hanyalah percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan domba
adalah dengan mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau
ambingnya lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini
dihilangkan, kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba,
setelah inti selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba agar
memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya di hasilkan bayi
domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode genetic yang sama dengan domba
pertama yang menjadi sumber pengambilan sel ambing.
5
1.
1. Kloning pada embrio
Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk
dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu
dibagi dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi
untuk membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan agar
masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio
pertama yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat
ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri
kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang
selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio
yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning
embrio ini dengan kode genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi
sumber Kloning.
1.
1. Kloning pada manusia
Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung
dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan
dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian
digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini
setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki lalu ditransfer ke dalam rahim
seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi
janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan
kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan sel
tubuh.
Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perempuan saja tanpa
memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari
tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan dengan sel
telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung
dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar
memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan
sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Hal tersebut
mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada hewan domba.
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang
diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh,
baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang
sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya seperti tinggi dan lebar badan
serta warna kulit dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat
asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli
dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat
diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid
besar, atau dokter yang ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri
tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.
1. Manfaat dan Kerugian Kloning
Adapun manfaat dari Kloning diantaranya adalah:
1.
1. Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas
tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya.
2. Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-
penyakit kronis-guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat
menimbulkan efek samping terhadap kesehatan manusia.
6
3. Untuk memperoleh hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin,
terapi gen dan diagnosis penyakit genetic.
7
Selain terdapai bnayak manfaat Kloning juga menimbulkan kerugian, antara lain:
1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.
2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
3. Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara. Seperti, hokum pernikahan,
nasab, nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ashabah, dan lain-
lain.
8
1. Hukum Kloning
Menurut syara hokum Kloning pada tumbuhan dan hewan tidak apa-apa untuk
dilakukan dan termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Dari hal itu memanfaatkan
tanaman dan hewan dalam proses Kloning guna mencari obat yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit manusia terutama yang kronis adalah kegiatan
yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah (mandub), sebab berobat
hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat-obatan untuk
kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Imam Ahmad telah meriwayatkan
hadits dari Anas RA yang telah berkata, bahwa Rasulullah SAW berkata:
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik RA, yang
berkata:
Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka
berkata,Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ?
Maka Nabi SAW menjawab :
Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya
Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk memperbaiki
kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki
kualitas hewan seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan
memanfaatkan proses Kloning untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan
tersebut dan mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai
penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis. Demikianlah hukum
syara untuk Kloning manusia, tanaman dan hewan.
9
Kloning pada manusia haram menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-
dalil keharamannya adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak
alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-
anak dan keturunan. Allah SWT berfirman :

dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dari air mani apabila dipancarkan. (QS. An Najm : 45-46)
Allah SWT berfirman :
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya. (QS. Al Qiyaamah : 37-38)
1. Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki),
tidak akan mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika
dihasilkan dari proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan dengan
inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak
pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang menjadi tempat
pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini
merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak
terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :

Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan. (QS. Al Hujuraat : 13)
1. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam
telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA,
yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan
mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. (HR. Ibnu Majah)
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan menurut hukum
Islam dan tidak boleh dilaksanakan.
10
1. Hukum Kloning menurut MUI
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada
tangga123-27 Rabiul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000 M. dan membahas tentang
Kloning, setelah
Menimbang,
1. bahwa salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah Kloning,
yaitu suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer
dari sel janin yang sudah beerdiferensiasi dari sel dewasa, atau penggandaan
makhluk hidup menjadi lebih banyak, baik dengan memindahkan inti sel
tubuh ke dalam indung telur pada tahap sebelum terjadi pemisahan sel-sel
bagian-bagian tubuh
2. bahwa masyarakat senantiasa mengharapkan penjelasan hukum Islam tentang
Kloning, baik Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan, hewan, dan terutama
Kloning terhadap manusia;
3. bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang
hukum Kloning untuk dijadikan pedoman.
Memperhatikan:
1. Kloning tidak sama dengan, dan sedikit pun tidak berarti, penciptaan,
melainkan hanya sekedar penggandaan.
2. Secara umum, Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan
membawa kemanfaatan dan kemaslahatan kepada umat manusia.
3. Kloning terhadap manusia dapat membawa manfaat, antara lain : rekayasa
genetik lebih efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan organ
tubuh pengganti (jika memerlukan) yang biasa diperoleh melalui donor,
dengan Kloning ia tidak akan lagi merasa kekurangan ginjal, hati, jantung,
darah, dan sebagainya, karena ia bisa mendapatkannya dari manusia hasil
teknologi Kloning.
4. Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif
yang tidak sedikit; antara lain :
1. menghilangkan nasab anak hasil Kloning yang berakibat hilangnya banyak
hak anak dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari nasab;
2. institusi perkawinan yang telah disyariatkan sebagai media berketurunan
secara sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses reproduksi dapat
dilakukan tanpa melakukan hubungan seksual;
3. lembaga keluarga (yang dibangun melalui perkawinan) akan menjadi hancur,
dan pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak), budaya,
hukum, dan syariah Islam lainnya;
4. tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara laki-
laki dan perempuan;
5. hilangnya maqashid syariah dari perkawinan, balk maqashid awwaliyah
(utama) maupun maqashid tabiah (sekunder).
1. Pendapat dan saran peserta sidang.
Mengingat
1. Firman Allah S WT : Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dariNva.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (QS. al-Jatsiyah [45].- 13).
2. Firman Allah SWT : Dan Kami telah memuliakan anak-anakAdam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari Yang
baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
rraakhluk vang telah Kami ciptakan (QS. al-Isra[I7]: 70).
8. Firman Allah SWT : ..f apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi
Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nva sehingga kedua ciptaan itu
serupa menurut pandangan mereka. Katakanlah, Allah adalah Pencipta segala
sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa (QS. al-Rad [13]:
16)
3. firman Allah SWT : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakar manusia
dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudiar Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan ; dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air man: itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpa. darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dar. segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulan, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan dagiri 27 Kemudian Kami jadikan
dia makhluk (berbentuk) lain. Maha sucilah Allah, Pencipta Paling baik (QS.
al-Muminun (23]: 12-14).
4. Kaidah Fiqhiyah : Menghindarkan kerusakan (hal-hal yang negatif)
diutamakan dari pada mendatangkan kemaslahatan
MEMUTUSKAN
Menetapkan
1. Fatwa musyawarah nasional n-i majelis ulama indonesia tentang Kloning.
2. Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapuyang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
3. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah)
sepanjang dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk
menghindarkakemudaratan (hal-hal negatif).
4. Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau
mengizinkan eksperimen ata-_ praktek Kloning terhadap manusia.
5. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi Kloning, meneliti peristilahan dan
permasalahatannya, serta menyelenggarakan kajiarkaj ian ilmiah untuk menj
elaskan hukumnya.
6. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk
mendorong pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah
yang menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa
genetika pada selain bidang Kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
7. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera
merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi
untuk dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
8. Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap
muslim yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak
untuk menyebarluaskan fatwa ini.
11
KESIMPULAN
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan
sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari
inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun
manusia.
Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain: Kloning pada tumbuhan, Kloning
pada hewan, Kloning pada embrio,dan Kloning pada manusia.
Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang di perbolehkan, dan
Kloning yang tidak diperbolehkan.
Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan adalah Kloning yang
meninmbulkan kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning pada tanaman
dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan
produktivitasnya, mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama
penyakit-penyakit kronis.
Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning terhadap manusia yang
dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak sedikit; antara lain :
menghilangkan nasab, menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara.
DAFTAR PUSTAKA
Alkaf, Halid Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya, PB UIN: Jakarta.
2003
Asy-Syaukani, Lutfi, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer,
Pustaka Hidayah: Bandung.1998
Mahfudh, Dr. Sahal, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, LTN NU dan
Diantama: Surabaya. 2004
Maruf, Farid Hukum Kloning, http:// konsultasi. WordPress.com. 2007
Zallum, Abdul Qadim terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syari fi Al
Istinsakh, Naqlul Adlaa, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul Inasy Ath
Thibbiyah, Al Hayah wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon, Cetakan. 1997)
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada
tangga123-27 Rabiul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000

1 Lutfi Asy-Syaukani, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer
(Pustaka Hidayah: Bandung.1998) hal.141
2 Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya (PB UIN:
Jakarta. 2003) hal.4
3 Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam (LTN NU dan
Diantama: Surabaya. 2004) hal.544
4 Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya .hal.4
5 Farid Maruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)
6 Farid Maruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)
7 Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam.. hal.544
8 Farid Maruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)
9 Farid Maruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)
10 Abdul Qadim Zallum terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syari fi Al
Istinsakh, Naqlul Adlaa, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul Inasy Ath
Thibbiyah, Al Hayah wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon, Cetakan. 1997) hal.
48
11Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada
tangga123-27 Rabiul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000
Meskipun kemungkinan kloning manusia telah menjadi subjek spekulasi untuk
banyak abad kedua puluh, ilmuwan dan pembuat kebijakan mulai mengambil prospek
serius pada 1960-an. Nobel Prize winning geneticist Joshua Lederberg advocated for
cloning and genetic engineering in a seminal article in the American Naturalist in
1966 and again, the following year, in the Washington Post .He sparked a debate with
conservative bioethicist Leon Kass , who wrote at the time that "the programmed
reproduction of man will, in fact, dehumanize him." Pemenang Hadiah Nobel
genetika Joshua Lederberg menganjurkan untuk kloning dan rekayasa genetika dalam
sebuah artikel di Naturalist Amerika pada tahun 1966 dan sekali lagi, pada tahun
berikutnya, di Washington Post. Ia memicu perdebatan dengan bioethicist konservatif
Leon Kass , yang menulis di waktu yang "diprogram reproduksi manusia akan, pada
kenyataannya, merendahkan dia." Another Nobel Laureate, James D. Watson ,
publicized the potential and the perils of cloning in his Atlantic Monthly essay,
"Moving Toward the Clonal Man", in 1971. Lain pemenang Nobel, James D.
Watson , dipublikasikan potensi dan bahaya kloning dalam esai Atlantic Monthly
nya, "Memindahkan Menjelang Man klonal", pada tahun 1971.
The technology of cloning mammals, although far from reliable, has reached the
point where many scientists are knowledgeable, the literature is readily available, and
the implementation of the technology is not very expensive compared to many other
scientific processes. Teknologi kloning mamalia, meskipun jauh dari handal, telah
mencapai titik di mana banyak ilmuwan berpengetahuan luas, literatur sudah tersedia,
dan pelaksanaan teknologi ini tidak terlalu mahal dibandingkan dengan banyak proses
ilmiah lainnya. For that reason Lewis D. Eigen has argued that human cloning
attempts will be made in the next few years and may well have been already begun.
The ethical and moral issues cannot wait and should be discussed, debated and
guidelines and laws be developed now. Untuk alasan Lewis D. Eigen berpendapat
bahwa upaya kloning manusia akan dilakukan dalam beberapa tahun berikutnya dan
juga mungkin telah sudah dimulai. The masalah etika dan moral tidak dapat
menunggu dan harus didiskusikan, diperdebatkan dan menjadi pedoman dan hukum
dikembangkan sekarang.
"By waiting until the first clone is among us or about to be born, we complicate the
problem immensely and guarantee that we will not be able to have the national and
international conversation and debate to arrive at particularly good decisions like
using protection."
"Dengan menunggu sampai klon yang pertama adalah antara kita atau sekitar untuk
lahir, kita mempersulit masalah itu sangat dan menjamin bahwa kita tidak akan
dapat memiliki percakapan nasional dan internasional dan perdebatan untuk sampai
pada keputusan yang baik terutama seperti menggunakan perlindungan."
Bayi tabung
Sebagai salah satu teknik rekayasa reproduksi, program bayi tabung memiliki
sejumlah keunggulan dan kelemahan. Apa sajakah itu? Anak adalah dambaan setiap
pasangan suami istri (pasutri). Tapi faktanya, tak semua pasutri dapat dengan mudah
memperoleh keturunan. Data menunjukkan, 11-15 persen pasutri usia subur
mengalami kesulitan untuk memperoleh keturunan, baik karena kurang subur
(subfertil) atau tidak subur (infertil).
Kini, seiring makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran, sebagian besar dari
penyebab infertilitas (ketidaksuburan) telah dapat diatasi dengan pemberian obat atau
operasi. Namun, sebagian kasus infertilitas lainnya ternyata perlu ditangani dengan
teknik rekayasa reproduksi, misalnya inseminasi buatan, dan pembuahan buatan
seperti tandur alih gamet intra-tuba, tandur alih zigot intra-tuba, tandur alih pronuklei
intra-tuba, suntik spermatozoa intra-sitoplasma, dan fertilisasi in vitro. Nah, yang
disebut terakhir (fertilisasi in vitro/FIV), lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung.
Ini merupakan salah satu teknik hilir pada penanganan infertilitas.
Teknik ini dilakukan untuk memperbesar kemungkinan kehamilan pada pasutri yang
telah menjalani pengobatan fertilitas lainnya, namun tidak berhasil atau tidak
memungkinkan. Artinya, FIV merupakan muara dari penanganan infertilitas. Dalam
FIV, spermatozoa suami dipertemukan dengan ovum (sel telur) istrinya di luar tubuh
hingga tercapai pembuahan. Menurut Prof Dr Ichramsjah A Rachman SpOG(K),
spesialis obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI),
kehamilan akan terjadi jika semua alat reproduksi berfungsi sebagaimana mestinya.
Sebaliknya, jika salah satu alat reproduksi tidak berfungsi, misalnya saluran tuba sang
istri mengalami penyumbatan sehingga menghalangi masuknya sperma, maka hal ini
bisa menyebabkan sperma dan sel telur tidak bertemu. ''Jika ini yang terjadi,
bagaimana bisa terjadi kehamilan. Nah, biasanya karena alasan ini pasutri
memutuskan untuk mengikuti program ini (bayi tabung),'' kata Ichramsjah.
Bertahap
Program bayi tabung ini dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan pendaftaran diri
oleh pasutri yang berminat mengikuti program ini. Pada tahap ini, peserta biasanya
melakukan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Setelah itu,
penanganan akan dilanjutkan oleh dokter spesialis dari tim FIV untuk menentukan
waktu pelaksanaan program. Tahap selanjutnya adalah pemeriksaan awal terhadap
pasutri, yang meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium. Untuk suami, pemeriksaan
fisik meliputi perkembangan seksual dan ciri-ciri seks sekunder, pemeriksaan organ
reproduksi lain, kemampuan ereksi, dan ejakulasi.
Sedangkan untuk pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan darah dan urin
lengkap untuk menilai ada tidaknya penyakit-penyakit yang bisa mempengaruhi
keberhasilan program, misalnya saja penyakit kencing manis (diabetes mellitus),
penyakit hati, penyakit tiroid, penyakit ginjal, HIV (jika ada petunjuk ke arah itu),
sindrom antifosfolipid, serta infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus,
herpes, klamidia, mikoplasma). Sementara pemeriksaan pada pihak istri meliputi
pemeriksaan perkembangan seksual (payudara dan sebaran rambut), pemeriksaan
organ reproduksi, dan pemeriksaan laboratorium (sama seperti yang dilakukan
suami). Pada pemeriksaan organ reproduksi, dokter biasanya akan dibantu oleh
sejumlah alat canggih seperti ultrasonografi, histeroskopi, dan laparoskopi.
Dengan alat-alat itu, tim dokter bisa melihat keadaan rahim, serta bentuk dan potensi
saluran telur. Selain pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, istri juga menjalani
pemantauan ovulasi. Setelah semua tahap awal selesai dan tidak ditemukan kelainan,
maka pasutri ini siap menjalani tahap berikutnya, yaitu mempertemukan sel telur dan
sperma dengan menggunakan cawan biakan dibantu mikroskop khusus. Ini semua
dilakukan di laboratorium dengan pengawasan yang ketat, sampai terjadinya
pembuahan dan perkembangan awal embrio. Pengawasan yang ketat itu dilakukan
agar embrio yang masih sensitif tersebut terjaga dari segala macam bentuk gangguan,
misalnya saja bau cat, parfum, atau lainnya. Seperti dijelaskan oleh dokter HR
Nurhidayat Kusuma SpOG, spesialis obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Ibu
dan Anak Budhi Jaya, Jakarta Selatan, sel telur yang sudah dibuahi dibiarkan 2-3 hari
dalam pengeram (inkubator) agar membelah diri menjadi 4-8 sel. Setelah itu, embrio
dimasukkan ke dalam rahim, dan proses perkembangan embrio selanjutnya
berlangsung seperti kehamilan biasa. Program bayi tabung sebagai salah satu teknik
rekayasa reproduksi memiliki sejumlah keunggulan dan kelemahan.
Hal ini tentu patut dipertimbangkan oleh pasutri yang menginginkan anak dan berniat
mengikuti program ini. Keunggulan program bayi tabung adalah dapat memberikan
peluang kehamilan bagi pasutri yang sebelumnya menjalani pengobatan infertilitas
biasa, namun tidak pernah membuahkan hasil. Sedangkan kelemahan dari program
ini adalah tingkat keberhasilannya yang belum mencapai 100 persen. Di Indonesia
misalnya, tingkat keberhasilan tertinggi program bayi tabung dicapai oleh Rumah
Sakit Harapan Kita, Jakarta, yaitu 50 persen. Sedangkan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo mencapai 30-40 persen. Kelemahan lainnya adalah, rentang waktu
untuk mengikuti program ini cukup lama dan memerlukan biaya yang mahal, berkisar
antara 35 juta rupiah - 40 juta rupiah. Satu hal lagi, program ini sering kali tak bisa
sekali jadi, sehingga perlu diulang. Selain di Jakarta, program bayi tabung juga sudah
bisa dilakukan di beberapa kota lain di Indonesia misalnya, Surabaya (RS Budi
Mulya dan RS Dr Soetomo), juga Semarang, dan Yogyakarta. ( mg04 )
REKAYASA GENETIKA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(Kontroversi Kloning Terhadap Manusia)
Oleh: Zamroni*
Abstrak: Abstract: the development of gene technology
has created some problems insofar as ethical questions are
concerned. One form of the advancement of gene
technology is human cloning which leads to harsh polemic
between the proponents and the opponents. Both parties
claim that their arguments are sound because they have
carefully considered many aspects. How Islam views this
human cloning issue will be discussed by this article. It
argues that Islams position on this issue will be contingent
upon how far moral is taken into account in determining the
legal status of human cloning.
Kata Kunci: Rekayasa Genetika,Kloning manusia, perspektif Islam
Pendahuluan
Perkembangan IPTEK adalah sebuah fenomena dan fakta yang
jelas dan pasti terjadi sebagai sebuah proses yang berlangsung secara
terus-menerus bagi kehidupan global yang juga tidak mengenal istilah
berhenti, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun
dalam mukaddimahnya Tidak ada masyarakat manusia yang tidak
berubah dengan demikian dalam merespon perkembangan IPTEK,
menghentikan jalannya perubahan merupakan pekerjaan mustahil.
Rekayasa genetika khususnya masalah kloning manusia akhirakhir
ini mengalami perkembangan yang cukup drastis dan meminta
perhatian yang cukup serius dikalangan umat terutama kaum muslim,
sebab selain kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan dan memberi
manfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan lingkungannya, juga
memunculkan persoalan-persoaln mendasar yang perlu dicermati lebih
serius guna mengawal perkembangan bioteknologi di masa
mendatang.
Melalui rekayasa genetika dan produk-produk yang
dihasilkannya telah menantang gagasan-gagasan tradisional mengenai
hakekat kehidupan dan memunculkan berbagai persoalan, pertanyaanpertanyaan
etis, dan tingkat kekhawatiran manusia yang sangat
mencemaskan terhadap seluruh perkembangan dan hasil yang
dibawah oleh rekayasa genetika tersebut.
Salah satu dari perkembangan IPTEK dewasa ini adalah
Rekayasa genetika dalam berbagai proses dan produknya yang akhirakhir
ini mengalami perkembangan yang cukup drastis dan meminta
perhatian serius. Seiring dengan hal itu penelitian genetika kembali
* Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Tarbiyah STAIN Samarinda.
26 , Vol. IV, No. 1, Juni 2007
maju dengan pesatnya sekitar tahun 1971 sampai 1973, sehingga dapat
disebut revolusi dalam ilmu biologi modern. Suatu metode yang sama
sekali baru di kembangkan. Sehingga memungkinkan eksperimen
yang sebelumya tidak mungkin dilakukan akhirnya dilaksanakan dan
gena itu sendiri adalah suatu partikel yang berada dalam sel.1 Kloning
merupakan prestasi besar dan menjadi berita spektakuler sejak
kemunculannya pada akhir abad yang lalu sehingga sampai sekarang
menjadi topik yang sangat menarik untuk di bicarakan dalam tulisantulisan
maupun pertemuan. Berbagai sudut pandang digunakan untuk
melihat permasalahan kloning. Dari sudut pandang biologi, medis,
hukum dan moral, ini semua menggambarkan betapa kloning akan
memiliki dampak yang sangat besar bagi masa depan peradaban
karena kemampuan manusia untuk melakukan rekayasa genetika yang
radikal terhadap perjalanan hidup manusia.
Melalui rekayasa genetika (kloning manusia) telah
memunculkan berbagai problem, pertanyaan-pertanyaan etis, serta
tingkat kekhawatiran manusia yang sangat mencemaskan terhadap
seluruh perkembangannya.
Upaya penerapan kloning pada manusia telah menimbulkan
reaksi pro dan kontra dari berbagai kalangan dan berbagai pandangan
yang dikeluarkan sama-sama memiliki argumen yang cukup kuat.
Sehingga kloning pada manusia benar-benar dalam posisi yang sangat
dilematis dan bagaimanakah Islam menjawab permasalahan ini.
Sekilas tentang Rekayasa Genetika dan Kloning manusia
Menurut Bakri, H.M. Nurchalis (1996), Rekayasa genetika
adalah istilah dalam ilmu biologi yang artinya secara umum adalah
usaha manusia dalam ilmu biologi dengan cara memanipulasi
(rekayasa) sel, atau gen yang terdapat pada suatu organisme tertentu
dengan tujuan menghasilkan organisme jenis baru yang identik secara
genetika. (baca Genetika). Dalam hal ini suatu proses
perkembangbiakan yang ditempuh dengan menggunakan peralatan
serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan).
Istilah tersebut kemudian berkembang dan memunculkan beberapa
istilah lain dalam ilmu ini seperti transplantsi, kloning, transgenik dan
lain-lainnya, intinya, rekayasa genetika adalah sebuah kegiatan
rekayasa yang dilakukan oleh manusia untuk membuktikan secara
ilmiah terhadap hipotesa yang dibuat terhadap hasil obserfasi dan
pengamatan atas fenomena yang ditemukan.
Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan, bahwa yang
dimaksud dengan rekayasa genetika adalah, proses perkembangbiakan
dengan memanfaatkan bahan-bahan baku yang telah ada untuk
1T.A. Browen Van Nastrad Rainhold (vk), Pengantar Kloning Gena,
(Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika) , h. 4
Zamroni, Rekayasa Genetika. 27
menghasilkan organisme, produk (keturunan) baru melalui cara
memanipulasi dengan menggunkan alat atau prosedur tertentu.
Sementara itu, secara lebih khusus pengertian kloning adalah:
kata kloning berasal dari bahasa inggris Cloning yaitu suatu usaha
untuk menciptakan duplikat suatu organisme melalui aseksual (tanpa
hubungan antara laki-laki dan perempuan) atau dengan kata lain
membuat foto copi atau penggandaan dari suatu makhluk melalui cara
non seksual.2
Pada tahun 1997 seorang ilmuan, Dr. Ianwilmut dan rekanrekannya
di Institut Roslin yang melakukan penelitian dengan teknik
duplikasi domba dengan cara non seksual yang menghasilkan domba
dolly itu merupakan terobosan besar dalam dunia biologi. Dalam
kloning terhadap organisasi tingkat tinggi seperti hewan dan manusia
di buat dari sebutir inti sel dewasa yaitu dari sel-sel kelenjar payudara
(sel kambing) dewasa, yang melalui proses sebagai berikut:
Sel diambil dari organ susu, lalu di tempatkan kedalam cawan
petri dengan konsentrasi rendah. Karena mengandung sedikit
makanan, maka setelah beberapakali sel berhenti membelah, dan sel
berada dalam keadaan tertidur, mirip dengan keadaan sewaktu inti sel
seperma bergabung dengan inti sel telur setelah pembuahan
Sebuah sel yang belum di buahi di ambil dari jenis sel lain inti
sel beserta DNA-nya disedot keluar sehingga yang tersisa hanyalah
sebuah sel telur kosong tanpa nekleus namun tanpa memiliki segala
pelengkapan sel telur yang di perlukan untuk menghasilkan sebuah
janin.
Sel pertama dalam sel kedua yang telah kosong di dempetkan
dengan pulsa listrik tersebut dikejutkan dan bergabung menjadi satu.
Pulsa kedua diberikan yang bertindak sebagai hentakan energi yang
terjadi dalam pembuahan alam yang memicu terjadinya pembelahan
sel.
Enam hari kemudian, emberio dari pembelahan sel itu di tanam
kedalam induk rahim ketiga.
setelah masa kehamilan, induk ketiga akhirnya bayi kloning
yang secara identik dengan induk yang menjadi donor DNA.3
Kloning Manusia Dalam Perspektif Islam
Apabila kiat mencermati, awal sampai akhir proses kloning,
tentu hal ini akan menimbulkan problem yang sangat besar ketika
kloning diterapkan pada manusia,walaupun di sisi lain juga ada
beberapa manfaat. Seperti yang kita ketahui manusia sebagai makhluk
biologis maka laki-laki memerlukan perempuan ataupun sebaliknya.
2Aziz Musthafa dan Imam Musbikin, Kloning Manusia Abad XXI Antara
Harapan, Tantangan dan pertentangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 16
3M. Masduki, Kloning Menurut Pandangan Islam, (Pasuruan: Garoeda,
1997), h. 13-15
28 , Vol. IV, No. 1, Juni 2007
Disamping itu proses perkembangan manusia pertama-tama diatur
perkawinan yang sah menurut Islam. Dan perkawinan adalah suatu
ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri
berdasarkan hukum (UU), hukum agama atau adat istiadat yang
berlaku seperti firman Allah dalam al-Quran.
Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah SWT .
Menikah mempunyai dua aspek, pertama yaitu aspek biologis
agar manusia berketurunan dan yang kedua aspek afeksional agar
manusia merasa tenang mampu melayani adalah bagi mereka yang
benar terang hatiya dan cemerlang fikirannya.4 Dan bila seorang ingin
mendapatkan keturunan, maka ia harus kawin dan menikah lebih
dahulu. Dan mengenai perkawinan itu sendiri dijelaskan oleh Allah
dalam al-Quran.
Dan kawinilah orang-orang yang sendirian diantara kamu
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayanya yang lelaki dan hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas
(pemberian-Nya) lagi maha.5
Dalam kehidupan ini seseorang dapat memperoleh keturunan
dari hubungan laki-laki dan perempuan yang telah diatur oleh hukum
Allah yaitu adanya akad perkawinan yang mana di harapkan dapat
menghasilkan keturunan yang baik dan mempunyai nasab dan
diterima secara baik di masyarakat. Namun akan berbeda ketika
kloning manusia benar-benar di lakukan. Kita tidak akan lagi
mengenal hubungan semacam itu karena seseorang dapat memiliki
anak sesuai dengan keinginannya tanpa melakukan hubungan dengan
seorang laki-laki.
Dalam Islam kloning dapat menimbulkan akibat yang fatal
apabila hal ini dilakukan terhadap manusia yaitu mulai dari
perkawinan, nasab dan pembagian warisan dan tentu hal ini akan
keluar dari jalur Islam.6 Misalnya seorang laki-laki yang menikah
4Dadang Hawari, Psikiater, Ilmu Kebudayaan Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
(Yogyakarta: PT. Dana Bakti Primayasa, 1996), h. 207
5Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya,
(Semarang: Toha putra, 1990), h.549
6M. Masduki, op.cit, h. 30
Zamroni, Rekayasa Genetika. 29
dengan perempuan yang keduanya masing-masing mempunyai
kekembaran identik, tentu hal ini akan dapat membuat bingung
mereka semuanya, dan bila hal ini sudah terjadi ditengah masyarakat,
pasti orang akan mengalami kesulitan mengenali apakah orang itu
bersama-sama dengan isterinya atau dengan kembaranya atau dengan
sebaliknya tidaklah mustahil apabila semisal masalah ini benar-benar
terjadi, dekadensi moral dan kehancuran dunia akan terwujud selain
itu sederetan masalah kewarisan, perwalian, dan lain-lainnya akan
menunggu di depan.7 Seperti dalam bahasa kaidah fiqh dinyatakan
:Menghindari madhlarat (bahaya) harus di dahulukan atas mencari
kebaikan atau maslahah.
Kaidah ini menjelaskan bahwa suatu perkara yang terlihat
adanya manfaat atau maslahah, namun disana juga terdapat kemafsadat-
an (kerusakan) haruslah didahulukan menghilangkan
mafsadah-nya. Sebab ke-mafsadahanya dapat meluas dan menjalar
kemana-mana sehingga akan mengakibatkan kerusakan yang lebih
besar.8
Kaidah fiqhiyah itu dapat kita kembalikan pada firman Allah
SWT
Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi,
katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat yang sedikit bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari pada manfaatnya.
Demikian disyariatkan adanya kesanggupan dalam menjalankan
perintah. Sedangkan dalam meninggalkan larangan itu adalah lebih
kuat dari pada tuntutan menjalankan perintah.9
Dalam hal penciptaan manusia adalah melalui beberapa tahapan.
Sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah al-Hajj yang
berbunyi:
7Aziz mustafa dan Imam Musbikin, op-Cit, h. 101
8Imam Musbikin, Qowaid al-Fiqhiyah,, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), h. 74
9Ibid., h. 75
30 , Vol. IV, No. 1, Juni 2007
Kami telah menjadikan kamu dari tanah,kemudian dari
setetes mani,kemudian dari segumpal darah,kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna,agar kami jelaskan kepda kamu dan kami tetapkan
dalam rahim,apa yang kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan..
Dari kutipan ayat diatas, tampak kiranya bahwa paradigma al-
Quran mengenai penciptaan manusia dan terlihat pencegahan
terhadap tindakan-tindakan manusia yang mengarah terhadap
kloning.Mulai dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya
adalah tindakan dari Tuhan.Segala bentuk peniruan atas tindakanNya
dianggap sebagai perbuatan melampaui batas.
Oleh karenanya untuk menyikapi berbagai macam masalah
mengenai kloning manusia, bisa memakai pertimbangan, sebagai
berikut:
Pertimbangan Teologi
Dalam hal ini al-Quran megisyaratkan adanya intervensi
manusia didalam proses produksi manusia.Sebagaimana termaktub
dalam firmanNya Q.S.al-Mukminun ayat 13-14 yang berbunyi:
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan)dalam tempat yang kokoh (rahim)
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang,lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain.Maka maha
sucilah Allah,Pencipta yang paling baik.
Ayat ini mengisyaratkan unsur manusia ada tiga yaitu; unsur
jasad (jasadiyah), unsur nyawa (nafs), dan Unsur ruh (ruh). Adapun
dalam pertimbangan ini manusia mengetahui proses terjadinya
manusia,oleh karenanya untuk mengetahui keafsahan kloning dalam
Islam harus dikaitkan dengan dua pertimbangan selanjutnya, yaitu
pertimbangan moral dan hukum.
Zamroni, Rekayasa Genetika. 31
Pertimbangan Moral
Dari sudut pertimbangan moral bahwa berbagai macam riset
atau penelitian hendaknya selalu dikaitkan dengan Tuhan, karena riset
dengan tujuan apapun tanpa dikaitkan dengan Tuhan tentu akan
menimbulkan resiko, meskipun manusia di muka bumi adalah sebagai
khalifah, namun dalam mengekpresikan dan mengaktualisasikan
kebesaran kreatifitasnya tersebut seyogyanya tetap mengacu pada
pertimbangan moral dalam agama.
Pertimbangan Hukum
Dari beragam pertimbangan mungkin pertimbangan hukum
inilah yang secara tegas memberikan putusan, khususnya dari para
ulama fiqh yang akan menolak mengenai praktek kloning manusia
selain memakai dua landasan pertimbangan di atas. Larangan ini
muncul karena alasan adanya kekhawatiran tingginya frekuensi mutasi
pada gen produk kloning sehingga akan menimbulkan efek buruk
pada kemudian hari dari segi pembiayaan yang sangat mahal dan juga
dari sudut pandang ushul fiqh bahwa jika sesuatu itu lebih banyak
madharat-nya dari pada manfaatnya maka sesuatu itu perlu ditolak.10
Dalam masalah ini terdapat beberapa pendapat ulama tentang
kloning manusia diantaranya; Muhammad Quraish Shihab
mengatakan, tidak pernah memisahkan ketetapan-ketetapan hukumnya
dari moral sehingga dalam kasus kloning walaupun dalam segi aqidah
tidak melanggar wilayah qodrat Illahi, namun karena dari moral
teknologi kloning dapat mengantar kepada perpecahan manusia
karena larangan lahir dari aspek ini.11
Munawar Ahmad Anas mengatakan bahwa paradigma al-Quran
menolak kloning seluruh siklus kehidupan mulai dari kehidupan
hingga kematian, adalah tindakan Illahiyah. Manusia adalah agen
yang diberi amanah oleh Tuhan, karena itu penggandaan manusia
semata-mata tak di perlukan (suatu tindakan yang mubadzir).
Sedang Abdul Aziz Sachedia, salah seorang tokoh agama Islam
Amerika Serikat mengatakan bahwa teknologi kloning hanya akan
meruntuhkan institusi perkawinan
Analisis Kritis
Proses kejadian manusia tanpa proses pembuahan sperma lakilaki
adalah tanda dari kekuasaan Tuhan. Perkembangan ilmu dan
teknologi merupakan konskuensi logis dari konsep ilmu dalam al-
Quran yang mengatakan hakekat ilmu adalah menemukan sesuatu
10Kompas, Pandangan Islam Terhadap kloning Manusia, Minggu 21 April,
2002, h. 32
11Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarta, al-Islam dan IPTEK, jilid I,
(Jakarta: Rajawali Press, 1999), h.267
32 , Vol. IV, No. 1, Juni 2007
yang baru bagi masyarakat dari hal yang tidak tahu menjadi tahu
seperti dalam firman Allah:
Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu
al-kitab dan hikmah serta mengajarkan kepada kamu apaapa
yang belum kamu ketahui.
Seluruh ilmu bisa diterima, namun harus dilihat manfaat dan
madharatnya seperti halnya kloning yang menimbulkan pro dan
kontra. Tim bahsul masail Nahdhatul Ulama menjawab seputar
masalah kloning gen pada tanaman, hewan dan manusia.
Pemanfaatan teknologi pada tanaman diperbolehkan, karena
hajat manusia untuk kemaslahatannya. Kloning gen pada hewan di
perbolehkan dengan catatan; dengan hewan yang halal di makan,
tidak menimbulkan takdzib (penyiksaan), tidak melakukan
penyilangan antar hewan yang haram dengan yang halal
Adapun kloning pada gen manusia menurut etika dan hukum
agama tidak dibenarkan (haram) serta harus dicegah sedini mungkin.12
Hal ini karena akan menimbulkan masalah baru dan madharat yang
lebih besar, diantaranya; Pertama, tidak mengikuti sunah Rasul,
karena Rasul menganjurkan untuk menikah. Dan barang siapa tidak
mengikuti sunah rasul berarti tidak termasuk golongan Rasulallah.
Kedua, tidak mungikuti ajaran kedokteran Nabi, karena mereka tidak
melakukan hubungan seksual. Ketiga, bagi kaum laki-laki yang tidak
beristeri bisa menimbulkan gangguan yang tidak diharapkan seperti
hal syahwatnya menjadi lemah, menimbulkan kesedihan dan
kemuraman. Gerak tubuhnya menjadi kaku dan bagi kaum wanita
badannya menjadi dingin (frigiditis). Keempat, ada kecenderungan
melakukan onani (masturbasi) atau berzina yang sangat dilarang oleh
Islam. Kelima, tidak bisa memanfaatkan kegembiraan dan kelezatan
dalam hubungan seksual.13
Kloning terhadap manusia banyak melahirkan persoalan bagi
kehidupan manusia, terutama dari sisi etika dan persoalan keagamaan
serta keyakinan, namun di sisi lain adapula beberapa manfaatnya.
Berikut ini beberapa manfaat kloning, khusus dalam bidang medis.
Beberapa diantara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning
adalah sebagai berikut:
12Munawar Ahmad Anees, Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia,
Etika Gender,Teknologi, (Bandung: Mizan, 1995), h. 30
13M. Masduki, Op-cit, h. 123-124
Zamroni, Rekayasa Genetika. 33
1. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur
untuk mendapatkan anak.
2. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dapat
dimanfaatkan sebagai organ pengganti bagi pemilik sel organ itu
sendiri, sehingga dapat meminimalisir resiko penolakan.
3. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan
jaringan-jaringan tubuh yang rusak, contohnya urat saraf serta
jaringan otot.
4. Teknologi kloninng memungkinkan para ilmuan medis untuk
menghidupkan dan mematikan sel-sel, dengan demikian
teknologi dapat digunakan untuk mengatasi kanker.
5. Teknologi kloning memungkinkan dilakukannya pengujian dan
penyembuhan penyakit-penyakit keturunan.14
Sedang menurut M.Qurash Shihab seperti yang dikutip dalam alislam
dan iptek, bahwa Islam tidak pernah memisahkan ketetapan
ketetapan hukumnya dari moral. Sehingga dalam kasus kloning,
walaupun dalam segi akidah tidak melanggar Wilayah kodrat Ilahi,
namun karena dari moral teknologi kloning dapat mengantar kepada
pelecehan manusia, maka dilarang lahir dari aspek ini.
Dengan demikian, perlu disadari bahwa hal ihwal tentang
penciptaan (setiap yang hidup/bernyawa) adalah wilayah kekuasan
tuhan yang sangat mustahil untuk dapat ditiru oleh ilmuan sejenius
apapun, kesadaran ini perlu ada dalam jiwa manusia untuk lebih
bijaksana dalam menjelajahi ilmu pengetahuan, atau paling tidak
meminimalisir sikap coba-coba yang akan menyebabkan organisme
dan gen atau bahan-bahan dasar lainnya terbuang sia-sia atau dimatika
begitu saja dengan unsur kesengajaan yang lebih besar hanya demi
tekologi.
Masalah lain yang ditimbulkan oleh teknologi kloning speriti
produk bayi tabung, adalah perebutan bayi. Seperti contoh kasus yang
menimpa pasangan suami isteri yang menitipkan embrionya dalam
rahim mother hoster. Setelah sekitar 36 minggu mengandung dan
akhirnya melahirkan bayi titipan tersebut, si mother hoster mengklaim
bayi tersebut miliknya, dan tidak bersedia mengembalikannya pada
ayah dan ibu biologisnya.
Penutup
Perkembangan teknologi merupakan salah satu tanda kebesaran
dan kekuasaan Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Meskipun
14Abdul Fadl Mohsin Ebrahim, Cloning, Eutanasia, Tranfusi darah,
Transpalasi organ, dan eksperimen pada hewan,Telaah Fiqh dan Biotek Islam,
(Serambi: 2004), h.108
34 , Vol. IV, No. 1, Juni 2007
demikian manusia harus berupaya menjaga keseimbangan antara
batasan kemajemukan IPTEK, biologi dan doktrin agama.
Dengan kemajuan IPTEK harus tetap berpegang pada norma
syariat yaitu lima syariat yang diistimbatkan dari ayat-ayat al-Quran
dan as-Sunah yaitu: Penghormatan terhadap keyakinan yang
berkembang dalam masyarakat (Hifzu al- Din), Penghormatan tehadap
eksistensi dan keamanan perorangan baik diri maupun martabat
sebagai manusia (hifzu al-Nafs), Penghormatan terhadp eksistensi dan
kebebasan berfikir yang merupakan produk akal yang jujur,
Penghormatan terhadap sistem keluargaan yang membuahkan
ketertiban silsilah keturunan yang berkembang dalam masyarakat
(Hifzu al- Nash), Penghormatan terhadap kepemilikan kekayaan yang
di dapat secara halal (Hifzu al- Mal)
Lima acuan di atas merupakan pengawasan terhadap penerapan
keilmuan manusia, agar tidak menyimpang dari norma-norma atau
etika yang ada dan moral agama yang memberikan keluasan untuk
menetapkan suatu hukum yang belum di tetapkan secara terang dan
jelas dalam agama.
Kloning terhadap manusia,walaupun merupakan suatu kegiatan
ilmiah dan juga dapat dikatakan bisa membantu manusia namun dari
sekian banyak pertentangan pendapat yang muncul atas persoalan
tersebut dapat dipastikan lebih banyak ditekankan pada persoalan
yang berhubungan dengan etika, moral, hukum dan agama.Untuk itu
perlu disadari bahwa hal-ihwal penciptaan manusia adalah mutlak
kekuasaan Tuhan yang mustahil kiranya untuk dapat ditiru oleh
ilmuan sehebat atau sejenius apapun, kesadaran ini perlu ada dalam
jiwa manusia agar lebih arif dan bijaksana dalam menjelajahi ilmu
pengetahuan.
Zamroni, Rekayasa Genetika. 35
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya,
Semarang: Toha putra, 1990.
Hawari, Dadang, Ilmu Kebudayaan Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: PT. Dana Bakti Primayasa,1996.
Kompas, Pandangan Islam Terhadap Kloning Manusia, Minggu 21
April, 2002.
Ebrahim, Abdul Fadl Mohsin, Cloning, Eutanasia,Trnfusi darah,
Transplantasi organ, dan eksperimen pada hewan, Telaah
dan Biotek Islam, 2004.
Musbikin, Imam, Qowaid al-Fiqhiyah, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001.
Musthafa, Aziz dan Imam Musbikin, , Kloning manusia Abad XXI
Antara Harapan, Tantangan dan pertentangan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001.
Masduki, M., Kloning Menurut Pandangan Islam, Pasuruan: Garoeda,
1997
Munawar, Ahmad Anees, Islam dan Masa Depan Biologis Umat
Manusia, Etika Gender, Teknologi, Bandung: Mizan, 1995
Rainhold, T.A. Browen Van Nastrad (vk) Pengantar kloning Gena,
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994
Teknologi Reproduksi Menimbulkan Paradigma Baru dalam
Masyarakat. (http ://www/greenpeace.org/)06/12/2004.
Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ, Jakarta, al-Islam dan IPTEK,
jilid I, Rajawali Press,jakarta, 1999
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
Pada tahun 1978, David Rorvik, journalist dan novelist Amerika dalam bukunya yang
berjudul "In His Image: the Cloning of a Man", mengklaim menjadi bagian dari
usaha membuat kloning manusia. Sayangnya dalam pengadilan Mr David ini tidak
berhasil meyakinkan juri akan klaimnya ini.
Selanjutnya pada November 2002, seorang ahli kandungan
dan embriologi Itali, Severino Antinori, mengumumkan mengenai projek yang
dikerjakan bersama teman-temannya telah berhasil dengan sukses. Orang pertama
yang berhasil di klon, telah lahir pada bulan Januari 2003 (sesuai foto). Sayang
banyak yang masih skeptis mengenai klaimnya ini.
Februari 2004, ilmuwan Korea dan Amerika juga mengklaim terobosan ini. Woo Suk
Hwan dari Seoul National University di Korea mengklaim bahwa mereka telah
membuat embrio manusia yang diambil dari stem cell embrionik dan membesarkan
embrio tersebut pada tikus. Seminggu sebelumnya Dr Panos Zavos juga
mengumumkan bahwa timnya telah berhasil "memproduksi" bayi2 klon yang sehat.
Terlepas dari urusan klon-klon manusia yang bagi sebagian besar umat manusia
belum menerimanya, saat ini telah berkembang ilmu yang disebut kloning terapeutik,
yaitu mengklon -misalnya- sel-sel hati, pankreas, dll. guna terapi bagi penyakit liver
dan gula darah misalnya. Ilmu pengetahuan bidang Stem Cell (bentuk yang "lebih
sederhana" dari kloning) sangat cepat berkembang, terutama diluar AS seperti Korea,
Jepang, China, Australia, Singapore. Amerika -setelah Presiden Obama terpilih- tentu
tidak tinggal diam mengejar ketinggalannya.
Manusia kloning pertama di dunia bernama Eve, bayi perempuan itu kini berusia 5
tahun. Sehat dan kini mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran
kota Bahama.
Era manusia super mungkin bakal segera terwujud. Dunia tidak akan kekurangan stok
manusia-manusia super genius sekelas Albert Einsten atau atlet handal sekelas Carl
Lewis atauaktris sensual Jennifer Lopez. Manusia-manusia super itu bakalan tetap
lestari di muka bumi. 100% sama persis, yang beda hanya generasinya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran telah
menghilangkan ketidakniscayaan itu. Melalui teknologi kloning, siapapun bisa
diduplikasi.
Klaim Clonaid, perusahaan Bioteknologi di Bahama, yang sukses menghasilkan
manusia kloning pertama di dunia dengan lahirnya Eve, 26 Desember 2002 lalu
makin mendekatkan pada impian tersebut. Walaupun ini masih sebuah awal.
Clonaid adalah sebuah perusahaan yang didirikan sekte keagamaan Raelians tahun
1997. Mereka mempercayai kehidupan di bumi diciptakan mahluk angkasa luar
melalui rekayasa genetika.
Eve merupakan bayi pertama yang lahir dari 10 implantasi yang dilakukan Clonaid
tahun 2002. Dari 10 implan, lima gagal. Empat bayi kloning lainnya akan dilahirkan
tahun ini, bahkan bayi kloning kedua akan lahir minggu ini.
Clonaid berencana mengimplantasi 20 klon manusia Januari ini. Pada saat bersamaan,
para ahli independen akan diundang untuk melihat prosesnya sehingga bisa
menyaksikan bagaimana contoh kloning, pertumbuhan embryo dan implantansinya.
Soal kekhawatiran banyak pihak tentang ketidaksempurnaan hasil kloning pada
binatang yang dijadikan model pada kloning manusia, Broisselier menandaskan,
kedua prosedur itu tidak bisa dibandingkan. Masalah yang timbul pada kloning
binatang merupakan hasil dari prosedur khusus yang digunakan ilmuwan untuk
mereproduksi binatang. Jadi bukan pada proses kloningnya.
Kami orang-orang serius dan bertanggungjawab karena ini berhubungan dengan
masalah kemanusiaan. Kami memberikan hak dan pilihan pada orang tua untuk
memilih anak-anak sesuai gen mereka. Jika dalam proses kloning, peneliti Clonaid
mendeteksi adanya abnormalitas, janin akan digugurkan, katanya.
Kelahiran Eve merupakan sebuah kejutan. Sebelumnya para ilmuwan bersiap
menerima kelahiran bayi kloning pertama karya dokter ahli kesuburan Italia, Dr.
Severino Antinori, awal Januari 2003.
Dua Lagi Wanita Hamil
Menurut Antinori saat ini ada dua wanita lain yang juga sedang mengandung bayi
hasil kloning, dengan usia kandungan 27 dan 28 minggu. Namun ia menolak
bertanggungjawab atas proses pengklonan terhadap kedua wanita tersebut, walaupun
ia bertindak sebagai penasehat.
Antinori adalah ahli kesuburan yang piawai. Ia telah mendeklarasikan
keberhasilannya mengklon babi dan primata dan berhasil menerobos prosedur
fertilitas konvensional dengan membuat seorang wanita hamil pada usia 62 tahun
pada 1994.
Kebanyakan ilmuwan setuju, reproduksi manusia dengan cara kloning memang
memungkinkan. Namun mereka menekankan, eksperimen seperti itu tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena tingginya resiko kematian dan gangguan pasca
kelahiran.
Upaya mengkloning manusia adalah tindakan tidak bertanggungjawab dan
menjijikkan serta mengabaikan banyaknya bukti ilmiah dari 7 spesies mamalia yang
sejauh ini sudah dikloning, kata Rudolf Jaenisch, ahli kloning dari Massachusetts
Institute of Technology.
Ilmuwan Roslins Institute, Ian Wilmut yang berperan dalam kelahiran Dolly
menegaskan, kloning pada manusia amat mengejutkan karena jumlah kegagalan yang
tinggi dan kematian pada bayi yang baru lahir.
Kloning pada binatang menunjukkan adanya kelemahan. Dolly, mamalia pertama
yang berhasil dikloning terbukti menderita arthritis pada usianya yang masih muda.
Domba betina ini dikloning dengan teknik kloning transfer inti sel somatik (sel
tubuh). DNA Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang
kemudian difusikan dengan sel mammary (sel kelenjar susu). Sel yang telah
bergabung berkembang menjadi embryo yang kemudian ditanamkan pada biri-biri
pengganti.
Perlu 227 Percobaan
Walau dikatakan berhasil, prosedur kloning ini tidaklah sempurna. Diperlukan 227
percobaan sebelum akhirnya tercipta Dolly. Kloning pada manusia lebih rumit
dengan resiko yang besar dan sangat potensial terjadi kesalahan. Para ilmuwan
khawatir, penggunaan teknik ini pada manusia akan memunculkan malformasi.
National Bioethics Advisory Commission mengemukakan, penggunaan binatang
guna memahami proses-proses biologi seperti dalam kasus Dolly, memberikan
harapan besar bagi kemajuan dunia medis di masa depan. Namun tidak ada
pembenaran untuk riset dengan tujuan menghasilkan anak manusia melalui teknik ini.
Para ilmuwan juga amat risau dengan risiko medik dan ketidakpastian yang
berhubungan dengan kloning manusia. Salah satu kekhawatirannya adalah jika
seorang bayi di klon, maka kromosomnya akan cocok dengan usia donor. Misalnya
seorang anak hasil kloning yang berusia 5 tahun akan tampak seperti berumur 10
karena mendapat kromosom dari donor berusia 5 tahun , dengan disertai risiko
penyakit jantung dan kanker.
Risiko buruk juga mengintai para wanita yang memutuskan mengandung bayi
kloning. Menurut ahli perkembangan embryo pada mamalia, Prof Richard Gardner,
para wanita tersebut beresiko terkena satu jenis kanker yang tidak biasa dan unik pada
manusia, yang menyerang rahim, yaitu choriocarcinoma.
Mengacu pada berbagai risiko ini banyak negara melarang dilakukannya riset-riset
kloning pada manusia. Presiden AS kala itu Bill Clinton mengeluarkan rekomendasi
moratorium atau penghentian riset kloning manusia selama 5 tahun. Hampir semua
agama juga melarang teknologi kloning pada manusia.
Namun selain memiliki sisi gelap, penelitian kloning pada manusia sebenarnya
memberikan harapan bagi masa depan dunia kedokteran. Teknik kloning
memungkinkan dokter mengidentifikasi penyebab keguguran spontan, memberikan
pemahaman pertumbuhan cepat sel kanker, penggunaan sel stem untuk meregenerasi
jaringan syaraf, kemajuan dalam penelitian masalah penuaan, genetika dan
pengobatan.
Pro dan Kontra
Bertolak dari manfaat dan mudlaratnya teknologi kloning ini, agamawan, ahli politik,
ahli hukum dan pakar kemasyarakatan perlu segera merumuskan mengenai aturan
pemakaian teknologi kloning. Sebab ditangan ilmuwan hitam, kloning bisa menjadi
malapetaka.
Seorang anggota kelompok Raelian, Brigitte Boisselier mengatakan, bukti ilmiah
akan diajukan segera, jika saya tidak mengajukan bukti ilmiah, pasti Anda
mengatakan saya telah mengarang cerita. Jadi satu-satunya cara adalah kami akang
mengundang seorang pakar independen ke tempat orang tua bayi itu. Di sana ia bisa
mengambil contoh sel dari bayi dan ibunya, untuk kemudian membandingkannya.
Jadi, Anda akan mendapatkan bukti.
Raelian sejauh ini dikenal sebagai sekte agama yang percaya bahwa kehidupan di luar
angkasa telah menciptakan kehidupan di bumi. Kelompok yang mendapat pengakuan
resmi pemerintah negara bagian Quebec, Kanada, sebagai gerakan agama di tahun
1990-an ini mengklaim memiliki 55 ribu anggota di berbagai penjuru dunia, termsuk
Amerika. Kelompok ini memilki sebuah taman yang terbuka untuk umum bernama
UFOland, dekat Montreal.
Memperbaiki Keturunan
Kloning terhadap manusia (Eve) merupakan sebuah keberhasilan para ilmuwan Barat
dalam memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan pesat
yang telah melampaui seluruh ramalan manusia. Betapa tidak, cara ini dianggap
sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas keturunan: lebih cerdas, kuat, rupawan,
ataupun untuk memperbanyak keturunan tanpa membutuhkan proses
perkembangbiakan konvensional.
Revolusi kloning manusia ini semakin memantapkan dominasi sains Barat terhadap
kehidupan manusia, termasuk kaum Muslim.
Apalagi, efek berikutnya dari perkembangan revolusi ini yaitu penggunaan dan
pemanfaatannya akan selalu didasarkan pada ideologi tertentu. Bagi kaum Muslim
sendiri, meskipun eksperimen ilmiah dan sains itu bersifat universal, dalam aspek
penggunaannya harus terlebih dulu disesuaikan dengan pandangan hidup kaum
Muslim.
Persoalan yang pertama adalah terkait dengan kontroversi adanya intervensi
penciptaan yang dilakukan manusia terhadap tugas penciptaan yang semestinya
dilakukan oleh Allah SWT. Dan persoalan yang kedua adalah bagaimana posisi
syariat menghadapi kontroversi pengkloningan ini. Apakah syariat mengharamkan
atau justru sebaliknya menghalalkan?
DILEMA DI BALIK UPAYA KLONING PADA
MANUSIA*
October 8th, 2009 by budidaryono
Pembicaraan seputar masalah kloning akhir-akhir ini senantiasa menarik perhatian
masyarakat dan seringkali menjadi sumber berbagai ispirasi, praduga, fantasi,
spekulasi, kekaguman bahkan ketakutan, tidak hanya melanda kalangan masyarakat
ilmiah melainkan merebak sampai kepada orang awam. Begitu besarnya daya tarik
permasalahan kloning sehingga reaksi yang muncul bermacam-macam di segala
lapisan masyarakat disertai timbulnya berbagai spekulasi baru dari yang sangat
menjanjikan hingga yang paling mengerikan.
Apabila kita coba merunut ke belakang, sebetulnya kloning telah dilakukan sejak
berabad-abad yang lalu oleh para pendahulu kita, meskipun mereka tidak
menyadarinya bahwa apa yang mereka lakukan termasuk bagian dari kloning yang
hingga sekarang seringkali masih kita lakukan. Kita bahkan telah seringkali
menikmati hasil kloning tanpa mempermasalahkan apakah yang kita santap tersebut
merupakan buah karya dari kloning.
Sekilas Tentang Kloning
Berdasarkan etimologi, istilah kloning atau klonasi berasal dari bahasa
Yunani yaitu dari kata Klonus yang berarti ranting, stek atau cangkok. Pada
hakekatnya kloning merupakan suatu pembiakan vegetatif atau reproduksi aseksual
bertujuan untuk menghasilkan individu baru yang seragam. Individu baru hasil
kloning tersebut disebut klon. Kloning pada tumbuhan telah berlangsung sejak lama
dan banyak dilakukan khususnya dibidang pertanian dengan tujuan untuk
memperbanyak tanaman melalui stek atau cangkok sehingga dihasilkan sejumlah
tanaman yang sama sifatnya, Sekarang teknologi Kultur Jaringan Tumbuhan (In
Vitro) telah berkembang dengan
pesat sehingga kloning pada tumbuhan selangkah lebih maju jika
dibandingkan dengan kloning pada hewan. Hal ini karena sifat totipotensi sel
tumbuhan, baik sel somatik maupun sel embrional pada umumnya lebih mudah untuk
melakukan diferensiasi membentuk organ dan individu baru (klon) daripada sel
hewan. Disamping itu dampak sosial, etika maupun moral pada kloning tumbuhan
selama ini dipandang lebih ringan dibandingkan pada hewan.
Sebenarnya kloning juga seringkali terjadi di alam dan umumnya dilakukan oleh
organisme dalam rangka melestarikan jenisnya. Kloning alami tersebut banyak
dilakukan oleh organisme uniseluler dengan cara membelah diri (reproduksi
aseksual) seperti pada Bakteri, Amoeba, Paramaecium, dan Protozoa lainnya pada
kondisi lingkungan yang sesuai, sedangkan pada organisme multiseluler (hewan
tingkat rendah) dapat kita lihat pada cacing Planaria sp. serta pada hewan-hewan
partenogenetik lainnya seperti pada lebah dan beberapa jenis serangga. Kloning
alami pada tumbuhan dapat dengan jelas kita amati pada tanaman Cocor Bebek.
Meskipun reproduksi aseksual (kloning) dapat berlangsung dengan cepat, tetapi tidak
selamanya menguntungkan bagi kelestarian jenisnya. Hal ini karena individu yang
sama sifatnya umumnya mempunyai kemampuan untuk menangulangi perubahan
lingkungan yang sama pula, sehingga apabila terjadi perubahan lingkungan yang
tidak menguntungkan (drastis), maka besar kemungkinan organisme tersebut akan
mati serta musnah jenisnya dari alam. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kloning
telah terjadi sejak lama di alam dan merupakan sistem alami yang telah tertata dengan
rapi sehingga terjadi keseimbangan ekosistem. Pada akhirnya pengetahuan tentang
kloning tesrsebut dimanfaatkan manusia untuk memperoleh jenis-jenis tanaman dan
hewan unggul, serta diupayakan juga untuk melestarikan tumbuhan maupun hewan
langka dari kepunahan.
Perkembangan Teknologi Kloning
Hanya terpaut beberapa bulan setelah keberhasilan koning domba Dolly disusul
domba Polly yang telah disisipi materi genetik manusia, dunia ilmu pengetahuan
kembali digemparkan oleh keberhasilan kloning sapi jantan yang diberi nama Gene
hasil rekayasa perusahaan ABS Global Inc. yang bergerak di bidang Teknologi
Reproduksi Hewan Ternak yang bermarkas di DeForest, Wisconsin, Amerika Serikat.
Meskipun sapi Gene tidak dihasilkan dari sel sapi dewasa tetapi teknologi kloning
tersebut memungkinkan dihasilkan sapi dari sel sapi dewasa seperti halnya pada
kloning domba Dolly. Kloning pada hewan dimulai ketika para pakar Biologi
Reproduksi Amerika pada tahun 1952 berhasil membuat klon katak melalui teknik
TGM (Transplanting Genetic Material) dari suatu sel embrional katak ke dalam sel
telur katak yang telah diambil intinya, kemudian Mintz (1967) berhasil melakukan
transplantasi sel somatik embrional pada stadium blastula dan morula ke dalam rahim
seekor tikus sehingga dihasilkan klon tikus, sedangkan Gurdon (1973) melakukan
transplantasi nukleus sel usus katak (somatik) yang telah mengalami diferensiasi ke
dalam sel telur katak yang telah diambil intinya. Sel telur yang berinti sel intestinum
tersebut kemudian berkembang menjadi klon katak. Tahun-tahun berikutnya ditandai
oleh sejumlah keberhasilan klon beberapa jenis hewan antara lain babi, kelinci,
domba, kera dan sapi yang berasal dari klon sel embrio yang umumnya lebih mudah
berhasil dibandingkan mengklon dari sel hewan dewasa (somatik). Bagi kita mungkin
bukan keberhasilan kloning Dolly, Polly maupun Gene yang menjadi fokus utama
melainkai sebuah pertanyaan besar yang memanti dihadapan kita yaitu Apakah Perlu
Kloning Pada Manusia ?
Tinggal Menunggu Waktu
Secara teknologis pembuatan klon manusia bukan merupakan masalah yang utama
lagi dan diramalkan akan tercipta dalam kurun waktu 25 tahun mendatang, meskipun
dengan biaya yang cukup mahal karena kemungkinan tingkat keberhasilan teknologi
tersebut masih rendah. Sebagaimana hal ini terjadi pada percobaan yang dilakukan
oleh ilmuwan Ian Wilmut yaitu dari 277 percobaan yang dilakukan pada percobaan
kloning tersebut, hanya 29 yang berhasil menjadi embrio domba yang dapat
ditransplantasikan ke dalam rahim domba, dan hanya satu saja yang berhasil
dilahirkan menjadi domba yang normal. Keberhasilan tim dokter di Rumah Sakit
Van Helmont, Belgia yang dipimpin oleh Dr. Martine Nijs dalam mengklon bayi
kembar 4 tahun yang lalu adalah salah satu bukti bahwa kloning pada manusia dapat
dilakukan. Keberhasilan ini berawal dari ketidaksengajaan Dr. Nijs menggosok
permukaan sel telur beku yang telah dibuahi dengan sebatang kaca sehingga sel telur
tersebut terbelah menjadi dua dalam rahim si ibu dan kemudian berkembang menjadi
janin, disusul dengan lahirnya dua anak kembar. Teknik penggosokan tersebut
merupakan salah satu teknik yang sering dilakukan pada kloning hewan percobaan
sejak tahun 1980-an.
Keberhasilan demi keberhasilan semakin mendekati kenyataan terciptanya klon
manusia, tetapi dampak yang menghawatirkan justeru akan menimpa moralitas
kemanusiaan. Tidak heran kalau gagasan untuk membuat klon manusia ini mendapat
tanggapan keras dari kaum moralis serta menjadi bahan perdebatan diantara para
pakar yuridis, politikus, agamawan dan dikalangan para pakar bioteknologi sendiri.
Sebagian orang berpendapat bahwa kloning penting untuk mengatasi permasalahan
kemanusiaan dan penelitian-penelitian tentang kloning jangan sampai dihentikan.
Mereka memandang bahwa teknologi kloning dapat digunakan untuk memproduksi
organ-organ tubuh pengganti seperti ginjal, darah, hati , jantung serta organ lainnya
yang biasa diperoleh dari donor, sehingga akan membantu setiap penderita yang
sangat memerlukannya untuk ditransplantasikan pada tubuhnya. Tetapi sayangnya
teknologi ini juga dapat digunakan untuk menggandakan orang-orang jahat.
Satu hal yang paling esensi untuk setiap karya cipta, apalagi menyangkut manusia
adalah apapun bentuk teknologinya, maka manfaat yang diperoleh harus lebih besar
dari dampak yang ditimbulkannya. Hal ini penting karena dampak yang ditimbulkan
dari kloning manusia menyangkut banyak aspek dengan tingkat permasalahan yang
sangat kompleks. Sebagai contoh kekerabatan menjadi semakin rumit dan bias, ikatan
anak dengan ibu atau anak dengan bapak menjadi lemah. Kemungkinan akan timbul
permasalahan seputar kepemilikan organ tubuh maupun anak dari hasil klon. Apakah
yang mempunyai hak kepemilikan anak hasil klon itu adalah orang tua penyumbang
inti sel (nukleus) ataukah orang tua penyumbang sel embrio yang telah dihilangkan
nukleusnya ataukah orang yang mengandung serta melahirkanya ? Demikian juga
status kepemilikan klon organ tubuh manusia menjadi semakin ruwet. Apakah
pemilik klon organ tubuh tersebut adalah orang yang menyumbangkan sel organnya
untuk diklon (donor sel), ataukah organ tesebut milik ilmuwan yang mengklon, atau
milik klinik, laboratorium, rumah sakit tempat dia mengklonkan organ tubuhnya atau
milik lembaga yang membiayai usaha klon tersebut ? Belum lagi dengan aspek
yuridis yang berkaitan dengan perkawinan dan pewarisan manusia klon, serta
masalah-masalah lain yang mungkin akan muncul seiring dengan dilaksanakanya
teknologi kloning pada manusia.
Penutup
Meskipun Bioetika mengenai bioteknologi, teknologi reproduksi dan kloning
telah dibuat serta selalu diperbaharui oleh banyak fihak seperti badan dunia
(UNESCO), Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan lembaga-lembaga ilmiah
lainnya, dan kloning manusia diperkirakan baru akan terlaksana dalam kurun waktu
25 tahun mendatang, tetapi alangkah baiknya mulai sekarang kita perlu
mempersiapkan aturan-aturan (undang-undang) berikut sangsi-sangsi hukumnya
untuk mengantisipasi dilakukannya kloning pada manusia. Karena jika kita cermati
secara seksama, maka permasalahan kloning pada manusia akan lebih banyak
kesulitan yang muncul sebagai akibat dari dampak sosial, kultural, yuridis, etika dan
moral daripada manfaat yang akan kita peroleh, sehingga perlu upaya untuk
melarang kloning pada manusia. Menurut hemat penulis teknologi kloning sebagai
bentuk perkembangan ilmu seyogyanya tetap dilanjutkan dan diarahkan pada
penelitian-penelitian kedokteran untuk mengungkap dan mencari jawaban terhadap
berbagai penyakit seperti kanker, penyakit keturunan, dan lain-lainnya. Teknologi
kloning juga penting dalam rangka penemuan bibit-bibit unggul tumbuhan maupun
hewan serta sebagai upaya untuk melestarikan tumbuhan maupun hewan langka dari
ancaman kepunahan.
*Makalah pada Seminar dan Diskusi : Kloning Manusia Suatu Tinjauan Teknologi
dan Etika, Kerjasama ORBIT ICMI KIR SMU se-Yogyakarta di SMU
Muhammadiyah 2 Yogyakarta, tanggal 5 April 1998
Pustaka
Brown, T.A. 1996. Gene Cloning. An Introduction. Van Nostrand Reinkold Co. Ltd.
Majalah Time, tanggal 10 Maret 1997, hal 30-43.
Majalah Ummat, No.20. Thn II. 31 Maret 1997/22 Zulkaidah 1417 H.
Russel, P.J. 1994. Fundamental of Genetics. Harper Collins College Publisher, New
York.
Kloning, aplikasi dari teknologi DNA Rekombinan April 17,
2010
Filed under: Science istyhafid @ 5:33 pm
Teknologi DNA Rekombinan
Memasuki abad ke-20, ditemukan penemuan-penemuan baru tentang biologi
molekular. Pada awal abad ini pula, diketahui bahwa setiap makhluk hidup
menggunakan DNA dan RNA untuk menyimpan dan metransfer informasi
genetiknya, bahwa setiap makhluk hidup menggunakan kode genetik yang sama
untuk membuat proteinnya. Pada saat itu pula, para ilmuwan-ilmuwan di bidang
teknologi ini, berpikir mengenai bisa tidaknya materi gen ini dimanipulasi sedemikian
rupa sehingga bisa didapatkan DNA dan RNA yang sifat genetiknya sesuai dengan
yang kita inginkan. Kemudian munculah pertanyaan-pertanyaan seperti :
Bisakah kita mentransfer suatu gen dari satu makhluk hidup ke dalam
makhluk hidup lainnya dan gen tersebut bisa hidup di dalam tubuh makhluk
tersebut?
Apa kita bisa menggabungkan dua gen menjadi satu?
Bisakah kita mengidentifikasi seseorang berdasarkan keunikan DNAnya?
Bisakan perubahan DNA memberitahukan kita fakta-fakta tentang evolusi?
Bisakah kita mempelajari DNA dan melihat DNA mana yang nantinya akan
bermutasi menjadi penyakit?
Bisakah kita mengidentifikasi mikroba berdasarkan genetikanya?
Bisakah kita merekap ulang suatu DNA dari organisme dan mengaturnya
sedemikian rupa sehingga organisme tersebut dapat berguna bagi manusia?
Jawaban dari semua pertanyaan diatas adalah Bisa. Namun, sebelum pertanyaan-
pertanyaan ini dijawab, cara untuk memanipulasi DNA harus ditemukan. Sebenarnya,
hal ini bukan merupakan tantangan yang sulit, karena pada dasarnya, DNA itu sendiri
selalu dimanipulasi oleh alam. DNA tersebut di-copy, dipotong, kemudian
ditanamkan lagi berulang-ulang dalam suatu sel hidup. Nature agents (zat alam yang
berperan) dalam proses ini tidak lain adalah enzim.
Teknologi DNA Rekombinan atau sering disebut juga rekayasa genetika adalah suatu
ilmu yang mempelajari mengenai pembentukan kombinasi materi genetik yang baru
dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga
memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan dalam suatu sel
organisme lain yang berperan sebagai sel inang. Manfaat rekayasa genetika ini adalah
mengisolasi dan mempelajari masing-masing gen tentang fungsi dan mekanisme
kontrolnya. Selain itu, rekayasa genetika juga memungkinkan diperolehnya suatu
produk dengan sifat tertentu dalam waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada
produksi secara konvensional.
Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.Yang
pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vektor. Hal tersebut akan
dibahas sebagai berikut:
1. Cellular Enzymes / Enzim seluler
Enzim yang dipakai oleh orang-orang bioteknologi dalam memanipulasi DNA
diantaranya adalah enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-batas
sekuen nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan
bahan-bahan genetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada
sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom bacteriophage.
Ada juga DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA.
Enzim ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang sama
persis ke sel induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai jenis
organisme, yang tidak mengherankan, karena semua organisme pasti harus meng-
copy DNA mereka.
Selain DNA polimerisasi, ada juga enzim RNA polimerisasi yang berfungsi untuk
membaca sekuen DNA dan mengsintesis molekul RNA komplementer. Seperti
halnya DNA polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak ditemukan di banyak
organisme karena semua organisme harus merekam gen mereka
Selanjutnya yang akan dibahas adalah enzim DNA ligase. Enzim DNA ligase
merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan genetik
dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini dapat
bergabung dengan DNA (atau RNA) dan membentuk ikatan phosphodiester baru
antara DNA (atau RNA) yang satu dengan lainnya.
Kemudian, ada pula enzim reverse transcriptases yang berfungsi membentuk blue-
print dari molekul RNA membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat
dari virus RNA yang mengubah genom RNA mereka menjadi DNA ketika mereka
menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai ketika bertemu dengan gen eukariotik
yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil dan dipisahkan oleh introns
dalam kromosom.
2. Natural Vectors / Vektor natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam
bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok
dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah memberikan solusi
dari masalah ini. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke
dalam sel induk barunya.
Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam vektor, DNA
hasil rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa setelah sebelumnya DNA
rekombinan digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam
vektor, DNA rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru.
Contoh dari vektor natural dari alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage.
Kloning
Kloning berasal dari kata klon dari bahasa Yunani yang berarti tunas muda. Pada
dasarnya kloning adalah teknik penggandaan gen yang menghasilkan turunan yang
sama sifat baik dari segi hereditasnya maupun penampakannya. Dari referensi
lainnya, dikatakan kloning adalah penggunaan sel somatik makhluk hidup
multiseluler untuk membuat satu atau lebih individu dengan materi genetik yang
sama atau identik. Sumber lainnya lagi mengatakan bahwa kloning adalah teknik
perbanyakan sel, jaringan atau organisme secara aseksual, bias melibatkan dua induk
atau satu induk. Sehingga dapat disimpulkan,, bahwa kloning adalah suatu cara atau
teknik yang menggunakan sel somatik makhluk hidup untuk membentuk turunan baru
baik dari satu induk maupun dua induk yang turunannya memiliki materi genetik
yang sama sifat baik dari segi hereditas maupun penampakannya yang prosesnya
merupakan suatu bentuk reproduksi aseksual.
Tahapan-tahapan dalam mengkloning suatu gen adalah sebagai berikut :
Suatu fragmen DNA yang mengandung gen yang akan dikloning pertama-tama
diinsersikan dulu pada molekul DNA sirkular yang disebut sector untuk
menghasilkan molekul DNA rekombinan atau chimoera.
Vektor kemudian bertindak sebagai pembawa DNA rekombinan tersebut untuk
masuk ke dalam tuan rumah biasanya berupa bakteri, maupun sel-sel jenis lainnya
yang bisa digunakan. Kemudian vector mengadakan replikasi dalam sel tuan rumah
yang menghasilkan banyak turunan-turunan identik, baik vektornya sendiri, maupun
gen yang dia bawa.
Ketika sel tuan rumah membelah, kopi molekul DNA rekombinan diwariskan pada
progeny dan terjadi replikasi vektro selanjutnya. Setelah terjadi sejumlah besar
pembelahan sel, maka dihasilkan koloni atau sel kloningan yang identik. Tiap-tiap sel
dalam klon mengandung satu atau lebih kopian molekul DNA rekombinasi. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa, gen yang dibawa oleh molekul rekombinasi telah
diklon.
Kloning merupakan salah satu bentuk penemuan dari para ilmuwan untuk dalam
rangka perolehan keturunan yang sampai sekarang, detik ini juga, terus menerus
mendapat pro dan kontra dari masyarakat. Diawali dari lahirnya dolly sebagai hewan
hasil kloningan pertama, sampai munculnya isu-isu tentang bayi perempuan bernama
Eve yang dikatakan merupakan manusia kloningan pertama yang pernah dibuat oleh
manusia.
6.2. KLONING PADA TUMBUHAN
Sampai hari ini, diketahui sudah cukup banyak DNA hewan dan tumbuhan yang
sudah dikloning. Secara singkat kloning pada sel tumbuhan (baik dari akar, batang,
dan daun) bisa dilakukan dengan cara memotong organ tumbuhan yang di-inginkan.
Lalu kita mencari eksplan, mengambil selnya dan memindahkan ke media berisi
nutrisi agar cepat tumbuh. Eksplan ini akan menggumpal menjadi gumpalan yang
bernama kalus. Kalus adalah cikal bakal akar, batang, dan daun. Kalus kemudian
ditanam di media tanah dan akan menjadi sebuah tanaman baru.
Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu teknik
untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian
tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi
aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman sempurna kembali.
Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama adalah
teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya
sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang kedua adalah teori
totipotensi sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel yang memiliki potensi
genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi suatu tanaman
lengkap.
Dalam kultur jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi
tumbuhannya, yaitu :
1. Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, seperti pucuk adventif atau embrio
somatiknya
2. Eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Yang penting dalam eksplan ini adalah factor varietas,
umur, dan jenis kelaminnya. Bagian yang sering menjadi ekspan adalah pucuk
muda, kotiledon, embrio, dan sebagainya.
3. Media tumbuh, karena di dalam media tumbuh terkandung komposisi garam
anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media.
4. Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan zat ini adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa
induksi dalam kultur tertentu.
5. Lingkungan Tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi
temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan
ukuran wadah kultur.
Skema proses Kultur Jaringan secara singkat
6.3. KLONING PADA HEWAN
Domba Dolly : Mamalia yang pertama kali dikloning melalui sel induk dewasanya
Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan dibentuk
dari satu sel yang diambil dari organisme induknya dan secara genetika membentuk
individu baru yang identik sama. Artinya, hewan kloning ini adalah duplikat yang
persis sama baik dari segi sifat dan penampilannya seperti induknya, dikarenakan
adanya kesamaan DNA.
Di alam, sebenernya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual pada beberapa
jenis organisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar dalam satu telur juga
merupakan apa yang disebut dengan kloning. Dengan kemajuan bioteknologi
sekarang ini, bukan mustahil untuk menciptakan lebih lanjut mengenai kloning pada
hewan.
Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak
berhasil selama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang diraih oleh
ilmuwan pada saat mereka berhasil mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di
tubuh katak dewasa. Namun demikian, kecebong tersebut tidak pernah berhasil
tumbuh menjadi katak dewasa. Kemudian, dengan menggunakan nuclear trasnfer di
sel embrio, para ilmuwan mulai melakukan penelitian terhadap kloning hewan
mamalia. Tapi sekali lagi, hewan-hewan tersebut tidak pernah mencapai hidup yang
panjang.
Skema kloning pada Hewan
Kloning pertama yang berhasil diujicobakan dan bisa bereproduksi adalah seekor
domba yang dinamakan Dolly. Dolly ditemukan oleh Ian Wilmut dan kawan-
kawanya di Skotlandia pada tahun 1997. Tapi tidak sama dengan uji coba kloning
sebelumnya yang menggunakan sel embrio, kloning dolly menggunakan sel dari
domba dewasa. Karena sel domba dewasa ini dianggap sudah tua, maka, dolly pun
jadi berumur pendek, walau tidak sependek hewan lain hasil kloningan dengan
menggunakan sel embrio.
Sekarang ini, para ilmuwan sudah sukses mengkloning banyak hewan seperti tikus,
kucing, kuda, babi, anjing, rusa, dan sebagainya dari sel embrio maupun sel non-
embrio, tergantung dari tujuan pengkloningan tersebut. Jika, diharapkan hewan hasil
kloning yang bisa bereproduksi, maka digunakanlah sel non-embrio, sedangkan jika
diharapkan hewan kloning yang tidak harus bisa bereproduksi, maka digunakan sel
embrio.
Proses kloning hewan melalui tahap berikut, yaitu mengekstrak nukleus DNA dari
suatu sel embrio kemudian ditanamkan dalam sel telur yang sebelumnya intinya
sudah dihilangkan. Kadang-kadang proses ini distimulasi oleh manusia menggunakan
alat dan bahan-bahan kimia. Sel telur yang sudah dibuahi ini kemudian dimasukkan
kembali ke dalam tubuh sel hewan inangnya dan membentuk sifat yang identik.
Beberapa ilmuwan menjadikan hewan hasil kloningan yang tidak bisa bereproduksi
sebagai bahan pangan. Namun baru-baru ini, diberitakan bahwa hewan hasil kloning,
tidak layak untuk dikonsumsi sebagai makanan manusia walau belum ada bukti pasti
mengenai hal tersebut. Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih terus dilakukan.
6.4. KLONING PADA MANUSIA
Setelah sukses dengan teknologi kloning hewan menyusui, sekarang hanya tinggal
menunggu waktu, timbulnya kabar yang melaporkan lahirnya manusia hasil kloning.
Contohnya saja pada Eve, yang dikabarkan adalah bayi perempuan pertama hasil
kloning, namun kebenaran beritanya masih belum bisa dipastikan. Ada lagi berita
mengenai hasil kloning permintaan dari pasangan homoseksual dari Belanda. Namun,
bukti-bukti konkrit mengenai manusia hasil kloningannya sama sekali tidak ada.
Beberapa sumber menyebutkan, para peneliti tersebut beralasan bahwa hal ini
menyangkut pribadi sekaligus melanggar privasi dari pendonor gen jika diberitakan
secara luas. Mungkin saja, penyembunyian berita-berita seperti ini dilakukan, karena
masih banyaknya kontroversi serta pro dan kontra yang terjadi di masyarakat
mengenai pengkloningan manusia yang dianggap melanggar kodrat alam dan tidak
sesuai dengan etika yang dianut dari agama.
Proses kloning pada manusia, sebenarnya tidak memiliki banyak perbedaan dengan
bayi tabung atau in vitro fertilization. Dalam proses ini, sperma sang suami dicampur
ke dalam telur sang istri dengan proses in vitro di dalam tabung kaca.
Gambaran kasar kloning manusia
Setelah sperma tumbuh menjadi embrio, embrio tersebut ditanamkan kembali ke
dalam tubuh si ibu, atau perempuan lain yang menjadi ibu tumpang. Bayi yang lahir
secara biologis merupakan anak suami-istri tadi, walaupun dilahirkan dari rahim
perempuan lain.
Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai
sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian
dipisahkan dari sel.
Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan
kemudian intinya dipisahkan.
Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah
membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri
(hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama
dengan sel stem donor.
Hukum Kloning
Posted by Farid Ma'ruf pada 13 Januari 2007
Soal :
Saat ini sudah ada teknologi kloning yang mampu memduplikasi makhluk hidup
sama persis. Bagaiamana hukum kloning dalam pandangan Islam? Apakah boleh
dilakukan terhadap semua bidang (kloning binatang, tumbuhan, dan juga manusia) ?
Jawab
Kloning (klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama
dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan,
maupun manusia.
Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama
dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian diambil inti selnya
(nukleusnya), dan selanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita yang telah
dihilangkan inti selnya dengan suatu metode yang mirip dengan proses pembuahan
atau inseminasi buatan. Dengan metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan
dengan cara mengambil inti sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel
telur yang diambil dari seorang perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi
khusus dan kejutan arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. Setelah proses
penggabungan ini terjadi, sel telur yang telah bercampur dengan inti sel tersebut
ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan, agar dapat memperbanyak diri,
berkembang, berdiferensiasi, dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu
keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode
genetik sama dengan induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang
telah ditanamkan pada sel telur perempuan.
Pembuahan dan inseminasi buatan dalam proses kloning manusia terjadi pada sel-sel
tubuh manusia (sel somatik), bukan sel-sel kelaminnya. Seperti diketahui, dalam
tubuh manusia terdapat milyaran bahkan trilyunan sel. Dalam setiap sel terdapat 46
kromosom (materi genetik yang mengandung seluruh sifat yang diturunkan pada
manusia), kecuali sel-sel kelamin yang terdapat dalam buah zakar (testis) laki-laki
dan dalam indung telur (ovary) perempuan. Sel-sel kelamin ini mengandung 23
kromosom, yaitu setengah dari jumlah kromosom pada sel-sel tubuh.
Pada pembuahan alami, sel sperma laki-laki yang mengandung 23 kromosom
bertemu dengan sel telur perempuan yang juga mengandung 23 kromosom. Pada saat
terjadi pembuahan antara sel sperma dengan sel telur, jumlah kromosom akan
menjadi 46 buah, yakni setengahnya berasal dari laki-laki dan setengahnya lagi
berasal dari perempuan. Jadi anak yang dilahirkan akan mempunyai ciri-ciri yang
berasal dari kedua induknya baik yang laki-laki maupun yang perempuan.
Adapun dalam proses kloning manusia, sel yang diambil dari tubuh seseorang telah
mengandung 46 buah kromosom, atau telah mengandung seluruh sifat-sifat yang akan
diwariskan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, anak yang dihasilkan dari
proses kloning ini akan mempunyai ciri-ciri hanya dari orang yang menjadi sumber
pengambilan inti sel tubuh. Anak tersebut merupakan keturunan yang berkode
genetik sama persis dengan induknya, yang dapat diumpamakan dengan hasil
fotokopi selembar kertas pada mesin fotokopi kilat yang berwarna; yakni berupa
selembar gambar yang sama persis dengan gambar aslinya tanpa ada perbedaan
sedikit pun.
Proses pembuahan yang alamiah tidak akan dapat berlangsung kecuali dengan adanya
laki-laki dan perempuan, dan dengan adanya sel-sel kelamin.
Sedang proses kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki atau tanpa
adanya laki-laki, dan terjadi pada sel-sel tubuh, bukan sel-sel kelamin. Proses ini
dapat terlaksana dengan cara mengambil sel tubuh seorang perempuan dalam
kondisi tanpa adanya laki-laki kemudian diambil inti selnya yang mengandung 46
kromosom, atau dengan kata lain, diambil inti sel yang mengandung seluruh sifat
yang akan diwariskan. Inti sel ini kemudian ditanamkan dalam sel telur perempuan
yang telah dibuang inti selnya. Selanjutnya, sel telur ini dipindahkan ke dalam rahim
seorang perempuan setelah terjadi proses penggabungan antara inti sel tubuh dengan
sel telur yang telah dibuang inti selnya tadi.
Dengan penanaman sel telur ke dalam rahim perempuan ini, sel telur tadi akan mulai
memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi, dan berubah menjadi janin. Janin
ini akan menjadi sempurna dan akhirnya dilahirkan ke dunia. Anak yang dilahirkan
merupakan keturunan dengan kode genetik yang persis sama dengan perempuan yang
menjadi sumber asal pengambilan sel tubuh. Dengan demikian, proses kloning dalam
kondisi seperti ini dapat berlangsung sempurna pada seluruh tahapnya tanpa perlu
adanya seorang laki-laki.
Proses pewarisan sifat pada pembuahan alami akan terjadi dari pihak ayah dan ibu.
Oleh karena itu, anak-anak mereka tidak akan mempunyai corak yang sama. Dan
kemiripan di antara anak-anak, ayah dan saudara-saudara laki-lakinya, ibu dan
saudara-saudara perempuannya, begitu pula kemiripan di antara sesama saudara
kandung, akan tetap menunjukkan nuansa perbedaan dalam penampilan fisiknya,
misalnya dari segi warna kulit, tinggi, dan lebar badan. Begitu pula mereka akan
berbeda-beda dari segi potensi-potensi akal dan kejiwaan yang sifatnya asli (bukan
hasil usaha).
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses kloning, sifat-sifat yang diturunkan
hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik laki-laki
maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan
induknya dalam hal penampilan fisiknya seperti tinggi dan lebar badan serta warna
kulit dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli.
Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari
induknya. Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat
diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid
besar, atau dokter yang ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri
tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.
Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning,
sesungguhnya telah menyingkapkan sebuah hukum alam yang ditetapkan Allah SWT
pada sel-sel tubuh manusia dan hewan, karena proses kloning telah menyingkap fakta
bahwa pada sel tubuh manusia dan hewan terdapat potensi menghasilkan keturunan,
jika inti sel tubuh tersebut ditanamkan pada sel telur perempuan yang telah
dihilangkan inti selnya. Jadi, sifat inti sel tubuh itu tak ubahnya seperti sel sperma
laki-laki yang dapat membuahi sel telur perempuan.
Demikianlah fakta yang ada pada kloning manusia. Ada jenis lain dari kloning
manusia ini, yaitu kloning embrio. Kloning embrio ini didefinisikan sebagai teknik
pembuatan duplikat embrio yang sama persis dengan embrio yang terbentuk dalam
rahim seorang ibu. Dengan proses ini, seseorang dapat mengklon anak-anaknya pada
fase embrio. Pada awal pembentukan embrio dalam rahim ibu, seorang dokter akan
membagi embrio ini menjadi dua sel dan seterusnya, yang selanjutnya akan
menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada.
Lalu akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui proses kloning embrio ini dengan
kode genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber kloning.
Kloning telah berhasil dilakukan pada tanaman sebagaimana pada hewan belakangan
ini, kendatipun belum berhasil dilakukan pada manusia. Bagaimana hukum kloning
ini menurut hukum Islam ?
Sesungguhnya tujuan kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki
kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, dan mencari obat alami
bagi banyak penyakit manusia terutama penyakit-penyakit kronis guna
menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap
kesehatan manusia.
Upaya memperbaiki kualitas tanaman dan hewan dan meningkatkan produktivitasnya
tersebut menurut syara tidak apa-apa untuk dilakukan dan termasuk aktivitas yang
mubah hukumnya. Demikian pula memanfaatkan tanaman dan hewan dalam proses
kloning guna mencari obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit manusia
terutama yang kronis adalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya
sunnah (mandub), sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi
berbagai obat-obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Imam
Ahmad telah meriwayatkan hadits dari Anas RA yang telah berkata, bahwa
Rasulullah SAW berkata :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik RA, yang
berkata,Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka
berkata,Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ? Maka Nabi SAW menjawab :
Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya
Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk memperbaiki
kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki
kualitas hewan seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan
memanfaatkan proses kloning untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan
tersebut dan mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai
penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis.
Demikianlah hukum syara untuk kloning tanaman dan hewan. Adapun hukum
kloning manusia andaikata saja sudah berhasil dilakukan, padahal kenyataannya
belum dan kloning embrio adalah sebagai berikut :
1. Kloning Embrio:
Kloning embrio terjadi pada sel embrio yang berasal dari rahim isteri, yang terbentuk
dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya. Lalu sel embrio itu
dibagi dengan suatu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang
berpotensi untuk membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan
agar masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio
pertama yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat
ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri
kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Kedua
bentuk kloning ini hukumnya haram. Sebab dalam hal ini telah terjadi
pencampuradukan dan penghilangan nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah
mengharamkan hal ini.
Akan tetapi jika sel-sel embrio tersebut atau satu sel darinya ditanamkan ke dalam
rahim perempuan pemilik sel telur itu sendiri, maka kloning seperti ini hukumnya
mubah menurut syara, sebab kloning seperti ini adalah upaya memperbanyak embrio
yang sudah ada dalam rahim perempuan itu sendiri, dengan suatu teknik tertentu
untuk menghasilkan anak kembar. Inilah hukum syara untuk kloning embrio.
2. Kloning Manusia :
Adapun hukum kloning manusia, meskipun hal ini belum terjadi, tetapi para pakar
mengatakan bahwa keberhasilan kloning hewan sesungguhnya merupakan
pendahuluan bagi keberhasilan kloning manusia.
Kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam
prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu
inti selnya diambil dan kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah
dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki
lalu ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri,
berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi ini
merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi
sumber pengambilan sel tubuh. Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara
perempuan saja, tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan
dengan mengambil sel dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil
dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur
ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam
rahim perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan
akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan
kode genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan sel
tubuh.
Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada hewan domba
(Dolly). Mula-mula inti sel diambil dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau
ambingnya, lalu sifat-sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini
dihilangkan. Kemudian inti sel tersebut dimasukkan ke dalam lapisan sel telur domba,
setelah inti selnya dibuang. Sel telur ini kemudian ditanamkan ke dalam rahim domba
agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya
dihasilkan bayi domba. Inilah domba bernama Dolly itu, yang mempunyai kode
genetik yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber pengambilan sel
ambing.
Kloning yang dilakukan pada laki-laki atau perempuan baik yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas keturunan dengan menghasilkan keturunan yang lebih cerdas,
lebih kuat, lebih sehat, dan lebih rupawan, maupun yang bertujuan untuk
memperbanyak keturunan guna meningkatkan jumlah penduduk suatu bangsa agar
bangsa atau negara itu lebih kuat seandainya benar-benar terwujud, maka sungguh
akan menjadi bencana dan biang kerusakan bagi dunia. Kloning ini haram menurut
hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-dalil keharamannya adalah sebagai
berikut :
1. Anak-anak produk proses kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak
alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan
keturunan. Allah SWT berfirman :
dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dari air mani apabila dipancarkan. (QS. An Najm : 45-46)
Allah SWT berfirman :
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya. (QS. Al Qiyaamah : 37-38)
2. Anak-anak produk kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak akan
mempunyai ayah. Dan anak produk kloning tersebut jika dihasilkan dari proses
pemindahan sel telur yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh ke dalam rahim
perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab
rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi
penampung, tidak lebih. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab
dalam kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman
Allah SWT :
Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan. (QS. Al Hujuraat : 13)
Hal ini juga bertentangan dengan firman-Nya :
Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak
mereka. (QS. Al Ahzaab : 5)
3. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah
mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat
laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. (HR. Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abu Utsman An Nahri RA, yang berkata,Aku mendengar Saad
dan Abu Bakrah masing-masing berkata,Kedua telingaku telah mendengar dan
hatiku telah menghayati sabda Muhammad SAW :
Siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada orang yang bukan bapaknya,
padahal dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga baginya haram. (HR.
Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwasanya tatkala turun ayat lian (QS. ) dia
mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang
bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apa pun dari Allah dan
Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja laki-laki
yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah
akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu di hadapan
orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari Kiamat nanti). (HR. Ad
Darimi)
Kloning yang bertujuan memproduksi manusia-manusia yang unggul dalam hal
kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas mengharuskan seleksi
terhadap para laki-laki dan perempuan yang mempunyai sifat-sifat unggul tersebut,
tanpa mempertimbangkan apakah mereka suami-isteri atau bukan, sudah menikah
atau belum. Dengan demikian sel-sel tubuh akan diambil dari laki-laki dan
perempuan yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, dan sel-sel telur juga akan
diambil dari perempuan-perempuan terpilih, serta diletakkan pada rahim perempuan
terpilih pula, yang mempunyai sifat-sifat keunggulan. Semua ini akan mengakibatkan
hilangnya nasab dan bercampur aduknya nasab.
4. Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak
hukum-hukum syara, seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan
kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman,
hubungan ashabah, dan lain-lain. Di samping itu kloning akan mencampur adukkan
dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah untuk
manusia dalam masalah kelahiran anak. Kloning manusia sungguh merupakan
perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan struktur kehidupan masyarakat.
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut hukum
Islam dan tidak boleh dilaksanakan. Allah SWT berfirman mengenai perkataan Iblis
terkutuk, yang mengatakan :
dan akan aku (Iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar
mereka mengubahnya. (QS. An Nisaa : 119)
Yang dimaksud dengan ciptaan Allah (khalqullah) dalam ayat tersebut adalah suatu
fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Dan fitrah dalam kelahiran dan
berkembang biak pada manusia adalah dengan adanya laki-laki dan perempuan, serta
melalui jalan pembuahan sel sperma laki-laki pada sel telur perempuan. Sementara itu
Allah SWT telah menetapkan bahwa proses pembuahan tersebut wajib terjadi antara
seorang laki-laki dan perempuan yang diikat dengan akad nikah yang sah.
Dengan demikian kelahiran dan perkembangbiakan anak melalui kloning bukanlah
termasuk fitrah. Apalagi kalau prosesnya terjadi antara laki-laki dan perempuan yang
tidak diikat dengan akad nikah yang sah.
Apa Hukum Bayi Tabung Menurut Islam?
Sabtu, 08 Mei 2010 20:30 WIB
Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang
saat ini adalah fenomena bayi tabung. Sejatinya, teknologi ini telah dirintis oleh PC
Steptoe dan RG Edwards pada 1977. Hingga kini, banyak pasangan yang kesulitan
memperoleh anak, mencoba menggunakan teknologi bayi tabung.
Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur
(ovum) di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel
telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Lalu
bagaimanakah hukum bayi tabung dalam pandangan Islam? Dua tahun sejak
ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air telah menetapkan fatwa tentang
bayi tabung/inseminasi buatan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung
dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah
(boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan
suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu hukumnya haram," papar
MUI dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu
akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang
dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. "Sebab, hal ini
akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan
nasab maupun dalam hal kewarisan," tulis fatwa itu.
Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal
dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan
hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin
antarlawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum
Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang
ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung: Pertama, apabila mani yang
ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wani
ta tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya
haram.
Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah
SAW bersabda, "Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan
Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya
(berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya."
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. "Mani muhtaram
adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara',"
papar ulama NU dalam fatwa itu.
Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar
hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha
mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal
tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan
untuk bersenang-senang." Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri
dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri
sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
Meski tak secara khusus membahas bayi tabung, Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa terkait boleh tidak nya menitipkan
sperma suami-istri di rahim istri kedua. Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid
mengung kapkan, berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan para ahli fikih dari
berbagai pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang diwakili Mu
hammadiyah, hukum inseminasi buat an seperti itu termasuk yang dilarang.
"Hal itu disebut dalam ketetapan yang keempat dari sidang periode ke tiga dari
Majmaul Fiqhil Islamy dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung)," papar fatwa
Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Rumusannya, "cara kelima inseminasi itu
dilakukan di luar kandungan antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada
rahim istri yang lain (dari suami itu) ... hal itu dilarang menurut hukum Syara'."
Sebagai ajaran yang sempurna, Islam selalu mampu menjawab berbagai masalah
yang terjadi di dunia modern saat ini.
hukum kloning dalam Perspektif Agama Islam
I. PENDAHULUAN
Ciri-ciri manusia adalah selalu ingin mengetahui rahasia alam, memecahkannya dan
kemudian mencari teknologi untuk memanfaatkannya, dengan tujuan memperbaiki
kehidupan manusia. Kualifikasi tanaman pangan, penangkaran ternak, dan perbaikan
teknologi berburu atau mencari ikan adalah satu manifestasi ciri manusia tersebut.
Semuanya dikembangkan dengan menggunakan akal, atau rasio, yang merupakan
salah satu keunggulan manusia dibanding makhluk hidup lainnya. Sampai
sekarangpun ciri watak manusia itu masih terus berlangsung. Satu demi satu
ditemukan teknologi baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih nyaman,
lebih menyenangkan, dan lebih memuaskan.
Tanaman pangan dan ternak yang dipelihara selalu direkayasa agar menghasilkan
produk pangan yang lebih baik, lebih enak dan lebih banyak. Dikembangkan
teknologi kawin silang, hibrida, cangkok, dan sebagainya untuk mencapai keinginan
itu. Dengan ditemukannya alat-alat bantu yang lebih canggih, seperti misalnya
mikroskop dan media pembiakan di laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam
tingkat yang lebih kecil, sehingga ditemukan tanaman pangan tahan lama dan ternak
dengan reproduksi susu yang lebih tinggi. Itulah awal dari pengembangan rekayasa
genetika, kemudian dunia menjadi gempar setelah munculnya publikasi tentang
kloning biri-biri Dolly, terutama menyangkut bagaimana pandangan agama
terhadap kloning manusia. Walaupun kloning manusia belum diumumkan ada, atau
tidak ada, atau minimal rencana bagi para ilmuwan. Pertanyaan yang muncul adalah
apakah boleh dilakukan atau tidak?
Pada makalah ini akan dkemukakan tentang apakah kloning itu, lalu bagaimana
proses bioteknologi tersebut, dan bagaimana pandangan ulama, atau kajian tentang
hukum Islam terhadap kloning manusia tersebut.
II. ISTILAH KLONING DAN PROSESNYA
Istilah loning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau klona, yang
secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini tanam-tanaman
baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat penanaman potongan
tanaman yang diambil dari suatu pertemuan tanaman jantan dan betina. Melihat asal
bahasa yang digunakan, dapat dimengerti bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat
penampangan potongan/pangkasan tanaman telah lama dikenal manusia. Karena tidak
adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan klonasi adalah suatu
metode atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi) secara aseksual.
Hasil perbanyakan lewat cara semacam ini disebut klonus/klona, yang dapat diartikan
sebagai individu atau organisme yang dimiliki genotipus yang identik.
Dalam perkembangannya, klonasi tidak hanya dikerjakan dengan memanfaatkan
potongan tanaman yang umumnya berbentuk batang yang mengandung titik-titik
tumbuh calon ranting dan daun, tetapi juga memanfaatkan hampir semua jaringan
tanaman untuk menghasilkan tanaman sempurna. Dengan teknologi biakan jaringan,
potongan daun atau sekeping jaringan dari batang tanaman lengkap. Dari sini terlihat
bahwa klonasi pada dasarnya memanfaatkan sel-sel tanaman yang masih memiliki
kemampuan untuk memilah-milah diri menghasilkan berbagai jenis tanaman, seperti
akar, batang dan daun dengan fungsinya masing-masing. Kemampuan semacam ini
ternyata semakin menurun seiring dengan meningkatnya status organisme. Pada
organisme tinggi, misalnya mamalia, sel-sel jaringan telah kehilangan totipotensinya,
sehingga apabila tanaman hanya mampu menghasilkan sel sejenis, tetapi tidak
mampu memilah diri lagi untuk menghasilkan organ atau sel dengan fungsi yang lain.
Berbeda dengan tanaman, klonasi mamalia tidak dapat dikerjakan, misalnya dengan
menanam sel atau jaringan dari bagian tubuh, seperti tangan, kaki, jantung, hati untuk
menghasilkan individu baru. Dengan demikian, klonasi pada organisme tingkat tinggi
hanya dapat dikerjakan lewat sel yang masih totipoten, yaitu sel pada aras embrio
atau mudghah.
Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara umum sesuai
dengan aras kehidupan organisme, maka klonasi dapat dikerjakan pada berbagai aras,
yaitu klonasi pada aras sel, aras jaringan dan aras individu. Pada organisme sel
tunggal atau unisel seperti bakteri, perbanyakan diri untuk menghasilkan individu
yang baru, berlangsung lewat klonasi sel. Dalam hal ini klonasi sel sekaligus juga
merupakan klonasi individu pada hewan dan manusia dapat juga terjadi, misalnya
pada kelahiran kembar satu telur. Masing-masing anak di sini merupakan klonus yang
memiliki susunan genetis identik.
Dalam perkembangan biologi molekuler, sekarang dimungkinkan klonasi pada aras
yang lebih kecil daripada sel, yaitu aras gena. Kemampuan manusia melakukan
klonasi gena memunculkan bidang ilmu baru, yang disebut rekayasa genetika. Untuk
pertama kalinya suatu gena berhasil diklonasi dengan teknik DNA rekombinan pada
tahun 1973. Hanya dalam selang waktu tiga tahun, teknologi ini sudah
dikomersialkan oleh suatu perusahaan di California USA, yaitu Genentech.
Sebetulnya klonasi gena juga terjadi secara alami pada beberapa mikroorganisme.
Misalnya beberapa mikroorganisme yang semula rentan terhadap antibiotika berubah
menjadi klon mikroorganisme yang kebal antibiotika. Klona ini terjadi akibat
perbanyakan diri lebih lanjut mikroorganisme induk yang telah kemasukan gena
kebal tadi.
Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa
manusia. Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis
dari suatu organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari individu tunggal. Setelah
keberhasilan kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996, para ilmuwan
berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning manusia akan menjadi kenyataan.
Kloning manusia hanya membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan
sel reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel
itu diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi,
yang sudah dihapus semua karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel
(yakni DNA) yang ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel
telur itu untuk mengelabuinya agar merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai
membelah. Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim seorang
wanita yang ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis
akan sama dengan genetika orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di
bidang medis. Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat
diringkas sebagai berikut:
- Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk
mendapatkan anak.
- Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai
organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir
risiko penolakan.
- Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan
tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan bahwa
kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan
jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak
dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan
tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
- Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan
dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk
mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat
menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.
- Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan
penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu
manusia dalam menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan
membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan
tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.
III. KAJIAN KLONING DALAM HUKUM ISLAM
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam
kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh
karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning
ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat
berikut:

:) 5 ).
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan
dalam rahim, apa yang Kami kehendaki (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat
tersebut menampakkan paradigma al-Quran tentang penciptan manusia mencegah
tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat
kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-
Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi ilmiah
atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai
Pencipta? Abul Fadl menyatakan tidak, berdasarkan pada pernyataan al-Quran
bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi
Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:
: ) 59 ).
Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia (QS. 3/Ali Imran: 59).
Pada surat yang sama juga dikemukakan:

. .
: ) 45 - 47 ).
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Maryam
berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril): Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
Jadilah, lalu jadilah dia (QS. 3/Ali Imran: 45-47).
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu
terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-
akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan
pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan
Adam As. dan Isa As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka
itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini
berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada
Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan, yakni sel
somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan Allah SWT.
Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan bagi
pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak yang
lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponen-komponen genetis dari kedua
orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah yang memberi mereka identitas. Karena
itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini adalah bahwa replikasi genetis semacam ini
akan berakibat negatif pada hubungan suami-isteri dan hubungan anak-orang tua, dan
akan berujung pada kehancuran institusi keluarga Islam. Lebih jauh, kloning manusia
akan merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta merusak aturan
hukum Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.
Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz
Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan
mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau
mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang
Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum.
M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga berpendapat
teknik kloning diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan institusi pernikahan
yang mulia (misal: tumbuh suburnya lesbian, tidak perlu laki-laki untuk
memproduksi anak), juga akan menghancurkan manusia sendiri (dari sudut evolusi,
makhluk yang sesuai dengan environment-nya yang dapat hidup).
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah
hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya
mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun nukleus berasal dari
suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA
ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak
susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih
saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila
melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik dan
homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi
anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks
masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan
ibunya.
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan
sebagai berikut:
1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami
agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan
sampai ke negri Cina sekalipun).
3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum
ia ketahui (lihat QS. 96/al-Alaq).
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin
Allah (lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).
Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan
teknologi bayi tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian
dari takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya. Penolakan
terhadap kemajuan teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-prinsip yang
diajarkan dalam Islam.
Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan ataupun
membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan di
dalamnya. Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih bersifat
tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning pada
manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis atau sisi applied
science dari teknik kloning. Wilayah applied science yang mempunyai implikasi
sosial praktis sudah barang tentu mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang
menyentuh sisi pure science (ilmu-ilmu dasar) dari teknik kloning, yang bisa berjalan
terus di laboratorium baik ada larangan maupun tidak. Wilayah pure science juga
punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.
Dalam mencari batas keseimbangan antara kemajuan IPTEK dan Doktrin Agama,
pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejuh mana para ilmuan, budayawan dan
agamawan dapat berlaku adil dalam melihat kedua fenomena yang berbeda misi dan
orientasi tersebut? Menekankan satu sisi dengan melupakan atau menganggap tidak
adanya sisi yang lain, cepat atau lambat, akan membuat orang tertipu dan
kecewa. Dari situ barangkali perlu dipikirkan format kajian dan telaah yang lebih
seimbang, arif, hati-hati untuk menyikapi dan memahami kedua sisi tersebut
sekaligus. Sudah tidak zamannya sekarang, jika seseorang ingin menelaah persoalan
kloning secara utuh, tetapi tidak memperhatikan kedua sisi tersebut secara sekaligus.
Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa tujuan agama
menurut penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima, yaitu memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itulah maka kloning itu kita uji
dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan agama. Bila sesuai, maka tidak ada
keberatannya kloning itu kita restui, tetapi bila bertentangan dengan tujuan-tujuan
syara tentulah kita cegah agar tidak menimbulkan bencana. Kesimpulan yang
diberikan klonasi ovum manusia itu tidak sejalan dengan tujuan agama, memelihara
jiwa, akal, keturunan maupun harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.
Untuk menentukan apakah syariat membenarkan pengambilan manfaat terapeutik
dari kloning manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis a vis mudharat dari
praktek ini. Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini, maka manfaat dan
mudharat terapeutik dari kloning manusia dapat diuraikan sebagai berikut:
- Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam
menentukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang,
lemak, jaringan penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien
untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset
kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-misteri
penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat disembuhkan adalah boleh, bahkan
dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini karena ada sebuah hadits yang
menyebutkan: Untuk setiap penyakit ada obatnya. Namun, perlu ditegaskan bahwa
pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-janin hasil kloning
guna menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung penyakit tesebut dapat
melanggar hak hidup manusia.
- Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem
ketidaksuburan, tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E.
Schieneke, J. Mc. Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus melakukan 277 kali
percobaan sebelum akhirnya berhasil mengkloning Dolly. Kloning manusia tentu
akan melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen awal untuk
menghasilkan sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi banyak sekali
keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang dihasilkan
hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita pengandung sehingga
embrio-embrio lainnya akan dibuang atau dihancurkan. Hal ini tentu akan
menimbulkan problem serius, karena nenurut syariat pengancuran embrio adalah
sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning melanggar sunnatullah dalam proses
normal penciptaan manusia, yaitu bereproduksi tanpa pasangan seks, dan hal ini akan
meruntuhkan institusi perkawinan. Produksi manusia-manusia kloning juga
sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak negatif pada hukum waris Islam
(al-mirts).
- Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia
dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh
embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh
manusia hasil kloning. Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari manusia
hasil kloning ini dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena hal itu
merupakan pelanggaran terhadap hidup manusia Namun, jika penumbuhan kembali
organ tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan, maka syariat tidak dapat menolak
pelaksanaan prosedur ini dalam rangka menumbuhkan kembali organ yang hilang
dari tubuh seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja di pertambangan atau
kecelakaan-kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai kebolehan
menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang yang dipotong akibat kejahatan yang
pernah dilakukan.
- Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat
menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun hal ini
bertentangan dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:
Orang-orang Baduy datang kepada Nabi SAW, dan berkata: Hai Rasulallah,
haruskah kita mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: Ya, wahai hamba-
hamba Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena sesungguhnya Allah
tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan obatnya, kecuali satu macam
penyakit. Mereka bertanya: Apa itu? Nabi SAW menjawab: Penuaan.
- Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-
belikan embrio dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam ini
dianggap bthil (tidak sah) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.
2. Sebuah hadits menyatakan: Di antara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia merdeka
dan memakan hasilnya.
Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam teknologi kloning
manusia jauh lebih besar daripada kebaikan yang bisa diperoleh darinya, dan
karenanya umat Islam tidak dibenarkan mengambil manfaat terapeutik dari kloning
manusia.
IV. PENUTUP
Dari uraian di atas, penulis sekedar membuat rumusan sebagai berikut:
1. Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan fikiran
manusia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf hidup
manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat.
2. Hasil pemikiran manusia dengan agama akan seimbang bila hasil pemikiran
tersebut didasarkan pada sistem dan metode pemikiran yang benar, dan agama digali
dengan daya ijtihad yang benar pula. Keduanya saling kuat-menguatkan.
3. Klonasi ditinjau dari segi aspek teologis memperluas wawasan pengenalan
terhadap kodrat iradat Ilahi, bahkan klonasi itu sebagai bukti kecanggihan sunnah
Allah yang tertuang dalam ciptaan-Nya dan membuktikan ke Maha Kuasaan-Nya.
4. Klonasi terhadap manusia dengan tujuan untuk dijadikan cadangan transplantasi
organ tubuh manusia dapat dibenarkan sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan
syara.
5. Klonasi jaringan sel dan organ tubuh manusia, selama dibenarkan oleh ilmu
pengetahuan dan sesuai dengan tujuan syara dipandang sangat membantu bagi
penyembuhan dengan jalan transplantasi.
6. Implementasi klonasi terhadap manusia dipandang bertentangan dengan nilai-
nilai ketinggian martabat manusia dan bertentangan pula dengan tujuan syara, karena
dipandang kemungkinan terjadinya kekacauan hukum keluarga dan hubungan nasab,
serta ketidakpastian eksistensinya.
7. Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan implementasi
klonasi manusia, karena tidak ada yang merasa terancam, baik dari segi agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta karena tidak melaksanakan klonasi.

utama yang
digunakan,
yakni sel
somatis dan
sel telur yang
belum
dibuahi
adalah
bendaciptaan
Allah
SWT.Islam
mengakui
hubungan
suami isteri
melalui
perkawinan
sebagai
landasan
bagipembent
ukan
masyarakat
yang diatur
berdasarkan
tuntunan
Tuhan.
Anak-anak
yanglahir
dalam ikatan
perkawinan
membawa
komponen-
komponen
genetis dari
keduaorang
tuanya, dan
kombinasi
genetis inilah
yang
memberi
mereka
identitas.
Karena
itu,kegelisah
an umat
Islam dalam
hal ini adalah
bahwa
replikasi
genetis
semacam ini
akanberakiba
t negatif
pada
hubungan
suami-isteri
dan
hubungan
anak-orang
tua, dan
akanberujun
g pada
kehancuran
institusi
keluarga
Islam. Lebih
jauh, kloning
manusia
akanmereng
gut anak-
anak dari
akar (nenek
moyang)
mereka serta
merusak
aturan
hukumIslam
tentang waris
yang
didasarkan
pada
pertalian
darah.Beriku
tnya, KH.
Ali Yafie
dan Dr.
Armahaedi
Mahzar
(Indonesia),
Abdul
AzizSachedi
na dan Imam
Mohamad
Mardani
(AS) juga
mengharamk
an, dengan
alasanmenga
ndung
ancaman
bagi
kemanusiaa
n,
meruntuhka
n institusi
perkawinan
ataumengak
ibatkan
hancurnya
lembaga
keluarga,
merosotnya
nilai
manusia,
menantangT
uhan, dengan
bermain
tuhan-
tuhanan,
kehancuran
moral,
budaya dan
hukum.M.
Kuswandi,
staf pengajar
Fakultas
Farmasi
UGM
Yogyakarta
juga
berpendapatt
eknik
kloning
diharamkan,
dengan
argumentasi:
menghancur
kan institusi
pernikahanya
ng mulia
(misal:
tumbuh
suburnya
lesbian, tidak
perlu laki-
laki untuk
memproduks
ianak), juga
akan
menghancur
kan manusia
sendiri (dari
sudut
evolusi,
makhluk
yangsesuai
dengan
environment-
nya yang
dapat
hidup).Dari
sudut agama
dapat
dikaitkan
dengan
masalah
nasab yang
menyangkut
masalah
hak waris
dan
pernikahan
(muhrim
atau bukan),
bila diingat
anak hasil
kloning
hanyamemp
unyai DNA
dari donor
nukleus saja,
sehingga
walaupun
nukleus
berasal
darisuami
(ayah si
anak), maka
DNA yang
ada dalam
tubuh anak
tidak
membawa
DNAibunya.
Dia seperti
bukan anak
ibunya (tak
ada
hubungan
darah, hanya
sebagai
anak susuan)
dan persis
bapaknya
(haram
menikah
dengan
saudara
sepupunya,
terlebihsaud
ara
sepupunya
hasil kloning
juga). Selain
itu,
menyangkut
masalah
kejiwaan,
bilamelihat
bahwa
beberapa
kelakuan
abnormal
seperti
kriminalitas,
alkoholik
danhomosek
s disebabkan
kelainan
kromosan.
Demikian
pula masalah
kejiwaan
bagi anak-
anak yang
diasuh oleh
single parent,
barangkali
akan lebih
kompleks
masalahnya
bagidonor
nukleus
bukan dari
suami dan
yang
mengandung
bukan
ibunya.Sedan
gkan ulama
yang
membolehka
n melakukan
kloning
mengemuka
kan
alasansebag
ai berikut:1.
Dalam
Islam, kita
selalu
diajarkan
untuk
menggunaka
n akal dalam
memahamia
gama.2.
Islam
menganjurka
n agar kita
menuntut
ilmu (dalam
hadits
dinyatakan
bahkansamp
ai ke negri
Cina
sekalipun).3.
Islam
menyampaik
an bahwa
Allah selalu
mengajari
dengan ilmu
yang belum
iaketahui
(lihat QS.
96/al-Alaq).
4. Allah
menyatakan,
bahwa
manusia
tidak akan
menguasai
ilmu tanpa
seizinAllah
(lihat ayat
Kursi pada
QS. 2/al-
Baqarah:
255).

Dengan
landasan
yang
demikian itu,
seharusnya
kita
menyadari
bahwa
penemuante
knologi bayi
tabung,
rekayasa
genetika, dan
kemudian
kloning
adalah juga
bagian
daritakdir
(kehendak)
Ilahi, dan
dikuasai
manusia
dengan
seizin-Nya.
Penolakan
terhadapkem
ajuan
teknologi itu
justru
bertentangan
dengan
prinsip-
prinsip yang
diajarkan
dalamIslam.
Ada juga di
kalangan
umat Islam
yang tidak
terburu-buru
mengharamk
an
ataupunmem
bolehkan,
namun
dilihat
dahulu sisi-
sisi
kemanfaatan
dan
kemudharat
an
didalamnya.
Argumentasi
yang
dikemukakan
sebagai
berikut:Perb
edaan
pendapat di
kalangan
ulama dan
para ilmuan
sebenarnya
masih
bersifattentat
ive, bahwa
argumen
para
ulama/ilmua
n yang
menolak
aplikasi
kloning
padamanusia
hanya
melihatnya
dari satu sisi,
yakni sisi
implikasi
praktis atau
sisi
appliedscien
ce dari
teknik
kloning.
Wilayah
applied
science yang
mempunyai
implikasi
sosialpraktis
sudah barang
tentu
mempunyai
logika
tersendiri.
Mereka
kurang
menyentuh
sisipure
science
(ilmu-ilmu
dasar) dari
teknik
kloning,
yang bisa
berjalan
terus
dilaboratori
um baik ada
larangan
maupun
tidak.
Wilayah
pure science
juga punya
dasar pemiki
ran dan
logika
tersendiri
pula.Dalam
mencari
batas
keseimbang
an antara
kemajuan
IPTEK dan
Doktrin
Agama,perta
nyaan yang
dapat
diajukan
adalah sejuh
mana para
ilmuan,
budayawan
danagamawa
n dapat
berlaku adil
dalam
melihat
kedua
fenomena
yang
berbeda misi
danorientasi
tersebut?
Menekankan
satu sisi
dengan
melupakan
atau
menganggap
tidak adanya
sisi yang
lain, cepat
atau lambat,
akan
membuat
orang
tertipu dan
kecewa.Da
ri situ
barangkali
perlu
dipikirkan
format kajian
dan telaah
yang lebih
seimbang,
arif,hati-hati
untuk
menyikapi
dan
memahami
kedua sisi
tersebut
sekaligus.
Sudah
tidak zaman
nya
sekarang,
jika
seseorang
ingin
menelaah
persoalan
kloning
secara utuh,
tetapitidak
memperhatik
an kedua sisi
tersebut
secara
sekaligus.Sel
anjutnya,
ada pula
agamawan
sekaligus
ilmuan
menyatakan
bahwa
tujuan
agamamenur
ut penuturan
Imam al-
Syatibi yang
bersifat
dharuri ada
lima, yaitu
memeliharaa
gama, jiwa,
akal,
keturunan,
dan harta.
Oleh karena
itulah maka
kloning itu
kita ujidari
sesuai atau
tidaknya
dengan
tujuan
agama. Bila
sesuai,
maka tidak
adakeberata
nnya kloning
itu kita
restui, tetapi
bila
bertentangan
dengan
tujuan-
tujuansyara
tentulah kita
cegah agar
tidak
menimbulka
n bencana.
Kesimpulan
yang
diberikanklo
nasi ovum
manusia itu
tidak sejalan
dengan
tujuan
agama,
memelihara
jiwa,
akal,keturun
an maupun
harta, dan di
beberapa
aspek terlihat
pertentangan
nya.Untuk
menentukan
apakah
syariat
membenarka
n
pengambilan
manfaat
terapeutik
darikloning
manusia, kita
harus
mengevaluas
i manfaat vis
a vis
mudharat
dari praktek
ini.Dengan
berpijak
pada
kerangka
pemikiran
ini, maka
manfaat dan
mudharat
terapeutik da
ri kloning
manusia
dapat
diuraikan
sebagai
berikut:

Mengobati
penyakit.
Teknologi
kloning
kelak dapat
membantu
manusia
dalammenent
ukan obat
kanker,
menghentika
n serangan
jantung, dan
membuat
tulang,lemak
, jaringan
penyambung
atau tulang
rawan yang
cocok
dengan
tubuh
pasienuntuk
tujuan bedah
penyembuha
n dan bedah
kecantikan.
Sekedar
melakukanri
set kloning
manusia
dalam
rangka
menemukan
obat atau
menyingkap
misteri-
misteri
penyakit
yang hingga
kini
dianggap
tidak dapat
disembuhka
n
adalahboleh,
bahkan dapat
dijustifikasik
an
pelaksanaan
riset-riset
seperti ini
karena ada

sebuah
hadits yang
menyebutkan
: Untuk
setiap
penyakit ada
obatnya.
Namun,perlu
ditegaskan
bahwa
pengujian
tentang ada
tidaknya
penyakit
keturunan
padajanin-
janin hasil
kloning
guna
menghancur
kan janin
yang
terdeteksime
ngandung
penyakit
tesebut dapat
melanggar
hak hidup
manusia.

Infertilitas.
Kloning
manusia
memang
dapat
memecahka
n
problemketi
daksuburan,
tetapi tidak
boleh
mengabaikan
fakta bahwa
Ian Wilmut,
A.E.Schiene
ke, J. Mc.
Whir, A.J.
Kind, dan
K.H.S.
Campbell
harus
melakukan
277kali
percobaan
sebelum
akhirnya
berhasil
mengklonin
g Dolly.
Kloningman
usia tentu
akan
melewati
prosedur
yang jauh
lebih rumit.
Pada
eksperimena
wal untuk
menghasilka
n sebuah
klon yang
mampu
bertahan
hidup akan
terjadibanya
k sekali
keguguran
dan
kematian.
Lebih jauh,
dari sekian
banyak
embrioyang
dihasilkan
hanya satu
embrio, yang
akhirnya
ditanam ke
rahim
wanitapenga
ndung
sehingga
embrio-
embrio
lainnya akan
dibuang atau
dihancurkan.
Hal ini
tentu akan
menimbulka
n problem
serius,
karena
nenurut
syariatpeng
ancuran
embrio
adalah
sebuah
kejahatan.
Selain itu,
teknologi
kloningmela
nggar
sunnatullah
dalam
proses
normal
penciptaan
manusia,
yaituberepr
oduksi tanpa
pasangan
seks, dan hal
ini akan
meruntuhka
n
institusiperk
awinan.
Produksi
manusia-
manusia
kloning juga
sebagaimana
dikemukakan
di atas, akan
berdampak
negatif pada
hukum waris
Islam (al-
mirts).

Organ-organ
untuk
transplantasi.
Ada
kemungkina
n bahwa
kelak
manusia
dapatmengga
nti jaringan
tubuhnya
yang terkena
penyakit
dengan
jaringan
tubuhembrio
hasil
kloning, atau
mengganti
organ
tubuhnya
yang rusak
dengan
organtubuh
manusia
hasil
kloning.
Manipulasi
teknologi
untuk
mengambil
manfaatdari
manusia
hasil kloning
ini
dipandang
sebagai
kejahatan
oleh hukum
Islam,karena
hal itu
merupakan
pelanggaran
terhadap
hidup
manusia.
Namun,
jikapenumbu
han kembali
organ tubuh
manusia
benar-benar
dapat
dilakukan,
makasyariat
tidak dapat
menolak
pelaksanaan
prosedur ini
dalam
rangkamenu
mbuhkan
kembali
organ yang
hilang dari
tubuh
seseorang,
misalnya
padakorban
kecelakaan
kerja di
pertambanga
n atau
kecelakaan-
kecelakaan
lainnya.Teta
pi, akan
muncul
pertanyaan
mengenai
kebolehan
menumbuhk
an
kembaliorga
n tubuh
seseorang
yang
dipotong
akibat
kejahatan
yang pernah
dilakukan.

Menghambat
Proses
Penuaan.
Ada sebuah
optimisme
bahwa kelak
kita
dapatmengha
mbat proses
penuaan
berkat apa
yang kita
pelajari dari
kloning.
Namunhal
ini
bertentangan
dengan
hadits yang
menceritakan
peristiwa
berikut:Oran
g-orang
Baduy
datang
kepada Nabi
SAW, dan
berkata: Hai
Rasulallah,
haruskahkita
mengobati
diri kita
sendiri?
Nabi SAW
menjawab:
Ya, wahai
hamba-
hambaAllah,
kalian harus
mengobati
(diri kalian
sendiri)
karena
sesungguhny
a Allah
tidak mencip
takan suatu
penyakit
tanpa
menyediakan
obatnya,
kecuali satu
macam
penyakit.M
ereka
bertanya:
Apa itu?
Nabi SAW
menjawab:
Penuaan.

Jual beli
embrio dan
sel. Sebuah
riset bisa saja
mucul untuk
memperjual-
belikanembri
o dan sel-
sel tubuh
hasil
kloning.
Transaksi-
transaksi
semacam
inidianggap
bthil (tidak
sah)
berdasarkan
pertimbanga
n-
pertimbanga
n
sebagaiberik
ut:1.
Seseorang
tidak boleh
memperdaga
ngkan
sesuatu yang
bukan
miliknya.2.
Sebuah
hadits
menyatakan:
Di antara
orang-orang
yang akan
dimintaipert
anggungjaw
aban pada
Hari Akhir
adalah orang
yang
menjual
manusiamer
deka dan
memakan
hasilnya.

Dengan
demikian,
potensi
keburukan
yang
terkandung
dalam
teknologi
kloningman
usia jauh
lebih besar
daripada
kebaikan
yang bisa
diperoleh
darinya, dan
karenanyaum
at Islam
tidak
dibenarkan
mengambil
manfaat
terapeutik
dari kloning
manusia.

You might also like