You are on page 1of 4

ANALISIS CERPEN GURU KARYA PUTU WIJAYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Apresiasi Sastra Dosen Pengampu Zuniar Kamaluddin Mabruri, S.Pd

Disusun oleh :

Siska Agustin Kusumastuti A. 310080118

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA 2011

Analisis cerpen Guru karya Putu Wijaya Tema yang diangkat dalam cerpen ini adalah tentang tekat seorang remaja untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru, dengan beberapa konlik didalamnya. Tokoh dalam cerpen ini adalah Taksu, ayah Taksu, Ibu Taksu. Latar tempat dalam cerpen ini adalah dirumah orang tua Taksu, dikos Taksu, dan di jalan. Paraphrase Taksu adalah seorang anak yang bercita-cita menjadi guru, tapi ditentang oleh kedua orang tuanya. Orang tua taksu menginginkan anaknya bekerja selain jadi guru dengan alasan pertama adalah honor guru yang amat rendah, tapi pekerjaannya banyak, menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Provesi guru hanyalah sebagai pelarian untuk tidak menjadi pengangguran. Provesi guru juga dianggap sebagai provesi pelarian orang-orang yang gagal. Orang tua Taksu tercengan dan syok menerima jawaban yang selalu sama dan tidak pernah goyah, tetap ingin menjadi guru. Beberapa bulan waktu yang diberikan orang tuanya untuk memikirkan ulang tentang keinginannya. Tidak hanya waktu yang diberikan kepada Taksu, namun segala yang diinginkan Taksu akan diberikan, asalkan Taksu mau melepaskan ambisinya untuk menjadi guru. Ayah dan ibu Taksu mengimingi taksu dengan laptop tercangggih dan terbaru, mobil iasa, sampai mobil mewah sekalipun, untuk membujuk Taksu agar mau menurut keinginan orang tuanya. Namun semua itu lagi-lagi tidak menggoyahkan tekat dan keinginan Taksu, ia tetap ingin menjadi guru. Kalimat yang dilontarkan Taksu sebagai berikut Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yanag akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak. Kalimat ini yang mencengangkan ayah dan ibu Taksu, betapa besar tekat anaknya untuk mewujudkan cita-citanya untuk menjadi guru.

Analisis makna dan amanat cerpen Guru Tak Bisa Mati!. Mungkin jasadnya bisa membusuk tapi tidak dengan apa yang di ajarkannya. Ya, apa yang ditinggalkan Guru akan tetap kekal abadi. Dan selalu menjadi inspirasi bagi generasi-generasi yang akan datang. Sebuah Ilmu Pengetahuan. Ilmu dan Pengetahuan yang ditinggalkan. Kalimat inilah yang menggugah semua orang, baik orang awam maupun orang yang paham akan pendidikan. Jasa seorang guru tidak akan dapat digantikan dengan apapun, dan tidak tidak akan pernah mati. Tak selamanya kita harus menjadi guru untuk bisa menyampaikan sesuatu yang bermanfaat dan ilmu pengetahuan. Dengan menjadi Guru yang sejatinya kita ketahui, itu berada dalam lingkungan sekolah dalam proses belajar mengajar. Namun yang terpenting menurut adalah apa yang disampaikan dari seseorang itu, yang menjadikannya seseorang yang baik, bermanfaat, menggugah, menginpirasi dan mampu menggerakan kearah yang positif. Menyampaikan sesuatu yang bermanfaat dan Menginspirasi banyak orang adalah salah satu karakter yang seharusnya dimiliki seorang guru, serta menggerakan semua orang untuk melakukan sesuatu yang baik dan positif. Bukan untuk menimbulkan hal yang sebaliknya. Dengan semua persoalan hidup yang senantiasa membuat kita semakin hari semakin terjepit dan merasa tak berdaya, tak berguna. Apa yang akan kita tinggalkan itulah yang terpenting kemudian. Sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang. Meski mereka melupakan kita, namun sesungguhnya kita telah meninggalkan jejak kebaikan dalam kehidupan orang lain. Satu hal lain yang disuguhkan Putu Wijaya untuk pembaca adalah tentang pilihan. Karakter, sikap, dan minat adalah hidup kita, yang tidak bisa berubah kecuali diri sendiri yang mengubahnya. Apalagi menyangkut kehidupan masa depan dan cita-cita, kitalah sutradara dalam sandiwara hidup. Kita yang merencanakan, kita yang menentukan, dan kita sendiri yang menjalani. Orang tua, keluarga, dan lingkungan adalah pelengkap, penyemangat, tapi bukan penentu.

Jadi kita harus tegas dan teguh dalam pendirian, jangan tergoyahkan oleh apapun dan siapapun. Hidup dan pilihan adalah milik kita, bukan orang lain.

You might also like